1
Dachran Bustami, Kekuasaan Kehakiman Dalam Perspektif Negara Hukum Di Indonesia, Masalah - Masalah
Hukum, Jilid 46 No. 4, (Oktober 2017). 336.
Pendahuluan
Melalui Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD 1945), pengembangan budaya hukum masyarakat dalam kerangka negara hukum
untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum telah diakui dan dijamin oleh
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Indonesia. Pasal 1 menyatakan bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang melaksanakan kedaulatan rakyat
sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, artinya Negara Republik Indonesia
menempatkan hukum pada kedudukan yang tertinggi dan merupakan asas dasar pengaturan
pelaksanaan kehidupan orang. Bangsa dan negara. Mencermati sejarah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, perkembangan pemikiran dan praktik tentang prinsip negara hukum
dinilai mengandung kelemahan, yaitu hukum menjadi instrumen kepentingan penguasa. Hal
ini termanifestasi secara gamblang dalam praktik ketatanegaraan penguasa yang
menggunakan wacana negara hukum dengan melepaskan hakikat atau makna yang
terkandung dalam konsep negara hukum itu sendiri. 2
Kelemahan ini disebabkan karena banyak sistem hukum yang dibentuk untuk
melegitimasi kekuasaan pemerintah, mendorong proses rekayasa sosial, dan mendorong
pertumbuhan ekonomi sepihak. orang orang. Kekuasaan kehakiman tidak terlepas dari
konstitusi Indonesia saat ini, UUD 1945. Kekuasaan kehakiman pada hakikatnya merupakan
sistem yang lebih luas, yaitu sistem ketatanegaraan yang berlaku pada suatu negara dan
menjadi lembaga, fungsi, kekuasaan, dan tanggung jawab nasional. Apa tanggung jawab
masing-masing lembaga dan hubungan antara negara dan warganya. Melihat banyaknya
ketentuan tentang kekuasaan kehakiman dalam UUD 1945, dapat disimpulkan bahwa selain
kekuasaan kehakiman, UUD 1945 juga mengatur fungsi dan kekuasaan lain. 3
Dan dapat disimpulkan bahwa kekuasaan-kekuasaan yang ada dalam UUD 1945
diatur sesuai dengan sudut pandang jiwa yang menguasai UUD 1945. Dalam konteks ini,
UUD 1945 menempatkan kekuasaan kehakiman di atas UUD. Struktur. Kekuasaan
kehakiman dalam konteks nasional Indonesia adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menegakkan keadilan guna menegakkan hukum dan keadilan yang berdasarkan Pancasila
untuk melaksanakan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu agenda penting yang
akan dihadapi Indonesia dalam penegakan hukum ke depan, isu utama dalam penegakan
hukum adalah isu independensi peradilan.
2
Rachmani Puspitadewi, Sekelumit Catatan Tentang Perkembangan Kekuasaan Kehakiman Di Indonesia,
Jurnal Hukum Pro Justitia,Volume 24 No. 1, (Januari 2006), 5.
3
Abdul Hakim G. Nusantara, Politik Hukum Indonesia, (Jakarta: Yayasan LBHI, 1998), 23.
Permasalahan
Di penghujung tahun 2009, tepatnya pada tanggal 29 September 2009, DPR RI
mengesahkan “UU Kekuasaan Kehakiman”. Yaitu Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman. Bersamaan dengan itu, disahkan pula Undang-Undang
Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Peradilan Umum
Nomor 2 Tahun 1986. Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 Nomor
50. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dan Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 2. Keputusan
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.4
Pada tahun 2010 dan ke depan, masa depan peradilan yang independen menuntut
masyarakat untuk mempelajari dan memahami Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman
dengan cermat. Hal ini karena masyarakat menginginkan agar para pelaku kekuasaan
kehakiman itu bebas, sehingga keadilan dan kebenaran dapat ditegakkan secara konsisten. Si
kaya dan si miskin harus diperlakukan sama di depan hukum.5
Pembahasan
Menurut Moch.Koesnoe6 dengan melihat konstruksi kekuasaan seperti yang terdapat
dalam UUD 1945 ini menarik kesimpulan bahwa tatanan kekuasaan dalam negara RI adalah
sebagai berikut :
1. Kekuatan utama disebut kedaulatan. Dari perspektif hukum positif, kedaulatan
merupakan sumber dari berbagai hak atau kekuasaan hukum yang ada dalam sistem
hukum. Sri Soemantri mendefinisikan kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi. Karena
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdaulat adalah rakyat, maka
kekuasaan tertinggi tetap di tangan rakyat (Pasal 1(2) UUD 1945)
2. Kekuasaan Subsidair. Yaitu Kekuasaan untuk menjalankan kedaulatan yang timbul
dari kedaulatan itu. Kekuasaan subsidair ini merupakan jenis kekuasaan keseluruhan,
artinya meliputi segala jenis kekuasaan untuk mewujudkan ketentuan-ketentuan dasar
hukum yang terkandung dalam cita hukum (Rechtsidee) dan cita cita hukum tersebut
tercantum pada pembukaan UUD 1945. Dalam kehidupan bernegara dan berbangsa,
kekuasaan subsidair ini merupakan kekuasaan yang diberikan atau dilimpahkan oleh
4
Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pacsa Amandemen Konstitusi, (Jakarta: PT Rajawali
Pers, 2013), 111.
5
Achmad Edi Subinto, Mendesain Kewenangan Kekuasaan Kehakiman Setelah Perubahan UUD 1945, Jurnal
Konstitusi, Volume 9, Nomor 4, (Desember 2012), 665.
