Anda di halaman 1dari 21

Bandar Lampung, 27 Mei 2019

Kepada Yang Mulia


Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
Di
JAKARTA

Melalui
Yang Mulia
Ketua Pengadilan Negeri Tanjung Karang
Cq. Majelis Hakim Pemeriksa Permohonan
Peninjauan Kembali
Di
Bandar Lampung

Perihal : KESIMPULAN PEMOHON PENINJAUAN KEMBALI

Dengan Hormat,
Mempermaklumkan kami yang bertanda tangan di bawah ini 1. GUNAWAN RAKA, SH.,
MH., 2. IMMANUEL CML TOBING., SH., 3. AGUNG WALUYO., SH. MH., 4. AZWIR ADE
PUTRA., SH., 5. TERRY ABDUL RAHMAN M., SH., MH., 6. CICI HAIRIA DEWI.,
SH.,MH., masing-masing Advokat dan Penasihat Hukum pada Law Office “GUNAWAN
RAKA & PARTNERS” beralamat di Jl.Sriwijaya No.19 Enggal – Bandar Lampung,
berdasarkan Akta Pengajuan Permohonan Peninjauan Kembali Nomor 1/Pid.Sus-
Tpk/PK/2019/PN.Tjk. tanggal 11 April 2019 dan Surat Kuasa No:
2152.SK.PK.Pid.Sus.GR&P.IV.2019 tanggal 12 April 2019 sebagaimana terdaftar di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tanjung Karang dengan Nomor 377/SK/2019/PN.TJK
tanggal 12 April 2019, baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertindak untuk dan
atas nama : Hi. ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin IBRAHIM SEPULAU RAYA
yang beralamat Jl. Ridwan Rais No.22/7 Kelurahan Balau Kencana, Kecamatan
Sukabumi Kota Bandar Lampung, saat ini sedang menjalani pidana di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Rajabasa, Jl. Pramuka No.12, Rajabasa, Kota Bandar Lampung,
untuk selanjutnya disebut sebagai …...PEMOHON PENINJAUAN KEMBALI (Pemohon
PK) Tahap Ketiga;

Dengan ini menyampaikan Kesimpulan hasil pemeriksaan pendahuluan permohonan


Peninjauan Kembali (PK) kepada Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia atas
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 240 PK/Pid.Sus/2014 tertanggal 11
Halaman 1 dari 19. Permohonan Peninjauan Kembali
Gunawan Raka & Partners

Agustus 2015 jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 173
PK/Pid.Sus/2013 tertanggal 11 Desember 2013 jo. Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 313 K/PID.SUS/2012 tertanggal 09 Mei 2012 jo. Putusan Pengadilan
Negeri Tanjung Karang Nomor 434/Pid.Sus/2011/PN.TK tertanggal 19 Oktober 2011, atas
nama :
“ Hi. ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin IBRAHIM SEPULAU RAYA “
Beralamat di Jalan Ichwan Ridwan Rais Nomor 22/7, Kelurahan Balau Kencana,
Kecamatan Suka Bumi, Kota Bandar Lampung, sebagai Terdakwa/Terpidana/ Termohon
Kasasi/PEMOHON PENINJAUAN KEMBALI (Pemohon PK) Tahap Ketiga;

I. PENDAHULUAN
1. Bahwa segala sesuatu yang telah Pemohon Peninjauan Kembali (Pemohon PK)
sampaikan dan tuangkan dalam Memori Permohonan Peninjauan Kembali, secara
mutatis mutandis dianggap telah turut termuat dan merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dalam kesimpulan ini;
2. Bahwa dengan tanpa mengurangi rasa hormat dan penghargaan Pemohon
Peninjauan Kembali (Pemohon PK) atas tanggapan yang telah disampaikan oleh
Jaksa Penuntut Umum atas Memori Permohonan Peninjauan Kembali, dalam hal
ini Pemohon Peninjauan Kembali (Pemohon PK) tetap berpendapat dan
mempertahankan hal-hal sebagaimana telah Pemohon Peninjauan Kembali
(Pemohon PK) sampaikan dan tuangkan dalam Memori Permohonan Peninjauan
Kembali tertanggal 12 April 2019;
3. Bahwa secara formal Permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan ini adalah
sudah memenuhi dan sesuai dengan ketentuan Bab XVIII Bagian Kedua Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;
4. Bahwa Permohonan Peninjauan Kembali dalam sistem peradilan umum di
Indonesia diterima oleh Mahkamah Agung melalui Lembaga Peninjauan Kembali
(Lembaga PK) dan kemudian diakomodir dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana, adalah setelah terbukanya kasus peradilan
"Sengkon-Karta" yang menghebohkan dunia hukum pidana Indonesia pada sekitar
tahun 1980-an. Yang Mulia Prof. Oemar Seno Adji (Ketua Mahkamah Agung RI
saat itu) mengupayakan cara untuk membebaskan Sengkon dan Karta karena
diyakini tidak bersalah sehingga upaya hukum Peninjauan Kembali kemudian
dipakai sebagai sarananya untuk memberikan KEADILAN. Atas kasus Sengkon-
Karta, Mahkamah Agung RI mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA)
Nomor 1 Tahun 1980 mengenai Peninjauan Kembali yang menjadi dasar
melakukan upaya hukum luar biasa dalam sebagaimana diakomodir dalam
KUHAP;

Halaman 2 dari 21. Kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali


Gunawan Raka & Partners

5. Bahwa peradilan pidana bertujuan untuk mencari kebenaran materiil, dan prinsip
Keadilan-lah yang menjadi tujuan utama dari upaya hukum Peninjauan Kembali.
Bahwa Yang Mulia Hakim adalah aktor utama (main actor) penegakan hukum (law
enforcement) di pengadilan yang mempunyai peran lebih apabila dibandingkan
dengan penegak hukum lain, oleh karena Yang Mulia Hakim adalah Penegak
Hukum yang sekaligus juga PENEGAK KEADILAN. Pada saat ditegakkan, hukum
mulai memasuki wilayah das sein (yang senyatanya) dan meninggalkan wilayah
das sollen (yang seharusnya). Hukum tidak lagi sekedar barisan pasal-pasal mati
yang terdapat dalam suatu peraturan perundang-undangan, tetapi sudah
“dihidupkan” oleh LIVINGINTERPRETATOR yang bernama Yang Mulia Hakim.
Dalam memutus suatu perkara, Yang Mulia Hakim harus mengkombinasikan tiga
hal penting yaitu, kepastian hukum, kemanfaatan, dan keadilan. Dengan cara itu,
maka pertimbangan-pertimbangan hukum yang menjadi dasar penyusunan
putusan menjadi baik. Namun demikian, suatu putusan Yang Mulia Hakim juga
tidak luput dari kekeliruan atau kehilafan, bahkan (mohon maaf) tidak mustahil
bersifat memihak. Oleh karena itu, demi kebenaran dan keadilan setiap putusan
Yang Mulia Hakim perlu dimungkinkan untuk dapat diperiksa ulang, agar kekeliruan
atau kehilafan yang terjadi pada putusan dapat diperbaiki. Bagi setiap putusan
Yang Mulia Hakim pada umumnya tersedia upaya hukum, yaitu upaya atau alat
mencegah atau memperbaiki kekeliruan dalam suatu putusan. Demikian juga
dalam Permohonan Peninjauan Kembali ini, Pemohon Peninjauan Kembali
(Pemohon PK) memohon untuk diperbaiki Putusan Yang Mulia Majelis Hakim
sebelumnya;
6. Bahwa suatu upaya hukum merupakan hak terdakwa/terpidana dan Jaksa
Penuntut Umum yang dapat dipergunakan apabila ada pihak yang merasa tidak
puas atas putusan yang diberikan oleh pengadilan. Karena upaya hukum ini
merupakan hak, jadi hak tersebut bisa saja dipergunakan dan bisa juga
terdakwa/terpidana dan Jaksa Penuntut Umum tidak menggunakan hak tersebut.
Akan tetapi, bila hak untuk mengajukan upaya hukum tersebut dipergunakan oleh
terdakwa/terpidana dan Jaksa Penuntut Umum, maka pengadilan wajib
menerimanya (vide Pasal 16 ayat (1) UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman). Secara normatif, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) membedakan upaya hukum menjadi dua macam, pertama, upaya hukum
biasa yaitu Banding hingga Kasasi sebagaimana diatur dalam Bab XVII Pasal 233
KUHAP sampai dengan Pasal 258 KUHAP. Kedua, upaya hukum luar biasa yaitu
Peninjauan Kembali (PK) yang diatur dalam Pasal 263 KUHAP sampai dengan
Pasal 269 KUHAP, kemudian upaya hukum luar biasa yang lain adalah Kasasi
demi kepentingan hukum yang diatur dalam Pasal 259 KUHAP sampai dengan

