Disusun Oleh :
2020
A. Pendahuluan
Di dunia di mana ide kontrol konstitusional begitu luas, penerimaan dan praktik
di setiap negara mau tidak mau bervariasi dari negara ke negara, yang jelas
merupakan ide kontrol konstitusional.Metodologi terus berkembang secara teoritis
dan praktis tidak dapat dipisahkan dari perubahan-perubahan sejarah. Tahapan
perkembangan ini dapat diamati selama periode waktu yang berkisar dari ide-ide
tradisional hingga ide-ide yang lebih modern. Di Indonesia, Amandemen UUD 1945
membawa warna baru dalam sistem ketatanegaraan. Salah satu perubahan
mendasar UUD 1945 adalah mengubah Pasal 1 Ayat (2) yang berbunyi sebagai
berikut: “Kedaulatan adalah milik rakyat dan dilaksanakan menurut ketentuan
Undang-Undang Dasar”. Ketentuan ini mengandung pengertian bahwa kedaulatan
rakyat tidak lagi dilaksanakan sepenuhnya oleh Dewan Rakyat tetapi dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan Konstitusi.
Selain itu, Amandemen UUD 1945 melahirkan lembaga negara yang berfungsi
melindungi dan menafsirkan konstitusi, yaitu keberadaan Mahkamah Konstitusi.
Secara konseptual, gagasan pembentukan Mahkamah Konstitusi adalah untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Peninjauan
kembali kasus pertama dan terakhir memiliki keputusan akhir atas pertimbangan
undang-undang anti-Konstitusi 1945 dan otoritas lain yang berwenang atas
pertimbangannya sendiri.
Keadilan substantif/keadilan substantif adalah al qist atau bagian yang adil dan
pantas, yang tidak mengarah pada persamaan, melainkan bagian yang tepat, di sisi
kanan. Dalam penerapan keadilan substantif ini, kebaikan akan menang sesuai
dengan pembuktian kebenaran. Teori-teori yang melandasi pentingnya reformasi
konstitusi dan menjadi dasar bagi kekuasaan dan tugas Mahkamah Konstitusi
adalah teori kedaulatan negara, teori konstitusi, teori kedaulatan negara, dan teori
kedaulatan negara. hukum, teori kesejahteraan, keadilan. teori dan teori kepastian
hukum.
Dasar hukum yurisdiksi Mahkamah Konstitusi berakar pada UUD 1945 yang
diatur dalam Pasal 7A, 78, dan 2C dan dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2003. Bagi orang perseorangan, kesatuan masyarakat hukum adat selama
masih hidup, badan hukum publik atau swasta, organisasi publik, partai politik atau
pemerintah, dan Dewan Perwakilan Rakyat, jika hak dan/atau kewenangan
konstitusionalnya dilanggar, dapat mengajukan permohonan ke Mahkamah
Konstitusi. Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga negara baru dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia hasil Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, yang dibentuk karena salah urus negara, terutama pada
masa Orde Baru, yang ditandai dengan popularitas yang meluas. korupsi. Pada
masa itu, kolusi dan neoliberalisme, Markus (sang perantara kasus), dan
pengabaian nilai-nilai keadilan hukum menjadi unsur perkembangan di berbagai
bidang, terutama sistem peradilan. Sebagai badan konstitusional, Mahkamah
Konstitusi dirancang untuk menjadi pelindung dan penafsir konstitusi melalui
putusan-putusannya. Dalam menjalankan fungsi konstitusionalnya, Mahkamah
Konstitusi berupaya mewujudkan visi kelembagaannya, yaitu pembangunan
konstitusi, dalam rangka mewujudkan cita-cita supremasi hukum dan kedaulatan
rakyat untuk kehidupan berbangsa dan bernegara yang bermartabat. Visi tersebut
menjadi pedoman bagi Mahkamah Konstitusi dalam menjalankan kekuasaan
kehakimannya secara mandiri dan bertanggung jawab sesuai dengan amanat
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 akibat dari
berlakunya undang-undang tersebut.
C. Kesimpulan
Thalib, Abdul Rasyid. "Wewenang Mahkamah Konstitusi dan Implikasinya dalam Sistem
Ketatanegaraan RI." Citra Aditya Bakti, Bandung (2006).
Darmadi, Nanang Sri. "Kedudukan dan Wewenang Mahkamah Konstitusi dalam Sistem
Hukum Ketatanegaraan Indonesia." Jurnal hukum 28.2 (2020): 1088-1108.
Tim Penyusun Hukum Acara Mahkamah Konstitusi. 2010. Hukum Acara Mahkamah
Konstitusi. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Kostitusi
Republik Indonesia.
NUGROHO, MAHFUD YOGA, Retno Saraswati, and Lita Tyesta ALW. IMPLIKASI PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 86/PUU-XII/2013 TENTANG PENGUJIAN
KETETAPAN MPR aTERHADAP UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK
INDONESIA TAHUN 1945 TERHADAP MARWAH DAN KEWENANGAN MAHKAMAH
KONSTITUSI SEBAGAI GUARDIAN OF CONSTITUTION DALAM SISTEM
KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA. Diss. Universitas Diponegoro, 2019.