Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

NamaMahasiswa : Bibit Santoso

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044175137

Kode/NamaMataKuliah : HKUM4404/Teori Perundang-

Undangan

Kode/NamaUPBJJ : MANADO

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
SOAL :
1. Perubahan UUD 1945 tidak mudah dilakukan karena harus ada momentum.
Banyak perubahan yang terjadi usai adanya Perubahan UUD 1945, salah
satunya adalah supremasi parlemen menjadi supremasi Konstitusi. “Dulu MPR
yang mempunyai kewenangan untuk memilih presiden, kini tidak bisa lagi,” ujar
Direktur Pusat Pengkajian Pancasila dan Konstitusi Universitas Jember tersebut.
Bayu menyebut sifat final dan mengikat yang dimiliki oleh putusan Mahkamah
Konstitusi merupakan salah satu bentuk dari supremasi Konstitusi. Selain itu,
supremasi Konstitusi juga tercermin dari Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945. “Itu makna
demokrasi yang nomokrasi. Presiden dipilih oleh rakyat, dan nomokrasi jika ada
undang-undang yang dibuat oleh Presiden bertentangan dengan konstitusi,
dapat dibatalkan oleh MK. Ini menunjukkan supremasi Konstitusi,” papar Bayu.
Sumber: https://www.mkri.id/
1. Berdasarkan kasus di atas, urgensi apakah yang menyebabkan didirikannya
MK pasca amandemen Undang-Undang Dasar RI 1945.
2. Mengapa Indonesia memilih MK sebagai pemegang supremasi konstitusi,
bukan MPR yang merupakan lembaga yang membuat/mengubah UUD.

2. Akhir-akhir ini dalam kaitan pelaksanaan Sengketa Proses Pemilihan Umum


(SPPU) yang digelar oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum, khususnya terkait
SPPU yang melibatkan bakal calon mantan narapidana korupsi, Peraturan
Komisi Pemilihan Umum (PKPU) menjadi suatu bagian yang diperbincangkan
bahkan diperdebatkan. Sepertinya, masih banyak pihak yang belum menyadari
kedudukan dan peran PKPU yang akhirnya bermuara pada pengabaian PKPU.
https://sulut.kpu.go.id/
1. Berikan analisis tentang kedudukan PKPU dalam hierarki peraturan
perundang-undangan.
2. Siapakah yang berwenang melakukan pengawasan terhadap lembaga PKPU
tersebut.

3. Setelah amandemen Undang-Undang Dasar 1945 prinsip pembagian kekuasaan


digantikan dengan prinsip pemisahan kekuasaan dan pembagian prinsip checks
and balances. Prinsip pemisahan kekuasaan dan checks and balances
dimaksudkan sebagai prinsip-prinsip yang dapat mencegah konsentrasi
kekuasaan di bawah satu tangan atau organ dan mencegah adanya campur
tangan antara badan/organ negara sehingga masing-masing dapat menjalankan
tugas fungsinya sebagaimana yang diatur dalam konstitusi negara yang
bersangkutan.
1. Berdasarkan pernyataan di atas, apa akibatnya terhadap pengujian peraturan
perundang-undangan.
2. Berikan analisis anda, perubahan apa yang terjadi pada kebebasan
kekuasaan kehakiman setelah diterapkannya pemisahan kekuasaan.
JAWABAN :
1. 1. latar belakang sejarah pembentukan MK pada awalnya Adalah untuk
menjalankan judicial review . Sedangkan munculnya Judicial review itu sendiri
merupakan perkembangan hukum dan politik Ketatanegaraan modern. Dari
aspek politik keberadaan MK dipahami sbg upaya utk mewujudkan Mekanisme
check and balances antar cabang kekuasaan negara. Dari aspek hukum
keberadaan MK merupakan konsekuensi dari Diterapkannya supremasi
konstitusi.
Pembentukan MK RI dapat dipahami dari dua sisi yaitu dari sisi Politik dan sisi
hukum. Dari sisi politik ketatanegaraan keberadaan MK diperlukan utk
mengimbangi kekuasaan pembentukan UU Yang dimiliki oleh DPR dan
Presiden. Hal ini diperlukan agar UU Tidak menjadi legitimasi bagi tirani
mayoritas wakil rakyat di DPR Dan Presiden yg dipilih langsung oleh mayoritas
rakyat.
Disisi lain yaitu perubahan sistem ketatanegaraan yg tidak lagi Menganut
supremasi MPR maka menempatkan lembaga-lembaga Negara pada posisi yg
sejajar. Hal ini sangat memungkinkan ketika Dalam praktik terjadi sengketa
kewenangan anatar lembaga negara yg membutuhKan forum hukum utk
menyelesaikannya, MK dianggap lembaga Yang paling tepat untuk
menyelesaikan permasalahan tsb.
Dari sisi hukum keberadaan MK adalah salah satu konsekuensi Perubahan dari
supremasi MPR menjadi supremasi konstitusi. Prinsip supremasi konstitusi
terdapat dalam Pasal 1 ayat (2) Yang menyatakan bahwa kedaulatan berada
ditangan rakyat Dan dilaksanakan menurut UUD.
Dengan demikian konstitusi menjadi penentu bagaimana dan siapa Saja yg
melaksanakan kedaulatan rakyat dlm penyelenggaraan Negara dgn batas sesuai
dgn wewenang yg diberikan oleh konstitusi Itu sendiri. Bahkan konstitusi juga
menentukan substansi yang Harus menjadi orientasi sekaligus batas
penyelenggaraan Negara Yaitu ketentuan tentang HAM dan hak konstitusional
warga Negara Yang perlindungan, pemenuhan, dan pemajuannya adalah
tanggung Jawab negara.
Agar konstitusi tsb benar-benar dilaksanakan dan tidak dilanggar Maka harus
dijamin bahwa ketentuan hukum dibawah konstitusi Tidak boleh bertentangan
dengan konstitusi itu sendiri dengan Memberikan wewenang pengujian serta
membatalkan jika memang Ketentuan hukum tersebut bertentangan dgn
konstitusi.

