Dasar Pengujian:
1) Peraturan Perundang-undangan;
2) Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik.
Peraturan Perundang-undangan digunakan untuk menguji KTUN yang terikat
(gebonden beschikking), sedangkan AAUPB digunakan untuk menguji KTUN
yang bebas (vrije beschikking).
Verbod van detournement de pouvoir dan verbod van willekeur terhadap
diskresi.
1
Paulus Effendie Lotulung, Beberapa Sistem tentang Kontrol Segi Hukum terhadap Pemerintah,
Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hlm. 16-17.
1
Verbod van Willekeur:
Asas larangan bertindak sewenang-wenang hanya berperan ketika
organ pemerintah memiliki kebebasan mengambil kebijakan.
Sepanjang memiliki kebebasan mengambil kebijakan, organ
pemerintah dapat menetapkan kebijakan sendiri; tetapi harus tetap
dalam batas-batas, apa yang dilakukan itu masih sesuai akal sehat.
Dilampauinya batas-batas ini, hakim dapat mengambil tindakan.
Pengujian sewenang-wenang juga dinamakan pengujian kebijakan
secara marginal.... Ketika hakim menguji kebijakan pemerintah atas
dasar sewenang-wenang, hakim tidak menanyakan apakah ia setuju
atau tidak dengan kebijakan itu, pada prinsipnya pilihan kebijakan itu
urusan organ pemerintah.2
c) Gugat Rekonvensi
KTUN = eenzijdige rechtshandeling; yang menimbulkan kerugian bagi
warga negara atau badan hukum perdata. Oleh karena itu dalam Hukum
Acara PTUN tidak dikenal gugat rekonvensi.
e) Rapat Permusyawaratan
Rapat permusyawaratan ini diselenggarakan oleh Ketua Pengadilan
sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai atau sebelum majelis
hakim pemeriksa pokok perkara ditunjuk.
2
Willem Konijnenbelt, Resume Hoofdlijnen van Administratief Recht, Tweede Druk, Lemma B.V.,
Utrecht, 1990, hlm. 56.
2
Mengenai rapat permusyawaratan ini diatur dalam Pasal 62 ayat (1) UU
No. 5 Tahun 1986, yakni; “Dalam rapat permusyawaratan, Ketua
Pengadilan berwenang memutuskan dengan suatu penetapan yang
dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa gugatan yang
diajukan itu dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar, dalam hal-hal
sebagai berikut:
a. pokok gugatan tersebut nyata-nyata tidak termasuk dalam wewenang Pengadilan;
b. syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 tidak dipenuhi oleh
penggugat sekalipun ia telah diberitahu dan diperingatkan;
c. gugatan tersebut tidak didasarkan pada alasan-alasan yang layak;
d. apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah terpenuhi oleh Keputusan
Tata Usaha Negara yang digugat.
f) Pemeriksaan Persiapan
Pemeriksaan persiapan dilakukan sebelum pemeriksaan pokok sengketa
dimulai. Dalam Pasal 63 UU No. 5 Tahun 1986 antara lain disebutkan
bahwa Hakim wajib mengadakan pemeriksaan persiapan untuk
melengkapi gugatan yang kurang jelas. Dalam pemeriksaan persiapan ini
Hakim; (a) wajib memberi nasehat kepada penggugat untuk memperbaiki
gugatan dan melengkapinya dengan data yang diperlukan dalam jangka
waktu tiga puluh hari; (b) dapat meminta penjelasan kepada Badan atau
Pejabat TUN yang bersangkutan.
Di sini dilakukan pengumpulan dokumen-dokumen atau informasi-
informasi resmi yang diperlukan yang berkaitan dengan sengketa yang
akan diperiksa baik dari pihak tergugat maupun instansi-instansi lain yang
terkait.
Apabila dalam jangka waktu tiga puluh hari itu penggugat belum
memperbaiki dan menyempurnakan gugatan yang kurang jelas, maka
Hakim akan menyatakan dengan putusan bahwa gugatan tidak dapat
diterima. Terhadap putusan Hakim ini tidak tersedia upaya hukum, dan
penggugat yang akan melanjutkan gugatannya harus membuat gugatan
baru.
Pemeriksaan persiapan tidak dilakukan di muka sidang di muka umum,
tetapi di dalam ruang kerja hakim.
3
Menurut SF. Marbun, segi positif adanya pemeriksaan persiapan dan
rapat permusyawaratan tersebut, bagi penggugat timbul suatu keyakinan
awal apabila gugatan tersebut telah lolos, maka setidak-tidaknya dari segi
kewenangan absolut maupun syarat-syarat gugatan telah terpenuhi dan
tidak perlu diragukan lagi, sehingga tidak perlu timbul kekhawatiran besar
terhadap kemungkinan eksepsi yang menyangkut kewenangan absolut
atau kewenangan relatif maupun eksepsi yang menyangkut segi-segi
lainnya yang tidak mengenai kewenangan pengadilan.3
3
SF. Marbun, op. cit., hlm. 105.
4
juga termasuk putusan serta merta ini dalam praktiknya dapat terlaksana dengan
baik.