Anda di halaman 1dari 6

HKUM4404-3

BUKU JAWABAN TUGAS


MATA KULIAHTUGAS 2

Nama Mahasiswa : TOMIZON

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042658419

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4404/Teori Perundang-Undangan

Kode/Nama UPBJJ : 20 / BANDAR LAMPUNG

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA

1dari2
HKUM4404-3

NASKAH TUGAS MATAKULIAH UNIVERSITAS TERBUKA


SEMESTER:2022/23.2(2023.1)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, IlmuSosial dan Ilmu Politik


Kode/NamaMK : HKUM4404/Teori Perundang-Undangan
Tugas 2

No. Soal
1. Perubahan UUD 1945 tidak mudah dilakukan karena harus ada momentum.
Banyak perubahan yang terjadi usai adanya Perubahan UUD 1945 ,salah
satunya adalah supremasi parlemen menjadi supremasi Konstitusi. “Dulu MPR
yang mempunyai kewenangan untuk memilih presiden, kini tidak bisalagi,” ujar
Direktur Pusat Pengkajian Pancasila dan Konstitusi Universitas Jember
tersebut.
Bayu menyebut sifat final dan mengikat yang dimiliki oleh putusan Mahkamah
Konstitusi merupakan salah satu bentuk dari supremasi Konstitusi. Selain itu,
supremasi Konstitusi juga tercermin dari Pasal 1Ayat (2) UUD 1945.
“Itu makna demokrasi yang nomokrasi. Presiden dipilih oleh rakyat, dan
nomokrasi jika ada undang-undang yang dibuat oleh Presiden bertentangan
dengan konstitusi, dapat dibatalkan oleh MK. Ini menunjukkan supremasi
Konstitusi,”papar Bayu.
Sumber:https://www.mkri.id/
1. Berdasarkan kasus diatas, urgensi apakah yang menyebabkan
didirikannya MK pasca amandemen Undang-Undang Dasar RI 1945.
Jawaban
Bahwa pelaksanaan supremasi konstitusi sebelum dilakukan amandemen
dipegang oleh MPR sebagaimana Pasal 1Ayat (2)UUD1945 menyatakan
bahwa “Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya
oleh MPR” hal tersebut mempuyai konsekuensi bahwa MPR sebagai
Lembaga Negara Tertinggi yang merupakan lembaga Super Body yang
memiliki kewenangan konstitusi untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden, peran rakyat sebagai pemilik kedaulatan tidak berfungsi
dengan baik hanya sebatas memilih anggota MPR, DPR, DPRD untuk
selanjutnya kedaulatan tersebut diambil alih oleh MPR guna
pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dengan demikian
konsep kedaulatan dalam hal ini masih dilakukan setengah - setengah.
Untuk itu dilakukan Amandemen terhadap Pasal 1Ayat (2)UUD1945
sehingga terjadi perubahan atas Pasal tersebut menjadi “Kedaulatan
berada ditangan rakyat dan dilaksanakan berdasarkan Undang –
Undang Dasar” sehingga kedaulatan melaksanakan konstitusi tersebut
sepenuhnya berada ditangan Rakyat untuk memilik Presiden dan Wakil
Presiden secara langsung.
Dengan adanya Amandemen terhadap Pasal 1Ayat (2)UUD1945
tersebut maka diperlukan suatu penyesuaian dinamika kehidupan ke
Tatanegaraan untuk melindungi dan menjamin terselenggaranya hak –
hak konstitusi maka diperlukan suatu lembaga untuk menjaga hak atas
2dari2
HKUM4404-3

konstitusi tersebut maka dari itu Lahirnya Mahkamah Konstitusi yang


selanjutnya disebut MK sebagai tuntutan untuk menegakkan norma-norma
yang ada dalam konstitusi yang bertujuan untuk memberikan perlindungan
hak-hak konstitusional warga negara yang lebih demokratis, transparan,
dan berkeadilan.

2. Mengapa Indonesia memilih MK sebagai pemegang supremasi


konstitusi,bukan MPR yang merupakan lembaga yang membuat
/mengubah UUD.
Jawaban
Bahwa Mahkamah Konstitusi ditunjuk sebagai sebagai pemegang
supremasi konstitusi tersebut telah dilaksanakan berdasarkan Undang –
Undang sebagaimana dimaksud didalam Pasal 24 ayat(2) UUD 1945
setelah dilakukan amandemen untuk ketiga kalinya yang menyatakan
bahwa Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,
lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.
Dengan demikian pemilihan Mahkamah Konstitusi sebagai pemegangn
supermasi konstitusi menunjukan bahwa kedaulatan rakyat terkait
pemilihan anggota legislatif serta Peresiden dan Wakil Presiden mutlak
berada di tangan rakyat, sehingga anggota legislatif serta Peresiden dan
Wakil Presiden adalah murni atas kehendak rayat yang dilaksanakan melalui
Pemilu, namun demikian untuk menjaga, melindungi dan menjamin
terselenggaranya hak – hak konstitusi maka Mahkamah Konstitusi
ditunjuk guna menyelesaikan permasalahan / sengketa terkait hak atas
konstitusi tersebut hal tersebut tercantum didalam Pasal 24C UUD 1945
yang menyatakan bahwa “ Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada
tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji
undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-
Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik dan memutus
perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

