Fakultas : FKIP
Jurusan : IPS
4. Makna konkret, individual dan final terkait keputusan tata usaha negara
Jawab:
a. Konkret: yang diputuskan dalam keputusan itu tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu
atau dapat ditentukan. Dengan kata lain wujud dari keputusan tersebut dapat dilihat
dengan kasat mata, namun pada ketentuan itu ada pengecualian yakni
a) Apabila badan atau pejabat TUN tidak mengeluarkan kepurtusan, sedangkan hal
itu menjadi kewajibanny, maka keputusan tersebut disamakan dengan keputusan
TUN
b) Jika suatu badan atau pejabat TUN tidak mengeluarkan kepurtusannnya yang
dimohon, sedangkan jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan dimaksud telah lewat.
c) Dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak menentukan
jangka waktu, maka setelah lewat waktu 4 bulan sejak diterimanya permohonan ,
badan atau pejabat TUN yang bersangkutan dianggap telah mengeluarkan
keputusan.
b. Individual: keputusan tata usaha negara tidak untuk umum, tertentu berdasarkan apa
yang dituju oleh keputusan itu dan tidak bersifat umum objeknya, dan yang terbatas
waktu atau tempatnya.
c. Final: diartikan keputusan tersebut sudah definitive, keputusan yang tidak lagi
memerlukan persetujuan dari instansi atasan atau instansi lain, karenanya keputusan
ini dapat menimbulkan akibat hukum.
5. Diskresi dan pengunaannya oleh badan atau pejabat tata usaha negara
Jawab:
Berdasarkan pasal 175 angka 1 UU Cipta Kerja yang mengbah pasal 1 angka 9 UU
30/2014 diskresi merupakan keputusan dan/atau tindakan yang di tetapkan dan atau
dilakukan oleh pejabat untuk mengatsi persoalan konkret yang dihadapi dalam
penyelenggaraan pemerintah dalam hal peraturan perundang undangan yang emmberikan
pilihan, tidak mengaturr, tidak lengkap atau tidak jelas. Pejabat pemerintahan memilki
hak untuk menggunkan kewenangan dalam mengambil keputusan dan/atau
tindakan.salah satu hak yang dimilikinya adalah diskresi. Setiap penggunaan diskresi oleh
pejabat pemerintahan harus memiliki beberapa tujuan yakni
a) Melancarkan penyelenggaraan pemerintahan
b) Mengisis kekoosngan hukum
c) Memberi kepastian hukum
d) Mengatasi stagnasi pemerintahan dalam keadaan tertentu guna kemanfaatan dan
kepentingan umum.
Ada beberapa persyaratan penggunaan diskresi yang harus dipenuhi adalah sebagai
berikut:
7. Eksistensi pasal 87 UU No 30 Tahun 2014 dalam lingkup peradilan tata usaha negara
Jawab:
Ketentuan Pasal 87 huruf a UU No. 30 Tahun 2014 sebagai penegasan bahwa
perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pemerintah dapat diperiksa dan
diselesaikan melalui pengadilan tata usaha negara. Diundangkannya Undang Undang No
30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahan (UU AP) pada tanggal 17 oktober 2014
merupakan langkah yang sangat mencerahkan dalam reformasi administrasi
pemerintahan.
a) Mengatur hubungan hukum antara badan atau pejabat administrasi
pemerintahan dengan masyarakat dalam wilayah hukum public.
b) Salah satu bentuk pengawasan yudisial adalah oleh pengadilan administrasi
yang melalui mekanismesuatu gugatan oleh orang atau badan hukum perdata.
Pada hakikatnya tidak berbeda dengan tugas peradilan pada umunnya yaitu
emmpertahankan hukum materiil dalam hal ini hukum administrasi materiil.
c) Dalam konteks pemberantasan korupsi, UU AP ini merupakan instrument
penting dalam mencegah terjadinya korupsi dan dalam proses penyidikan
tindak pidana penyalahgunaan wewenang. Selama ini pendekatan
pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme diarahkan pada sanksi terhadap
para pelaku, padahal deteksi dini dapat dilakukan melalui pendekatan
prosedur adminitrasi.