Anda di halaman 1dari 10

A.

Pendahuluan
Gelombang pasang Era Reformasi di Indonesia pada tahun 1998 telah
mendorong berlangsungnya perubahan besar sistem dan praktik ketatanegaraan
Indonesia. Sejak Era Reformasi, kehidupan ketatanegaraan Indonesia menjadi
dinamis. Fondasi penting dinamisasi ketatanegaraan tersebut adalah reformasi
konstitusi yang memungkinkan perubahan atau amandemen Undang-Undang Dasar
1945.
Sebelum dilakukan perubahan, jumlah butir ketentuan yang tercakup dalam
naskah Undang-Undang Dasar 1945 yang asli yaitu hanya terdiri dari 71 butir
ketentuan. Setelah dilakukan perubahan sebanyak empat kali dalam satu rangkaian
proses perubahan dari tahun 1999 hingga tahun 2002, butir ketentuan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melonjak drastis
menjadi 199 butir. Dari 199 butir ketentuan tersebut, hanya 25 butir ketentuan yang
berasal dari naskah asli yang disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945. Sebanyak 174 butir ketentuan selebihnya
atau lebih dari 300 persen adalah ketentuan yang baru sama sekali.
Pada sisi lain, dibentuknya Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
(MKRI) sejak tahun 2003, yang merupakan produk perubahan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, berperan penting mendinamisasi
kehidupan ketatanegaraan Indonesia. Melalui kewenangan yang dimilikinya,
MKRI sebagai peradilan tata negara memberi lapangan empirik bagi praktik
yudisial di bidang Hukum Tata Negara. Sebelum berdirinya MKRI, Hukum Tata
Negara tidak memiliki lahan praktik kecuali praktik nonyudisial di lingkungan
lembaga politik. Kehadiran MKRI memungkinkan berbagai pihak dari berbagai
latar belakang mengajukan permohonan perkara untuk mendapatkan putusan dari
Majelis Hakim Konstitusi atas persoalan ketatanegaraan yang mereka hadapi.
Atas dasar itulah Hukum Tata Negara Indonesia berkembang pesat dari
waktu ke waktu. Perkembangan kehidupan ketatanegaraan Indonesia dewasa ini
mulai menggeser praktik Hukum Tata Negara dari arah orientasi terlalu politis ke
arah orientasi yang lebih praktis. Perkembangan ini menunjukkan bahwa Hukum

1
Tata Negara menempati posisi penting dalam kehidupan bernegara di Indonesia
saat ini
Seiring dengan bangkitnya kesadaran konstitusional di kalangan warga
negara Indonesia, antara lain sebagaimana tercermin dari banyaknya permohonan
perkara di MKRI, kemudian muncul kebutuhan akan Hukum Tata Negara yang
berorientasi lebih teknis-yuridis. Bidang Hukum Tata Negara yang sebelum Era
Reformasi relatif kurang populer baik di kalangan mahasiswa hukum, mahasiswa
pada umumnya, maupun masyarakat luas, kini mulai disadari sebagai bidang
hukum yang penting diketahui oleh berbagai kalangan. Ini kemudian menciptakan
kebutuhan pengetahuan Hukum Tata Negara di kalangan masyarakat umum.
Program Kursus Hukum Tata Negara ini dirancang khusus untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, terutama bagi kalangan yang tidak berlatar belakang
pendidikan Hukum Tata Negara.

B. Pengertian Hukum Tata Negara


Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur negara, antara instansi
dasar lainnya, struktur kelembagaan, pembentukan lembaga-lembaga negara,
hubungan hukum (hak dan kewajiban) antara negara lembaga, wilayah dan warga
negara.
Berikut ini terdapat beberapa pengertian hukum tata negara menurut para
ahli :
1. Van Vollenhoven
Hukum Tata Negara adalah Hukum Tata Negara yang mengatur semua
masyarakat hukum atasan dan masyarakat Hukum bawahan menurut
tingkatannya dan dari masing-masing itu menentukan wilayah lingkungan
masyarakatnya. dan akhirnya menentukan badan-badan dan fungsinya masing-
masing yang berkuasa dalam lingkungan masyarakat hukum itu serta
menentukan sususnan dan wewenang badan-badan tersebut.
2. Apeldoorn
Hukum Tata Negara dalam arti sempit yang sama artinya dengan istilah hukum
tata negara dalam arti sempit, adalah untuk membedakannya dengan hukum

