Anda di halaman 1dari 15

PERADILAN TATA USAHA NEGARA (PTUN)

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 7 :


- ZELA AULIA JAHARANI 2108206089
- HIKMAH ATFALINA 2108206053
- EKA PERMANA 2108206078
- YUNUS NUGRAHA 2108206074
PENGERTIAN PTUN

MENURUT PASAL 48 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG


PERADILAN TATA USAHA NEGARA YAITU “ PERADILAN TATA USAHA NEGARA
ADALAH SALAH SATU PELAKU KEKUASAAN KEHAKIMAN BAGI RAKYAT
PENCARI KEADILAN TERHADAP SENGKETA TATA USAHA NEGARA”
SUBJEK DAN ASAS PTUN

◼ Subjek dari sengketa tata usaha negara antara ◼ ASAS - ASAS PTUN : 1. Asas praduga rechtmatig
lain perseorangan/individu atau badan privat 2. Pembuktian bebas (Pasal 107 UU PTUN) 3.
(sebagai pihak Penggugat), dan di lain pihak Hakim bersifat aktif 4. Putusan memiliki
pejabat dan/atau lembaga pemerintahan negara kekuatan mengikat 5. Acara dilangsungkan
yang berwenang sebagai pihak Tergugat. dengan tertulis.
KOMPETISI PTUN

A. Kompetensi Absolut
- Pasal 47 UU PTUN “Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan sengketa TUN.
- Untuk menyelesaikan sengketa TUN yang timbul antara badan atau pejabat
TUN dengan orang atau badan hukum perdata.
- Pasal 4 UU PTUn mengatur tegas kewenangan dari PTUN.
B. Kompetensi Relatif
- Dilihat dari asas Actor Sequuitur Forum Rei (yang berwenang adalah
pengadilan tempat kedudukan tergugat),
- kewenangan diatur dalam pasal 54
Obyek Tata Usaha Negara
Obyek dalam Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) adalah Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN).
Keputusan Tata Usaha Negara adalah penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan
hukum perdata. Berikut kriteria dari KTUN:

1. Penetapan tertulis bukan hanya dilihat dari bentuknya saja tetapi lebih ditekankan kepada isinya, yang berisi
kejelasan tentang:

a. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara mana yang mengeluarkannya;


b. Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan tersebut; dan
c. Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan di dalamnya.

2. Dikeluarkan oleh badan atau pejabat TUN.


3. Berisi tindakan Hukum TUN
4. Berdasarkan Peraturan perundang-undangan
5. Bersifat konkret, Individual, dan final.
KEWENANGAN DAN SUSUNAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA

Pasal 47 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 menyebutkan bahwa: ”Pengadilan bertugas dan
berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara”. Dengan demikian,
maka wewenang PTUN dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Memeriksa,
2. Memutus, dan
3. Menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara.
Ketiga kewenangan ini merupakan Kekuasaan Absolut (Kompetensi Absolut) dari pengadilan di
lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara. PTUN tidak mempunyai wewenang untuk memeriksa, memutus
dan menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara tertentu dalam hal keputusan yang disengketakan itu
dikeluarkan :
a. Dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam atau keadaan luar biasa yang
membahayakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Susunan Pengadilan dan Tempat Kedudukan
Kekuasaan Kehakiman di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dilaksanakan dalam 3 (tiga) tingkatan peradilan,
yaitu:
1. Makhamah Agung;
- Kasasi
- Ada di Ibu Kota Negara yaitu Jakarta.
2. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara;
- diatur dalam Pasal 51 UU No. 5 Tahn 1986
- Banding
- Ada di tingkat Provinsi
3. Pengadilan Tata Usaha Negara
- tingkat pertama
- Ada di Kabupaten
- Pengadilan Tata Usaha Negara dibentuk berdasarkan Kepres, yang pertama sekali terbentuk berdasarkan
Kepres Nomor 52 Tahun 1990 adalah Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, Medan, Palembang, Surabaya
dan Ujung Pandang. Selanjutnya yang dibentuk berdasarkan Kepres Nomor 16 Tahun 1992 adalah Pengadilan
Tata Usaha Negara Semarang, Bandung dan Padang.
KEIKUTSERTAAN PIHAK KETIGA DAN DASAR PENGUJIAN
KTUN
KEIKUTSERTAAN PIHAK KETIGA
DALAM PROSES PENYELESAIAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA YANG SEDANG BERLANGSUNG, DI SAMPING
PENGGUGAT DAN TERGUGAT KADANG-KADANG ADA PIHAK KETIGA YANG MEMPUNYAI KEPENTINGAN TERHADAP
PENYELESAIAN SENGKETA TATA USAHAN NEGARA TERSEBUT, SEHINGGA KEPADANYA PERLU DIBERIKAN KESEMPATAN
UNTUK IKUT SERTA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA YANG DIMAKSUD..
- Sering disebut dengan Pihak Intervensi
- Diatur Dalamm Pasal No. 83 UU No. 5 tahun 1986.
1. Selama pemeriksaan berlangsung, setiap orang berkepentingan dalam sengketa pihak lain yang
sedang diperiksa oleh pengadilan baik atas prakarsa sendiri dengan mengajukan permohonan maupun
atas prakarsa hakim, dapat masuk dalam sengketa tata usaha negara dan bertindak sebagai:
a. Pihak yang membela haknya, atau
b. Peserta yang bergabung dengan salah satu pihak yang bersengketa
2. Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat dikabulkan atau ditolak oleh pengadilan
dengan putusan yang dicantumkan dalam berita acara sidang.
3. Permohonan Banding Terhadap putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 tidak dapat
diajukan sendiri, tetapi harus bersama-sama dengan permohonan banding terhadap putusan akhir dalam
pokok sengketa.
PENYELESAIAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA
- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara jo Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara jo ndang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
- Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara
antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik
di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara,
termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Alur Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara
1. Upaya Administratif, Upaya administratif adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seorang atau
badan hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu Keputusan Tata Usaha Negara. Prosedur
tersebut dilaksanakan di lingkungan pemerintahan sendiri dan terdiri atas dua bentuk:
- Keberatan
- Banding Administratif
1. Upaya Peradilan, dilakukan dengan cara mengajukan gugatan ke pengadilan.
Gugatan Melalui Pengadilan Tata Usaha Negara
A. Tenggang waktu mengajukan gugatan
- Pasal 55 UU PTUN “Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan
puluh hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya keputusan badan atau
pejabat tata usaha negara”
- Apabila tenggang waktu 90 hari tidak digunakan oleh mereka yang berhak mengajukan
gugatan, maka KTUN tersebut tidak dapat diganggu gugat lagi.
A. Alasan Mengajukan gugatan
- Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Bertentangan dengan Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik
A. Prosedur Dimissial
- Akan dilakukan pemeriksaan dimissial
- Gugatan dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar dalam hal Pokok gugatan tidak
masuk dalam wewenang pengadilan, syarat-syarat gugatan tiak terpenuhi, gugatan tidak
didasarkan pada alasan yang layak, yang dituntut sudah terpenuhi oleh KTUN yang
digugat, gugatan diajukan sebelum waktunya atau telah lewat waktunya.
PEMBUKTIAN
Undang-Undang menentukan tentang luas pembuktian yang ada
dalam Pasal 107 menyatakan: Kewajiban untuk membuktikan itu
tidak ada pada para pihak, tetapi barang siapa diberi beban
membuktikan sesuatu dan ia tidak melakukannya akan
menanggung resiko, bahwa beberapa fakta yang mendukung
positanya akan dikesampingkan dan dianggap tidak terbukti. Jadi
beban pembuktian itu mengandung resiko pembuktian
1. Alat Bukti
2. Penilaian Atas Alat Bukti
PUTUSAN

