Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hukum Dasar

Hukum dasar adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan
negara. Untuk menyelediki hukum dasar suatu negara tidak cukup hanya menyelidiki pasal-pasal UUD
nya saja, akan tetapi harus menyelidiki juga bagaimana prakteknya dan suasana kebatinannya dari UUD
itu.

Hukum dasar tertulis (UUD) merupakan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintah
suatu negara dalam menentukan mekanisme kerja badan-badan tersebut seperti eksekutif, yudikatif dan
legislatif. Undang-Undang Dasar RI 1945 merupakan hukum dasar yang tertulis, kedudukan dan fungsi
dari UUD RI 1945 merupakan pengikat bagi pemerintah, lembaga negara, maupun lembaga masyarakat,
sebagai warga negara Indonesia. Sebagai hukum dasar, UUD RI 1945 memuat normat-norma atau
aturan-aturan yang harus diataati dan dilaksanakan.

Istilah konstitusi mempunyai 2 ( dua ) pengertian yaitu :

1. Konstitusi dalam arti luas : adalah keseluruhan dari ketentuan – ketentuan dasar atau disebut juga
hukum dasar,baik hukum dasar tertulis maupun hukum dasar tidak tertulis.

2. Konstitusi dalam arti sempit : Adalah hukum dasar tertulis yaitu undang-undang dasar. Di Indonesia
disebut juga dengan UUD RI 1945.

Di negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional, UUD mempunyai fungsi khas,
yaitu membatasi kekuasaan pemerintah, sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat semena-
mena.

Makna Undang-Undang Dasar 1945 dalam Sistem Hukum Nasional

Hukum adalah kumpulan peraturan (perintah dan larangan ) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat
dan harus ditaati masyarakat. Sistem Hukum Nasional adalah suatu keseluruhan dari unsur-unsur hukum
nasional yang saling melekat dalam rangka mencapai suatu masyarakat yang berkeadilan.
Sistem hukum suatu negara mencerminkan kondisi objektif dari negara yang bersangkutan sehingga
sistem hukum suatu negara berbeda dengan negara lainnya. Sistem hukum merupakan hukum positif
atau hukum yang berlaku di suatu negara pada saat sekarang. Sistem hukum bertujuan untuk
mempertahankan, memelihara, dan melaksanakan tertib hukum bagi masyarakat suatu Negara. Sistem
hukum Indonesia merupakan keseluruhan peraturan hukum yang diciptakan oleh negara dan berlaku
bagi seluruh masyarakat Indonesia yang berpedoman pada Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Istilah Undang-Undang Dasar merupakan terjemahan istilah yang dalam Bahasa Belandanya
Grondwet.Perkataan wet diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia undang-undang, sedangkan grond
berarti dasar. Di samping istilah undang-undang dasar, dipergunakan juga istilah lain yaitu konstitusi.
Istilah konstitusi berasal dari Bahasa Inggris constitution. Pengertian konstitusi, menurut para ahli dalam
praktik dapat berarti lebih luas dari pengertian Undang-Undang Dasar, akan tetapi sebagian para ahli lain
menyamakan pengertian konstitusi dengan Undang-Undang Dasar.

Undang-Undang Dasar 1945 adalah suatu hukum dasar tertulis atau konstitusi negara yang mejadi dasar
dan sumber dari peraturan-peraturan lain atau perundang-udangan lain yang berlaku di wilayah negara
kesatuan Republik Indonesia. Undang- Undang Dasar 1945 merupakan sebuah naskah yang meliputi:

pembukaan, yang terdiri dari 4 alinea; dan pasal-pasal yang terdiri atas Bab I sampai denga Bab XVI (20
Bab), dari pasal 1 sampai dengan pasal 37 (73 pasal).

ditetapkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945,

diundangkan dalam berita RI tahun II nomor 7 tanggal 15 Februari 1946

Dinamakan Undang-Undang Dasar 1945 karena Undang-undang Dasar tersebut disusun dan ditetapkan
pada tahun 1945. Undang-Undang Dasar yang pernah dimiliki dan digunakan oleh bangsa Indonesia
adalah:

Undang-Undang Dasar 1945;

Konstitusi RIS 1949);

Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950);

Undang-Undang Dasar 1945 Setelah Amandemen.

