Anda di halaman 1dari 7

3.3. 1. Pemeriksaan Pendahuluan.

Berbeda dengan peradilan lainnya, Peradilan Tata Usaha Negara mempunyai suatu kekhususan
dalam proses pemeriksaan sengketa, yaitu adanya tahap Pemeriksaan Pendahuluan.

Pemeriksaan Pendahuluan ini terdiri dari :

a. Rapat permusyawaratan/Proses Dismissal (Pasal 62).

b. Pemeriksaan Persiapan (Pasal 63).

Ad. a. Rapat Permusyawaratan (Proses Dismissal) :

Rapat permusyawaratan yang disebut juga dengan Proses Dismissal atau tahap penyaringan yang
merupakan wewenang Ketua Pengadilan, diatur dalam Pasal 62. Dalam proses dismissal ini
Ketua Pengadilan, setelah melalui pemeriksaan administrasi di kepaniteraan, memeriksa gugatan
yang masuk. Apakah gugatan tersebut telah memenuhi syarat-syarat sebagaimana diatur dalam
UU Peratun dan apakah memang termasuk wewenang Pengadilan Tata Usaha Negara untuk
mengadilinya.

Dalam proses dismissal Ketua Pengadilan berwenang memutuskan dengan suatu penetapan yang
dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa gugatan yang diajukan tidak diterima atau
tidak berdasar, apabila :

a. Pokok gugatan, yaitu fakta yang dijadikan dasar gugatan, nyata-nyata tidak termasuk
wewenang Pengadilan.

b. Syarat-syarat gugatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 56 tidak dipenuhi oleh penggugat
sekalipun ia telah diperingatkan.

c. gugatan tersebut tidak didasarkan pada alasan-alasan yang layak.

d. Apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah terpenuhi oleh Keputusan Tata Usaha
Negara yang digugat.

e. Gugatan diajukan sebelum waktunya atau telah lewat waktunya.

Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara mengenai hal ini diucapkan dalam rapat
permusyawaratan sebelum hari persidangan ditentukan, dengan memanggil kedua belah pihak.
Terhadap penetapan ini dapat diajukan perlawanan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara yang
bersangkutan dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari sesudah diucapkan. Perlawanan
tersebut harus dengan memenuhi syarat-syarat seperti gugatan biasa sebagaimana diatur dalam
Pasal 56.

Perlawanan diperiksa oleh Pengadilan Tata Usaha Negara dengan acara singkat, yang dilakukan
oleh Majelis Hakim. Apabila perlawanan tersebut diterima atau dibenarkan oleh Pengadilan yang
bersangkutan melalui acara singkat, maka Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara yang
diambil dalam rapat permusyawaratan tersebut dinyatakan gugur demi hukum dan pokok
gugatan akan diperiksa, diputus dan diselesaikan menurut acara biasa. Terhadap putusan
pengadilan mengenai perlawanan tidak dapat digunakan upaya hukum seperti banding dan
kasasi, karena putusan tersebut dianggap sebagai putusan tingkat pertama dan terakhir, sehingga
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Ad. b. Pemeriksaan Persiapan.

Pemeriksaan persiapan diadakan mengingat posisi Penggugat di Peratun pada umumnya adalah
warga masyarakat yang diasumsikan mempunyai kedudukan lemah dibandingkan dengan
Tergugat sebagai Pejabat Tata Usaha Negara sebagai pemegang kekuasaan eksekutif. Dalam
posisi yang lemah tersebut sangat sulit bagi Penggugat untuk mendapatkan informasi dan data
yang diperlukan untuk kepentingan pengajuan gugatan dari Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang digugat.

Pemeriksaan Persiapan dilakukan di ruang tertutup bukan di ruang persidangan yang terbuka
untuk umum. Dalam Pemeriksaan Persiapan Hakim wajib dan berwenang untuk :

* Memberikan nasehat atau arahan-arahan kepada Penggugat untuk memperbaiki gugatannya


dan melengkapai surat-surat atau data-data yang diperlukan dalam tenggang waktu 30 hari.

* Meminta penjelasan kepada pihak Tergugat mengenai segala sesuatu yang mempermudah
pemeriksaan sengketa di persidangan

Apabila jangka waktu 30 hari yang ditetapkan untuk memperbaiki gugatannya tersebut tidak
dipenuhi oleh Penggugat, maka Majelis Hakim akan memberikan putusan yang menyatakan
gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima, dan atas putusan tersebut tidak ada upaya
hukum, namun masih dapat diajukan gugatan baru.