6
Moch Koesnoe, Konfigurasi Politik Dan Kekuasaan Kehakiman Di Indonesia, (Jakarta : ELSAM, 1997), 9.
kedaulatan rakyat kepada suatu lembaga yang disebut Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR).
3. Undang-Undang Dasar atau UUD 1945 dibagi lagi dalam kekuasaan untuk
melaksanakan kedaulatan menjadi cabang-cabang kekuasaan untuk melaksanakan
kedaulatan, dengan tetap menempuh jalan dan cara yang diperlukan untuk
mewujudkan ketentuan-ketentuan Undang-Undang Dasar sebagai kandungan atau
isinya dalam rechtside Negara Republik Indonesia. Ketentuan tentang kekuasaan
kehakiman (judikatif) jelas berbeda dengan kekuasaan negara lain seperti kekuasaan
legislatif, kekuasaan eksekutif, kekuasaan eksekutif eksaminatif (BPK), dan
kekuasaan konsultatif (DPA). Mengenai pembagian kekuasaan negara selain
departemen kekuasaan kehakiman, UUD 1945 tidak secara jelas mengatur bahwa
kekuasaan-kekuasaan tersebut merupakan kekuasaan-kekuasaan yang merdeka, bebas
dari kekuasaan-kekuasaan negara lain, baik dalam pasal-pasal maupun dalam
penafsirannya. Hal ini berbeda dengan kekuasaan kehakiman yang secara tegas
disebutkan dalam kedua pasal tersebut yakni UUD 1945 Pasal 24 dan Pasal 25
sebagai kekuasaan yang merdeka.
Kekuasaan kehakiman dalam konteks negara Indonesia adalah kekuasaan negara
yang merdeka untuk melaksanakan keadilan dan keadilan berdasarkan Pancasila
dalam rangka menyelenggarakan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu
agenda penting yang akan dihadapi Indonesia dalam penegakan hukum ke depan, isu
utama dalam penegakan hukum adalah isu independensi peradilan.7
Di penghujung tahun 2009, tepatnya pada tanggal 29 September 2009, Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia mengesahkan Undang-Undang Kekuasaan
Kehakiman, yaitu Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Bersamaan dengan itu, juga disahkan Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang
pergantian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, yaitu Undang-
Undang Nomor 50 tahun 2009 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 Nomor 50. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dan
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara Undang-Undang Kekuasaan
Kehakiman tersebut Negara mengharuskan masyarakat untuk mempelajari dan memahami
7
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Depok: Rajawali Pers, 2019), 310.
dengan seksama masa depan kekuasaan kehakiman yang merdeka pada tahun 2010 dan yang
akan datang. 8
Hal ini karena masyarakat menginginkan agar para pelaku kekuasaan kehakiman itu
bebas dan independen, sehingga keadilan dan kebenaran dapat ditegakkan secara konsisten.
Si kaya dan si miskin harus diperlakukan sama di depan hukum. Amandemen UUD 1945
membawa perubahan dalam kehidupan ketatanegaraan, khususnya dalam pelaksanaan
kekuasaan kehakiman. Antara lain, perubahan ini ditegaskan : 9
8
Nurul Chotidjah, Eksistensi Komisi Yudisial Dalam Mewujudkan Kekuasaan Kehakiman Yang Merdeka, FH.
UNISBA. VOL.XII. NO. 2 (Juli 2010), 167.
9
Titik Triwulan Tutik, Restorasi Hukum Tata Negara Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, (Depok: Prenadamedia Group), 578-623.
Sehubungan dengan hal tersebut, sebagai upaya untuk memperkuat penyelenggaraan
kekuasaan kehakimandan mewujudkan sistem peradilan terpadu, maka pemerintah perlu
mensahkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman sebagai
pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman menentukan bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara
yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.
Selanjutnya menurut ketentuan Pasal 2 undang-undang tersebut, penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman diserahkan kepada badan-badan peradilan dan ditetapkan dengan undang-undang,
dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap
perkara yang diajukan kepadanya. Kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan yang merdeka,
berarti bebas dan lepas dan campur tangan pemerintah atau badan negara yang lain atau dari
pihak manapun yang akan mempengaruhi penyelenggaraan tugas serta kewenangannya,
barulah dinyatakan secara tegas pada Perubahan Ketiga UUD 1945, yakni ketentuan Pasal 24
Ayat (1) yang menentukan, kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.10
Kesimpulan
Wahyu Wiridianata, Komisi Yudisial Dan Pengawasan Hakim Di Indonesia, Jurnal Hukum dan Pembangunan
10
Menurut Pasal 24(2) Perubahan Ketiga UUD 1945, yang berwenang melaksanakan
kekuasaan kehakiman oleh UUD 1945 adalah Mahkamah Agung dan lembaga peradilan di
bawahnya, serta Mahkamah Konstitusi. Kehakiman sebagai peserta kekuasaan kehakiman
DAFTAR PUSTAKA
Hakim G. Nusantara, Abdul, Politik Hukum Indonesia, (Jakarta: Yayasan LBHI, 1998).
Mahfud MD, Moh, Perdebatan Hukum Tata Negara Pacsa Amandemen Konstitusi, (Jakarta:
PT Rajawali Pers, 2013).
Triwulan Tutik, Titik, Restorasi Hukum Tata Negara Indonesia Berdasarkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (Depok: Prenadamedia Group).
Wiridianata, Wahyu, Komisi Yudisial Dan Pengawasan Hakim Di Indonesia, Jurnal Hukum
dan Pembangunan Tahun ke-43 No.4 (Oktober-Desember 2013).