Disusun oleh :
Mutiara Devika - 19010000081
Fakultas Hukum
Universitas Merdeka Malang
1. Materi Pertama (Putusan yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat TUN)
Maka dalam hal ini Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) adalah suatu
penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang
berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Selanjutnya menengok pasal 2 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
tentang perubahan kesatu (amandemen ke 1) Atas Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 Peradilan Tata Usaha Negara, yaitu; yang Tidak termasuk dalam
pengertian Keputusan Tata Usaha Negara menurut Undang-Undang ini :
1. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata
2. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum
3. Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan persetujuan
4. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
atau peraturan perundang-undangan lai yang bersifar hukum pidana
5. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan
badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
6. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Tentara Nasional Indonesia
7. Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di pusat maupun di daerah mengenai
hasil pemilihan umum
Alur Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara sendiri ada dua yaitu upaya
administratif dan gugatan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara.
1. Upaya Administratif ini diatur dalam Pasal 48 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 Peradilan Tata Usaha Negara, Upaya administratif merupakan
suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seorang atau badan hukum perdata
apabila ia tidak puas terhadap suatu Keputusan Tata Usaha Negara. Prosedur
tersebut dilaksanakan di lingkungan pemerintahan sendiri dan terdiri atas dua
bentuk:
a. Keberatan, penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang dilakukan sendiri
oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata
Usaha Negara.
b. Banding Administratif, penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang
dilakukan oleh instansi atasan atau instansi lain dari Badan/Pejabat Tata
Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara, yang
berwenang memeriksa ulang Keputusan Tata Usaha Negara yang
disengketakan .
Pemeriksaan dengan acara biasa, hal ini diatur dalam Pasal 68 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang berbunyi:
1. Pengadilan memeriksa dan memutus sengketa Tata Usaha Negara dengan tiga
orang Hakim
2. Pengadilan bersidang pada hari yang ditentukan dalam surat panggilan
3. Pemeriksaan sengketa Tata Usaha Negara dalam persidangan dipimpin oleh
Hakim Ketua Sidang
4. Hakim Ketua Sidang wajib menjaga supaya tata tertib dalam persidangan tetap
ditaati setiap orang dan segala perintahnya dilaksanakan dengan baik
Gugatan tidak diterima, dalam hal ini syarat-syarat gugatan tersebut tidak
terpenuhi, syarat yang dimaksud adalah syarat formil dan syarat materilnya, dalam hal
ini syarat formil diatur dalam pasal 56 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Gugatan harus memuat:
1) Nama, kewarganegaraan, tempat tinggal, dan pekerjaan penggugat, atau kuasanya
2) Nama, jabatan, dan tempat tinggal kedudukan tergugat
3) Dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan oleh Pengadilan
Apabila gugatan dibuat dan ditandatangani oleh seorang kuasa penggugat, maka
gugatan harus disertai surat kuasa yang sah. Gugatan sedapat mungkin juga disertai
Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan oleh penggugat. Kemudian untuk
syarat materil diatur dalam pasal Pasal 53 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
tentang perubahan kesatu (amandemen ke 1) Atas Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 Peradilan Tata Usaha Negara, dalam hal ini penggugat kalah.
4) Gugatan gugur, penggugat tidak pernah hadir atau tidak pula menyuruh kuasanya
untuk datang menghadiri persidangan tersebut, meskipun telah dipanggil secara
sah dan patut, dalam hal ini penggugat kalah.