Anda di halaman 1dari 11

PAPER

PEMERIKSAAN SENGKETA PTUN

Oleh :

Nur Khamariyah

04020200100

C17 Hukum Acara Peratun

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai Negara yang berdaulat, hukum merupakan sebagai alat kontrol
masyarakat untuk mencapai kesejahteraan. Suatu Bangsa dipandang berhasil apabila
penegakan hukumnya terlaksana secara adil.Fungsi hukum adalah menegakkan
kebenaran untuk mencapai keadilan. Keadilan adalah merupakan hal yang pokok bagi
manusia dalam hidup bermasyarakat, maka dibutuhkan adanya lembaga-lembaga
yang bertugas menyelenggarakan keadilan ini.
Indonesia sebagai Negara hukum menunjukkan bukti keseriusannya dalam
menegakkan hukum, sembari telah di amandemennya UUD 1945, pasal 24 UUD
1945 menentukan; (1) kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan; (2)
kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah mahkamah agung dan badan peradilan
yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha Negara dan oleh
sebuah mahkamah konsitusi.
Dalam melaksanakan tugas peradilan sebagaimana yang telah disebutkan
diatas hakim melakukan kekuasaan secara merdeka. Oleh karena itu diperadilan tata
usaha neraga hakim bersifat aktif dalam memeriksa perkara. Hakim peradilan tata
usaha dalam pemerikasaan berkas bersifat aktif untuk mencegah terjadinya
kesenjangan dalam hukum. Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) yang merugikan
masyarakat memiliki perbedaan hukum.

B. Rumusan Masalah
Mengetahui terkait :
1. Pemeriksaan persiapan
2. Proses / prosedur dismissal
3. Pemeriksaan acara singkat
4. Pemeriksaan acara biasa
5. Pemeriksaan acara cepat
BAB II

LANDASAN TEORI

Salah satu kewenangan PTUN yang paling penting selama proses pemeriksaan
persidangan berlangsung adalah kewenangan untuk mengeluarkan suatu putusan(penetapan)
sementara atau putusan sela atas keputusan pemerintah atau keputusanTUN yang sedang
disengketakan. Begitu gugatan masuk dan didaftarkan diKepaniteraan PTUN, pada saat itu
juga PTUN dapat menghentikan keputusan pemerintah tersebut untuk tidak dilaksanakan,
selama pemeriksaan proses perkara berlangsung. Putusan yang demikian disebut putusan
penundaan, yang diatur di dalamPasal 67 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986.

Pada asasnya suatu gugatan tidak menunda pelaksanaan keputusan TUN yang
disengketakan (digugat). Asas tersebut bersumber pada asas bahwa setiap keputusanTUN
harus dianggap sah menurut hukum (het vermoeden van rechtmatigheid = praesumtio iustae
causa). Karena keputusan itu dianggap demi kepastian hukumkeputusan itu dapat
dilaksanakan selama belum dibuktikan sebaliknya sampai ada

Mengenai asas praesumtio iustae causa dimaksud, Indroharto dalam


tulisannyamenyatakan bahwa suatu KTUN atau tindakan hukum administrasi itu selalu
sahmenurut hukum dan karenanya selalu dapat dilaksanakan seketika. Jadi, suatukeputusan
administrasi itu dianggap suatu keputusan administratif itu dianggap berdirisegaris dengan
suatu putusan pengadilan atau suatu akte otentik. Walaupun keputusanyang bersangkutan itu
digugat, hal itu tidak menghalangi bekerjanya prinsip tersebut.