UUD 1945 bukanlah hukum biasa, malainkan hukum dasar. Sebagai hukum dasar maka UUD merupakan
sumber hukum. Setiap produk hukum seperti Undang-undang, peraturan atau keputusan pemerintah,
dan setiap tindakan kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumberkan pada peraturan
yang lebih tinggi yang pada akhirnya dapat dipertanggungjawabkan pada ketentuan-ketentuan UUD
1945.
Menurut Miriam Budiarjo, setiap Undang-Undang Dasar memuat ketentuan-ketentuan mengenai:

Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif;

Hak Asasi Manusia;

Prosedur mengubah UUD;

Adakalanya berisi larangan untuk mengubah sifat tertentu dari Undang-Undang Dasar.

Sebelum diamandemen UUD 1945 terdiri dari tiga bagian, yaitu:

Pembukaan;

Batang tubuh; dan

Setelah diamandemen, UUD 1945 terdiri atas dua bagian, yaitu:

Pembukaan; dan

Pasal-pasal, yang terdiri atas Bab I sampai dengan Bab XVI (20 Bab), dari pasal 1 sampai dengan pasal 37
(73 pasal), 3 aturan peralihan dan 2 aturan tambahan.

Dilihat dari tertib hukum keduanya memiliki kedudukan yang berbeda. Pembukaan memiliki kedudukan
yang lebih tinggi dari pasal-pasal, karena Pembukaan merupakan pokok kaidah negara yang fundamental
(staatsfundamentalnorm) bagi Negara Republik Indonesia. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sebagai sumber hukum tertinggi di Indonesia, maka Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan dan tekad bangsa Indonesia, yang
merupakan sumber dari cita-cita hukum dan cita-cita moral yang ingin ditegakkan dalam berbagai
lingkungan kehidupan. Pembukaan memuat pokok kaidah negara yang fundamen bagi Negara Kesatuan
Republik Indoensia. Pokok kaidah yang fundamental ini antara lain pokok-pokok pikiran yang diciptakan
dan diwujudkan dalam pasal-pasal UUD, pengakuan kemerdekaan hak segala bangsa, cita-cita nasional,
pernyataan kemerdekaan, tujuan negara, kedaulatan rakyat, dan dasar negara Pancasila. Pasal-pasal
dalam UUD 1945 merupakan penjabaran lebih lanjut dari bagian pembukaan.

Makna alinea Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 adalah sebagai berikut:

Alenia pertama, mengandung makna dalil obyektif dan dalil subyektif. Dalil objektif, yaitu bahwa
penjajahan di atas dunia tidak sesuai dengan perikemanusian dan perikeadilan dan kemerdekaan
merupakan hak asasi semua bangsa di dunia. Dalil subjektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia untuk
melepaskan diri dari penjajahan.

Alenia kedua, mengandung makna bahwa perjuangan bangsa Indonesia telah mencapai tingkat yang
menentukan, dan kemerdekaaan yang diraih harus mampu mengantarkan rakyat Indonesia menuju cita-
citan nasional yaitu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Alinea ketiga, mengandung makna bahwa kemerdekaan didorong oleh motivasi spiritual yaitu
kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia merupakan atas berkas rahmat Allah Yang Maha
Kuasa. Ini merupakan perwujudan sikap dan keyakinan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.

Alenia keempat, mengandung makna tujuan negara, bentuk negara, dan dasar negara.

Fungsi Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Dasar 1945 memiliki fungsi yang strategis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Fungsi UUD 1945 adalah sebagai berikut:

Membatasi kekuasaan negara yang dijalankan oleh lembaga negara agar tidak sewenang-wenang.

Menjamin hak dan kewajiban warga negara yang dilaksanakan di Indonesia.

Memberi legitimasi pada kekuasaan pemerintah, menjadi penentu pembatas kekuasaan, instrumen dari
satu-satunya pemegang kekuasaan (rakyat).

Cerminan penyelenggaraan pemerintahan seperti bentuk negara, pembagian kekuasaan, sistem


pemerintahan dan sebagainya.

Mengontrol peraturan yang ada di bawahnya agar sesuai dengan norma hukum UUD 1945.

