Anda di halaman 1dari 13

PANCASILA DIANTARA IDEOLOGI DUNIA

Pada saat Pidato di depan Majelis Umum PBB, Pak Karno mengusulkan agar Pancasila
menjadi salah satu piagam yang di akui PBB sejajar dengan magna charta. Usulan ini didasarkan fakta
pertarungan antara pengikut kapitalisme dan sosialisme yang menyebabkan ratusan juta manusia
meninggal dalam perang dunia I, II, diteruskan hingga perang dingin. Pada saat itu Pancasila
ditawarkan menjadi alternatif atas dua ideologi besar dunia yang saling mengkutub.
Sejak berakhirnya perang dingin yang kental diwarnai persaingan ideologi antara blok Barat
yang memromosikan liberalisme-kapitalisme dan blok Timur yang mempromosikan komunisme-
sosialisme, tata pergaulan dunia mengalami perubahan-perubahan yang mendasar. Beberapa kalangan
mengatakan bahwa setelah berakhirnya perang dingin yang ditandai dengan bubarnya negara Uni
Soviet dan runtuhnya tembok Berlin di akhir dekade 1980-an dunia ini mengakhiri periode bipolar
dan memasuki periode multipolar.
Periode multipolar yang dimulai awal 1990-an yang kita alami selama sekitar satu dekade,
juga pada akhirnya disinyalir banyak pihak terutama para pengamat politik internasional, telah
berakhir setelah Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden George Bush memromosikan
doktrin unilateralisme dalam menangani masalah internasional sebagai wujud dari konsepsi dunia
unipolar yang ada di bawah pengaruhnya.
Pancasila yang memiliki nilai-nilai religiusitas, nasionalisme, internasionalisme, demokrasi
dan keadilan sosial merupakan konsep yang brilian dalam menghadapi situasi dunia yang semakin
terpolar. Tentunya nilai-nilai universal yang termaktub dalam Pancasila dapat diterima di benua
manapun. Dunia ketiga pada saat ini membutuhkan ideologi pemersatu agar tidak dimangsa oleh
fundamentalisme ekonomi pasar bebas dan fundamentalisme agama.
Dalam perjalanan sejarah, Indonesia merupakan pelopor Gerakan Non Blok dimana memiliki
spirit memperjuangkan kepentingan negara-negara yang baru merdeka. Modal sejarah ini bisa
dijadikan poin penting bahwa nilai-nilai pancasila mampu menjadi alternatif ditengah polarisasi
ideologi kapitalisme dan sosialisme. di tengah kemiskinan yang mengglobal, kelaparan dunia yang
semakin besar, diperlukan terobosan agar tidak terjadi lagi penghisapan manusia atas manusia
(exploitation par l home de l home), homo homini lupus.
A. Asal usul Pancasila
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan
terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana
yang terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia. Namun terbentuknya Pancasila melalui
proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.
Secara kausalitas Pancasila sebelum disahkan menjadi dasar filsafat negara nilai-
nilainya telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai adat-
istiadat, nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai religius. Kemudian para pendiri negara
Indonesia mengangkat nilai-nilai tersebut dirumuskan secara musyawarah mufakat
berdasarkan moral yang luhur, antara lailn dalamsidang BPUPKI pertama, sidang panitia
sembilan yang kemudian menghasilkan Piagam Jakarta yang memuat Pancasila yang
pertama kali, kemudian dibahas lagi dalam sidang BPUPKI kedua. Setelah kemerdekaan
Indonesia sebelum sidang resmi PPKI Pancasila sebagai calon dasar filsafat negara
dibahas serta disempurnakan kembali dan akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945 disahkan
oleh PPKI sebagai daasar filsafat negara Republik Indonesia.
B. Karakteristik ideologi pancasila
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
reformatif, dinamis, dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah
bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan
aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai
dasar yang terkandung di dalamnya, namun mengekplisitkan wawasannya secara lebih
kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan masalah-
masalah aktual yang senantiasa berkembang seiring dengan aspirasi rakyat, perkembangan
iptek serta jaman.
Berdasarkan pengertian tentang ideologi terbuka tersebut nilai-nilai yang terkandung dalam
ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai berikut:
Nilai Dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila yaitu Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan. Nilai dasar tersebut merupakan esensi dari sila-sila Pancasila
yang bersifat universal, sehingga dalam nilai dasar tersebut terkandung cita-cita, tujuan
serta niali-nilai yang baik dan benar.
Nilai Instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga
pelaksanaannya. Nilai instrumental ini merupakan ekspisitasi, penjabaran lebih lanjut dari
nilai-nilai dasar ideologi Pancasila.
Nilai Praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi
pengamalan yang bersifat nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, berbangsa
dan bernegara. Dalam realisasi praksis inilah maka penjabaran nilai-nilai Pancasila
senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan (reformasi)
sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta aspirasi
masyarakat.