2
negara dalam arti luas, yang meliputi hukum tata negara dan hukum
administrasi negara itu sendiri.
3. Van Der Von
Hukum Tata Negara adalah peraturan-peraturan yang menentukan badan-badan
yang diperlukan, wewenang masing-masing badan, hubungan antar badan yang
satu dengan yang lain, serta hubungan antara badan-badan itu dengan individu-
individu didalam suatu Negara.
4. Logemann
Hukum Tata Negara adalah peraturan-peraturan yang menentukan badan-badan
yang diperlukan, wewenang masing-masing badan, hubungan antar badan yang
satu dengan yang lain, serta hubungan antara badan-badan itu dengan individu-
individu didalam suatu Negara.
5. Mac Iver
Menurut Mac Iver bahwa Negara itu sebagai suatu political orgaization,harus
di bedakan dari ”masyarakat”.Negara itu suatu Organisasi politik yang ada di
dalam masyarakat, tetapi negara itu bukan bentuk dari masyarakat.Negara itu
organisasi dalam masyarakat, yaitu organisatie-kapstok.
6. Kusmandi Pudjosewojo, S.H.
Dalam bukunya Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia menyebutkan
bahwa:”Hukum Tata Negara ialah hukum yang mengatur tata negara (kesatuan
atau federal),dan bentuk pemerintahan (kerajaan atau revublik), yang
menunjukan masyarakat-masyarakat hukum yang atasan maupun yang
bawahan, beserta tingkatan-tingkatan (hierarchie), yang selanjutnya
menegaskan wilayah dan lingkungan rakyat dari masyarakat hukumitu dan
akhirnya akhirnya menunjukan perlengkapan dari masyarakat hukum itu
sendiri.
7. Wade dan Phillips
Dalam bukunya yang berjudul “ Constitusional law “ yang terbit pada tahun
1936 . Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur alat-alat perlengkapan
negara, tugasnya dan hubungan antara alat pelengkap negara itu.

3
8. Scholten
Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi dari pada Negara.
Kesimpulannya, bahwa dalam organisasi negara itu telah dicakup bagaimana
kedudukan organ-organ dalam negara itu, hubungan, hak dan kewajiban, serta
tugasnya masing-masing.

B. Asas-Asas Pokok Hukum Tata Negara


Menurut Kamus Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan asas adalah dasar,
pedoman, atau sesuatu yang menjadi pokok dasar. Asas-asas dalam Hukum Tata
Negara dapat dilihat dalam Undang-Undang Dasar yang merupakan hukum positif
dan mengatur mengenai asas-asas dan pengertian-pengertian dalam
penyelenggaraan Negara.
1. Asas Pancasila
Bangsa Indonesia telah menetapkan falsafah/asas dasar Negara adalah
Pancasila yang artinya setiap tindakan/perbuatan baik tindakan pemerintah
maupun perbuatan rakyat harus sesuai dengan ajaran Pancasila. Dalam bidang
hukum Pancasila merupakan sumber hukum materiil, sehingga setiap isi
peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila yang
terkandung dalam Pancasila.
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan landasan Konstitusional
daripada Negara Republik Indonesia. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945
mengandung empat pokok-pokok pikiran yang merupakan cita-cita hukum
Bangsa Indonesia yang mendasari hukum dasar Negara baik hukum yang
tertulis dan hukum tidak tertulis.
2. Asas Negara Hukum
Setelah UUD 1945 diamandemen, maka telah ditegaskan dalam pasal 1
ayat 3 bahwa “ Negara Indonesia adalah Negara hukum dimana sebelumnya
hanya tersirat dan diatur dalam penjelasan UUD 1945”. Atas ketentuan yang
tegas di atas maka setiap sikap kebijakan dan tindakan perbuatan alat Negara
berikut seluruh rakyat harus berdasarkan dan sesuai dengan aturan hukum.
Dengan demikian semua pejabat/ alat-alat Negara tidak akan bertindak

