Anda di halaman 1dari 8

MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAI

KEKUASAAN KEHAKIMAN YANG MERDEKA


DALAM STRUKTUR KETATANEGARAAN
INDONESIA

ARIJITO TRI SUSANTO H.


NIM. 222742018154514
LATAR BELAKANG

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (disingkat MKRI) adalah lembaga tinggi


negaradalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan
kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung. Mahkamah Konstitusi dibentuk
setelah adanya amandemen UUD 1945 untuk memperkuat pranata demokrasi dalam
struktur ketatanegaraan. Kedudukan Mahkamah konstitusi merupakan salah satu
lembaga negara pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Berdasarkan Pasal 24 ayat (2) UUD
1945 menyatakan, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata
usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Berdasarkan ketentuan tersebut,
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu pelaku kekuasaan kehakiman selain
Mahkamah Agung. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Dengan
demikian, suatu lembaga peradilan, sebagai cabang kekuasaan yudikatif, yang
mengadili perkaraperkara tertentu yang menjadi kewenangannya berdasarkan ketentuan
UUD 1945.
LATAR BELAKANG
Mengingat pentingnya kemandirian kekuasaan kehakiman ini, dan merupakan suatu hal
yang sangat prinsipil, maka harus ditegaskan dan dijamin dalam konstitusi dan
peraturan perundangundangan lainnya. Pasal 24 Ayat (1) UUD 1945 hasil perubahan
menyatakan secara tegas dan jelas bahwa Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan. UUD menggunakan istilah merdeka yang sesungguhnya tidak berbeda
pengertiannya dengan istilah kemandirian. Mahkamah Konstitusi yang diletakkan
secara konsepsi dan pengaturannya dalam UUD merupakan bagian dan salah satu
pelaksana kekuasaan kehakiman bersama Mahkamah Agung yang secara resmi
dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 24 tahun 2003.

Dengan melihat sekilas paparan diatas, maka penulis bermaksud ingin mengetahui
lebih dalam perihal letak MK pada struktur ketatanegaraan, kedudukan, kewenangan
serta kewajibannya sebagai Lembaga kekuasaan kehakiman di Indonesia. Maka judul
yang dipilih adalah Mahkamah Konstitusi Sebagai Kekuasaan
Kehakiman Yang Merdeka Dalam Struktur Ketatanegaraan
Indonesia
RUMUSAN MASALAH
Dari ulasan latar belakang yang telah di uraikan, maka rumusan masalah yang diambil
adalah:
1. Bagaimanakah makna kekuasaan kehakiman yang merdeka?
2. Bagaimanakah kedudukan Mahkamah Konstitusi dalam
Ketatanegaraan Indonesia?
3. Apa kewenangan Mahkamah Konstitusi Indonesia?
4. Apa kewajiban Mahkamah Konstitusi Indonesia?

TUJUAN PENELITIAN
Dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah penulis paparkan, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui makna kekuasaan kehakiman yang merdeka.
2. Untuk mengetahui kedudukan Mahkamah Konstitusi dalam Ketatanegaraan
Indonesia.
3. Untuk mengetahui kewenangan Mahkamah Konstitusi Indonesia.
4. Untuk mengetahui kewajiban Mahkamah Konstitusi Indonesia.
PEMBAHASAN
Makna Kekuasaan Kehakiman Yang Merdeka
Kekuasaan kehakiman yang merdeka adalah perwujudan dari asas kedaulatan rakyat, negara
hukum, dan pemisahan kekuasaan. Namun demikian, terdapat perbedaan diametral antara konsep
‘merdeka’ dan ‘bertanggung-jawab’ dari kekuasaan kehakiman. Makna ‘merdeka’ menunjukkan
tidak adanya ikatan dan tidak tunduk pada apapun. Dalam perkataan lain, ‘kekuasaan kehakiman
yang merdeka’ bermakna kekuasaan yang tidak terikat, lepas, dan tunduk pada kekuasaan yang
lain.

