PENGERTIAN
Pengertian Tentang HAN
PENGADILAN
PERADILAN
KWASI PERADILAN / UPAYA
ADMINISRASI
PERADILAN ADMINISTRASI
Pasal 1 UU No. 51 Tahun 2009
HUKUM ADMINISTRASI
NEGARA:
• Hukum Administrasi
Negara dalam arti
MATERIIL
• Hukum Administrasi
Negara dalam arti FORMIL
HAN dalam arti meteriil HAN dalam arti formil
Pengertian semua peraturan yang semua peraturan yang mengatur
mengatur mengenai mengenai tata cara untuk
tindakan-tindakan menegakkan HAN Materiil.
pemerintah (eksekutif) dalam
menyelenggarakan sebuah
negara.
Tujuan Mewujudkan walfare stae Sebagai sarana kontrol terhadap
(negara kesejahteraan), penyelenggaraan negara oleh
negara tidak dalam posisi pemerintah, sehingga terhindar dari
“Nachtwakerstaat” “abuse of power”
1. PENGADILAN /RECHTBANK/COURT
(WADAH, INSTITUSI, BADAN)
2. PERADILAN/ RECHTPRAAK/ YUDICIARY (FUNGSI,
PROSES, CARA MENGADILI)
PERADILAN ADMINISTRASI:
1. EIGENLIJKE ADMINISTRATIEVE
RECHTSPRAAK ( PERADILAN
ADMINISTRASI MURNI)
2. ADMINISTRATIEVE
BEROEP/ONEIGENLIJKE
ADMINISTRATIEVE RECHTSPRAAK / QUASI
RECHTSPRAAK(PERADILAN
ADMINISTRASI TIDAK MURNI)
ELEMEN PERADILAN:
ACARA BIASA
- GUGATAN
- JAW. GUG
- REPLIK
- DUPLIK
- PEMBUKTIAN
- KESIMPULAN
- RAAD KAMER
Pasal 63 uu No. 5 Tahun 1986
(1) Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, Hakim wajib
mengadakan pemeriksaan persiapan untuk melengkapi gugatan yang
kurang jelas.
(2) Dalam pemeriksaan persiapan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) Hakim:
a. wajib memberi nasihat kepada penggugat untuk memperbaiki
gugatan dan melengkapinya dengan data yang diperlukan dalam
jangka waktu tiga puluh hari;
b. dapat meminta penjelasan kepada Badan atau Pejabat Tata usaha
Negara yang bersangkutan.
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
huruf a penggugat belum menyempurnakan gugatan, maka hakim
menyatakan dengan putusan bahwa gugatan tidak dapat diterima.
(4) Terhadap putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak dapat
digunakan upaya hukum, tetapi dapat diajukan gugatan baru.
Pemeriksaan Persiapan
Dapat dilakukan:
1. Atas Kehendak Hakim Voeging
5. GUG. DITERIMA:
GEVOEGD – KUMULASI SUBYEKTIF
GESPLITST – KUMULASI SUBYEKTIF
- KUMULASI OBYEKTIF
6. DIKABULKAN / TD PERMOHONAN:
Ps. 67
Ps. 60
Acara Singkat (ps 62)
1. Di luar kompetensi
2. Syarat ps. 56 td dipenuhi
3. Dasar dan alasan gugatan
4. Tuntutan telah dipenuhi
5. Diajukan sbl/telah lewat waktu
CATATAN
Palawan = Penggugat Perlawanan
Terlawan = Ketua pengadilan TUN
PERSIDANGAN DENGAN ACARA CEPAT
ACARA CEPAT
SIDANG PEMERKS.
DISMISAL DIMUKA SIDANG PUTUSAN
- GUGATAN
- JAW. GUG
- REPLIK
- DUPLIK
- PEMBUKT
IAN
- KESIMPU
LAN
Acara Cepat (Ps 98-99)
• Hakim Tunggal
SENGKE
TA TUN MA
Kasasi/PK
PTUN
PT. TUN
(tingkat I )
(tingkat banding)
Ps. 50
Pasal 51 (1)
UPAYA ADMINISTRASI
(1) Dalam hal suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
diberi wewenang oleh atau berdasarkan peraturan
perundang-undangan untuk menyelesaikan secara
administratif sengketa Tata Usaha Negara tertentu, maka
batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan
ganti rugi dan/administratif yang tersedia.