Menurut S.F Marbun asas tersebut dinormativisasikan dalam Hukum AcaraPeradilan


Administrasi (murni), sehingga suatu gugatan tidak menghalangidilaksanakannya KTUN
yang digugat tesebut. Namun undang-undang memberikan peluang kepada penggugat untuk
mengajukan permohonan kepada hakim, agar selama proses pemeriksaan berlangsung dapat
dilakukan penundaan (schorsing ) terhadap KTUN yang disengketakan.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Persiapan
Hukum acara Peradilan Tata Usaha Negara merupakan hukum acara yang
pertama memperkenalkan lembaga pemeriksaan persiapan (voorbereidend onderzoek)
yang kemudian lembaga pemeriksaan persiapan ini diadopsi dan dimodifikasi oleh
hukum acara Mk dengan nama “Pemeriksaan Pendahuluan”. Di Indonesia PTUN
merupakan bagian dari kekuasaan kehakiman yang secara struktur organisasi berada
di bawah Mahkamah Agung dan tidak berdiri sendiri seperti pada negaranegara
sistem Civil Law pada umumnya (Dani, 2018)
Pemeriksaan persiapan dilaksanakan dikarenakan Penggugat pada PTUN
adalah warga masyarakat yang mempunyai keberadaanyang lemah, sedangkan
Tergugat sebagai Pejabat Tata Usaha Negara. Dalam posisi yang lemah tersebut, sulit
untuk Penggugat mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan dari Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara yang digugat.
Dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
1991 angka III, tanggal 9 Juli 1991, maka dapat disimpulkan bahwa acara
pemeriksaan persiapan merupakan pemeriksaan pendahuluan terhadap surat gugatan
yang dilakukan dalam sidang yang tertutup untuk umum sebelum memasuki
pemeriksaan terhadap pokok perkara pada sidang acara biasa yang terbuka untuk
umum.
Acara pemeriksaan persiapan sebagaimana yang telah ditulis didalam Pasal
63 UndangUndang Nomor 5 Tahun 1986 merupakan suatu acara khusus, dimana
Majelis Hakim diberikan wewenang untuk memanggil kedua belah pihak yang
berperkara untuk hadir pada acara pemeriksaan persiapan, agar bagi pihak penggugat
dapat diberi petunjuk untuk memperbaiki atau menyempurnakan surat gugatan yang
belum sempurna, serta memberikan data sehubungan dengan surat gugatannya dan
kepada pihak Tergugat dapat dimintai penjelasan sehubungan dengan hal-hal yang
diuraikan didalam surat gugatan Penggugat, sebelum memberikan jawaban atas surat
gugatan Penggugat di dalam sidang acara biasa terhadap perkara yang bersangkutan,
yaitu di muka sidang yang terbuka untuk umum.
Setelah melewati Penelitian Administrasi, maka Ketua akan melaksanakan
proses dismissal, berupa prosses untuk memeriksa apakah gugatan yang diajukan
penggugat layak untuk diteruskan atau tidak diteruskan. Dalam pemeriksaan
Disimissal ini dilakukan secara singkat dalam rapat permusyawaratan oleh ketua dan
ketua dapat menetapkan Majelis hakim sebagai reporteur (raportir).

B. Proses atau Prosedural Dismissal


Proses Dismissal adalah penelitian dari Majelis Hakim Peradilan Tata Usaha
Negara sebelum Sengketa Tata Usaha Negara diperiksa di persidangan. Adapun
penelitian dilakukan untuk menilai apakah gugatan layak dilanjutkan atau tidak.
Proses ini dilakukan secara singkat dalam Rapat Permusyawaratan oleh Ketua
Pengadilan. Ketua Pengadilan memiliki wewenang untuk menunjuk seorang hakim
sebagai reporteur. Dalam Proses Dismissal apabila dipandang perlu Hakim yang
ditunjuk tersebut dapat memanggil kedua belah pihak yang bersengketa.
1. Ketua Pengadilan memutuskan dengan suatu penetapan yang dilengkapi
dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa gugatan yang diajukan
dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar sesuai yang ditentukan
dalam Pasal 62 Undang-undang tentang PERATUN (proses dismissal),
dalam hal :
 Pokok gugatan nyata-nyata tidak termasuk dalam wewenang
Pengadilan.
 Syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 Undang-
undang tentang PERATUN tidak terpenuhi oleh Penggugat
sekalipun ia telah diberitahu dan diperingatkan.
 Gugatan tersebut tidak berdasarkan pada alasan-alasan yang
layak.
 Apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah terpenuhi
oleh Keputusan TUN yang digugat.
 Gugatan diajukan sebelum waktunya atau telah lewat waktunya
2. Apabila dipandang perlu Ketua Pengadilan berwenang memanggil dan
mendengar keterangan para pihak sebelum mengeluarkan penetapan
dismissal.
3. Dalam melakukan dismissal Ketua Pengadilan diminta agar tidak
mudah menggunakan Pasal 62 tersebut, kecuali mengenai Pasal 62
ayat (1) butir a dan b Undang-undang tentang PERATUN.
4. Dalam pemeriksaan dismissal, Ketua Pengadilan dapat menunjuk
seorang Hakim sebagai raporteur (raportir).
5. Penetapan Dismissal ditanda tangani oleh Ketua Pengadilan dan
Panitera / Wakil Panitera.
6. Wakil Ketua Pengadilan dapat menandatangani penetapan dismissal
dalam hal Ketua Pengadilan berhalangan