Halaman 3 dari 21. Kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali


Gunawan Raka & Partners

Pasal 262 KUHAP. Melalui upaya hukum yang tersedia tersebut, maka dalam
rangka mewujudkan keadilan, para pihak memiliki hak untuk mengajukan upaya
hukum apabila terdapat putusan hakim yang dirasa tidak adil. Secara historis
seperti telah disampaikan diatas,, lahirnya upaya hukum luar biasa yaitu
Peninjauan Kembali tidak terlepas dari adanya kasus Sengkon dan Karta pada
tahun 1977. Dalam kasus tersebut, negara telah salah menerapkan hukum
(miscarriage of justice) yaitu dengan mem-pidana orang yang tidak bersalah,
sehingga yang terjadi adalah proses peradilan sesat (rechterlijke dwaling). Oleh
karena itu, sebagai upaya untuk mengatasi kesalahan negara dalam kasus
Sengkon dan Karta, akhirnya Mahkamah Agung mengeluarkan PERMA No. 1
Tahun 1980 tentang Peninjauan Kembali Putusan yang Telah Memperoleh
Kekuatan Hukum yang Tetap. Upaya hukum Peninjauan Kembali pada prinsipnya
merupakan upaya hukum luar biasa (extraordinary remedy) terhadap putusan
pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht vangewisjde). Upaya
hukum PK bertujuan untuk memberikan keadilan hukum, dan bisa diajukan oleh
pihak yang berperkara baik untuk perkara pidana maupun perkara perdata.
Peninjauan Kembali merupakan hak terpidana selama menjalani masa pidana di
dalam lembaga pemasyarakatan. Alasan Peninjauan Kembali dikategorikan
sebagai upaya hukum luar biasa karena mempunyai keistimewaan, artinya dapat
digunakan untuk membuka kembali (mengungkap) suatu keputusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Sedangkan suatu putusan
pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, harus dilaksanakan untuk
menghormati kepastian hukum. Dengan demikian, lembaga Peninjauan Kembali
adalah suatu upaya hukum yang dipergunakan untuk menarik kembali atau
menolak putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Pengaturan
Peninjauan Kembali hanya satu kali (sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 268
ayat (3) KUHAP) adalah rumusan hukum yang lebih menekankan kepada asas
kepastian hukum ( BUKAN KEADILAN) karena perkara yang bersangkutan telah
di uji oleh Yang Mulia Hakim. Ketentuan Pasal 268 ayat (3) KUHAP bertentangan
dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat berdasarkan
Putusan Mahkamah Konstitusi No. Putusan MK No. 34/PUU-XI/2013;
7. Bahwa rangkaian tahapan pengujian materi dapat menjadi alasan hukum bahwa
putusan Mahkamah Agung dalam Peninjauan Kembali memiliki kebenaran yang
sangat menyakinkan atau tingkat kepastian hukum yang sangat tinggi. Tetapi jika
menghadapi situasi KEADILAN HUKUM yang belum tercapai, maka upaya
hukum Peninjauan Kembali sebagai upaya yang luar biasa dapat diajukan lebih
dari satu kali. Pengaturan upaya hukum Peninjauan Kembali hanya dapat
dilakukan satu kali selain terdapat dalam ketentuan Pasal 268 ayat (3) KUHAP

Halaman 4 dari 21. Kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali


Gunawan Raka & Partners

yang telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi berdasarkan Putusan MK


34/PUU-XI/2013, juga diatur dalam Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, serta Pasal 66 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung jo. Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009. Khusus dalam
perkara pidana, pengajuan permohonan Peninjauan Kembali tersebut dapat diuji
dengan dua asas dalam teori hukum yaitu, “lex posteriory derogate lex priory”
dan “lex superiory derogate lex inferiory”. Menurut asas lex posteriory derogate
lex priory, dalam hirarki peraturan yang sama maka bila terjadi polemik maka
peraturan yang terbarulah yang digunakan. Artinya, putusan Mahkamah Konstitusi,
yang memiliki posisi sejajar dengan Undang-Undang tersebut seharusnya berlaku
mengalahkan Undang-Undang sebelumnya (dalam hal ini UU Kekuasaan
Kehakiman dan UU Mahkamah Agung). Begitu juga bila menggunakan asas lex
superiory derogate lex inferiory, yang mengatakan bahwa peraturan yang lebih
rendah dikalahkan oleh peraturan yang lebih tinggi, maka Putusan Mahkamah
Konstitusi seharusnya lebih tinggi daripada Surat Edaran Mahkamah Agung yang
hanya mengikat secara internal (intra-institusional). Dengan menggunakan kedua
asas ini maka secara hukum sebenarnya polemik mengenai Pengajuan PK
tersebut telah dianggap selesai dan seharusnya yang diikuti dan dipedomani oleh
masyarakat dan aparat penegak hukum adalah Putusan Mahkamah Konstitusi
yang menyatakan bahwa permohonan Peninjauan Kembali dapat diajukan lebih
dari 1 (satu) kali. Dasar diperbolehkannya mengajukan upaya hukum PK lebih dari
satu kali, terdapat dalam pertimbangan hukum Putusan Mahkamah Konstitusi No.
34/PUU-XI/2013 tentang pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana terhadap UUD 1945, yaitu: “Bahwa benar dalam ilmu hukum
terdapat asas litis finiri oportet yakni setiap perkara harus ada akhirnya, namun
menurut Mahkamah, hal itu berkait dengan kepastian hukum, sedangkan untuk
keadilan dalam perkara pidana asas tersebut tidak secara rigid dapat diterapkan
karena dengan hanya membolehkan peninjauan kembali satu kali, terlebih lagi
manakala ditemukan adanya keadaan baru (novum). Hal itu justru bertentangan
dengan asas keadilan yang begitu dijunjung tinggi oleh kekuasaan kehakiman
Indonesia untuk menegakkan hukum dan keadilan [vide Pasal 24 ayat (1) UUD
1945] serta sebagai konsekuensi dari asas negara hukum.”Berdasarkan
pertimbangan Mahkamah Konstitusi diatas, maka implementasi asas litis finiri
oportet tidak secara rigid/kaku dapat dilaksanakan jika hal itu dapat membatasi hak
masyarakat untuk memperoleh keadilan (vide Putusan Mahkamah Agung RI
Nomor 01 PK/PID/2016 tanggal 23 Maret 2016);