Peran Pancasila di Era Globalisasi


a. Pancasila Sebagai Pedoman Dalam Menghadapi Globalisasi
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh para pendiri
negara ini haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan
bernegara,berbagai tantangan dalam menjalankan ideologi pancasila juga tidak mampu
untuk menggantikankan pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia,pancasila terus
dipertahankan oleh segenap bangsa Indonesia sebagai dasar negara,itu membuktikan
bahwa pancasila merupakan ideologi yang sejati untuk bangsa Indonesia.
Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi
kepribadian bangsa Indonesia yang berada di pusaran arus globalisasi dunia.Tetapi perlu
diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tidak harus kehilangan jatidiri meskipun hidup
ditengah-tengah pergaulan dunia. Masyarakat yang hidup di tengah kebudayaan asing,
tidak menutup kemungkinan untuk meninggalkan budayanya sendiri.
Perlu diingat bahwa pada zaman modern sekarang ini wajah kolonialisme dan
imperialisme tidak lagi dalam bentuk fisik, tetapi dalam wujud lain seperti penguasaan politik
dan ekonomi. Meski tidak berwujud fisik, tetapi penguasaan politik dan ekonomi nasional
oleh pihak asing akan berdampak sama seperti penjajahan pada masa lalu, bahkan akan
terasa lebih menyakitkan.
Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup diri rapat-rapat dari
dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan kemajuan bangsa-
bangsa lain. Bahkan, negara sosialis seperti Uni Soviet yang terkenal anti dunia luar tidak
bisa bertahan dan terpaksa membuka diri. Saat ini, konsep pembangunan modern harus
membuat bangsa dan rakyat Indonesia membuka diri.
Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring
agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja
yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai
budaya nasional mesti ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan tersebut terletak
pada Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan bangsa
Indonesia konsisten menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari luar
yang tidak baik akan tertolak dengan sendirinya. Namun persoalannya, dalam kondisi yang
serba terbuka seperti saat ini justru jati diri bangsa Indonesia tengah berada pada titik nadi.
Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri
sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun tidak sesuai terserap
secara menyeluruh. Nilai-nilai yang datang dari luar dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur
bangsa yang telah tertanam sejak lama dalam hati rakyat, kini dinilai kurang fleksibel. Lihat
saja sistem demokrasi yang kini tengah berkembang di Tanah Air yang mengarah kepada
faham liberalisme. Padahal, negara Indonesia seperti ditegaskan dalam pidato Bung Karno
di depan Sidang Umum PBB menganut paham demokrasi Pancasila yang berasaskan
gotong royong, kekeluargaan, serta musyawarah dan mufakat.
Sistem politik yang berkembang saat ini sejalan dengan paham liberalisme dan
semakin menjauh dari sistem politik berdasarkan Pancasila yang seharusnya dibangun dan
diwujudkan rakyat dan bangsa Indonesia. Terlihat jelas betapa demokrasi diartikan sebagai
kebebasan tanpa batas. Hak asasi manusia (HAM) disalahartikan dengan boleh berbuat
semaunya dan tak peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain. Budaya dari
luar, khususnya paham liberalisme, telah merubah sudut pandang dan jati diri bangsa dan
rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup yang serba liberal memaksa bangsa dan
rakyat Indonesia hidup dalam ketidakpastian.
Dalam kondisi seperti itu, peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar
negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai apa saja yang bisa diserap
untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru yang
berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian bangsa Indonesia. Dengan
pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai pedoman dalam memandang setiap persoalan
yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan tersebut.
PANCASILA DAPAT BERTAHAN DI TENGAH-TENGAH IDEOLOGI BESAR DI DUNIA
Ditengah perkembangan dunia yang semakin mutakhir, terdapat beberapa hal yang
cukup kontradiksi mengenai pandangan kehidupan bangsa terhadap pribadi bangsa
masing-masing yang terkadang menimbulkan perselisihan antara negara satu dengan
negara yang lain, karena belum tentu paham negara mereka sama. Di dunia terdapat
banyak ideologi yang berkembang. Namun yang dibahas pada makalah ini hanya lima
ideologi saja, yakni ideologi Liberalisme, Komunisme, Sosialisme, Kapitalisme,Fasisme, dan
akan dibandingkan dengan dengan Ideologi Pancasila yang sejak dahulu hingga sekarang
dijadikan sebagai pedoman hidup bagi bangsa Indonesia.
Sebelum membahas mengenai ideologi besar di dunia, perlu kita ketahui bahwa ideologi
berasal dari kata Yunani yaitu Ideos yang artinya pikiran, gagasan, ide. Dan logos yang berarti
ilmu. Menurut Puspowardoyo (1992) menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai
komplek pengetahuan dan nilai yaang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang atau
masyarakat untuk memahami lingkungan dan bumi seisinya, serta menentukan sikap dasar untuk
mengolahnya. Pancasila ebagai ideologi bangsa dinilai sebagai hasil yang berasal dari pemikiran
bangsa Indonesia dan nilai tersebut digali dari adat istiadat dan kebudayaan bangsa.
Jadi pengertian ideologi secara umum adalah kumpulan suatu gagasan , ide,pikiran yang
bersifat sistematis dan mengarah pada pengaturan tingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan.
Aspek/
Pancasila Liberalisme Sosialisme Komunisme
Ideologi
Politik - Demokrasi - Demokrasi - Demokrasi untuk - Demokrasi rakyat
Hukum Pancasila liberal kolektifitas - Berkuasa mutlak
- Hukum untuk - Hukum untuk - Diutamakan satu partai politik
menjunjung tinggi melindungi kebersamaan - Hukum untuk
keadilan dan individu - Masyarakat sama melanggengkan
keberadaan individu - Dalam politik dengan negara komunis
dan masyarakat mementingkan
individu

Ekonomi - Peran negara ada - Peran negara - Peran negara ada - Peran negara
untuk tidak terjadi kecil untuk pemerataan dominan
yang merugikan - Swasta - Keadilan - Demi kolektivitas
rakyat mendominasi distributif yang berarti demi negara
- Kapitalisme diutamakan - Monopoli negara
- Monopolisme
- Persaingan
bebas
Agama - Bebas memilih salah - Agama urusan - Agama harus - Agama candu
satu agama pribadi mendorong masyarakat
- Agama harus - Bebas berkembangnya - Agama harus
menjiwai dalam beragama : kebersamaan dijauhkan dari
kehidupan Bebas memilih masyarakat
bermasyarakat agama - Atheis
berbangsa dan Bebas tidak
bernegara beragama

Pandangan - Individu diakui - Individu lebih - Masyarakat lebih - Individu tidak


terhadap keberadaannya penting daripada penting dari pada penting
individu dan - masyrakat diakui msyarakat individu - Masyarakat tidak
masyarakat keberadaannya - Masyarakat penting
- Hubungan individu diabdian bagi - Kolektifitas yng
dan masyarakat individu dibentuk negara
dilandasi 3 S lebih penting
(selaras,serasi,seimba
ng
- Masyarakat ada
karena individu
- Individu akan punya
arti apabila hidup
ditengahtengah
masyarakat
Ciri khas - Keselarasan, - Penghargaan - Kebersamaan - Atheisme
keseimbangan, dan atas HAM - Akomodasi - Dogmatis
keserasian dalam - Demokrasi - Jalan tengah - Otoriter
setiap aspek - Negara hukum - Ingkar HAM
kehidupan - Menolak - Reaksi terhadap
dogmatis liberalisme dan
- Reaksi terhadap kapitalisme
absolutisme
BAB II
Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Diantara Ideologi Dunia

2.1. Pengertian Paradigma


Awalnya istilah paradigma berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan terutama yang kaitannya dengan filsafat
ilmu pengetahuan. Tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas
S Khun dalam bukunya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution (1970: 49). Paradigma disini
diartikan Khun sebagai kerangka referensi atau pandangan dunia yang menjadi dasar keyakianan atau pijakan
suatu teori. Pemikir lain seperti Patton (1975) mendefinisikan pengertian paradigma hampir sama dengan Khun,
yaitu sebagai a world view, a general perspective, a way of breaking down of the complexity of the real
world [suatu pandangan dunia, suatu cara pandang umum, atau suatu cara untuk menguraikan kompleksitas
dunia nyata]. Kemudian Robert Friedrichs (1970) mempertegas definisi tersebut sebagai suatu pandangan yang
mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari.
Pengertian lain dikemukakan oleh George Ritzer (1980) dengan menyatakan paradigma sebagai pandangan
yang mendasar dari pada ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh
salah stu cabang/disiplin ilmu pengetahuan.[1] Inti sari paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi
teoritis yang umum dan dijadikan sumber hukum metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga
sangat menentukan sifat, ciri, dan karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
Dengan adanya kajian paradigma ilmu pengetahuan sosial, kemudian dikembangkanlah metode baru yang
berdasar pada hakikat dan sifat paradigma ilmu, yaitu manusia yang disebut metode kualitatif. Kemudian
berkembanglah istilah ilmiah tersebut dalam bidang manusia serta ilmu pengetahuan lain, misalnya politik,
hukum, ekonomi, budaya serta bidang-bidang lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari paradigma berkembang
menjadi terminology yang mengadung arti sebagai sumber nilai, kerangka piker, orientasi dasar, sumber asas,
tolak ukur, parameter saerta arah dan tujuan dari suatu perkembangan perubahan, dan proses dalam bidang
tertentu termasuk bidang pebangunan, reformasi, maupun pendidikan. Dengan demikian paradigma menempati
posisi dan fungsi yang strategis dalam proses kegiatan. Perencanaan pelaksanaan hasil-hasilnya dapat diukur
dengan paradigma tertentu yang diyakini kebenarannya.[2]