◼ A. Putusan Sela atau Putusan Antara (Interlocutoir Vonis), merupakan putusan yang mendahului
dikeluarkannya putusan akhir. Putusan Sela ini berguna dalam hal memperlancar pemeriksaan perkara.
Putusan Sela meliputi :Putusan Provisi, yaitu putusan yang diambil segera mendahului putusan akhir tentang
pokok perkara, karena adanya alasan-alasan yang mendesak untuk itu. Misalnya putusan untuk menunda
pelaksanaan Putusan Tata Usaha Negara yang disengketakan atau untuk mengijinkan Penggugat berperkara
secara Cuma-Cuma (prodeo).Putusan Insidentil, yaitu putusan sela yang diambil secara insidentil, karena
adanya alasan-alasan tertentu. Misalnya karena kematian Kuasa Penggugat atau Tergugat.B. Putusan Akhir,
merupakan putusan yang mengakhiri suatu sengketa atau perkara dalam suatu tingkatan peradilan tertentu.
Putuisan Akhir ini terdiri dari :Putusan akhir yang bersifat menghukum (condemnatoir). Putusan condemnatoir
adalah putusan yang bersifat menkum pihak yang dikalahkan untuk memenuhi prestasi, meliputmemberi,
berbuat dan tidak berbuat.Putusan akhir yang bersifat menciptakan (constitutif). Putusan constitutif adalah
putusan yang meniadakan atau menciptakan keadaan hukum.Putusan Declaratoir adalah putusan yang isinya
bersifat menerangkan atau menyatakan apa yang sah.
UPAYA HUKUM

Upaya hukum merupakan hak dari pihak yang dikalahkan untuk tidak
menerima putusan pengadilan, yang berupa perlawanan atau banding
atau kasasi atau hak untuk mengajukan pemohonan peninjauan kembali
dalam hal menuntut cara yang diatur dalam undang-undang. Upaya
hukum terhadap putusan pengadilan ialah usaha untuk mencari keadilan
pada tingkat pengadilan yang lebih tinggi dari pengadilan yang
menjatuhkan putusan tersebut.
Upaya hukum yang tersedia dalam hukum acara Peratun adalah
sebagai berikut :
1. Perlawanan putusan dismissal
2. Pemerikasaaan banding
3. Pemeriksaan Kasasi
THANK
YOU
Daftar Pustaka
Panjaitan, Budi. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. UIN Sumatera Utara.
https://yuridis.id/jenis
https://jurnal.uns.ac.id/yuristia/article/view/10644#:~:text
https://www.edudetik.com/2018/09/makalah-keikut-pesertaan-pihak-ketiga.
html
https;//fjp-lw.com/id/kewenangan-pengadilan-tata-usaha-negara/

Anda mungkin juga menyukai