Halaman 5 dari 21. Kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali


Gunawan Raka & Partners

II. PEMBUKTIAN
1. Keterangan Saksi YUDI SAPUTRA, SH.;
 Bahwa saksi sudah membaca alat bukti surat P-12 yaitu berupa Surat Bupati
Lampung Tengah Nomor : 180/39a/Setda.1.02/2018 bertanggal 09 April 2018
yang ditujukan kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Karang;
 Bahwa isi surat tersebut adalah terkait dengan keterangan tidak ada kerugian
Negara yang dilakukan oleh Hi. ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin
IBRAHIM SEPULAU RAYA berdasarkan putusan perdata yang di menangkan
oleh Pemerintah Daerah Lampung Tengah;
 Bahwa saksi mengantar Surat Bupati Lampung Tengah Nomor :
180/39a/Setda.1.02/2018 bertanggal 09 April 2018 tersebut pada tanggal 14
April 2014;
 Bahwa saksi dapat mengetahui isi surat tersebut, karena pada saat saksi
diperintahkan oleh Kepala Bagian Hukum Pemerintah Daerah Lampung Tengah
untuk mengantarkan surat tersebut ke Kepala Lembaga Pemasyarakatan
Tanjung Karang, saksi diberitahukan secara lisan mengenai isi surat tersebut;
 Bahwa saksi diberitahu isi dari surat tersebut oleh Kepala Bagian Hukum untuk
dapat menjelaskan maksud dan tujuannya mengantarkan surat tersebut ke
Kepala Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Karang apabila ada pertanyaan dari
Kepala Lembaga Pemasyarakatan ;
 Bahwa pada saat itu saksi masih menjabat sebagai Kasubag Bantuan Hukum
Pemerintah Daerah Lampung Tengah;
 Bahwa surat tersebut diterima langsung oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan
Tanjung Karang;
 Bahwa saksi tidak mengetahui maksud dan tujuan dari surat tersebut di antar
ke Kepala Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Karang;
 Bahwa surat tersebut sifatnya penting namun tidak rahasia;
 Bahwa surat tersebut tidak langsung dibaca oleh Kepala Lembaga
Pemasyarakatan Tanjung Karang pada saat saksi menyerahkannya;
 Bahwa sepengetahuan saksi, saksi tidak menemukan surat tersebut, saksi hanya
ditugaskan oleh Kepala Bagian Hukum untuk mengantarkan surat tersebut ke
Lembaga Pemasyarakatan;
 Bahwa saksi tidak mengetahui perkembangan masalah terkait dana asset
Pemerintah Daerah Lampung Tengah senilai 20 milyar tersebut;
 Bahwa saksi tidak mengetahui surat tersebut di mintakan atas dasar apa, hanya
saja kebiasaan dari Pemerintah Daerah Lampung Tengah adalah akan
mengeluarkan surat apabila ada permohonan sebelumnya;
 Bahwa sepengetahuan saksi, pada saat itu di Pemerintah Daerah Lampung
Tengah sedang mengadakan pembahasan masalah keuangan Pemerintah Daerah
Lampung Tengah;

2. Keterangan Saksi HANIS TRIAMBODO;

Halaman 6 dari 21. Kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali


Gunawan Raka & Partners

 Bahwa saksi bertugas pada Bagian Evaluasi Dan Monitor APBD Propinsi
Lampung, sehingga tugas saksi adalah meng-evaluasi dan memonitoring APBD
Kabupaten/Kota se-Propinsi Lampung;
 Bahwa khusus APBD Pemerintah Daerah Lampung Tengah sejak tahun 2002-
2017 tercatat pada laporan APBD tersebut, asset lain-lain berupa deposito
sejumlah Rp. 28 milyar pada PT. BPR Tripanca Setiadana;
 Bahwa laporan APBD terakhir Pemerintah Daerah Lampung Tengah adalah
APBD Tahun 2017 yang dilaporkan pada pertengahan Tahun 2018, dan asset
lain-lain berupa deposito sejumlah Rp. 28 milyar pada PT. BPR Tripanca
Setiadana tetap tercatat;
 Bahwa sepengetahuan saksi, dengan adanya pencatatan asset tersebut, asset
tersebut tetap ada dan tetap merupakan asset Pemerintah Daerah Lampung
Tengah;
 Bahwa saksi mengetahui putusan perkara Perdata Nomor :
88/Pdt.G/2008/PN.TK Juncto Nomor 37/Pdt/2009/PT.TK dimenangkan oleh
Pemerintah Daerah Lampung Tengah dengan amar putusan yang
memenangkan Pemerintah Daerah Lampung Tengah, sehingga selama ini saksi
juga selalu menyarankan kepada Pemerintah Daerah Lampung Tengah untuk
segera mengajukan eksekusi atas putusan perkara itu;
 Bahwa menurut saksi, dalam perkara tipikor atas nama Hi. ANDY ACHMAD
SAMPURNA JAYA Bin IBRAHIM SEPULAU RAYA, kerugian Negara dalam hal
ini tidak ada, dikarenakan asset itu tetap tercatat sebagai milik Pemerintah
Daerah Lampung Tengah dan sudah ada putusan perdata sebagai dasar
hukumnya;

III. ANALISIS PEMBUKTIAN


Berkaitan dengan apa yang diterangkan dibawah sumpah oleh kedua saksi
diatas, Pemohon Peninjauan Kembali berpendapat bahwasanya keterangan kedua
orang saksi tersebut adalah saling bersesuaian dan mendukung antara satu dengan
yang lainnya dengan alasan sebagai berikut : Bahwa Saksi YUDI SAPUTRA, SH. Sebagai
saksi yang membawa novum yaitu bukti surat P-12 berupa Surat Bupati Lampung
Tengah Nomor : 180/39a/Setda.1.02/2018 bertanggal 09 April 2018 yang ditujukan
kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Karang, yang pada pokoknya surat
tersebut adalah terkait dengan keterangan tidak adanya kerugian Negara yang
dilakukan oleh Hi. ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin IBRAHIM SEPULAU RAYA
berdasarkan putusan perdata yang di menangkan oleh Pemerintah Daerah Lampung
Tengah, hal ini saling bersesuaian dan saling mendukung dengan keterangan Saksi
Hanis yang menyatakan bahwasanya laporan APBD terakhir Pemerintah Daerah
Lampung Tengah adalah APBD Tahun 2017 yang dilaporkan pada pertengahan Tahun
2018, dan asset lain-lain berupa deposito sejumlah Rp. 28 milyar pada PT. BPR

Halaman 7 dari 21. Kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali


Gunawan Raka & Partners

Tripanca Setiadana tetap tercatat sebagai asset Pemerintah Daerah Lampung


Tengah, sehingga dengan adanya pencatatan asset tersebut, asset tersebut tetap ada
dan tetap merupakan asset Pemerintah Daerah Lampung Tengah, oleh karena itu
dalam perkara tipikor atas nama Hi. ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin IBRAHIM
SEPULAU RAYA, kerugian Negara dalam hal ini tidak ada, dikarenakan asset itu
tetap tercatat sebagai milik Pemerintah Daerah Lampung Tengah dan sudah ada
putusan perdata sebagai dasar hukumnya;

IV. KESIMPULAN
A. PEMBATASAN PENGAJUAN PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI
Bahwa putusan Mahkamah Agung RI yang dimohonkan PK ini adalah selain
Putusan Peninjauan Kembali dalam perkara Nomor 240 PK/Pid.Sus/2014 tanggal
11 Agustus 2015 Juncto Putusan Nomor : 173 PK/Pid.Sus/2013 tanggal 11
Desember 2013 juga Putusan terkait adalah Putusan Kasasi Nomor : 313
K/Pid.Sus/2012 tanggal 09 Mei 2012 yang dengan jelas telah salah menerapkan
hukum dan dengan memperlihatkan suatu kekhilafan Hakim serta dengan
memperlihatkan suatu kekeliruan yang nyata dalam pertimbangan hukumnya pada
halaman 42 s/d halaman 43 tepatnya pada pertimbangan hukumnya yang
menyatakan antara lain sebagai berikut :
“ Bahwa dalam penerapan Hukum Acara mengenai Peninjauan Kembali terdapat
ketentuan Undang Undang lain yang mengatur bahwa terhadap Peninjauan
Kembali tidak dapat dilakukan Peninjauan Kembali, dan Peninjauan Kembali dapat
diajukan hanya 1 kali “ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) UU Nomor
48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Jo Pasal 66 ayat (1) UU Nomor 14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan UU
Nomor 5 Tahun 2004 dan Perubahan Kedua dengan UU Nomor 3 Tahun 2009
tentang Mahkamah Agung“; Selanjutnya dinyatakan lagi dalam pertimbangannya
bahwa : “ Bahwa sesuai Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung RI tanggal 31
Desember 2014 Nomor 07 Tahun 2014 tentang Pengajuan Permohonan
Peninjauan Kembali dalam perkara Pidana pada butir angka 3 yang menyatakan
bahwa Permohonan Peninjauan Kembali dalam perkara pidana dibatasi hanya 1
(satu) kali “;
Dengan segala hormat, dalam hal ini Pemohon Peninjauan Kembali tetap
berpegang kepada hak setiap warga Negara untuk memperoleh keadilan yang
sedail-adilnya, dengan berdasarkan alasan-alasan sebagaimana dalam
pendahuluan diatas sudah diuraikan dan juga alasan dibawah ini :
a. Pada Pasal 24 ayat (2) UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman secara yuridis formal hanya mengatur ketentuan pokoknya saja