C. Pemeriksaan Acara Singkat


Pemeriksaan dengan Acara Singkat Pemeriksaan dengan acara singkat di
PTUN dapat dilakukan apabila terjadi perlawanan atas penetapan yang diputuskan
oleh ketua pengadilan dalam rapat permusyawaratan pasal 62 UU PTUN Pada
dasarnya pemeriksaan cepat dilakukan karena adanya kepentingan penggugat yang
sangat mendesak menyangkut KTUN dan dengan kepentingan yang mendesak itu
penggugat dapat memohonkan agar sengketa diselesaikan dengan cepat. Proses
pemeriksaan dalam Acara Pemeriksaan cepat terdiri dari: Pengajuan Gugatan,
Penelitian Administratif, Rapat Permusyawaratan, Pemeriksaan Pokok Sengketa dan
Penjatuhan Putusan.
Pemeriksaan dengan acara cepat pun hanya dilakukan dengan hakim tunggal.
Perlu diperhatikan pula bahwa dalam pemeriksaan perkara dengan acara cepat tidak
ada pemeriksaan persiapan dan setelah ditunjuk Hakim tunggal, langsung para pihak
dipanggil untuk persidangan selain itu yang perlu diperhatikan juga yaitu pihak ketiga
tidak dapat masuk dalam proses persidangan dan resiko tentang fakta tidak sekuat dan
meyakinkan seperti dalam acara biasa. Tenggang waktu untuk jawaban dan
pembuktian bagi kedua belah pihak masing-masing tidak melebihi empat belas hari.
Pengaturan mengenai pemeriksaan dengan acara cepat disebutkan dalam UUPTUN
Pasal 98 dan 99. Dari ketentuan pasal 98 dapat diketahui bahwa agar dapat dilakukan
pemeriksaan dengan acara cepat, dapat diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam surat gugat harus sudah dimuat atau disebutkan alasan-alasan yang
menjadi dasar dari Penggugat untuk mengajukan permohonan agar
pemeriksaan sengketa TUN dipercepat.
2. Dari alasan-alasan yang dikemukakan oleh penggugat tersebut, dapat ditarik
kesimpulan adanya kepentingan dari penggugat yang cukup mendesak bahwa
pemeriksaan terhadap sengketa TUN tersebut memang perlu dipercepat.
3. Terhadap kesimpulan tersebut dibuatkan keputusan oleh Ketua Pengadilan
dalam bentuk penetapan
4. Terhadap keputusan tersebut tidak dapat dilakukan upaya hukum

D. Pemeriksaan Acara Biasa


Philipus menjelaskan bahwa pemeriksaan dengan acara biasa diawali dengan
pemeriksaan persiapan. Pengadilan memeriksa dan memutus sengketa dengan 3 (tiga)
orang hakim.
Secara sederhana, pemeriksaan acara biasa dalam sengketa TUN adalah pemeriksaan
sengketa dengan menggunakan semua prosedur yang telah ditentukan.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara-cara yang umum—misalnya pemeriksaan
dilakukan dengan 3 (tiga) orang Hakim. Acara pemeriksaan persidangan di Peradilan
Tata Usaha Negara khususnya pengadilan tingkat pertama, umumnya dilakukan
dengan acara biasa.
Proses persidangan mengenai acara biasa ini setidaknya sebagai berikut:
 Dismissal Process
 Pemeriksaan Persiapan
 Pembacaan Gugatan
 Jawaban
 Replik
 Duplik
 Pembuktian para pihak
 Simpulan para pihak
 Putusan akhir
Terhadap putusan akhir dengan metode acara pemeriksaan persidangan biasa, dapat
dilakukan Banding ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Apabila tidak puas juga,
melakukan upaya hukum Kasasi ke Mahkamah Agung. Contoh kasus metode
pemeriksaan persidangan dengan acara biasa ini misalnya objek sengketa sertifikat
tanah.