4
sewenang-wenang dalam menjalankan kekuasaannya. Dalam Negara hukum,
hukumlah yang memegang komando tertinggi dalam penyelenggaraan Negara
dengan kata lain yang memimpin dalam penyelenggaraan Negara adalah
hukum, hal ini sesuai dengan prinsip “ The Rule of Law and not of Man”.
3. Asas Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi
Kedaulatan artinya kekuasaan atau kewenangan yang tertinggi dalam
suatu wilayah. Kedaulatan ratkyat artinya kekuasaan itu ada ditangan rakyat,
sehingga dalam pemerintah melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan
keinginan rakyat. Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 mengatakan :
“Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”.
Rumusan ini secara tegas bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat yang diatur
dalam UUD 1945.UUD 1945 menjadi dasar dalam pelaksanaan suatu
kedaulatan rakyat tersebut baik wewenang, tugas dan fungsinya ditentukan
oleh UUD 1945.
Hampir semua para ahli teoritis dari zaman dahulu hingga sekarang
mengatakan bahwa yang berkuasa dalam sistem pemerintahan Negara
demokrasi adalah rakyat. Paham kerakyatan/ demokrasi tidak dapat
dispisahkan dengan paham Negara hukum, sebab pada akhirnya hukum yang
mengatur dan membatasi kekuasaan Negara/ pemerintah dan sebaliknya
kekuasaan diperlukan untuk membuat dan melaksanakan hukum. Inilah yang
juga dikatakan bahwa hubungan antara hukum dengan kekuasaan tidak dapat
dipisahkan dan sangat erat hubungannya.
4. Asas Negara Kesatuan
Pada dasarnya Negara kesatuan dideklarasikan pada saat menyatakan/
memproklamirkan kemerdekaan oelh para pendiri Negara dengan menyatakan
seluruh wilayah sebagai bagian dari satu Negara. Pasal 1 ayat 1 UUD 1945
menyatakan : “Negara Indonesia sebagai suatu Negara kesatuan yang
berbentuk Republik.” Negara kesatuan adalah Negara kekuasaan tertinggi atas
semua urusan Negara ada ditangan pemerintah pusat atau pemegang kekuasaan
tertinggi dalam Negara ialaha pemerintah pusat. Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dapat menjadi dasar suatu persatuan, mengingat Bangsa

5
Indonesia yang beraneka ragam suku bangsa, agama, budaya dan wilayah yang
merupakan warisan dan kekayaan yang harus dipersatukan yaitu Bhineka
Tunggal Ika.
5. Asas Pembagian Kekuasaan dalam Check and Balances
Pengetian pembagian kekuasaan adalah berbeda dari pemisahan
kekuasaan, pemisahan kekuasaan berarti bahwa kekuasaan Negara itu terpisah-
pisah dalam beberapa bagian seperti dikeukakan oleh John Locke yaitu : 1.
Kekuasaan Legislatif 2. Kekuasaan Eksekutif 3. Kekuasaan Federatif
Montesquieu mengemukakan bahwa setiap Negara terdapat tiga jenis
kekuasaan yaitu Trias Politica. 1. Eksekutif 2. Legislatif 3. Yudikatif Dari
ketiga kekuasaan itu masing-masing terpisah satu dama linnya baik mengenai
orangnya mapun fungsinya. Pembagian kekuasaan berarti bahwa kekuasaan itu
dibagi-bagi dalam beberapa bagian, tidak dipisahkan yang dapat
memungkinkan adanya kerjasama antara bagian-bagian itu ( Check and
Balances).

C. Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia


Negara Indonesia merupakan negara hukum. Salah satu ciri Negara hukum,
yang dalam bahasa Inggris disebut the rule of law atau dalam bahasa Belanda dan
Jerman disebut rechtstaat adalah pembatasan kekuasaan dalam penyelenggaraan
negara. Pembatasan itu dilakukan dengan hukum yang kemudian menjadi ide dasar
paham konstitusionalisme atau constitutional state yaitu negara yang dibatasi oleh
konstitusi.
Dalam konsteks yang sama, gagasan negara demokrasi atau sering disebut
pula dengan istilah constituional democracy dihubungkan dengan pengertian
negara demokrasi yang berdasar atas hukum. Setiap negara yang menganut negara
hukum, secara umum berlaku beberapa prinsip. Prinsip-prinsip tersebut adalah
supremasi hukum (supremacy of law), kesetaraan di hadapan hukum (equality
before the law), dan penegakan hukum dengan cara tidak bertentangan dengan
hukum (due process of law). Implementasi hukum di Indonesia dimulai sejak
Indonesia memproklamirkan dirinya sebagai negara yang merdeka. Sebagai negara