Halaman 8 dari 21. Kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali


Gunawan Raka & Partners

tentang Pengaturan Peninjauan Kembali secara umum namun belum mengatur


tentang “ Hukum Acara “ khususnya perkara Pidana;
b. Pasal 66 ayat ( 1 ) UU Nomor 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 5 Tahun 2004 dengan Perubahan
Kedua yaitu UU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung masih bersifat
umum, juga masih memerlukan “pengaturan secara konkrit dan spesifik
tentang Hukum Acara Pidana ”; Karenanya, sebagai Hukum Acara dalam
perkara Pidana tidak lain dimaksudkan adalah UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana, dimana Pasal 268 ayat ( 3 ) UU
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara RI
Tahun 1981 Nomor 76 ; Tambahan Lembaga Negara RI Nomor 3209 )
bertentangan dengan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan telah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
dengan amar putusan menyatakan “Pasal 268 ayat (3) UU Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat “ ( Vide : Putusan MK-RI Nomor 34 / PUU –XI / 2013 tanggal 06
Maret 2014 );
c. Lagi pula Pasal 24 UUD 1945 (Setelah Perubahan) pada ayat (2) menyatakan
dan menegaskan bahwa “Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada dibawahnya dalam
Lingkungan Peradilan Umum, Lingkungan Peradilan Agama, Lingkungan
Peradilan Militer, Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dan oleh sebuah
Mahkamah Konsitutusi ” ; Dan secara tegas bahwa Wewenang Mahkamah
Konstitusi diatur pada Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan pada Pasal 10 ayat
(1) dan (2) UU Nomor 24 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah oleh UU
Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi menyatakan antara lain
pada pokoknya bahwa “ Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada
tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat Final “ untuk menguji
UU terhadap UUD 1945 “ ;
d. Lebih lanjut lagi, bahwasanya sesudah dikeluarkannya SEMA Nomor 7 Tahun
2014, Mahkamah Konstitusi setidaknya telah mendapatkan 2 (dua) kali
permohonan pengujian undang-undang (PUU) terkait ketentuan yang
membatasi PK lebih dari satu kali; Pengujian pertama diajukan dengan putusan
Nomor 66/PUU-XIII/2015 tanggal 7 Desember 2015, sedangkan pengujian
kedua adalah dengan Putusan Nomor 45/PUU-XIII/2015 tanggal 10
Desember 2015; Dalam kedua putusan ini, Mahkamah Konstitusi memutuskan
bahwa keduanya tidak dapat diterima, sebab materi permohonan
sebagaimana dimaksud oleh dua permohonan tersebut telah diputus oleh
Mahkamah Konstitusi dalam putusan Nomor 34/PUU-XI/2013; Mahkamah

Halaman 9 dari 21. Kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali


Gunawan Raka & Partners

Konstitusi menyatakan bahwa putusan Nomor 34/PUU-XI/2013 tanggal 06


Maret 2014 tersebut secara mutatis mutandis berlaku pula terhadap objek
permohonan kedua putusan ini yaitu Pasal 66 ayat (1) UU MA dan Pasal 24
ayat (2) UU Kekuasaan Kehakiman; Bahwasanya atas dasar kedua putusan
Mahkamah Konstitusi tersebut, konsekuensi hukumnya adalah dengan serta
merta mematahkan argumen, logika dan dasar pertimbangan yang
dibangun Mahkamah Agung dalam SEMA 7 Tahun 2014, yang sekali lagi,
mendasarkan pembatasan PK lebih dari satu kali menjadi hanya boleh satu kali
pada Pasal 66 ayat (1) UU Mahkamah Agung dan Pasal 24 ayat (2) UU
Kekuasaan Kehakiman; Menurut Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut,
maka Mahkamah Agung seharusnya tidak dapat lagi mendasarkan ketentuan
dalam Pasal 66 ayat (1) UU Mahkamah Agung dan Pasal 24 ayat (2) UU
Kekuasaan Kehakiman sebagai pembatasan pengajuan PK lebih dari satu kali,
dengan kata lain Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung RI tanggal 31
Desember 2014 Nomor 07 Tahun 2014 tentang Pengajuan Permohonan
Peninjauan Kembali dalam perkara Pidana tersebut seharusnya gugur dan tidak
dapat dijadikan dasar hukum pertimbangan Majelis Hakim;
e. Disamping itu, bahwasanya Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung RI tanggal
31 Desember 2014 Nomor 07 Tahun 2014 tentang Pengajuan Permohonan
Peninjauan Kembali dalam perkara Pidana, tidak memiliki kekuatan hukum
mengikat seperti halnya peraturan perundang-undangan yang bersifat
mengatur (regeling) karena tidak termasuk dalam jenis peraturan perundang-
undangan sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 7 dan Pasal 8 Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan; SEMA pada asasnya hanyalah suatu produk peraturan
kebijakan (beleidsregel/policy rules) yang berisikan petunjuk teknis untuk
menjalankan tugas-tugas publik, sebagaimana dapat dicermati dari definisi
peraturan kebijakan (beleidsregel/policy rules) yaitu : “Peraturan kebijakan
adalah peraturan umum yang dikeluarkan oleh instansi pemerintahan
berkenaan dengan pelaksanaan wewenang pemerintahan terhadap warga
negara atau terhadap instansi pemerintahan lainnya dan pembuatan
peraturan tersebut tidak memiliki dasar yang tegas dalam UUD dan
undang-undang formal baik langsung maupun tidak langsung”;
f. Bahwasanya landasan hukum yang digunakan dalam pemberlakuan SEMA No.
7 Tahun 2014 memperhatikan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 24 ayat (2)
Undang-Undang No. 48 Tahun 2009, dan Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang
No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 5
Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 3 Tahun
2009 tentang Mahkamah Agung, dan oleh karena kedua pasal tersebut memiliki

Halaman 10 dari 21. Kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali


Gunawan Raka & Partners

materi pengaturan yang sama dengan materi Pasal 268 ayat (3) KUHAP yang
telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi No. 34/PUU-XI/2013, secara
otomatis juga ikut membatalkan materi pasal yang dijadikan landasan hukum
dalam pemberlakuan SEMA tersebut sehingga pembentukannya cacat formil
dan karenanya tidak memiliki kekuatan hukum mengikat;
g. Dengan demikian, Pertimbangan hukum Majelis Hakim pada Pemeriksaan PK
dalam perkara a quo inlitis sungguh sangat jelas memperlihatkan suatu
kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata dalam amar putusannya
yang menyatakan Permohonan PK dinyatakan tidak dapat diterima dan
karenanya beralasan untuk dibatalkan oleh Mahkamah Agung pada
Pemeriksaan Peninjauan Kembali, oleh karena bertentangan dengan
Konsiderans UU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang Undang
Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi yang menegaskan dan
menyatakan bahwa : “ Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu pelaku
Kekuasaan Kehakiman yang merdeka mempunyai peranan penting guna
menegakkan Konstitusi dan prinsip Negara Hukum sesuai dengan
kewenangannya sebagaimana ditentukan dalam UUD Negara RI “ ;
h. Pada akhirnya, dalam pertimbangan hukum Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 34/PUU-XI/2013 tanggal 06 Maret 2014 menyatakan pada pokoknya
sebagai berikut : “ ....... , dalam ilmu hukum terdapat azas litis finiri
oportet yakni setiap perkara harus ada akhirnya , namun menurut
Mahkamah hal itu berkait dengan Kepastian Hukum, sedangkan untuk
Keadilan dalam perkara pidana asas tersebut tidak secara rigid dapat
diterapkan karena dengan hanya membolehkan Peninjauan Kembali satu
kali, terlebih lagi manakala ditemukan keadaan baru (Novum), hal itu
justru bertentangan dengan Azas Keadilan yang begitu dijunjung tinggi
oleh Kekuasaan Kehakiman Indonesia untuk menegakkan hukum dan
Keadilan (Vide Pasal 24 ayat (1) UUD 1945) serta sebagai konsekwensi
dari asas Negara Hukum ” ;