2. Akhir-akhir ini dalam kaitan pelaksanaan Sengketa Proses Pemilihan Umum


(SPPU) yang digelar oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum, khususnya terkait
SPPU yang melibatkan bakal calon mantan narapidana korupsi, Peraturan
Komisi Pemilihan Umum (PKPU) menjadi suatu bagian yang diperbincangkan
bahkan diperdebatkan. Sepertinya, masih banyak pihak yang belum menyadari
kedudukan dan peran PKPU yang akhirnya bermuara pada pengabaian PKPU.
https://sulut.kpu.go.id/
1. Berikan analisis tentang kedudukan PKPU dalam hierarki peraturan
perundang-undangan.
Jawaban
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang – undangan Pasal 7 ayat (1)
menyatakan bahwa Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan
3dari2
HKUM4404-3

terdiri atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 12 tahun 2011 Pasal 8 yang


berbunyi : Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang
ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank
Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah
Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota,
Kepala Desa atau yang setingkat.

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa PKPU


dikategorikan sebagai peraturan yang ditetapkan oleh Komisi yang
setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas
perintah Undang-Undang, serta PKPU itu sendiri sebagai peraturan
pelaksana terhadap Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan umum, sehingga kedudukan PKPU adalah Dibawah Undang –
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan umum yang dibuat dan
ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum sebagai Komisi yang setingkat
yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah
Undang-Undang.

2. Siapakah yang berwenang melakukan pengawasan terhadap lembaga


PKPU tersebut.
Jawaban
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum menyebutkan bahwa Penyelenggara Pemilu adalah lembaga
yang menyelenggarakan Pemilu yang terdiri atas Komisi Pemilihan
Umum, Badan Pengawas Pemilu, dan Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu sebagai satu kesatuan fungsi Penyelenggaraan
Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota
Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah secara langsung
oleh rakyat.
Untuk selanjutnya berdasrkan Pasal 1 ayat (24) menyebutkan bahwa
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) adalah suatu
lembaga yang bertugas menangani pelanggaran kode etik
Penyelenggara Pemilu dalam hal ini pemnyelenggara pemilu adalah KPU
4dari2
HKUM4404-3

dengan demikian yang berwenang melakukan pengawasan terhadap


KPU adalah DKPP.

5dari2
HKUM4404

3. Setelah amandemen Undang-Undang Dasar 1945 prinsip pembagian kekuasaan


digantikan dengan prinsip pemisahan kekuasaan dan pembagian prinsip checks and
balances. Prinsip pemisahan kekuasaan dan checks and balances dimaksudkan
sebagai prinsip-prinsip yang dapat mencegah konsentrasi kekuasaan di bawah satu
tangan atau organ dan mencegah adanya campur tangan antara badan/organ negara
sehingga masing-masing dapat menjalankan tugas fungsinya sebagaimana yang diatur
dalam konstitusi negara yang bersangkutan.

1. Berdasarkan pernyataan diatas, apa akibatnya terhadap pengujian peraturan


perundang-undangan.
Jawaban
Bahwa setelah dilakukan Amandemen Undang – Undang Dasar 1945 merumuskan ada
2 lembaga kekuasaan kehakim an yaitu Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung
yang diberi kewenangan untuk melakukan pengujian peraturan perundang – undangan
/ judicial review.
Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk melakukan pengujian peraturan
perundang-undangan di bawah undang- undang sedangkan Mahkamah Konstitus
diberikan kewenangan untuk melakukan pengujian undang-undang terhadap UUD,
terkait hal tersebut dengan adanya 2 lembaga yang diberikan kewenangan untuk
melakukan perngujian terhadap peraturan perundang – undangan akan menimbulkan
problem terhadap konsep pengujian peraturan perundang – undangan itu sendiri,
seharusnya ada lembaga yang bertugas mengawasi terhadap pengujian peraturan
perundang – undangan yang dilakukan oleh MA dan MK.
.
2. Berikan analisis anda, perubahan apa yang terjadi pada kebebasan kekuasaan
kehakiman setelah diterapkannya pemisahan kekuasaan.

Jawaban
Setelah dilakukan amandemen pada UUD Tahun 1945 menyatakan bahwa
“ kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan”. Hal
tersebut dimaksudkan untuk menjelaskan sifat dan tujuan dari penyelenggaraan
kekuasaan kehakiman, yaitu: kekuasaan yang merdeka guna menegakkan hukum
serta keadilan.
Bahwa Pasal 24 ayat (2) menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, agama, militer, tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi. Dengan demikian penyelenggara kekuasaan kehakiman
adalah Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, dengan demikian terjadi dua
kekuasaan kehakiman yang terdiri atas MA dan MK, berdasarkan perubahan
tersebut setelah diterapkan terhadap pemisahan kekuasaan kehakiman, masih
ditemukan problem atau masalah terkait penerapan pengujian Undang – undang
sebagai kewenangan MA dan MK itu sendiri.

6dari2

Anda mungkin juga menyukai