6
hukum, Indonesia meletakkan UUD 1945 sebagai konstitusi penyelenggaraan
negara atau dengan kata lain merupakan norma pokok (grundnom) yang merupakan
sumber utama tertib hukum di Indonesia (hierarki perundang-undangan).
UUD 1945 sebagai konstitusi dalam perkembangannya telah mengalami
berbagai corak dan permasalahan yang berdampak pada sistem ketatanegaraan
Indonesia. Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia telah mengalami pergeseran
yang mengakibatkan perubahan fundamental terhadap stuktur dan kewenangan
lembaga negara.
Berikut ini sistem ketatanegaraan yang pernah berlaku di Indonesia:
1. Sistem ketatanegaraan Indonesia berdasarkan UUD 1945 pra-
amandemen
Prinsip kedaulatan rakyat secara kelembagaan dapat diorganisasikan
melalui dua pilihan, yaitu melalui sistem pemisahan kekuasaan (separation of
power) dan pembagian kekuasaan (division of power). Pemisahan kekuasaan
bersifat horizontal dalam arti kekuasaan dipisah-pisahkan ke dalam fungsi-
fungsi yang tercermin dalam lembaga-lembaga negara yang sederajat dan
saling mengimbangi (check and balances). Sedangkan pembagian kekuasaan
bersifat vertikal dalam arti perwujudan kekuasaan itu dibagikan secara vertikal
ke bawah kepada lembaga-lembaga tinggi negara di bawah lembaga pemegang
kekuasaan yang bersifat vertikal, bukan pemisahan kekuasaan yang bersifat
horizontal.
UUD 1945 pra-amandemen tidak memberikan ketentuan yang tegas
tentang pembagian kekuasaan. UUD 1945 hanya mengenal pemisahan
kekuasaan dalam arti formal, oleh karena itu pemisahan kekuasaan itu tidak
dipertahankan secara prinsipil. Dengan kata lain, UUD 1945 hanya mengenal
pembagian kekuasaan (devision of power) dan bukan pemisahan kekuasaan
(separation of power).Dalam konstruksi sistem ketatanegaraan, kedaulatan
rakyat berdasarkan UUD 1945 pra-amandemen dianggap terwujud penuh
dalam wadah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang ditafsirkan
sebagai lembaga tertinggi atau forum tertinggi. Dari sini, fungsi-fungsi tertentu

7
dibagikan sebagai tugas dan kewenangan lembaga-lembaga tinggi negara yang
ada di bawahnya, yaitu presiden, DPR, MA, dan seterusnya.

2. Sistem ketatanegaraan Indonesia berdasarkan konstitusi RIS


Ketentuan dalam UUD 1945 menyatakan dengan jelas bahwa
kedaulatan rakyat ada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat. Sedangkan pasal 1 Ayat (2) UUD 1949
menentukan bahwa kekuasaan berkedaulatan Republik Indonesia Serikat
dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat
dan senat. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa pemegang
kedaulatan dalam Republik Indonesia Serikat bukanlah rakyat, tetapi negara.
Jadi yang menjadi asas UUD 1949 adalah kedaulatan negara
(staatssauvereiniteit). Sistem ketatanegaraan Indonesia berdasarkan konstitusi
RIS dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Menurut konstitusi RIS, badan eksekutif dan badan legislatif dipisahkan
secara tajam. Perdana menteri maupun anggotanya tidak dapat merangkap
menjadi anggota parlemen.
b. Menganut sistem pertanggungjawaban menteri, tetapi tidak dikenal bahwa
presiden dapat membubarkan DPR.
c. Kekuasaan perundang-undangan federal dilakukan oleh pemerintah
bersama dengan parlemen. Berkaitan dengan sistem pemisahan kekuasaan,
maka konstitusi RIS 1949 menganut teori pemisahan kekuasaan hanya
dalam arti formal.