B. SUATU KEKHILAFAN HAKIM ATAU SUATU KEKELIRUAN YANG NYATA


Bahwa Putusan Mahkamah Agung RI a quo Inlitis pada Pemeriksaan PK maupun
Putusan Judex Yuris Hakim Tingkat Kasasi dengan jelas telah memperlihatkan
suatu kekhilafan Hakim atau suatu Kekeliruan yang nyata dengan alasan :
PERTAMA :
Bahwa Judex Yuris pada tingkat Kasasi, hanya sekedar menilai dan mendasari
uraian Dakwaan Penuntut Umum dan terhadap Memori Kasasi yang dikemukakan
oleh Penuntut Umum sebagaimana terlihat pada halaman 70 s/d halaman 72
putusan kasasi a quo , dan dengan mengesampingkan Kontra Memori Kasasi

Halaman 11 dari 21. Kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali


Gunawan Raka & Partners

dari Terdakwa serta mengesampingkan Fakta hukum yang terungkap dalam


persidangan, hal tersebut didsarkan pada alasan :
a. Bahwa Judex Yuris/Majelis Hakim Kasasi sungguh-sungguh keliru menerapkan
hukum khususnya hukum pembuktian untuk dijadikan alasan membatalkan
putusan Judex Facti oleh karena tidak satupun alat bukti surat ataupun alat
bukti petunjuk yang dapat membuktikan adanya “peran” dari Terdakwa
(Terpidana) dalam merealisasikan atau melakukan pemindahan Dana/Kas
Daerah Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dari PT. Bank Lampung
Cabang Bandarjaya ke PT. Bank Tripanca Setiadana ;
b. Bahwa Judex Yuris/ Majelis Hakim Kasasi telah salah dalam mengkonstatir
fakta yang terungkap dalam persidangan, sehingga dalam mengkualifisir
keterangan Saksi Ir. Musawir Subing, MM. sungguh sangat keliru oleh karena
dalam keterangan / Kesaksian H.M. Herman Hasbullah saling berdiri sendiri dan
tidak didukung dengan alat bukti surat, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai “
Bukti Petunjuk “ adanya “Peran” Terdakwa/Terpidana; Selain itu, bahwasanya
pada bukti surat yang diajukan Penuntut Umum dalam persidangan, tidak
diketemukan adanya “Disposisi atau Persetujuan ataupun pendelegasian
wewenang maupun catatan perintah” dari Terdakwa kepada Ir. Musawir
Subing, MM untuk membuat surat bertindak untuk dan atas nama Bupati ;
Kecuali atas pengakuan Sdr. Ir. Musawir Subing , MM yang berdiri sendiri
(Unus testis nullus testis) ;
c. Bahwa sesuai fakta persidangan terungkap sesungguhnya H.M. HERMAN
HASBULLAH dalam pertemuan dan pembicaraannya dengan Ir. Musawir
Subing , MM memiliki “Peran Aktif “ melaksanakan seluruh proses pemindahan
Dana/Kas Daerah Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dari PT.Bank
Lampung Cabang Bandarjaya ke PT. Bank Tripanca Setiadana ;
d. Bahwa berdasarkan fakta hukum tersebut diatas , Judex Yuris Mahkamah
Agung dalam pemeriksaan Kasasi telah salah dalam mengkualifisir sehingga
dalam hal mengkonstituir / menerapkan hukum pembuktian telah lalai
menerapkan hukum pembuktian sebagaimana mestinya dan hanya sekedar
mengutip dan mempertimbangkan alasan keberatan kasasi Jaksa Penuntut
Umum ;

KEDUA :
Bahwa dalam perkara Terdakwa Hi. ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin
IBRAHIM SEPULAU RAYA (Perkara Pidana Nomor 434/Pid.Sus/2011/PN.TK.
tanggal 19 Oktober 2011 Juncto Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 313 K /
Pid.Sus / 2012 tanggal 09 Mei 2012 Juncto Putusan PK Nomor 173 PK /
Pid.Sus/2013 tanggal 11 Desember 2013 Juncto Putusan PK Nomor 240 PK /
Pid.Sus / 2014 tanggal 11 Agustus 2015) terlihat secara jelas dan tegas oleh Jaksa

Halaman 12 dari 21. Kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali


Gunawan Raka & Partners

Penuntut Umum menguraikan dalam Dakwaan Primair maupun dalam Dakwaan


Subsidair pada pokoknya menyatakan antara lain sebagai berikut :
“Bahwa Terdakwa Hi. ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin IBRAHIM
SEPULAU RAYA selaku Bupati Kepala Daerah Kabupaten Lampung Tengah
Periode Tahun 2005 s/d tahun 2010, bersama – sama dengan Ir. MUSAWIR
SUBING , MM selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Lampung Tengah
(Perkaranya pada tahap Upaya Hukum Kasasi), H.M. HERMAN HASBOELLAH,
SH ., MH selaku Pejabat Bendahara Umum Daerah ( BUD ) dan selaku
Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah ( PPKD )
Kabupaten Lampung Tengah ( Yang Perkaranya telah memperoleh Kekuatan
Hukum tetap ) dan SUGIHARTO WIHARJO Alias ALAY selaku Komisaris Utama
PT. BPR TRIPANCA SETIADANA dan seterusnya pada bulan Februari 2008
sampai dengan bulan Juni 2008 atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam
tahun 2008 ........... dst ;
Dilain hal : Dalam Perkara Terdakwa IR. MUSAWIR SUBING, MM Nomor :
1819/Pid.B/ 2009/PN.TK tanggal 30 Agustus 2010 Juncto Putusan Pengadilan
Tinggi Nomor 109/Pid/2010 Tanggal 23 Februari 2011 Juncto Putusan Kasasi
Nomor 1681 K/Pid.Sus/2011 tanggal 03 April 2012; Oleh Penuntut Umum dalam
Dakwaannya tanggal 04 Desember 2009 No.Reg.Perkara : PDS-
14/TJKAR/21/2009, baik dalam Dakwaan Primair maupun dalam Dakwaan Subsidir
telah menguraikan secara materiel bahwa :“ Terdakwa Ir. MUSAWIR SUBING ,
MM selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Lampung Tengah bersama – sama
dengan Saksi H.M. HERMAN HASBOELLAH , SH ., MM ( yang penuntutannya
diajukan secara terpisah ) pada bulan Februari 2008 sampai dengan bulan Juni
2008 ....dst “ ;
Mohon dicermati dan ditelaah lebih lanjut dalam putusan-putusan yang
berkaitan (telah dilampirkan sebagai bukti) :
 Bahwa pada surat Dakwaan Ir. MUSAWIR SUBING , MM sekalipun Locus dan
Tempus Delictinya sama, akan tetapi sesuai fakta hukum telah tidak terbukti
nama Terdakwa Hi. ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin IBRAHIM
SEPULAU RAYA dalam Dakwaan tersebut dinyatakan “secara bersama-sama”
dalam kaitan Penerapan Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana;
 Bahwa secara fakta Terdakwa Hi. ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin
IBRAHIM SEPULAU RAYA (Kini Terpidana) pada halaman 19 putusan a quo
hanya sebagai Saksi dan bukan sebagai Saksi Mahkota yang perkaranya
dipisah ( Splitsing );
 Dalam perkara Terdakwa Hi. HERMAN HAZBOELLAH , SH ., MM Nomor :
12 / Pid.TPK / 2014/PN.TK tanggal 11 Juni 2014 Juncto Putusan Pengadilan
Tinggi Nomor : 7 / Pid.Sus /2014/PT. TjK tanggal 27 Agustus 2014; Penuntut