Kedudukan Undang-Undang Dasar 1945

UUD 1945 sangat berperan penting sebagai konstitusi bagi jalannya kehidupan negara. Oleh karena itu,
UUD 1945 memiliki kedudukan pokok sebagai berikut:

1.Sebagai hukum dasar

Hukum dasar adalah aturan-aturan dasar yang dipakai sebagai landasan dasar dan sumber bagi
berlakunya seluruh hukum/peraturan perundang-undangan dan penyelenggaraan pemerintahan negara
pada suatu negara. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari
keseluruhan produk hukum di Indonesia. Produk-produk hukum seperti undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan presiden, peraturan daerah dan sebagainya harus bersumber pada peraturan
yang lebih tinggi, yang pada akhirnya harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD
1945. UUD 1945 menjadi hukum dasar tertulis untuk mengatur segala aspek kehidupan bernegara yang
akan lebih lanjut diatur dalam peraturan perundang-undangan lain yang berada di bawah UUD 1945.

Ciri2 Pancasila sebagai hukum dasar Negara RI


Pancasila mempunyai pandangan hidup, tujuan dan cita-cita masyarakat Indonesia yang berasal dari
kepribadian masyarakat Indonesia sendiri.

Pancasila memiliki tekat dalam mengembangkan kreatifitas dan dinamis untuk mencapai tujuan nasional

Pengalaman sejarah bangsa Indonesia

Terjadi atas dasar keinginan bangsa (masyarakat) Indonesia sendiri tanpa dengan campur tangan atau
paksaan dari sekelompok orang.

Isinya tidak operasional

Dapat menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab sesuai nilai-nilai Pancasila

Menghargai pluralitas, sehingga diterima oleh semua masyarakat yang berlatakng belakang dan budaya
yang berbeda.

ⓘ Dioptimalkan oleh Google 3 menit yang laluLihat yang asli

http://mentarivision.blogspot.com/2011/12/uud-ri-1945-sebagai-hukum-dasar.html?m=1

Mentari Vision

Jadikanlah "cerdas" sebagai satu-satunya pilihan . . .

Kamis, 15 Desember 2011

UUD RI 1945 SEBAGAI HUKUM DASAR

UUD RI 1945 SEBAGAI HUKUM DASAR

A. Pengertian Hukum Dasar

Hukum dasar adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan
negara. Untuk menyelediki hukum dasar suatu negara tidak cukup hanya menyelidiki pasal-pasal UUD
nya saja, akan tetapi harus menyelidiki juga bagaimana prakteknya dan suasana kebatinannya dari UUD
itu.
Hukum dasar tertulis (UUD) merupakan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintah
suatu negara dalam menentukan mekanisme kerja badan-badan tersebut seperti eksekutif, yudikatif dan
legislatif. Undang-Undang Dasar RI 1945 merupakan hukum dasar yang tertulis, kedudukan dan fungsi
dari UUD RI 1945 merupakan pengikat bagi pemerintah, lembaga negara, maupun lembaga masyarakat,
sebagai warga negara Indonesia. Sebagai hukum dasar, UUD RI 1945 memuat normat-norma atau
aturan-aturan yang harus diataati dan dilaksanakan.

Istilah konstitusi mempunyai 2 ( dua ) pengertian yaitu :

Konstitusi dalam arti luas : adalah keseluruhan dari ketentuan – ketentuan dasar atau disebut juga
hukum dasar,baik hukum dasar tertulis maupun hukum dasar tidak tertulis.

Konstitusi dalam arti sempit : Adalah hukum dasar tertulis yaitu undang-undang dasar. Di Indonesia
disebut juga dengan UUD RI 1945.

Di negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional, UUD mempunyai fungsi khas,
yaitu membatasi kekuasaan pemerintah, sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat semena-
mena.

B. UUD RI 1945 Sebagai Landasan Konstitusional, Struktural, dan Operasional

Landasan Formil Konstitusional Peraturan Perundang-undangan adalah dimaksudkan untuk memberikan


legitimasi prosedural terhadap pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang dicantumkan dalam
dasar hukum “mengingat” suatu peraturan perundang-undangan. Sedangkan Landasan Materiil
Konstitusional Peraturan Perundang-undangan dimaksudkan untuk memberikan tanda bahwa Peraturan
Perundang-undangan yang dibentuk merupakan penjabaran dari Pasal-pasal Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dicantumkan juga dalam dasar hukum “mengingat” suatu
Peraturan Perundang-undangan yang (akan) dibentuk. Landasan Materiil Konstitusional Peraturan
Perundang-undangan ini kemudian diuraikan secara ringkas dalam konsiderans “menimbang” dan
dituangkan dalam norma-norma dalam pasal dan/atau ayat dalam Batang Tubuh dan dijelaskan lebih
lanjut dalam Penjelasan suatu peraturan perundang-undangan kalau kurang jelas.