2.2. Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan


2.2.1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dalam perjuagan untuk mencapai kehidupan yang lebih
sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang di junjungnya sebagai suatu pandangan hidup.
Pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur yang merupakan suatu tolak ukur
kebaikan yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat mendasar dan abadi dalam hidup manusia yang menjadi
suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan.
Sebagai mahluk individu dan mahluk sosial manusia tidaklah mungkin memenuhi segala kebutuhannya sendiri.,
oleh karena itu untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya, ia senantiasa memerlukan orang lain. Dalam
pengertian inilah maka proses perumusan pandangan hidup masyarakat dituangkan dan dilembagakan menjadi
pandangan hidup bangsa dan selanjutnya pandangan hidup bangsa dituangkan sebagai pandangan hidup negara.
Pandangan hidup bangsa dapat disebut sebagai ideologi bangsa (nasional), dan pandangan hidup negara dapat
disebut sebagai ideologi negara.
Dalam proses penjabaran dalam kehidupan modern antara pandangan hidup masyarakat dengan pandangan
hidup bangsa memiliki hubungan yang bersifat timbal balik. Pandangan hidup bangsa diproyeksikan kembali
kepada pandangan hidup masyarakat serta tercermin dalam sikap hidup pribadi warganya. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa terebut terkandung di dalamnya konsepsi dasar mengenai kehidupan y ang dicita-
citakan, terkandung dasar pikiran terdalamdan gagasan menjadi wujud kehidupan yang dianggap baik. Oleh
karena itu Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupaka suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat Indonesia, maka pandangan hidup tersebut dijunjung tinggi oleh warganya karena pandangan
hidup Pancasila berakar pada budaya dan pandangan hidup masyarakat. Dengan demikian pandangan hidup
Pancasila bagi bangsa Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika tersebut harus merupakan asas pemersatu bangsa
sehingga tidak boleh mematikan keanekaragaman.[3]
2.2.2. Pancasila sebagai Dasar Negara
Pancasila dalam kedudukannya, sering disebut sebagai Dasar Filsafat atau Dasar Falsafah Negara (Philosofische
gronslag) dari negara, ideologi negara atau (Staatsidee). Dalam pengertian ini Pancasila merupakan suatu dasar
nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan negara atau dengan kata lain Pancasila merupakan suatu dasar
untuk mengatur penyelenggaraan negara. Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian
yang meliputi suasanan kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta
kaidah, baik moral maupun hukum negara, dan menguasai hukum dasar baik tertulis atau Undang-Undang
Dasar maupun yang tidak tertulis atau convensi. Dalam kekdudukannya sebagai dasar negara, Pancasila
mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.[4]
Pancasila sebagai dasar negara mempunyai kedudukan sebagai berikut:[5]
1. Sumber dari segala sumber hukum di Indonesia,
2. Meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945,
3. Menciptakan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara,
4. Menjadi sumber semangat bagi UUD 1945, dan
5. Mengandung norma-norma yang mengharuskan UUD untuk mewajibkan pemerintah maupun
penyelenggara negara yang lain untuk memelihara budi pekerti luhur.
Pedoman kehidupan bernegara pada dewasa ini dilandasi dasar negara Pancasila melaluli ketetapan-ketetapan
MPR RI, yang secara filosofis harus dapat dilihat dan dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia sebagai bukti
bahwa benar-benar berada dalam siklus kehidupan negara yang berlandaskan kepada Pancasila.
Dalam kehidupannya sebagai sumber segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia, Pancasila merupakan
hukum dasar nasional menurut Pasal 1, Ayat (3), Ketetapan MPR RI No. III/MPR/2000, menjadi landasan dan
pedoman dalam penyelenggaraan negara termasuk pedoman bagi segenap peraturan perundangan yang berlaku
di Indonesia.
Adapun isi sumber hukum dan tata urutan peraturan perundangan RI, seperti tercantum pada TAP MPR tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945,
2. Ketetapan MPR RI,
3. Undang-Undang,
4. Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang,
5. Peraturan pemerintah,
6. Keputusan presiden, dan
7. Peraturan daerah
Pancasila sebagai dasar negara mempunyai nilai-nilai keseimbangan, yaitu Nilai Ketuhanan (Moral Religius),
Nilai Kemanusiaan (Humanistik), dan Nilai Kemasyarakatan (Nasionalistik, Demokratik dan Keadilan Sosial).
[6]

1. Nilai Ketuhanan (Moral Religius)


Konsep Ketuhanan ini tidaklah mengarah atau memihak kepada salah satu ajaran agama yang terdapat di
Indonesia. Konsep Ketuhanan ini mengandung nilai-nilai universalitas yang imanen di dalam sifat-sifat
ketuhanan. Dengan demikian, konsep ketuhanan ini tidak bicara tentang agama di dalam ruang ritual (hubungan
antara manusia dengan tuhannya), akan tetapi bagaimana nilai-nilai ketuhanan yang universal tersebut dapat
dijalankan di dalam ruang publik (hubungan manusia dengan sesama dan alam).
Yang dimaksud dengan nilai-nilai universalitas ketuhanan ini adalah nilai-nilai keadilan, persamaan,
kemerdekaan, kebenaran, kasih sayang, perlindungan, kebersamaan, kejujuran, kepercayaan, tanggungjawab,
keterbukaan, keseimbangan, perdamaian, dan lain-lainnya dari beberapa nilai yang imanen di dalam sifat-sifat
Ketuhanan.

1. Nilai Kemanusiaan (Humanistik)


Konsep kemanusiaan ini harus dapat memposisikan manusia tetap sebagai makhluk yang mempunyai hak-hak
dasar yang alamiah. Adapun yang dimaksud dengan hak-hak dasar alamiah itu adalah hak untuk hidup, hak
untuk berkarya, hak untuk berserikat, hak untuk berkeluarga, hak untuk memperoleh kebahagiaan, hak untuk
berfikir, bersikap dan mengembangkan potensi.

c. Nilai Kemasyarakatan (Nasionalistik, Demokratik dan Keadilan Sosial)


Konsep Kemasyarakatan ini merupakan sebuah keniscayaan adanya peran negara di dalam segala proses
kehidupan berbangsa dan bernegara. Akan tetapi peran negara tersebut bukanlah untuk negara, akan tetapi
diperuntukkan bagi kesejahteraan masyarakat yang didasarkan atas prinsip keadilan.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, maka negara harus dibangun di dalam sistem politik yang demokratis. Di
dalam konsep demokrasi, rakyatlah yang mempunyai kedaulatan. Penguasa hanyalah sebagai mandataris dari
titah yang diberikan oleh rakyat. Untuk mencegah munculnya penguasa yang otoriter, maka kekuasaan yang
diberikan kepada penguasa harus dibatasi lewat konstitusi (demokrasi konstitusional).