Halaman 13 dari 21. Kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali


Gunawan Raka & Partners

Umum dalam dakwaannya bertanggal 03 Februari 2014, No.Reg Perkara :


PDS.02/GS/01/2014 ternyata baik dalam Dakwaan Primair, Subsidair dan
dalam Dakwaan Lebih Subsidair telah menguraikan secara materiel antara lain
pada pokoknya sebagai berikut : “ Terdakwa Hi. HERMAN HAZBOELLAH, SH
., MM selaku Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah ( BPKD)
Kabupaten Lampung Tengah bersama – sama Sdr. EDWIN M. ZUBAIR,
SE selaku Bendahara Pengeluaran pada Badan Pengelola Keuangan
Daerah Kabupaten Lampung Tengah ( Dilakukan Penuntutan secara
terpisah ) pada waktu yang tidak dapat ditentukan lagi dengan pasti sekira
Bulan Juni 2007 sampai dengan bulan Agustus 2007 .....dan seterusnya “ ;
 Bahwa dalam perkara Terdakwa Hi. HERMAN HABOELLAH, SH., MM oleh
Saksi Ir.MUSAWIR SUBING, MM sebagai Saksi dan bukan sebagai Saksi
Mahkota ( karena perkaranya Splitsing ) pada pokoknya menerangkan
tentang perkara Dana Bantuan Sosial yang dianggarkan pada Tahun 2007 yang
pengelolaannya pada Badan Pengelola Keuangan Daerah (Vide Putusan a quo,
halaman 84 s/d halaman 86);
 Terdakwa Hi. ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin IBRAHIM SEPULAU
RAYA ( Kini Terpidana ), hanya diperiksa sebagai Saksi dan bukan sebagai
Saksi Mahkota, yang pada pokoknya menerangkan dimuka persidangan
tentang dugaan tindak pidana korupsi penyimpangan penyaluran dana bantuan
sosial ( Vide putusan a quo halaman 89 s/d halaman 91 );
 Oleh karena itu :
 Pertimbangan hukum dalam perkara Peninjauan Kembali dengan Nomor
Perkara 173 PK /Pid.Sus/2013 tanggal 11 Desember 2013 “ Dengan jelas
memperlihatkan suatu kekhilafan Hakim atau merupakan suatu
kekeliruan yang nyata “ yang menyatakan Putusan Nomor 1681
K/Pid.Sus/2011 tanggal 3 April 2013 atas nama Musawir tidak dapat
dikualifisir sebagai bukti baru sebagaimana dimaksud Pasal 263 ayat (2) a,
karena putusan tersebut menolak permohonan Kasasi Penuntut Umum;
Artinya putusan Nomor 109/Pid/2010/PT.TK yang melepaskan Terdakwa
dari tuntutan Penuntut Umum karena perbuatan Terdakwa Musawir bukan
merupakan perbuatan pidana telah tepat dan benar dan perbuatan tersebut
telah diketahui sejak persidangan perkara a quo (Vide pertimbangan
putusan PK a quo inlitis pada halaman 53 dan halaman 54); Dengan kata
lain, dalam perkara Terdakwa / Terpidana ( Pemohon PK ) diuraikan oleh
Penuntut Umum dalam Dakwaannya dengan menyatakan “ secara bersama
– sama “ dengan Ir. Musawir Subing ( perkaranya pada tahap upaya hukum
Kasasi ) ; Dengan demikian : Maka yang dimaksudkan secara hukum
adalah putusan Kasasi Nomor 1681 K / Pid.Sus/2011 tanggal 3 April

Halaman 14 dari 21. Kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali


Gunawan Raka & Partners

2012 atas nama Terdakwa Ir.Musawir yang menolak permohonan


kasasi dari Penuntut Umum, sebagaimana dimaksudkan pula dalam
putusan Pengadilan Tinggi Nomor 109/Pid/2010/PT.TK tanggal 23
Februari 2011 yang amarnya “melepaskan Terdakwa Ir.Musawir Subing
dari segala tuntutan hukum” ;
 Suatu Kekeliruan yang Nyata dan Jelas memperlihatkan suatu Kekhilafan
Hakim dalam Putusan Terdakwa/Terpidana ( Kini Pemohon PK ) dalam
perkara Peninjauan Kembali Nomor : 173 PK/Pid.Sus/2013 tanggal 11
Desember 2013 dengan mempertimbangkan bahwa Putusan Pidana
Nomor : 1681 K/Pid.Sus/2011 Tanggal 3 April 2012 atas nama Terdakwa Ir.
Musawir tidak dapat dikualifisir sebagai Bukti Baru. Oleh karena, sekiranya
putusan Kasasi atas nama Terdakwa Ir.Musawir Subing dalam perkara
Nomor : 1681 K / Pid. Sus / 2011 tanggal 3 April 2012 yang menolak
Permohonan Kasasi Penuntut Umum dikarenakan adanya Putusan
Pengadilan Tinggi Nomor 109/Pid/2010/PT.TK tanggal 23 Februari 2011
dengan amar “ Melepaskan terdakwa Ir.Musawir dari segala tuntutan
hukum” , maka secara hukum terdapat keadaan baru ( Novum ) yang
menimbulkan dugaan kuat , bahwa jika keadaan itu sudah diketahui
pada waktu sidang masih berlangsung atas perkara Terdakwa Hi. Andy
Achmad Sampurna Jaya pada tingkat Kasasi dalam perkara Nomor 313
K/Pid.Sus/2012 yang diputus pada tanggal 09 Mei 2012 maka hasilnya
akan berupa putusan bebas atau putusan Lepas dari segala tuntutan
hukum atau setidaknya terhadap perkara itu diterapkan pidana yang
lebih ringan ; Mengingat, dalam uraian Dakwaan Penuntut Umum
dalam perkara terdakwa Hi. ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin
IBRAHIM SEPULAU RAYA dinyatakan “secara bersama-sama” dengan
Terdakwa Ir. Musawir; Karena itu pula, Putusan Peninjauan Kembali atas
nama Terdakwa/Terpidana ( Pemohon PK ) dalam perkara Nomor : 240 PK /
Pid.Sus/2014 tanggal 11 Agustus 2015 dalam pertimbangan hukumnya pada
halaman 42 s/d halaman 43 yang pada pokoknya mempertimbangkan
bahwa “Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 34/PUU-XI/2013 tanggal 6
Maret 2013 tidak berkekuatan hukum mengikat. Putusan MK tersebut tidak
berlaku surut dan adalah menjadi kewenangan Hakim untuk menilai dalam
penerapan hukum.....dst “; Merupakan putusan yang memperlihatkan suatu
kekhilafan Hakim;

KETIGA :
Bahwa putusan Nomor 240 PK/Pid.Sus/2014 tanggal 11 Agustus 2015 atas nama
Terdakwa/Terpidana ( Pemohon PK ) pertimbangan hukumnya sungguh sangat

Halaman 15 dari 21. Kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali


Gunawan Raka & Partners

summir dan tidak cukup alasan pertimbangan hukumnya (Onvoldoende


Gemotiverd ) juga memperlihatkan suatu kekhilafan Hakim yang nyata;
Hal ini didasari alasan hukum sebagai berikut :
a. Bahwa dalam perkara ansich, oleh Penuntut Umum dalam surat Dakwaannya
menguraikan secara jelas dan tegas yang pada pokoknya disimpulkan bahwa:
1. Dalam Dakwaan Primair :
Diterapkan Pasal 2 ayat (1) Jo Pasal 18 Juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHPidana), dengan menguraikan pada pokoknya Terdakwa Hi. ANDY
ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin IBRAHIM SEPULAU RAYA selaku Bupati
Lampung Tengah “Bersama Sama” dengan Ir. Musawir Subing, MM selaku
Sekretaris Daerah Kabupaten Lampung Tengah ( Perkaranya dalam tahap
Kasasi ), ..........dst “ ;
2. Dalam Dakwaan Subsidair :
Diterapkan Pasal 3 Jo. Pasal 18 Juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana;
3. Dalam Dakwan Lebih Subsidair :
Diterapkan Pasal 5 ayat (2) Jo.Pasal 5 ayat (1) huruf “b” ; Tanpa adanya
diterapkan Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana ;
Bahwa dengan bentuk Dakwaan sebagaimana tersebut diatas yaitu diterapkan
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana, maka konsekuensi hukumnya bahwa
perkara Terdakwa Hi. ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin IBRAHIM
SEPULAU RAYA secara hukum berhubungan erat dan terkait sehingga
dengan demikian tidak bisa dilepaskan dari Perkara Terdakwa IR.
MUSAWIR SUBING dalam Putusan Pengadilan Tinggi ( Perkara Nomor :
109/Pid/2010 /PT.TK tanggal 23 Februari 2011 yang Membatalkan Putusan
Pengadilan Negeri Tanjung Karang tanggal 30 Agustus 2010 Nomor
1819/Pid.B/2009 /PN.TK dengan Amar Putusan pada pokoknya “Melepaskan
Terdakwa dari segala Tuntutan Hukum (ontslag van alle rechvervoolging)”;
Dengan adanya hubungan dan keterkaitan erat antara kedua perkara tersebut,
maka konsekuensi yuridisnya adalah bahwasanya seharusnya kedua perkara
tersebut dapat diperiksa dan diputus dalam satu berkas perkara, sehingga tidak
mengakibatkan putusan yang kontradiktif antara kedua perkara dimaksud;
1. Bahwa Penuntut Umum mengajukan Permohonan Kasasi dan berdasarkan
Putusan Mahkamah Agung Nomor 1681 K /Pid.Sus/2011 tanggal 03 April 2012
dengan amar putusan “ Menolak Permohonan Kasasi Jaksa Penuntut Umum
pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung “; Dengan demikian, secara
hukum terdapat keadaan baru ( Novum ) bahwa jika keadaan itu incasu
Splitsing Putusan Nomor : 1681 K/Pid.Sus/2011 tanggal 03 April 2012
tersebut sudah diketahui pada waktu sidang belum diputus dalam perkara
Kasasi Nomor 313 K/Pid.Sus/2012 tanggal 09 Mei 2012; Maka, Secara
Formil Bukti Novum berupa Putusan Kasasi Nomor 1681 K/Pid.Sus/2011

Halaman 16 dari 21. Kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali


Gunawan Raka & Partners

tanggal 03 April 2012 yang diajukan oleh Terdakwa /Terpidana (Pemohon


PK) telah memenuhi syarat Formil sebagai adanya 2 (dua) Putusan telah
bertentangan satu dengan yang lain ( Vide Pasal 263 KUHAP );
Inilah kekeliruan dan kekhilafan yang nyata dan tidak dipertimbangkan
oleh Mahkamah Agung dalam pemeriksaan PK sebelumnya;

C. SUATU KEKHILAFAN HAKIM ATAU SUATU KEKELIRUAN YANG NYATA


MENGENAI PIDANA UANG PENGGANTI
Putusan PK dalam perkara Nomor 240 PK /Pid.Sus/2014 tanggal 11 Agustus 2015
telah tidak secara cermat memperhatikan pertimbangan hukum perkara Nomor :
173 PK/Pid.Sus/2013 tanggal 11 Desember 2013 yang mempertimbangkan pada
pokoknya antara lain menyatakan “ ......, Bahwa gugatan tersebut tidak
menghapuskan perbuatan pidana yang dilakukan oleh
terdakwa/Terpidana/Pemohon Peninjauan Kembali ; Dan sekiranya : Putusan
PK dalam perkara Nomor 240 PK/Pid.Sus/2014 a quo memasuki Materi Perkara,
maka akan terlihat Kekeliruan yang nyata dalam putusan PK Nomor 173
PK/Pid.Sus/2013 antara lain sebagai berikut :
a. Pada halaman 54 putusan PK Nomor 173 /Pid.Sus/2013 tanggal 11
Desember 2013 dipertimbangkan dengan menyatakan antara lain pada
pokoknya sebagai berikut : “Perkara Perdata Nomor :
88/Pdt.G/2008/PN.TK Juncto Nomor 37/Pdt/2009/PT.TK merupakan
upaya Pemda Lampung Tengah agar PT. BPR Tripanca Setiadana
mengembalikan uang milik Pemda Lampung Tengah yang belum dapat
dikembalikan dan asset PT. BPR Tripanca telah disita sebagai barang
bukti dalam perkara atas nama Terpidana SUGIARTO” ; Bahwasanya
pertimbangan hukum tersebut diatas, sungguh nyata memperlihatkan suatu
kekhilafan Hakim dan kekeliruan yang nyata, oleh karena dalam perkara a
quo inlitis tidak ada nama Terpidana SUGIARTO (baik dalam Dakwaan
maupun dalam Gugatan Perdata inlitis). Setidak – tidaknya secara
hukum : Bahwa dengan adanya Gugatan perkara Perdata Nomor :
88/Pdt.G/2008/PN.TK Juncto Nomor 37/Pdt/2009/PT.TK dimenangkan
oleh Pemda Lampung Tengah dengan amar putusan menyatakan
“Menghukum Tergugat untuk mengembalikan simpanan deposito
sebesar Rp. 28.000.000.000 (duapuluh delapan milyar rupiah) termasuk
bunga 12%...” merupakan alasan yang berdasar dan dapat dibuktikan
menurut hukum untuk menghapus dan menghilangkan pidana
Pembayaran Uang Pengganti sebesar Rp. 20.500.000.000 ;- (Duapuluh
Milyar Limaratus Juta Rupiah) maupun pidana Penjara kepada diri

Halaman 17 dari 21. Kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali


Gunawan Raka & Partners

Pemohon PK/Terpidana Hi. ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin


IBRAHIM SEPULAU RAYA, dengan alasan sebagai berikut :
1. Bahwa berdasarkan Surat Bupati Lampung Tengah Nomor :
180/39a/Setda.1.02/2018 bertanggal 09 April 2018 (Novum)
berperihal “Keterangan” yang ditujukan kepada Kepala Lapas Kelas
I Bandar Lampung telah membuktikan bahwa Kerugian Keuangan
Negara terkait hal tersebut diatas, telah dikembalikan ke Pemda
Kabupaten Lampung Tengah. Dengan demikian Kerugian Keuangan
Negara sebagaimana diperhitungkan dalam perkara pidana Hi.
ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin IBRAHIM SEPULAU RAYA,
berdasarkan putusan Perkara Perdata Nomor 88/Pdt.G/2008/PN.TK
Juncto Nomor 37/Pdt/2009/PT.TK tidak lagi dibebankan tanggung
jawabnya kepada Hi. ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin
IBRAHIM SEPULAU RAYA;
2. Bahwa Penerapan Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana
telah diubah dan ditambah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tipikor terkait “ Recovery Asset “ hanyalah
ditujukan kepada Harta Benda Milik Terdakwa yang diperoleh dari
Kejahatan; Dengan demikian Harta Benda milik Terdakwa tidak
dapat dijadikan objek penyitaan dan Pelelangan untuk membayar
uang pengganti sejumlah Rp.20.500.000.000 yang bukan karena
peranan dan kesalahan Terdakwa / Terpidana kini sebagai Pemohon
Peninjauan Kembali;
b. Bahwa dalam amar Putusan Kasasi Nomor 313 K/PID.SUS/2012 tertanggal
09 Mei 2012, dinyatakan bahwasanya terhadap Terdakwa / Terpidana kini
sebagai Pemohon Peninjauan Kembali (amar putusan halaman 73 angka 3)
“Menjatuhkan pidana tambahan berupa pembayaran uang pengganti
sebesar Rp. 20.500.000.000,00 (dua puluh milyar lima ratus juta rupiah)
….dst”. Darimanakah diperhitungkan pidana tambahan berupa pembayaran
uang pengganti sebesar Rp. 20.500.000.000,00 (dua puluh milyar lima ratus
juta rupiah) tersebut ? Oleh karena jumlah itu secara hukum tercatat
merupakan pinjaman atas nama beberapa orang dan bukan atas nama
Terdakwa / Terpidana kini sebagai Pemohon Peninjauan Kembali kepada
PT. BPR Tripanca Setiadana, dan tidak sesuai pula jumlahnya dengan
dalil kerugian keuangan Negara, yang didalilkan sejumlah Rp.
28.000.000.000,00 (dua puluh delapan milyar rupiah);
c. Bahwa keterangan Saksi YUDI SAPUTRA, SH. Sebagai saksi yang membawa
novum yaitu bukti surat P-12 berupa Surat Bupati Lampung Tengah Nomor :
180/39a/Setda.1.02/2018 bertanggal 09 April 2018 yang ditujukan kepada

Halaman 18 dari 21. Kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali


Gunawan Raka & Partners

Kepala Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Karang, yang pada pokoknya


surat tersebut adalah terkait dengan keterangan tidak adanya kerugian
Negara yang dilakukan oleh Hi. ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin
IBRAHIM SEPULAU RAYA berdasarkan putusan perdata yang di
menangkan oleh Pemerintah Daerah Lampung Tengah, hal ini saling
bersesuaian dan saling mendukung dengan keterangan Saksi Hanis yang
menyatakan bahwasanya laporan APBD terakhir Pemerintah Daerah
Lampung Tengah adalah APBD Tahun 2017 yang dilaporkan pada
pertengahan Tahun 2018, dan asset lain-lain berupa deposito sejumlah Rp.
28 milyar pada PT. BPR Tripanca Setiadana tetap tercatat sebagai asset
Pemerintah Daerah Lampung Tengah, sehingga dengan adanya pencatatan
asset tersebut, asset tersebut tetap ada dan tetap merupakan asset
Pemerintah Daerah Lampung Tengah, oleh karena itu dalam perkara tipikor
atas nama Hi. ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin IBRAHIM SEPULAU
RAYA, kerugian Negara dalam hal ini tidak ada, dikarenakan asset itu
tetap tercatat sebagai milik Pemerintah Daerah Lampung Tengah dan
sudah ada putusan perdata sebagai dasar hukumnya;
d. Bahwa seandainyapun (quot non) benar didalilkan adanya kerugian Negara
sejumlah Rp. 28.000.000.000,00 (dua puluh delapan milyar rupiah), dan itu
sudah tercover dalam Putusan Perkara Perdata Nomor
88/Pdt.G/2008/PN.TK Juncto Nomor 37/Pdt/2009/PT.TK, kemudian
Terdakwa / Terpidana kini sebagai Pemohon Peninjauan Kembali sanggup
membayar pidana tambahan uang pengganti sebesar Rp.
20.500.000.000,00 (dua puluh milyar lima ratus juta rupiah), maka Negara
akan memperoleh pengembalian sejumlah Rp. 48.500.000.000,00 (empat
puluh delapan milyar lima ratus juta rupiah), apakah dalam hal ini Negara
menegakkan keadilan atau mencari keuntungan ?

V. PERMOHONAN
Terlepas dari semua uraian dan alasan hukum tersebut diatas, Pemohon
Peninjauan Kembali tetap percaya bahwasanya hukum adalah satu-satunya sarana untuk
memperoleh KEADILAN, dan Peninjauan Kembali adalah salah satu upayanya. Oleh
karenanya Pemohon Peninjauan Kembali memohon kiranya Yang Mulia Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Tanjung Karang sebagai Penegak Hukum dan Keadilan, berkenan
untuk memberikan pendapat dan selanjutnya demi tegaknya hukum dan keadilan
mengirimkan Permohonan Peninjauan Kembali ini kepada Yang Mulia Ketua Mahkamah
Agung RI, sehingga Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim Agung pada
Pemeriksaan Peninjauan Kembali berkenan memeriksa dan DEMI KEADILAN
menjatuhkan putusan :

Halaman 19 dari 21. Kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali


Gunawan Raka & Partners

MENGADILI
1. Menerima dan Mengabulkan Permohonan Peninjauan Kembali dari Terdakwa
kini Terpidana Hi. ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin IBRAHIM SEPULAU
RAYA tersebut ;
2. Membatalkan Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 11 Agustus 2015 Nomor :
240 / PK / Pid,Sus / 2014 Juncto Putusan Mahkamah Agung Tanggal 11
Desember 2013 Nomor 173 PK / Pid.Sus/2013 Juncto Putusan Kasasi tanggal
09 Mei 2012 Nomor 313 K / Pid.Sus/ 2012 yang telah membatalkan Putusan
Pengadilan Negeri Kelas I A Tanjung Karang Nomor 434 / Pid.Sus / 2011 / PN.
TK tanggal 19 Oktober 2011
DAN MENGADILI SENDIRI
1. Menyatakan Terdakwa kini Terpidana Hi. ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin
IBRAHIM SEPULAU RAYA tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam dakwaan
Primair, Subsidair maupun pada Dakwaan Lebih Subsidair :
2. Membebaskan Terdakwa kini Terpidana Hi. ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA
Bin IBRAHIM SEPULAU RAYA dari seluruh Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
tersebut;
Atau Setidak – tidaknya :
Melepaskan Terdakwa kini Terpidana Hi. ANDY ACHMAD SAMPURNA JAYA Bin
IBRAHIM SEPULAU RAYA dari seluruh Dakwaan Penuntut Umum ;
Atau Setidak – Tidaknya :
Penuntutan dari Penuntut Umum tidak dapat diterima ;
3. Merehabilitir Nama Baik Terdakwa kini Terpidana Hi. ACHMAD SAMPURNA
JAYA Bin IBRAHIM SEPULAU RAYA serta memulihkan hak Terdakwa kini
Terpidana tersebut dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta
martabatnya;
4. Menetapkan bahwa Barang Bukti yang telah disita berdasarkan Berita Acara
Penyitaan dikembalikan kepada yang paling berhak dari mana barang bukti
tersebut disita;
5. Membebankan biaya perkara yang timbul dalam perkara kepada Negara.

Dan sekiranya : Ketua dan Anggota Majelis Hakim Agung yang Mulia dalam
Pemeriksaan P K ini berpendapat lain;

Mohon kiranya Pidana Penjara terhadap diri Terdakwa/Terpidana diberikan


keringanan seringan-ringannya dan dengan menghilangkan atau menghapuskan
Pidana Denda dan Pidana Pembayaran Uang Pengganti atas diri Terdakwa /
Terpidana;

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan petunjuk serta melimpahkan
kekuatan, kesehatan kepada Ketua dan Anggota Majelis Hakim Agung yang Mulia pada
Pemeriksaan Peninjauan Kembali.
Hormat Kami,

Halaman 20 dari 21. Kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali


Gunawan Raka & Partners

Penasehat Hukum Pemohon Peninjauan Kembali

1. GUNAWAN RAKA, SH., MH., 2. IMMANUEL CML TOBING., SH.,

3. AGUNG WALUYO., SH. MH., 4. AZWIR ADE PUTRA., SH.,

5. TERRY ABDUL RAHMAN M., SH., MH., 6. CICI HAIRIA DEWI., SH.,MH.

Halaman 21 dari 21. Kesimpulan Pemohon Peninjauan Kembali

Anda mungkin juga menyukai