Anda di halaman 1dari 5

Nama : Vivin Nur Kholivah Hari/Tanggal : Selasa/26 April 2022

NIM : 1905056040 Mata Kuliah : Hukum Adm. Negara

Kelas/Angkatan : PPKn B/2019 Dosen Pengampu : Dr. Asnar.,M.Si

Program Studi : PPKN

Fakultas : FKIP

Jurusan : IPS

1. Mengapa Indonesia menganut sistem pembagian kekuasaan dan bukan pemisahan


kekuasaan?
Jawab:
Hal ini secara jelas dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 tidak menganut pemisahan kekuasaan dalam arti material ( separation of
power) tetapi menganut pemisahan kekuasaan dalam arti formil (division of power) atau
pembagian kekuasaan. Sistem pembagian kekuasaan di Indonesiaterdiri atas tiga lembaga
negara yakni eksekutif, legislative dan yudikatif. Salah satu alasan logis mengapa
Indonesia menganut sistem pembagian hal ini dimaksudkan agar mekanisme yang
terjalankan dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia menjaga dengan seutuhnya sistem
saling mengawasi dan mengimbangi antar lembaga negara atau check and balances
dalam menjalankan pemerintahan. Disamping itu sistem pembagian negara
republikindonesia memungkinkan penyelehgunaan kekuasaan yang dilakukan aparat
penyelenggara negara dapat di cegah.

2. Latar belakang lahirnya peradilan tata usaha negara di Indonesia


Jawab:
Dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia terdapat tiga pilar kekuasaan
yaitu kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif dan kekuasaan yudikatif. Peradilan Tata
usaha negara merupakan lingkungan peradilan yang dibentuk dengan disahkannya
Undang undang No 5 tahun 1986. Latar belakang dibentuknya PTUN adalah untuk
mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang sejahtera , aman , tentram serta
tertib yang dapat menjamin kedudukan warga masyarakat dalam hukum dan menjamin
terpeliharanya hubungan serasi,seimbang antara aparatur di bidang tata usaha negara
dengan para warga masyarakat. Disamping itu juga peradilan tata usaha negara adalah
untuk menyelesaikan sengketa antara pemerintah dengan warga negaranya dan
pembentukan lembaga untuk mengontrol secara yuridis ( juducual control) tindakan
pemerintahan yang dinilai melanggar ketentuan administrasi ( maladministrasi) ataupun
perbuatan yang bertentangan dengan hukum ( abuse of power).

3. Konteks kegentingan yang memaksa terkait syarat terbitnya suatu perpu!


Jawab:
Konteks kegentingan yang memaksa terkait dengan diterbitkannya sebuah perpu
dapat diidentifikasi dalam tiga point penting.
a. Adanya kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan suatu masalah hukum secara
cepat berdasarkan undng undang yang berlaku
b. Undang-undang yang dibutuhkan tersebut belum ada sehingga terjadi kekosongan
hukum. Kaupun undang undang tersebut telah tersedia,itu dianggap tidak memadai
untuk mengatasi permasalahan dan problematika dalam mengatasi perbedaan.
c. Kekoosngan hukum tersebut tidak dapat diatasi dengan cara membuat undang undang
secara prosedur biasa karena akan memakan waktu dengan cukup lama. Padahal
keadaan yang mendesak tersebut perlu kepastian hukum untuk diselesaikan sesegera
mungkin.

4. Makna konkret, individual dan final terkait keputusan tata usaha negara
Jawab:
a. Konkret: yang diputuskan dalam keputusan itu tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu
atau dapat ditentukan. Dengan kata lain wujud dari keputusan tersebut dapat dilihat
dengan kasat mata, namun pada ketentuan itu ada pengecualian yakni
a) Apabila badan atau pejabat TUN tidak mengeluarkan kepurtusan, sedangkan hal
itu menjadi kewajibanny, maka keputusan tersebut disamakan dengan keputusan
TUN
b) Jika suatu badan atau pejabat TUN tidak mengeluarkan kepurtusannnya yang
dimohon, sedangkan jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan dimaksud telah lewat.
c) Dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak menentukan
jangka waktu, maka setelah lewat waktu 4 bulan sejak diterimanya permohonan ,
badan atau pejabat TUN yang bersangkutan dianggap telah mengeluarkan
keputusan.
b. Individual: keputusan tata usaha negara tidak untuk umum, tertentu berdasarkan apa
yang dituju oleh keputusan itu dan tidak bersifat umum objeknya, dan yang terbatas
waktu atau tempatnya.
c. Final: diartikan keputusan tersebut sudah definitive, keputusan yang tidak lagi
memerlukan persetujuan dari instansi atasan atau instansi lain, karenanya keputusan
ini dapat menimbulkan akibat hukum.