Akhirnya, Pancasila sebagai dasar negara juga dapat memberikan motivasi atas keberhasilan serta tercapainya
suatu cita-cita/tujuan nasional yang juga merupakan cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu
suatu masyarakat yang adil dan makmur, hidup berdampingan dengan negara-negara di dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.[7]

2.2.3. Pancasila sebagai Suatu Ideologi


Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan
suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di
dunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang
terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara, dengan lain perkataan
unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat
Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakankausa materialis (asal bahan) Pancasila.
Ideologi Pancasila memiliki berbagai aspek, baik berupa cita-cita pemikiran atau nilai-nilai, maupun norma
yang baik dapat direalisasikan dalam kehidupan praksis dan bersifat terbuka dengan memiliki tiga dimensi
sebagai berikut:[8]
Dimensi idealis, artinya nilai-nilai dasar dari Pancasila memilki sifat yang sistematis, juga rasional dan
bersifat menyeluruh.
Dimensi normatif, merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila yang perlu
dijabarkan ke dalam sistem norma sehingga tersirat dan tersurat dalam norma-norma kenegaraan.
Dimensi realistis adalah nilai-nilai Pancasila yang dimaksud di atas harus mampu memberikan
pencerminan atas realitas yang hidup dan berkembang dalam penyelenggaraan negara.

Dalam rangka perkembangan ideologi, khususnya di Indonesia, ideologi berkembangsesuai kepentingan dan
kondisi kehidupan bangsa dan negara Indonesia, di antaranya sebagai ideologi persatuan, ideologi pembangunan
dan ideologi terbuka. Ideologi persatuan sangat penting yang memiliki tugas dan fungsi mempersatukan seluruh
rakyat Indonesia menjadi rakyat dan bangsayang memiliki sikap kepribadian yang tersendiri tanpa
ketergantungan kepada siapa pun serta mempertebal kebersamaan dalam kehidupan berbangsa.
Mengenai ideologi pembangunan, berarti pembangunan ikut dalam memberikan kepada pemerintahan RI
kewenangan dalam mempersiapkan kebijaksanaan dalam wujud cita-cita kehidupan bangsa melalui
pembangunan nasional yang dilakukan dengan penyusunan kaidah-kaidah/norma-norma penting dalam
penunjang pembangunan yang sedang dilakukan.
Sebagai ideologi terbuka (ideologi Pancasila) dalam melihat perkembangan kemajuan dunia dewasa ini,
termasuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta lajunya sarana komunikasi membuat dunia seolah
menjadi sempit dan kecil sehingga pembangunan akhirnya tidak terkait pada faktor-faktor yang ada didalam
negeri saja. Selain itu tetap menjaga dan mempertahankan identitas dalam ikatan pertahanan nasional dan
persatuan nasional, mampu bersaing dengan bangsa-bangsa di dunia, melalui ideologi terbuka dikembangkan
dinamika kehidupan masyarakat bangsa. Membuka wawasan lebih luas secara kongkrit serta dapat lebih mudah
menyelesaikan masalah yang timbul dengan penyelesaian yang baik dan lebih terbuka dengan berdasarkan atas
kesepakatan seluruh masyarakat tanpa ada paksaan dari luar.
Keterbukaan ideologi Pancasila didukung oleh beberapa hal antara lain:
1. Tekad bangsa dalam memperjuanagkan tercapainya tujuan nasional/tujuan proklamasi,
2. Pembangunan nasional yang teratur dan maju pesat,
3. Tekad yang kuat dalam mempertahankan nilai sila-sila Pancasila yang sifatnya abadi,
4. Hilangnya ideologi komunis/sosialis sebagai ideologi tertutup.
Hal-hal yang membatasi keterbukaan ideologi Pancasila adalah sebagai berikut:
1. Stabilitas nasional yang mantab,
2. Tetap berlakunya larangan terhadap paham komunisme di Indonesia,
3. Adanya pencegahan atas pengembangan ideologi liberal di Indonesia, dan
4. Pencegahan terhadap gerakan ekstrem dan paham-paham lain yang dapat menggoyahkan nilai
persatuan dan kesatuan bangsa.
Dengan demikian, bahwa ideologi Pancasila memiliki arti sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, maupun
keyakinan dan nilai-nilai bangsa Indonesia yang secara normatif perlu diwujudkan dalam tata kehidupan
berbangsa dan bernegara guna menunjang tercapainya suatu keadialan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.3. Pancasila Diantara Ideologi Dunia