(2) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara juga bertugas dan berwenang
memeriksa dan memutus di tingkat pertama dan terakhir sengketa
kewenangan mengadili antara Pengadilan Tata Usaha Negara di dalam
daerah hukumnya.
(2) Upaya Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. keberatan; dan
b. banding.
(3) Upaya Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
menunda pelaksanaan Keputusan dan/atau Tindakan, kecuali:
(1) Keputusan dapat diajukan keberatan dalam waktu paling lama 21 (dua
puluh satu) hari kerja sejak diumumkannya Keputusan tersebut
oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan.
BANDING
(Pasal 78) Apabila dikabukan Pem. Wajib Membuat Putusan
DIUMUMKANN
DASAR GUGATAN
ALASAN GUGATAN
PETITUM
DASAR GUGATAN
• GUGATAN
Ps.1(5) UU.5/1986 Ps. 1(11) UU.No.51/2009
Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap
badan atau pejabat tata usaha negara dan diajukan ke
pengadilan untuk mendapatkan putusan.
• DASAR GUGATAN (Pasal 53 ayat (1))
Orang atau badan hukum perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha
Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan
yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata
Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau
tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi
dan/atau direhabilitasi.
Hak Menggugat:
DASAR GUGATAN
DASAR GUGATAN
1. ORANG KEPENTINGANNYA DIRUGIKAN
BERTENTANGAN.
PARALEL.
ORG. KEMASY ?
BERSIFAT PRIBADI.
BERSIFAT LANGSUNG.
2. BERPROSES:
TITEL UMUM ?
TITEL KHUSUS ?.
ALASAN GUG
1. BERTENT. DG UU YG BERLAKU
- PROSEDUR
- MATERI
- WEWENANG
2. PENGALAHGUNAAN WEW.
- MAKSUD & TUJUAN
3. SEWENANG-WENANG
- PERTIMB. NALAR.
4. AUPB
- P.14 UU.No. 14/70 IUS CURIA NOVIT
- P. 27 ,, HAKIM WAJIB
MENGGALI.......
c. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan atau
tidakmengeluarkan keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
setelah mempertimbangkan semua kepentingan yang tersangkut dengan
keputsan itu seharusnya tidak sampai pada pengambilan atau tidak
pengambilan keputusan tersebut
Pasal 53 UU. No. 9/2004
Dasar
(1) Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh
suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada
pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha
Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa
disertai tuntutan ganti rugi dan/atau direhabilitasi.
Alasan Gugatan
(2) Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah:
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas
umum pemerintahan yang baik.
ISI SURAT GUGATAN
CATATAN: TERTULIS
BHS. INDONESIA
TANDA TANGAN
DAPAT DISERTAKAN:
PERMOHONAN AC. CEPAT
PERMOHONAN BERACARA CUMA-CUMA
PERMOHONAN PENUNDAAN PELAKSANA
AN KETETAPAN
Surat gugat: (ps.56)
1. Tanggal Surat Gugat (pasal 55)
2. Alamat gugatan (Ps 48; 51)
3. Identitas penggugat (Ps.1(5)
4. Identitas Tergugat (Ps. 1(6)
5. Dasar gugatan (Ps 53(1)
6. Alasan gugatan (Ps 53(2)
7. Petitum( Cont: pasal 97)
8. Petitum tambahan (cont: pasal 60; 67;ganti rugi; rehabilitasi)
9. Penutup
10. Tanda tangan penggugat
PERMOHONAN
ONBEKWAAM:
BELUM DEWASA
DIBAWAH PENGAMPUAN
DINYATAKAN PAILIT
BADAN HUKUM:
PUBLIK
PERDATA
CIRI:
HAK KEBENDAAN
DAPAT MENJADI PIHAK DALAM PROSES PERDATA
ADA LAPISAN ANGGOTA
ORGANISASI DENGAN TUJUAN TERTENTU
IKUT DALAM PERGAULAN HUKUM
CATATAN
1. UU Peradilan TUN tidak menganut prinsip actio popularis,
yaitu prinsip yang memberikan hak menggugat kepada setiap
orang
2. Terkait dengan kedudukan hukum penggugat UU peradilan
TUN juga tidak mengatur secara spesifik, untuk itu maka
menurut Indroharto menggunakan parameter Hukum Perdata,
yaitu Penggugat harus memenuhi syarat sebagai;
a. Subyek hukum
b. adanya Kepentingan, dan
c. adanya Kerugian
Tergugat:
• Badan / Pejabat TUN Badan atau siapa saja yang berdasar peraturan per-
undangan melaksanakan urusan/ fungsi pemerintahan (public services)