3. Sistem ketatanegaraan Indonesia berdasarkan UUDS 1950


UUDS 1950 adalah formal sebuah perubahan konstitusi RIS 1949.
Sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UUDS 1950 menetapkan bahwa kedaulatan
Republik Indonesia ada di tangan rakyat. Ketentuan ini berlainan dengan UUD
1945, UUDS 1950 dengan khusus menentukan bahwa kedaulatan rakyat itu
dilakukan oleh pemerintah bersama dengan DPR. Paham ini tidak terdapat

8
dalam konstitusi RIS. Prinsip-prinsip sistem ketatanegaraan yang tercantum
dalam UUDS 1950 negara kesatuan adalah:
a. Penghapusan senat
b. DPR Sementara terdiri atas gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia Pusat
c. DPRS bersama-sama dengan Komite Nasional Pusat disebut Majelis
Perubahan Undang-Undang Dasar dengan hak mengadakan perubahan
dalam UUD baru .
d. Konstituante terdiri dari anggota-anggota yang dipilih melalui pemilu.

4. Sistem ketatanegaraan Indonesia berdasarkan UUD 1945 pasca


amandemen
Sistem ketatanegaraan Indonesia dalam perkembangannya mengalami
perubahan yang sangat mendasar sejak adanya amandemen UUD 1945 yang
dilakukan MPR pada tahun 1999 hingga 2002. Perubahan tersebut
dilatarbelakangi adanya kehendak untuk membangun pemerintahan yang
demokratis dengan check and balances yang setara dan seimbang di antara
cabang-cabang kekuasaan, mewujudkan supremasi hukum dan keadilan, serta
menjamin dan melindungi hak asasi manusia.
Salah satu tujuan amandemen UUD 1945 adalah menata keseimbangan
(check and balances) antar lembaga negara. Hubungan tersebut ditata
sedemikian rupa agar tidak terjadi pemusatan kekuasaan pada salah satu
institusi negara. Bentuk nyata dari amandemen UUD 1945 adalah perbedaan
yang subtansial tentang kelembagaan negara, terutama dalam hal kedudukan,
tugas, wewenang, hubungan kerja, dan cara kerja lembaga yang bersangkutan.
Amandemen Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 tahap
pertama dilakukan pada tahun 1999 dan tahap kedua tahun 2000. dilanjutkan
tahap ketiga pada tahun 2001 dan terakhir dilakukan tahap keempat pada tahun
2002. Fokus perubahan yaitu Pertama, anutan prinsip pemisahan kekuasaan
(separation of power) dengan prinsip pembagian kekuasaan (distribution of
power) yang berlaku dalam sistematika di UUD 1945. Kedua, otonomi daerah

9
yang seluas-luasnya. Ketiga, gagasan pemilihan Presiden secara langsung, dan
Keempat, gagasan pembentukan lembaga tambahan yaitu dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) yang akan melengkapi keberadaan DPR sebagai
lembaga legislatif. Amandemen tahap keempat Undang-Undang Dasar
Republik
Indonesia Tahun 1945 telah memberikan perubahan yang berarti bagi
lembaga negara melalui tugas dan kewenangan yang dimiliki oleh masing-
masing lembaga, misalnya Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia tidak lagi didudukkan sebagai lembaga pemegang kekuasaan negara
tertinggi, melainkan sejajar kedudukannya dengan lembaga Negara lain seperti
Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia, Komisi Yudisial Republik Indonesia, Mahkamah Agung
Republik Indonesia, dan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.
Pergeseran lain adalah terbentuknya lembaga perwakilan Dewan Perwakilan
Daerah Republik Indonesia sebagai utusan daerah yang dipilih secara langsung
melalui pemilihan umum. Dibentuknya Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Republik Indonesia pada awalnya dimaksudkan untuk memperkuat ikatan
daerah-daerah dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan
memperteguh kebangsaan seluruh daerah.

D. Kesimpulan
Hukum tata negara adalab hukum yang mengatur negara, antara instansi
dasar lainnya, struktur kelembagaan, pembentukan lembaga-lembaga negara,
hubungan hukhm antara negara lembaga, wilayah dan warna negara. Asas adalah
prinsip dasar yang menjadi acuan berpikir seseorang dalam mengambil keputusan-
keputusan yang penting di dalam hidupnya. Hukum tata negara mempunyai 5 asas
pokok. Sistem ketatanegaaan negara Indonesia adalah negara hukum, dimana
segala tindakan yang dilakukan mempunyai landasan hukum dan sanksi.

10

Anda mungkin juga menyukai