2.3.1. IDEOLOGI PANCASILA
2.3.1.1. Pengertian Asal Mula Pancasila
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan terbentuk secara mendadak
serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaiman yang terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia.
Namun terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.
Secara kausalitas Pancasila sebelum disahkan menjadi dasar filsafat negara nilai-nilainya telah ada dan berasal
dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai religius.
Kemudian para pendiri negara Indonesia mengangkat nilai-nilai tersebut dirumuskan secara musyawarah
mufakat berdasarkan moral yang luhur, antara lailn dalamsidang BPUPKI pertama, sidang panitia sembilan
yang kemudian menghasilkan Piagam Jakarta yang memuat Pancasila yang pertama kali, kemudian dibahas lagi
dalam sidang BPUPKI kedua. Setelah kemerdekaan Indonesia sebelum sidang resmi PPKI Pancasila sebagai
calon dasar filsafat negara dibahas serta disempurnakan kembali dan akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945
disahkan oleh PPKI sebagai daasar filsafat negara Republik Indonesia.
2.3.1.2. Karakteristik Ideologi Pancasila
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat reformatif, dinamis, dan
terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan
senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika
perkembangan aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar
yang terkandung di dalamnya, namun mengekplisitkan wawasannya secara lebih kongkrit, sehingga memiliki
kemampuan yang reformatif untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang senantiasa berkembang seiring
dengan aspirasi rakyat, perkembangan iptek serta zaman.
Berdasarkan pengertian tentang ideologi terbuka tersebut nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila
sebagai ideologi terbuka adalah sebagai berikut:
Nilai Dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila yaitu Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Nilai dasar tersebut merupakan esensi dari sila-sila Pancasila yang bersifat universal, sehingga dalam
nilai dasar tersebut terkandung cita-cita, tujuan serta niali-nilai yang baik dan benar.

Nilai Instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga pelaksanaannya. Nilai
instrumental ini merupakan ekspisitasi, penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi Pancasila.

Nilai Praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi pengamalan yang bersifat
nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam realisasi praksis inilah
maka penjabaran nilai-nilai Pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan
perbaikan (reformasi) sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta aspirasi
masyarakat.
Berdasakan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara, maka bangsa Indonesia mendirikan suatu
negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu karena ditentukan oleh keanekaragamanaa, sifat dan
karakternya, maka bangsa ini mendirikan suatu negara berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara
Persatuan, suatu Negara Kebangsaan serta suatu Negara yang Bersifat Integralistik.
2.3.2. IDEOLOGI LIBERALISME
2.3.2.1. Pengertian Liberalisme
Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman
bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama. Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad
pertengahan. Ketika itu masyarakat ditandai dengan dua karakteristik berikut. Anggota masyarakat terikat satu
sama lain dalam suatu sistem dominasi kompleks dan kukuh, dan pola hubungan dalam system ini bersifat statis
dan sukar beruba
Pemikiran liberal (liberalisme) berkembang sejak masa Reformasi Gereja dan Renaissans yang menandai
berakhirnya Abad Pertengahan (abad V-XV). Disebut liberal, yang secara harfiah berarti bebas dari batasan (free
from restraint), karena liberalisme menawarkan konsep kehidupan yang bebas dari pengawasan gereja dan raja.
Ini berkebalikan total dengan kehidupan Barat Abad Pertengahan ketika gereja dan raja mendominasi seluruh
segi kehidupan manusia.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi
para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama.
Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha
pribadi (private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak
adanya pembatasan terhadap pemilikan individu. Oleh karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar
bagi tumbuhnya kapitalisme.
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem demokrasi, hal ini dikarenakan
keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan mayoritas. Bandingkan Oxford Manifesto dari Liberal
International: Hak-hak dan kondisi ini hanya dapat diperoleh melalui demokrasi yang sejati. Demokrasi sejati
tidak terpisahkan dari kebebasan politik dan didasarkan pada persetujuan yang dilakukan dengan sadar, bebas,
dan yang diketahui benar (enlightened) dari kelompok mayoritas, yang diungkapkan melalui surat suara yang
bebas dan rahasia, dengan menghargai kebebasan dan pandangan-pandangan kaum minoritas.
Masyarakat yang terbaik (rezim terbaik), menurut paham liberalisme adalah yang memungkinkan individu
mengembangkan kemampuan-kemampuan individu sepenuhnya. Dalam masyarakat yang baik semua individu
harus dapat mengembangkan pikiran dan bakat-bakatnya. Hal ini mengharuskan para individu untuk
bertanggung jawab atas tindakannya, dan tidak menyuruh seseorang melakukan sesuatu untuknya atau
seseorang untuk mengatakan apa yang harus dilakukan.

2.3.2.2. Ciri-ciri ideologi liberalisme


Ciri-ciri ideologi liberal sebagai berikut
1. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik
2. Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan berbicara, kebebasan
beragama dan kebebasan pers.
3. Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan yang dibuat hanya sedikit
untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat keputusan diri sendiri.
4. Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk.
5. Semua masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian terbesar individu berbahagia.
6. Hak-hak tertantu yang tidak dapat dipindahkan dan tidak dapat dilanggar oleh kekuasaan manapun..

2.3.2.3. Ideologi Liberaisme Terbentuk


Ajaran liberalisme ortodoks sangat mewarnai pemikiran para The Founding Father Amerika seperti George
Wythe, Patrick Henry, Benjamin Franklin, ataupun Thomas Jefferson
2.3.2.4. Negara yang menganut Ideologi Liberalisme
Beberapa Negara di Benua Amerika yang menganut ideology liberalisme Amerika Serikat, Argentina, Bolivia,
Brazil, Cili, Cuba, Kolombia, Ekuador, Honduras, Kanada, Meksiko, Nikaragua, Panama, Paraguay, Peru,
Uruguay dan Venezuela. Sekarang ini, kurang lebih liberalisme juga danut oleh negara Aruba, Bahamas,
Republik Dominika, Greenland, Grenada, Kosta Rika, Puerto Rico dan Suriname.
Masih banyak lagi negara-negara yang menganut Ideologi Liberalisme di benua lainnya.