Ad.2. Pemeriksaan pendahuluan


            Hakim bisa menilai pokok gugatan, kalau gugatan tidak lengkap boleh dilengkapi, hakim
wajib memberi nasehat kepada penggugat untuk memperbaiki gugatannya selama 30 hari
(Pasal 63)
Kelebihan:
1.    Pada proses penggugat ini penggugat bileh melakukan perbaikan – perbaikan kepada
gugatannya.
2.    Dapat mengatasi arus masuknya perkara-perkara yang sebenarnya tidak memenuhi syarat.
3.    Dapat dihindarkan pemeriksaan perkara menurut acara biasa yang tidak perlu dan yang akan
memakan banyak waktu dan biaya.

Kelemahan :

1. Jangka waktu 14 hari mengajukan perlawanan sejak ditetapkannya desmissal menjadi


tidak realistis karena kemungkinan pada rapat permusyawaratan para pihak ada yang
tidak hadir.
2. Tidak adanya upaya hukum banding dan kasasi terhadap perlawanan maupun pada
pemeriksaan pendahuluan.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain agar mengikuti
kehendak pemegang kekuasaan, baik dengan sukarela maupun dengan terpaksa. Kekuasaan
senantiasa ada pada setiap kehidupan masyarakat, baik masyarakat yang masih sangat
sederhana maupun masyarakat yang sudah maju dan sangat kompleks susunannya.

Kewenangan adalah kekuasaan yang diformalkan baik terhadap segolongan orang


tertentu maupun terhadap sesuatu bidang pemerintahan tertentu secara bulat. Kekuasaan
tersebut dapat berasal dari kekuasaan legislatif ataupun dari kekuasaan eksekutif, sedangkan
wewenanf hanya mengenai sesuatu onderdil atau bidang tertentu saja.

Wewenang adalah kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik atau
kemampuan bertindak yang diberikan oleh UU untuk melakukan hubungan – hubungan hukum.

KEKHUSUSAN HUKUM ACARA PERADILAN ADMINISTRASI


 Yaitu :
1.    Dikenalnya tenggang waktu gugat
      Yaitu batas waktu kesempatan yang diberikan oleh UU kepada seseorang atau badan hukum
perdata, untuk memperjuangkan haknya dengan cara mengajukan gugatan melalui peradilan
administrasi. Apabila tenggang waktu gugat itu tidak dipergunakan berarti kesempatan untuk
mengajukan gugatan menjadi hilang dan gugatan akan dinyatakan oleh hakim tidak diterima.

2.    Peranan hakim aktif (Dominis litis)


      Timbulnya peranan hakim aktif dalam proses persidangan didasarkan pertimbangan antara lain
karena hakim dibebani tugas untuk mencari kebenaran material.

3.    Dikenal prosedur penolakan (Dismisal prosedure)


      Merupakan suatu kekhususan dari hukum acara peradilan administrasi, karena prosedur seperti
ini tidak dikenal dalam proses hukum acara perdata. Dalam prosedur penolakan ini ketua
pengadilan melakukan pemeriksaan dalam rapat permusyarawaratan. Ketua tersebut
berwenang menyatakan suatu gugatan tidak diterima dengan alasan gugatan tidak mempunyai
dasar karena :
a.    Gugatan menurut nalar tidak masuk akal
b.    Gugatan tidak memenuhi syarat-syarat
c.    Gugatan tidak termasuk wewenang PTUN
d.    Hal yang dituntut dalam gugatan telah terpenuhi oleh keputusan yang digugat
e.    Gugatan diajukan sebelum atau setelah lewat waktunya.
4.    Gugatan tidak menunda pelaksanaan KTUN
      Setiap keputusan badan /pejabat tata usaha negara harus dianggap benar (rechmatig) dan
karenanya dapat dilaksanakan sampai ada pembatalannya oleh hakim. Sesuai dengan asas ini
berarti meskipun ada gugatan terhadap suatu keputusan TUN, gugatan tersebut tidak akan
berakibat ditundanya pelaksanaan keputusan TUN.