CATATAN
UNTUK HUKUM ACARA DALAM PENILAIAN UNSUR
PENYALAHGUNAAN WEWENANG SILAHKAN
DIPELAJARI PERMA NO. 4 TAHUN 2015
OBYEK GUGATAN/ PERMOHONAN
1. KTUN (Pasal 1 angka 9 UU No. 51 Tahun 2009) termasuk
Tindakan Faktual (Pasal 87 UU No. 30 Tahun 2014) kecuali
KTUN sebagaimana dimaksud Pasal 2 UU No. 9 Tahun 2004
2. KTUN Yang berlaku bagi Masyarakat (Pasal 87 huruf F jo.
Pasal 76 ayat (3) UU No. 30 Tahun 2014
3. Tentang ada tidaknya penyalahgunaan wewenang
sebagaimana diatur dalam Pasal 21 UU no. 30 Tahun 2014 jo
Pasal 2 Perma No. 4 Tahun 2015)( Selanjutnya Tentang “Tata
Cara Beracara Dalam Penilaian Unsur Penyalahgunaan
Wewenang” – Baca Perma No. 4 Tahun 2015)
SEMA NO. 4 Tahun 2016
OBYEK GUGATAN/PERMOHONAN
1. Objek gugatan pada Pengadilan Tata Usaha Negara meliputi:
a. Penetapan tertulis dan/atau tindakan faktual.
b. Dikeluarkan oleh Badan/Pejabat Pemerintahan.
c. Diterbitkan berdasarkan peraturan perundang undangan
dan/atau asas-asas umum pemerintahan yang baik
(keputusan tata usaha negara dan/atau Tindakan yang
bersumber dari kewenangan terikat atau kewenangan
bebas).
d. Bersifat: Konkret-Individual (contoh: keputusan izin
mendirikan bangunan, dsb)., Abstrak-Individual (contoh:
keputusan tentang syarat-syarat pemberian perizinan, dsb),
Konkret-Umum (contoh: keputusan tentang penetapan upah
minimum regional, dsb).
e. Keputusan Tata Usaha Negara dan/atau Tindakan yang bersifat
Final dalam arti luas yaitu Keputusan Tata Usaha Negara yang
sudah menimbulkan akibat hukum meskipun masih memerlukan
persetujuan dari instansi atasan atau instansi lain (contoh:
perizinan tentang fasilitas penanaman modal oleh Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Izin Lingkungan, dsb).
f. Keputusan Tata Usaha Negara dan/atau Tindakan yang berpotensi
menimbulkan akibat hukum (contoh: LHP Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dsb).
2. Keputusan Tata Usaha Negara dan/atau Tindakan FiktifPositif.
3. Keputusan Lembaga Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
permohonan pengujian penyalahgunaan wewenang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang 30
Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.
MATERI KE III DAN IV
KOMPETENSI PERATUN
1. KOMPETENSI ABSOLUT
2. KOMPETENSI RELATIF
Pasal 47
Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus,
dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara.
Pasal 21 UU no. 30 Tahun 2014
(1) Pengadilan berwenang menerima, memeriksa, dan
memutuskan ada atau tidak ada unsur penyalahgunaan
Wewenang yang dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan
KTUN ???
PASAL 1(3) UU. No5/1986 - PASAL 2 UU No.9/2004 + PASAL 3 UU No.5/1986 +
+ Ps 1(9) UU No. 51/2009
Pasal 1(9) UU No. 51/2009 – Pasal 2 UU. No. 9/2004 +
Pasal 3 UU. No. 5/ 1986 + Pasal 21(1) UU. No.30/2014
(Sengketa yang masuk Kompetensi Absolut Peratun)
a. KTUN Perdata
b. KTUN bersifat umum
c. KTUN yang masih memerlukan persetujuan
d. KTUN Pidana
e. KTUN Put Peradilan
f. KTUN TNI
g. Keput KPU pusat atau daerah mengenai hasil pemilu
PENJELASAN PASAL 2 UU NO. 9 TAHUN 2004
(2) Jika suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan yang dimohon, sedangkan
jangka waktu sebagaimana ditentukan peraturan perundang-undangan dimaksud telah lewat, maka
Badan atau Tata Usaha Negara tersebut dianggap telah menolak mengeluarkan keputusan yang
dimaksud.