Sebelum dibentuknya Mahkamah Konstitusi dalam Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 di Era Reformasi, undang-undang juga dapat diuji terhadap Undang-
Undang Dasar. Namun pengujiannya bukanlah pengujian secara judicial melainkan pengujian secara
legislatif atau secara politis (legislative/Political Review) karena yang mengujinya adalah lembaga politik
atau lembaga legislatif yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagaimana dimuat dalam Pasal 5
ayat (1) TAP MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
undangan. TAP MPR ini sebagai pengganti TAP MPRS No. XX/MPRS/1966.

Dengan dibentuknya Mahkamah Konstitusi yang diberikan kewenangan konstitusional menguji undang-
undang terhadap Undang-Undang Dasar dan kewenangan Mahkamah Agung yang semula didasarkan
kepada undang-undang sekarang diangkat ke dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menjadi kewenangan konstitusional untuk menguji peraturan perundang-undangan di
bawah undang-undang terhadap undang-undang, pemahaman landasan formil dan materiil
konstitusional peraturan perundang-undangan menjadi suatu conditio sine quanon bagi para Perancang
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya menyusun/membuat peraturan perundang-undangan agar
peraturan perundang-undangan tersebut tidak mudah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi atau
Mahkamah Agung.

Landasan konstitusional pembangunan adalah UUD 1945. UUD 1945 merupakan arahan yang paling
dasar dalam menyusun tujuan pokok pembangunan nasional sebagai suatu visi pembangunan nasional
guna dijadikan landasan dalam Keputusan/Ketetatapan MPR. Khusus dalam Pembukaan UUD 1945
disebutkan empat pokok tujuan pembangunan nasional mencakup: mencerdaskan kehidupan bangsa,
menciptakan kesejahteraan umum, melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, dan berperanserta
dalam membantu ketertiban dunia dan perdamaian abadi.

Landasan operasional pembangunan adalah Keputusan/Ketetapan MPR. Keputusan/Ketetapan MPR


terutama Ketetapan tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)1 merupakan arahan paling dasar
sebagai misi pembangunan nasional lima tahunan guna dijadikan landasan dalam penyusunan
pembangunan nasional-lima tahunan. GBHN disusun oleh MPR. Dasar penyusunan GBHN adalah UUD
1945.

C. Sifat UUD RI 1945

UUD RI 1945 memiliki sifat sebagai berikut :

1. Singkat artinya UUD RI 1945 hanya memuat sendi – sendi pokok hukum dasar Negara
Indonesia, yang hanya terdiri dari 37 Pasal. Sedangkan UUD lain memiliki jumlah pasal yang lebih banyak,
misalnya :

- UUD S 1950 jumlah pasalnya sebanyak 146

- UUD RIS 1949 jumlah pasalnya sebanyak 197

- UUD Birma jumlah pasalnya sebanyak 234

- UUD Panama jumlah pasalnya sebanyak 291

- UUD India jumlah pasalnya sebanyak 395

2. Fleksibel artinya dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat, karena hanya
memuat aturan-aturan yang bersifat pokok, sedangkan aturan-aturan penyelenggaraan (yang lebih
teknis) diserahkan pada peraturan-peraturan yang tingkatannya lebih rendah seperti undang-undang, PP
dan lain-lain yang lebih mudah dari segi cara pembuatan atau perubahannya.

D. Ciri Khas Negara Hukum


Negara Indonesia berdasarkan atas hokum (rechtstaat), bukan berdasarkan kekuasaan belaka
(machstaat)

1. Adanya pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia yang mengandung persamaan dalam
bidang politik, hokum, ekonomi dan kebudayaan.

2. Tegaknya peradilan yang bebas dan tidak memihak atau tidak dipengaruhi oleh suatu kekuatan atau
kekuasaan apapun.

3. Adanya legalitas dalam segala bentuknya atau jaminan kepastian hokum artinya ketentuan
hukumnya dapat dipahami, dapat dilaksanakan serta aman dalam pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Pancasila Unhas, 2003. Pendidikan Pancasila Perguruan Tinggi. Dicetak oleh Offset Setting
Perkasa 70 Qs. Makassar.

Abdul Rauf di 4:32:00 AM

1 komentar:

Zein Sakti20 Maret 2015 08.33

terimakasih gan infonya kunjungi juga

blog bermacam pengetahuan

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

‹›

Beranda

Lihat versi web

Profil

Abdul Rauf

Berharap dapat berguna bagi keluarga dan orang lain


Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai