Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA UJIAN HUKUM ACARA PERADILAN TATA


USAHA NEGARA
(HAPTUN)

Disusun Oleh :

Nama : Ghali Fakhruddin Malik

NIM : 1901115056

Program Studi : S1 Ilmu Hukum / Hukum

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS YOS SOEDARSO
1. Pengertian Gugatan Sengketa Peradilan Tata Usaha Negara

Gugatan sengketa peradilan tata usaha negara adalah permohonan seseorang atau badan
hukum perdata secara tertulis yang merasa kepentingannya merasa dirugikan oleh suatu
keputusan Tata Usaha Negara.

2. Dasar Hukum dan Alasan yang dapat digunakan dalam Mengajukan Gugatan Sengketa
Peradilan Tata Usaha Negara

Dasar hukum Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terdiri dari tiga instrumen, yaitu
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986, Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 (perubahan
pertama dari UU No. 5 Tahun 1986) dan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009
(perubahan kedua dari UU No. 5 Tahun 1986). Sebelum dikeluarkannya UU No. 5 Tahun
1986, peradilan administrasi Indonesia masih bersifat semu.PTUN pada masa itu
merupakan peradilan administratif yang terdapat dalam ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor II/MPRS/1960.

3. Asas- Asas Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara

a. Asas praduga rechtmatig


setiap tindakan pemerintahan selalu dianggap rechtmatig sampai ada pembatalan
(lihat Pasal 67 ayat (1) dan ayat (4) huruf a UUPTUN).
b. Asas para pihak harus didengar.

c. Asas kesatuan beracara.

4. Upaya Hukum yang Harus Dilakukan Terhadap Putusan Peradilan Tata Usaha Negara

Permohonan pemeriksaan banding diajukan secara tertulis oleh pemohon atau kuasanya
kepada Pengadilan Tata Usaha Negara yang menjatuhkan putusan tersebut dalam jangka
waktu 14 hari setelah putusan pengadilan itu diberitahukan kepadanya secara
sah.Selambatnya 30 hari. setelah permohonan banding, panitera memberitahukan kepada
kedua belah pihak agar mereka melihat berkas perkara di kantor PTUN. Tenggang
waktunya 30 hari sejak mereka menerima pemberitahukan dari panitera tersebut. Salinan
putusan, berita acara, dan surat lain yang bersangkutan harus dikirimkan kepada panitera
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara selambat-lambatnya 60 hari setelah pernyataan
permohonan pemeriksaan banding. Para pihak dapat menyerahkan memori banding
dan/atau kontra memori banding serta surat keterangan dan bukti kepada panitera
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dengan perantaraan panitera pengadilan tingkat
pertama. Undang-undang No. 5 Tahun 1986 tidak mengatur batas waktu pemeriksaan
perkara di Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Setelah majelis hakim pada Pengadilan
Tinggi memutuskan perkara itu, dalam jangka waktu 30 hari, panitera Pengadilan Tinggi
TUN harus mengirimkan salinan putusannya kepada PTUN yang memutus dalam
pemeriksaan tingkat pertama.Pemeriksaan tingkat banding bersifat devolutif, artinya
seluruh pemeriksaan perkara pada pengadilan tingkat pertama, dipindahkan dan diulang
oleh Pengadilan Tinggi yang bersangkutan. Pengadilan Tinggi seperti duduk di tempat
hakim tingkat pertama.PTUN juga mengatur upaya hukum kasasi dan peninjauan kembali.
Kedua upaya hukum ini diajukan kepada Mahkamah Agung. Upaya hukum Peninjauan
Kembali dapat dilakukan terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap. Acara pemeriksaan upaya hukum kasasi diatur dalam Pasal 55 Ayat (1)
Undang-undang No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, sedangkan acara
pemeriksaan upaya hukum peninjauan kembali diatur pada Pasal 77 Ayat (1) undang-
undang yang sama. Pasal 55 Ayat (1) Undang-undang tentang Mahkamah Agung
menentukan bahwa pemeriksaan kasasi untuk perkara yang diputus oleh Pengadilan di
Lingkungan Peradilan TUN dilakukan menurut ketentuan undang undang ini. Dan
undang-undang itu sebenarnya hanya mengatur mengenai peradilan umum.Sedangkan
upaya hukum Peninjauan Kembali diatur dalam Pasal 67-75 Undang-undang No. 14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung. Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat
diajukan satu kali saja dan diajukan secara tertulis. Jangka waktunya selama 180 hari.
Permohonan ini tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan pengadilan
yang terhadapnya dimohonkan pemeriksaan peninjauan kembali.

5. Yang Dimaksud dengan Perlawanan Pihak Ketiga dalam Sengketa Peradilan Tata Usaha
Negara

Pihak ketiga, yaitu orang atau badan hukum perdata yang mempunyai kepentingan dalam
sengketa pihak lain yang sedang diperiksa oleh pengadilan yang masuk sebagai pihak,
baik atas prakarsa sendiri dengan mengajukan permohonan, maupun atas prakarsa hakim.

6. Upaya Penyelesaian Sengketa Peradilan Tata Usaha Negara secara Administratif

Upaya administratif adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seorang atau badan
hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu Keputusan Tata Usaha Negara.
Prosedur tersebut dilaksanakan di lingkungan pemerintahan sendiri dan terdiri atas dua
bentuk:

a. Keberatan

Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang dilakukan sendiri oleh Badan/Pejabat
Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara.

b. Banding Administratif

Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang dilakukan oleh instansi atasan atau
instansi lain dari Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan
Tata Usaha Negara, yang berwenang memeriksa ulang Keputusan Tata Usaha Negara
yang disengketakan.

Anda mungkin juga menyukai