E. Pemeriksaan Acara Cepat


Hukum acara PTUN mengenal pemeriksaan sengketa denganmenggunakan
acara cepat(versnelde procedur ) yang diatur dalam pasal 98dan 99 UU Peradilan
TUN. Apabila terdapat kepentingan kepentingan penggugat yang cukup mendesak
yang harus disimpulkan dari alasan-alasan permohonannya, penggugat dalam
gugatannya dapat memohonkepada pengadilan supaya pemeriksaan sengketa
dipercepat.
Dalam hal ada kepentingan penggugat yang cukup mendesak,misalnya
adanya gugatan terhadap Keputusan Tata Usaha Negara yang berisikan perintah
pembongkaran bangunan atau rumah yang ditempatioleh penggugat. Selambat-
lambatnya 14 hari sesudah permohonannyaditerima, ketua pengadilan mengeluarkan
penetapan tentang dikabulkanatau tidak dikabulkannya permohonan tersebut.
Terhadap penetapan initidak dapat digunakan upaya hukum, yaitu banding dan kasasi.
Jika seandainya permohonan untuk diadakan pemeriksaan acaracepat
dikabulkan oleh pengadilan, maka pemeriksaan sengketa dilakukandengan hakim
tunggal. Ketua pengadilan dalam jangka waktu 7 harisetelah dikeluarkannya
penetapan yang mengabulkan permohonan penggugat untuk diadakan pemeriksaan
sengketa dengan acara cepatmenentukan hari, tanggal, waktu, dan tempat sidang
tanpa melalui prosedur pemeriksaan persiapan sebagaimana dilakukan dalam
pemeriksaan sengketa dengan acara biasa. Tenggang waktu untuk jawaban dan
pembuktian kedua belah pihak, masing-masing ditentukantidak lebih dari 14 hari
(Pasal 99 UPTUN)
 Acara cepat dimohonkan kepada Ketua Pengadilan TUN olehPenggugat
dengan alasan terdapat kepentingan Penggugat yang cukupmendesak.
 Ketua Pengadilan TUN dalam jangka waktu 14 (empat belas) harisetelah
menerima permohonan mengeluarkan penetapan yang berisimengabulkan atau
menolak permohonan. Terhadap penetapan tersebuttidak dapat digunakan
upaya hukum.
 Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan dengan Hakim tunggal.Ketua
Pengadilan TUN dapat menunjuk Hakim tunggal yangmemeriksa perkaranya.
 Ketua Pengadilan TUN/Hakim tunggal yang ditunjuk memeriksa perkaranya,
dalam jangka waktu 7 hari setelah dikeluarkan penetapan,menentukan hari,
tempat dan waktu sidang tanpa melalui pemeriksaan persiapan.
 Tenggang waktu untuk jawaban dan pembuktian bagi kedua belah pihak,
masing-masing tidak melebihi 14 hari.
 Apabila karena sifat perkaranya yang sangat komplek, sehingga bataswaktu
pemeriksaan dengan acara cepat menurut ketentuan undang-undang dilampaui,
maka pemeriksaan dilakukan dengan acara biasadengan cara Hakim tunggal
tersebut menyerahkan kembali kepadaKetua Pengadilan untuk ditetapkan
Majelis Hakim yang memeriksa perkaranya.
 Dalam hal tertentu, acara cepat dimungkinkan diajukan oleh Tergugat,dengan
alasan ada kepentingan Tergugat yang cukup mendesak
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Eksistensi pemeriksaan persiapan dalam penyelesaian sengketa di Pengadilan Tata Usaha


adalah untuk mematangkan perkara, dengan memanggil Penggugat untuk menyempurnakan
surat gugatannya yang belum sempurna atau belum jelas dan terhadap Tergugat dapat
dimintai keterangan atau penjelasan berkenaan tentang Surat Keputusan yang diterbitkannya
Akibat hukum dari pemeriksaan persiapan di Pengadilan Tata Usaha Denpasar sesuai dengan
contoh kasus pada perkara No 4/ G/2017/PTUN.DPS Sesuai aturannya yang terdapat dalam
Pasal 63 bahwa tenggang waktu penggugat untuk memperbaiki gugatan dan melengkapinya,
dengan data-data yang diperlukan dalam jangka waktu tiga puluh (30) hari, namun saran
Majelis Hakim tidak diindahkan oleh Penggugat maka akibat hukum terhadap gugatan
tersebut harus dinyatakan tidak diterima. Dalam pemeriksaan sengketa TUN dengan acara
biasa, tahapan penanganan sengketa adalah Prosedur dismisal, Pemeriksaan persiapan,
Pemeriksaan di sidang pengadilan Sementara, pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan
apabila terdapat kepentingan penggugat yang cukup mendesak yang harus dapat disimpulkan
dari alasan-alasan permohonannya. Sedangkan pemeriksaan dengan acara singkat dilakukan
terhadap perlawanan.
REFERENSI

Sonbai, E. A. (2019). Pemeriksaan Persiapan Dalam Proses Beracara di PTUN Denpasar. Jurnal
Analogi Hukum, 57-61.

Sovia Hasanah, S. (2016). Perbedaan Acara Biasa, Acara Cepat, dan Acara Singkat Pada Peradilan
TUN. Hukum Online.com. https://www.hukumonline.com/klinik/a/perbedaan-acara-biasa--
acara-cepat--dan-acara-singkat-pada-peradilan-tun-lt581abccea8406 .

Anda mungkin juga menyukai