2.3.3. IDEOLOGI SOSIALISME


2.3.3.1. Pengertian Sosialisme
Sosialisme merupakan merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan akibat-akibatnya. Awal sosialisme yang
muncul pada bagian pertama abad ke-19 dikenal sebagai sosialis utopia. Sosialisme ini lebih didasarkan pada
pandangan kemanusiaan (humanitarian). Paham sosialis berkeyakinan perubahan dapat dan seyogyanya
dilakukan dengan cara-cara damai dan demokratis. Paham sosialis juga lebih luwes dalam hal perjuangan
perbaikan nasib buruh secara bertahap.
Istilah sosialisme atau sosialis dapat mengacu ke beberapa hal yang berhubungan dengan ideologi atau
kelompok ideologi, sistem ekonomi, dan negara. Istilah ini mulai digunakan sejak awal abad ke-19. Dalam
bahasa Inggris, istilah ini digunakan pertama kali untuk menyebut pengikut Robert Owen pada tahun 1827. Di
Perancis, istilah ini mengacu pada para pengikut doktrin Saint-Simon pada tahun 1832 yang dipopulerkan oleh
Pierre Leroux dan J. Regnaud dalam lEncyclopdie Nouvelle[1]. Penggunaan istilah sosialisme sering
digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda-beda oleh berbagai kelompok, tetapi hampir semua sepakat
bahwa istilah ini berawal dari pergolakan kaum buruh industri dan buruh tani pada abad ke-19 hingga awal abad
ke-20 berdasarkan prinsip solidaritas dan memperjuangkan masyarakat egalitarian yang dengan sistem ekonomi
menurut mereka dapat melayani masyarakat banyak daripada hanya segelintir elite.

2.3.3.2. Ajaran tentang Ideologi Sosialisme


1. Menciptakan masyarakat sosialis yang dicita-citakan dengan kejernihan dan kejelasan argument, bukan
dengan cara-cara kekerasan dan revolusi.
2. Permasalahan seyogyanya di selesaikan dengan cara demokratis.

2.3.3.3. Nama-nama penting dalam Ideologi Sosialisme


Nama-nama penting dalam Ideologi Sosialisme C.H. Saint Simon (1760-1825), F.M Charles Fourier (1772-
1837), EtinneCabet (1788-1856), Wilhelm Weiling (1808-1871), dan Louis Bland (1811-1882).

2.3.3.4. Negara yang menganut Ideologi Sosialisme


Negraa yang menganut Ideologi Sosialisme adalah Negara-negara di Eropa Barat.

2.3.4. IDEOLOGI KOMUNISME


2.3.4.1. Pengertian Komunisme
Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia, selain kapitalisme dan ideologi lainnya. Komunisme lahir
sebagai reaksi terhadap kapitalisme di abad ke-19, yang mana mereka itu mementingkan individu pemilik dan
mengesampingkan buruh.
Secara umum komunisme sangat membatasi agama pada rakyatnya, dengan prinsip agama dianggap candu yang
membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan nyata.
Paham komunis berkeyakinan perubahan atas system kapitalisme harus dicapai dengan cara-cara revolusi dan
pemerintahan oleh diktator proletariat sangat
diperlukan pada masa transisi. Dalam masa transisi dengan bantuan Negara dibawah diktator proletariat, seluruh
hak milih pribadi dihapuskan dan diambillah untuk selanjutnya berada dalam control negara.
Komunisme sebagai ideologi mulai diterapkan saat meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7
November 1917. Sejak saat itu komunisme diterapkan sebagai sebuah ideologi dan disebarluaskan ke negara
lain. Pada tahun 2005 negara yang masih menganut paham komunis adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara,
Kuba dan Laos.

2.3.4.2. Ciri-ciri Ideologi Komunisme


Adapun ciri pokok pertama ajaran komunisme adalah sifatnya yang ateis, tidak mengimani Allah. Orang
komunis menganggap Tuhan tidak ada, kalau ia berpikir Tuhan tidak ada. Akan tetapi, kalau ia berpikir Tuhan
ada, jadilah Tuhan ada. Maka, keberadaan Tuhan terserah kepada manusia.
Ciri pokok kedua adalah sifatnya yang kurang menghargai manusia sebagai individu. Manusia itu seperti mesin.
Kalau sudah tua, rusak, jadilah ia rongsokan tidak berguna seperti rongsokan mesin. Komunisme juga kurang
menghargai individu, terbukti dari ajarannya yang tidak memperbolehkan ia menguasai alat-alat produksi.
Komunisme mengajarkan teori perjuangan (pertentangan) kelas, misalnya proletariat melawan tuan tanah dan
kapitalis. Pemerintah komunis di Rusia pada zaman Lenin pernah mengadakan pembersihan kaum kapitalis
(1919-1921). Stalin pada tahun 1927, mengadakan pembersihan kaum feodal atau tuan tanah.
Salah satu doktrin komunis adalah the permanent atau continuous revolution (revolusi terus-menerus). Revolusi
itu menjalar ke seluruh dunia. Maka, komunisme sering disebut go international.. Komunisme memang
memprogramkan tercapainya masyarakat yang makmur, masyarakat komunis tanpa kelas, semua orang sama.
Namun, untuk menuju ke sana, ada fase diktator proletariat yang bertentangan dengan demokrasi. Salah satu
pekerjaan diktator proletariat adalah membersihkan kelas-kelas lawan komunisme, khususnya tuan-tuan tanah
dan kapitalis.
Dalam dunia politik, komunisme menganut sistem politik satu partai, yaitu partai komunis. Maka, ada Partai
Komunis Uni Soviet, Partai Komunis Cina, PKI, dan Partai Komunis Vietnam, yang merupakan satu-satunya
partai di negara bersangkutan. Jadi, di negara komunis tidak ada partai oposisi. Jadi, komunisme itu pada
dasarnya
tidak menghormati HAM.