(3) Dalam hal peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak menentuka jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka setelah lewat jangka waktu empat bulan sejak
diterimnya permohonan, Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang bersangkutan dianggap
telah mengeluarkan keputusan penolakan.
Pasal 87 UU. No. 30 Tahun 2014
Pasal 21(1) Pengadilan berwenang menerima, memeriksa, dan memutuskan ada atau tidak ada unsur
penyalahgunaan Wewenang yang dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan.
(2) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk
menilai ada atau tidak ada unsur penyalahgunaan Wewenang dalam Keputusan dan/atau Tindakan.
(3) Pengadilan wajib memutus permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 21 (dua
puluh satu) hari kerja sejak permohonan diajukan.
4) Terhadap putusan Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diajukan banding ke
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.
(5) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara wajib memutus
permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling
lama 21 (dua puluh satu)hari kerja sejak permohonan banding
diajukan.
Perundang-
undangan
Mencampur Pengawasan
adukkan W Diluar materi/ Internal
Cakupan
Bertindan Se Bertentangan
wenang- Weweang Diberikan
Td. Ada
Wenang
Pengadilan Kesakahan
Berwenang
Mengadili Kesalahan
Tanpa Dasar Administratif
Bertentangan
Badan/Pejabat Pem. Dng Put. Kes. Admint +
Dapat Memohon Ke Pengadilan Merugikan L
Keuangan Neg
PTUN Untuk Menilai
ada / Td nya?
Banding ke
PT.TUN
(Final + Mengikat)
KOMPETENSI RELATIF
Pasal 54 uu No. 5 Tahun 1986
(1) Gugatan sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan yang
berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan tergugat.
(2) Apabila tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan
berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum pengadilan, gugatan diajukan
kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan salah
satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
(3) Dalam hal tempat kedudukan tergugat tidak berada dalam daerah hukum
pengadilan tempat kediaman penggugat, maka gugatan dapat diajukan ke
Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat untuk
selanjutnya diteruskan kepada Pengadilan yang bersangkutan
(4) Dalam hal-hal tertentu sesuai dengan sifat sengketa Tata Usaha Negara yang
bersangkutan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, gugatan dapat diajukan
kepada pengadilan yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat
kediaman penggugat.
(5) Apabila penggugat dan tergugat berkedudukan atau berada di luar negeri,
gugatan diajukan kepada Pengadilan di Jakarta.
(6) Apabila tergugat berkedudukan di dalam negeri dan penggugat di luar negeri,
gugatan diajukan kepada Pengadilan di tempat kedudukan tergugat.
PERTEMUAN KE II
DASAR-DASAR PERADILAN TUN
1. DASAR KONSTITUSIONAL
2. URGENSI DAN TUJUAN PEMBENTUKAN
PERATUN
3. DASAR HUKUM
4. CIRI DASAR PERADILAN TUN
DASAR KONSTITUSIONAL
PENJELASAN UUD 1945 TENTANG SISTEM
PEMERINTAHAN NEGARA
Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtstaat) , tidak
berdasarkan kekuasaan belak ( Machtsstaat)
PASAL 1 AYAT (3) UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945
Negara Indonesia adalah negara hukum
Pasal 24 ayat (2) UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung
dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi.’’
UNSUR-UNSUR NEGARA HUKUM
MENURUT F.J. STAHL
FREIES ERMESSEN
BESCHIKKING
PERATUN
1. AC. BIASA.
2. AC KHUSUS:
- AC SINGKAT.(PS 62)
(UU. NO.5/ 1986)
- DISMISAL / PERLAWANAN (PS 62, 118)
5. Asas Rechtmatigeheid
7. Hakim “intra Petita” >< “ Ultra Petita” atau “ultra passé non protest
omnes”= Yurisprodensi .