5.    Tidak mengenal rekovensi


      Alasannya adalah :
a.        Negara memiliki exorbitante rechten atau hak – hak istimewa, sdangkan penggugat tidak
memilikinya.
b.        Negara memiliki monopoli van het physiche geweld atau monopoli paksaan fisik, sedangkan
penggugat tidak memilikinya.
c.        Perkara administrasi pada hakekatnya tidak menunda kegiatan pelaksanaan administrasi negara
yang tindakannya dipersoalkan.

PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
Peradilan Tata Usaha Negara mempunyai kekhususan dalam pemeriksaan sengketa
Tata Usaha Negara, yaitu adanya pemeriksaan pendahuluan. Pemeriksaan pendahuluan
terdiri dari (Pasal 62 UPTUN) :
a. Rapat Permusyawaratan
Rapat  permusyawaratan atau disebut dismissel process, atau tahap penyaringan
diatur dalam Pasal 62 Undang-Undang Nomor Tahun 1986. Dalam rapat
permusyawaratan ini ketua pengadilan memeriksa gugatan yang masuk apakah gugatan
tersebut telah memenuhi syarat-syarat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1986 dan apakah memang termasuk wewenang Pengadilan Tata Usaha Negara
untuk mengadilinya. Ketentuan ini dibuat mengingat Pengadilan Tata Usaha Negara
merupakan sesuatu yang baru sehingga masyarakat banyak yang belum memahami betul
fungsi, tugas, dan wewenang, serta hukum acara yang berlaku di Pengadilan Tata Usaha
Negara tersebut.
Dalam rapat permusyawaratan, ketua pengadilan berwenang memutuskan dengan
suatu penetapan yang dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa gugatan
yang diajukan tidak diterima atau tidak berdasar, apabila :
a). Pokok gugatan, yaitu fakta yang dijadikan dasar gugatan nyata-nyata tidak termasuk
wewenang Tata Usaha Negara;
b). Syarat-syarat gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986;
c). Gugatan tersebut didasarkan pada alasan-alasan tidak layak;
d). Apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah terpenuhi oleh Keputusan Tata
Usaha Negara  yang digugat;
e). Gugatan diajukan sebelum waktunya atau lebih lewat waktunya, sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 986.

Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara mengenai hal ini diucapkan dalam
rapat permusyawaratan sebelum hari persidangan ditentukan dengan memanggil kedua
belah pihak untuk mendengarkannya. Pemanggilan kedua belah pihak dilakukan dengan
surat tercatat oleh panitera atas perintah Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara yang
bersangkutan. Terhadap penetapan ketua pengadilan tersebut diajukan perlawanan
kepada Pengadilan Tata Usaha Negara yang bersangkutan dalam tenggang waktu 14 hari
sesudah diucapakan. Perlawanan tersebut diajukan harus dengan memenuhi syarat-syarat
seperti yang gugatan biasa sebagaimana diatur dalam Pasal 56 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986. Perlawanan diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Tata Usaha Negara
denga acara cepat, maka penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara yang yang
diambil dalam rapat permusyawaratan tesebut dinyatakan gugur demi hukum dan pokok
gugatan akan diperiksa, diputus dan diselesaikan menurut acara biasa. Terhadap putusan
pengadilan mengenai perlawanan tersebut tidak dapat digunakan upaya hukum seperti
banding dan kasasi, karena putusan tersebut dianggap sebagai putusan tingkat pertama
dan terakhir, sehingga telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