2. Perubahan sistem ketatanegaraan yg tidak lagi Menganut supremasi


MPR maka menempatkan lembaga-lembaga Negara pada posisi yg sejajar.
Hal ini sangat memungkinkan ketika Dalam praktik terjadi sengketa
kewenangan antar lembaga negara yg membutuhkan forum hukum untuk
menyelesaikannya, MK dianggap lembaga Yang paling tepat untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut. Dari sisi hukum keberadaan
MK adalah salah satu konsekuensi Perubahan dari supremasi MPR menjadi
supremasi konstitusi.

2. 1. Kedudukan PKPU dalam hierarki peraturan perundang-undangan diatur dalam


ketentuan Pasal 8 UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.

Diketahui dalam Pasal 7 ayat (1) UU 12/2011 hanya menyatakan bahwa


jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas: a. Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat; c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang; d. Peraturan Pemerintah; e. Peraturan Presiden; f. Peraturan
Daerah Provinsi; dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Dalam ketentuan tersebut belum menyebutkan terkait peraturan KPU dan


Peraturan kementerian atau lembaga negara lainnya, yang nanti diatur dalam
Pasal 8 UU 12/2011.

Bunyi Pasal 8 UU12/2011 adalah: "Jenis Peraturan Perundang-undangan


selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang
ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan
Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan,
lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang
atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,
Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat."

2. yang berhak melakukan pengawasan adalah Badan Pengawas Pemilihan


Umum (BAWASLU) tugas, wewenang, dan kewajiban pengawas pemilu
berdasarkan amanat undang-undang nomor 7 tahun 2017 tentang pemilihan
umum.

3. 1. pengujian peraturan perundang-undangan yang terintegrasi oleh


Mahkamah Konstitusi. Pengujian peraturan perundang-undangan adalah
suatu proses untuk menguji keabsahan prosedur dan materi muatan suatu
peraturan perundang-undangan sehingga sesuai ataukah bertentangan
dengan peraturan yang lebih tinggi. integrasi pengujian peraturan
perundang-undangan oleh Mahkamah Konstitusi menjadi penting untuk
direalisasikan dikarenakan sistem pengujian peraturan perundang-undangan
yang tidak terintegrasi menyebabkan kerancuan, menimbulkan konflik
kelembagaan antara Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung, serta
mengakibatkan ketidaksinkronan antara peraturan perundang-undangan dari
yang paling bawah sampai dengan yang paling atas. agar pengujian
peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang Dasar terhadap
Undang-Undang Dasar dilakukan secara terintegrasi, dalam hal ini oleh
Mahkamah Konstitusi, dengan catatan jumlah hakim Mahkamah Konstitusi
perlu ditambah guna mewujudkan pembangunan hukum pengujian peraturan
perundang-undangan yang lebih baik di masa mendatang. Agar integrasi
tersebut dimungkinkan, maka perlu dilakukan perubahan norma hukum
terkait kewenangan Mahkamah Konstitusi, baik yang terdapat dalam
Undang-Undang Dasar maupun Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman
dan Undang-Undang Mahkamah Konstitusi.
Prinsip checks and balancesmerupakan prinsip ketatanegaraan yang
menghendaki agar kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif sama-sama
sederajat dan saling mengontrol satu sama lain

2. perubahan konstitusi dengan sistem kekuasaan kehakiman melalui kajian


pada rumusan yang tersebut dalam UUD Tahun 1945 sebelum dan pasca
amandemen dihubungkan dengan ajaran Trias Politika. Analisis juga
mengkaji, apakah sistem kekuasaan di Indonesia menganut pemisahan
kekuasaan ataukah pembagian kekuasaan. Berdasarkan telaahan tersebut
baru kemudian akan dihubungkan dengan sistem kekuasaan kehakiman.
Hal lain yang juga akan menjadi objek kajian adalah, problem dan dinamika
dalam penerapan kekuasaan kehakiman pasca amandemen UUD Tahun
1945 karena pada konstitusi amandemen, kekuasaan kehakiman
dilaksanakan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, serta
adanya lembaga Komisi Yudisial yang menjadi bagian dari sistem kekuasaan
kehakiman.
Ada 2 (dua) perdebatan utama dalam kaitan antara UUD 1945 dengan Trias
Politika. Sebagian kalangan menyatakan bahwa UUD 1945 tidak menganut
sistem Trias Politika karena pada dasarnya organ negara tidak hanya
meliputi: legislatif, eksekutif, dan yudikatif saja. UUD 1945 sebelum
amandemen juga mengenal organ negara yang biasa disebut sebagai Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
Pasca reformasi dan seperti tersebut di dalam amandemen konstitusi dalam
UUD Tahun 1945, kini ada beberapa organ negara lainnya seperti: suatu
lembaga bank sentral, suatu komisi pemilihan umum, alat negara yang
menjaga keamanan dan ketertiban dan alat negara yang bertugas
mempertahankan, melindungi, memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.

Anda mungkin juga menyukai