5. Diskresi dan pengunaannya oleh badan atau pejabat tata usaha negara
Jawab:
Berdasarkan pasal 175 angka 1 UU Cipta Kerja yang mengbah pasal 1 angka 9 UU
30/2014 diskresi merupakan keputusan dan/atau tindakan yang di tetapkan dan atau
dilakukan oleh pejabat untuk mengatsi persoalan konkret yang dihadapi dalam
penyelenggaraan pemerintah dalam hal peraturan perundang undangan yang emmberikan
pilihan, tidak mengaturr, tidak lengkap atau tidak jelas. Pejabat pemerintahan memilki
hak untuk menggunkan kewenangan dalam mengambil keputusan dan/atau
tindakan.salah satu hak yang dimilikinya adalah diskresi. Setiap penggunaan diskresi oleh
pejabat pemerintahan harus memiliki beberapa tujuan yakni
a) Melancarkan penyelenggaraan pemerintahan
b) Mengisis kekoosngan hukum
c) Memberi kepastian hukum
d) Mengatasi stagnasi pemerintahan dalam keadaan tertentu guna kemanfaatan dan
kepentingan umum.

Ada beberapa persyaratan penggunaan diskresi yang harus dipenuhi adalah sebagai
berikut:

e) Sesuai dengan tujuan diskresi


f) Sesuai dengan asas asas umum pemerintah yang baik (AUPB)
g) Berdasarkan alasan alasan yang objektif
h) Tidak menimbulkan konflikkepentingan
i) Dilakukan dengan iktikat baik

6. Makna keputusan tata usaha negara dianggap sah


Jawab:
bahwa keputusan tata usaha negara dianggap sah dan memiliki nilai keberlakuan
hukum apabila memnuhi unsur formil dan materil sebagaimana disebutkan di bawah ini:
a) Syarat formil
1) Syarat syarat yang ditentukan berhubungan dengan persiapan dibuatnya
keputusan dan berhubungan dengan cara dibuatnya kepuusan harus dipenuhi.
2) Keputusan harus diberi bentuk yang ditentukan
3) Syarat syarat yang ditentukan berhubung dengan dilakukannya keputusan harus
dipenuhi
4) Jangka waktu yang ditentukan antara timbulnya hal hal yang menyebabkan
dibuatnya keputusan dan diumumkannya keputusan itu tidak boleh dilewati.
b) Syarat materil
1) Keputusan harus dibuat oleh alat negara (organ) yang berwenang
2) Isi dan tujuan keputusan harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan dasar
3) Karena keputusan itu adalah suatu pernyataan kehendak ( wilsverklaring) maka
pembentukan kehendak itu tidak boleh memuat kekurangan yuridis.

7. Eksistensi pasal 87 UU No 30 Tahun 2014 dalam lingkup peradilan tata usaha negara
Jawab:
Ketentuan Pasal 87 huruf a UU No. 30 Tahun 2014 sebagai penegasan bahwa
perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pemerintah dapat diperiksa dan
diselesaikan melalui pengadilan tata usaha negara. Diundangkannya Undang Undang No
30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahan (UU AP) pada tanggal 17 oktober 2014
merupakan langkah yang sangat mencerahkan dalam reformasi administrasi
pemerintahan.
a) Mengatur hubungan hukum antara badan atau pejabat administrasi
pemerintahan dengan masyarakat dalam wilayah hukum public.
b) Salah satu bentuk pengawasan yudisial adalah oleh pengadilan administrasi
yang melalui mekanismesuatu gugatan oleh orang atau badan hukum perdata.
Pada hakikatnya tidak berbeda dengan tugas peradilan pada umunnya yaitu
emmpertahankan hukum materiil dalam hal ini hukum administrasi materiil.
c) Dalam konteks pemberantasan korupsi, UU AP ini merupakan instrument
penting dalam mencegah terjadinya korupsi dan dalam proses penyidikan
tindak pidana penyalahgunaan wewenang. Selama ini pendekatan
pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme diarahkan pada sanksi terhadap
para pelaku, padahal deteksi dini dapat dilakukan melalui pendekatan
prosedur adminitrasi.

Anda mungkin juga menyukai