b. Rapat Persiapan

Pemeriksaan persiapan dilakukan mengingat penggugat di Pengadilan Tata Usaha


Negara pada umumnya adalah warga masyarakat yang mempunyai kedudukan lemah bila
dibandingkan dengan tergugat sebagai Pejabat Tata Usaha Negara. Dalam posisi yang
lemah tersebut sangat sulit bagi penggugat untuk mendapatkan informasi dan data yang
diperlukan dari Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang digugat. Dalam pemeriksaan
persiapan hakim diharapkan akan berperan aktif dalam memeriksa sengketa, antara lain
dengan meminta penggugat untuk melengkapi alat-alat bukti sebelum sidang berlangsung
dan meminta Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang bersangkutan untuk
memberikan informasi dan data yang diperlukan oleh pengadilan.  Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 menyebutkan adanya sanksi yang dapat dijatuhkan kepada Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara yang bersangkutan. Tetapi hal ini dapat dijadikan
sebagai bukti yang merugikan oleh pengadilan yang dapat merugikan Pejabat Tata Usaha
Negara itu sendiri karena ketidak sediaannya memberikan penjelasan dan informasi
tersebut dapat dijadikan sebagai petunjuk ketidak benaran pejabat yang bersangkutan.
Mengenai pemeriksaan persiapan ini diatur dalam Pasal 63 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 yang berbunyi :
1). Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, hakim wajib mengadakan pemeriksaan
persiapan untuk melengkapi gugatan yang kurang jelas
2). Dalam pemeriksaan persiapan  sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), hakim :
1. Wajib member nasehat kepada penggugat untuk memperbaiki gugatan dan
melengkapinya dengan data yang diperlukan dalam jangka waktu 30 hari
2. Dapat meminta penjelasan kepada Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
bersangkutan
3). Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a,
penggugat belum menyempurnakan gugatannya, maka hakim menyatakan dengan
putusan bahwa gugatannya tidak dapat diterima;
4). Terhadap putusan sebagaimana diatur dalam ayat (3) tidak dapat digunakan upaya
hukum, tetapi dapat diajukan gugatan yang baru.
2.3.2   PROSES PEMERIKSAAN GUGATAN DI PTUN
Di Pengadilan Tata Usaha Negara suatu gugatan yang masuk terlebih dahulu harus
melalui beberapa tahap pemeriksaan sebelum dilaksanakan Pemeriksaan didalam Persidangan
yang terbuka untuk umum. Apabila dilihat dari Pejabat yang melaksanakan pemeriksaan ada 3
(tiga) Pejabat yaitu Panitera, Ketua dan Hakim/Majelis Hakim, akan tetapi apabila dilihat dari
tahap-tahap materi gugatan yang diperiksa ada 4 tahap pemeriksaan yang harus dilalui:
Tahap I
Adalah Tahap penelitian administrasi dilaksanakan oleh Panitera atau Staf panitera yang
ditugaskan oleh Panitera untuk melaksanakan Penilaian administrasi tersebut
Tahap II
Dilaksanakan oleh Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara, dan pada tahap ke-II tersebut
Ketua memeriksa gugatan tersebut antara lain:
i.      Proses Dismissal: yaitu memeriksa gugatan tersebut apakah gugatannya terkena dismissal.
Apabila terkena maka berdasar pasal 62 UU PTUN, artinya gugatan tidak diterima dan Ketua
dapat mengeluarkan Penetapan Dismissal. Sedangkan apabila tidak, ternyata gugatan tersebut
tidak memenuhi salah satu syarat dismissal, makaperkara tersebut dapat diperiksa dengan acara
biasa dan dapat pula ditunjuk Hakim/Majelis Hakim yang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara yang berupa gugatan ke Pengadilan Tata Usaha
Negara.
ii.      Ketua dapat juga memeriksa apakah didalam gugatan tersebut ada Permohonan Penundaan
Pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat atau tidak dan sekaligus dapat
mengeluarkan penetapan.
iii.      Ketua dapat juga memeriksa apakah ada permohonan Pemeriksaan dengan Cuma-Cuma dan
mengeluarkan Penetapan
iv.      Ketua dapat juga memeriksa apakah dalam gugatan tersebut ada permohonan untuk
diperiksa dengan acara cepat ataukah tidak.
v.      Ketua dapat pula menetapkan bahwa gugatan tersebut diperiksa dengan acara biasa dan
sekaligus menunjuk Majelis Hakim yang memeriksanya.
Tahap III
Setelah Majelis Hakim menerima berkas perkara sesuai dengan Penetapan Penunjukan
Majelis Hakim yang menyidangkan perkara tersebut yang dikeluarkan oleh Ketua PTUN.
Tahap IV
Setelah dilaksanakan Pemeriksaan Penetapan terhadap gugatan kemudian Majelis menetapkan
untuk Pemeriksaan gugatan tersebut didalam persidangan.yang terbuka untuk umum.
http://unjalu.blogspot.com/2011/03/hukum-acara-ptun.html
http://www.ptun-jayapura.go.id/index.php/proses-acara-perkara/121-pemeriksaan-di-tingkat-
pertama.html
http://sonyadityawarman.blogspot.com/2011/09/tata-cara-berperkara-pada-badan.html
http://triwantoselalu.blogspot.com/2008/11/hukum-acara-ptun.html

Anda mungkin juga menyukai