Kedudukan Mahkamah Konstitusi dalam Ketatanegaraan Indonesia


Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara pelaku kekuasaan kehakiman yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.Pasal 24
ayat (2) UUD 1945 menyatakan, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung
dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi. Berdasarkan ketentuan tersebut, Mahkamah Konstitusi merupakan
salah satu pelaku kekuasaan kehakiman selain Mahkamah Agung. Kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan. Dengan demikian, Mahkamah Konstitusi adalah suatu lembaga peradilan,
sebagai cabang kekuasaan Yudikatif, yang mengadili perkara-perkara tertentu yang menjadi
kewenangannya berdasarkan ketentuan UUD 1945.
PEMBAHASAN
Kewenangan Mahkamah Konstitusi Indonesia
Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yang ditegaskan kembali dalam Pasal 10
ayat (1) huruf a sampai dengan d UU 24/2003,Kewenangan yang diberikan kepada
Mahkamah Konstitusi dapat dibedakan menjadi dua.Yaitu kewenangan utama, dan
kewenangan tambahan. Kewenangan utama meliputi:
a. Pengujian undang- undang terhadap UUD;
b. Memutus keluhan konstitusi yang diajukan oleh rakyat terhadap penguasa.
Mahkamah Konstitusi diberi kewenangan utamanya yaitu untuk memutus constituional
complain yang diajukan rakyat terhadap penguasa, Mahkamah Konstitusi wajib
menerima dan memutus permohonan dari rakyat bilamana adanya produk peraturan
yang berada di bawah undang-undang seperti Keputusan Presiden, Penetapan Presiden,
Instruksi Presiden dan/atau Peraturan Presiden untuk diajukan judicial review.
Memutus sengketa kewenangan antara lembaga negara. Sedangkan kewenangan
tambahan dapat bervariasi antara negara satu dengan yang lainnya. UUD RI 1945
memberikan kewenangan tambahan tersebut berupa;
c. pembubaran partai politi;
d. perselisihan hasil pemilihan umum;
e. pemberian putusan Dewan Perwakilan Rakyat atas dugaan pelanggaran yang
dilakukan oleh Presiden dan atau wakil presiden.
PEMBAHASAN
Kewajiban Mahkamah Konstitusi Indonesia
Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) sampai dengan (5) dan Pasal 24C ayat (2) UUD 1945 yang
ditegaskan lagi oleh Pasal 10 ayat (2) UU 24/2003 Mahkamah Konstitusi wajib memberikan
putusan atas pendapat Dewa Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh
Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar. Pelanggaran yang
dimaksud sebagaimana disebutkan dan diatur dalam ketentuan Pasal 7A UUD 1945 yaitu
melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana lainnya, atau perbuatan tercela,dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Peranan yang diberikan kepada Mahkamah Konstitusi melalui kewenangannya sebagai
sebuah lembaga peradilan oleh UUD RI 1945, mencerminkan semakin kuatnya penuangan
prinsip negara hukum dalam UUD RI 1945 setelah adanya perubahan. Pilar yang sangat
fundamental yang diletakkan dalam UUD RI 1945 untuk memperkuat prinsip negara hukum
adalah perumusan pada Pasal 1 ayat (2), yang menyatakan bahwa kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Dengan adanya perumusan
ini, maka Indonesia yang menganut asas demokrasi dalam penyelenggaraan kenegaraan
menyandarkan mekanisme demokrasinya kepada hukum, yaitu UUD RI 1945. Hak- hak
yang diakui dalam UUD RI 1945 , dan tata cara pelaksanaan demokrasi di dalamnya
menjadi rambu-rambu bagi pelaksanaan demokrasi. Karena demokrasi tanpa hukum akan
mengarah menjadi anarki.
PENUTUP
1. Makna kekuasaan kehakiman yang merdeka adalah perwujudan dari
asas kedaulatan rakyat, negara hukum, dan pemisahan kekuasaan.
2. Mahkamah Konstitusi memiliki kedudukan sebagai salah satu
lembaga negara pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
3. Mahkamah Konstitusi mempunyai 4 (empat) kewenangan yakni 1)
Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar; 2)
Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar; 3) Memutus
pembubaran partai politik, dan 4) Memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum.
4. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat
Dewa Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh
Presiden dan/atau Wakil Presiden berdasarkan Pasal 7 ayat (1)
sampai dengan (5) dan Pasal 24C ayat (2) UUD 1945 yang
ditegaskan lagi oleh Pasal 10 ayat (2) UU 24/2003

Anda mungkin juga menyukai