Karl Heinrich Marx (Trier, Jerman, 5 Mei 1818 London, 14 Maret 1883) adalah seorang filsuf, pakar ekonomi
politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia.Karl Heinrich Marx Lambang Komunisme

2.3.4.3. Negara yang menganut Ideologi Komunis


Komunisme sebagai ideologi mulai diterapkan saat meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7
November 1917. Pada tahun 2005 negara yang masih menganut paham komunis adalah Republik Rakyat Cina
(sejak 1949), Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos.

2.3.5. IDEOLOGI KONSERVATISME


2.3.5.1. Pengertian Konservatisme
Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai tradisional. Istilah ini berasal dari kata
dalam bahasa Latin, conservre, melestarikan; menjaga, memelihara, mengamalkan. Karena berbagai budaya
memiliki nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda, kaum konservatif di berbagai kebudayaan mempunyai
tujuan yang berbeda-beda pula. Sebagian pihak konservatif berusaha melestarikan status quo, sementara yang
lainnya berusaha kembali kepada nilai-nilai dari zaman yang lampau, the status quo ante.
Samuel Francis mendefinisikan konservatisme yang otentik sebagai bertahannya dan penguatan orang-orang
tertentu dan ungkapan-ungkapan kebudayaannya yang dilembagakan.[1] Roger Scruton menyebutnya sebagai
pelestarian ekologi sosial dan politik penundaan, yang tujuannya adalah mempertahankan, selama mungkin,
keberadaan sebagai kehidupan dan kesehatan dari suatu organisme sosial.

2.3.5.2. Ciri-Ciri Ajaran Ideologi Konservatisme


1. Lebih mementingkan lembaga-lembaga kerajaan dan gereja
2. Agama dipandang sebagai kekuatan utama disamping upaya pelestarian tradisi dan kebiasaan dalam tata
kehidupan masyarakat.
3. Lembaga-lembaga yang sudah mapan seperti keluarga, gereja, dan Negara semuanya dianggap suci.
4. Konservatisme juga menentang radikalisme dan skeptisisme.

Ideologi konservatisme yang dikumandangkan oleh Edmund Burke, 1729-1797. Dimana ideologi konservatisme
ini telah merasuk ke beberapa negara sekular yang ada sekarang. Nasionalisme dan kebangsaan ini sekarang
kalau di Indonesia dijadikan lambang perjuangan Partai Amanat Nasional di bawah Amien Rais dan Partai
Kebangkitan Bangsa yang lahirnya dibidani oleh Gus Dur.
Negara yang pernah menganut Ideologi Konservatisme adalah Inggris, Kanada, Bulgaria, Denmark, Hongaria,
Belanda, Swedia.

2.3.6. IDEOLOGI FASISME


2.3.6.1. Pengertian Ideologi Fasisme
Fasisme merupakan sebuah paham politik yang mengangungkan kekuasaan absolut tanpa demokrasi. Dalam
paham ini, nasionalisme yang sangat fanatik dan juga otoriter sangat kentara.
Kata fasisme diambil dari bahasa Italia, fascio, sendirinya dari bahasa Latin, fascis, yang berarti seikat tangkai-
tangkai kayu. Ikatan kayu ini lalu tengahnya adakapaknya dan pada zaman Kekaisaran Romawi dibawa di depan
pejabat tinggi. Fascis ini merupakan simbol daripada kekuasaan pejabat pemerintah.
Pada abad ke-20, fasisme muncul di Italia dalam bentuk Benito Mussolini. Sementara itu di Jerman, juga
muncul sebuah paham yang masih bisa dihubungkan dengan fasisme, yaitu Nazisme pimpinan Adolf Hitler.
Nazisme berbeda dengan fasisme Italia karena yang ditekankan tidak hanya nasionalisme saja, tetapi bahkan
rasialisme dan rasisme yang sangat sangat kuat. Saking kuatnya nasionalisme sampai mereka membantai
bangsa-bangsa lain yang dianggap lebih rendah.
Fasisme dikenal sebagai ideologi yang lahir dan berkembang subur pada abad ke-20. Ia menyebar dengan pesat
di seluruh dunia pada permulaan Perang Dunia I, dengan berkuasanya rezim fasis di Jerman dan Italia pada
khususnya, tetapi juga di negara-negara seperti Yunani, Spanyol, dan Jepang, di mana rakyat sangat menderita
oleh cara-cara pemerintah yang penuh kekerasan. Berhadapan dengan tekanan dan kekerasan ini, mereka hanya
dapat gemetar ketakutan. Diktator fasis dan pemerintahannya yang memimpin sistem semacam itudi mana
kekuatan yang brutal, agresi, pertumpahan darah, dan kekerasan menjadi hukummengirimkan gelombang
teror ke seluruh rakyat melalui polisi rahasia dan milisi fasis mereka, yang melumpuhkan rakyat dengan rasa
takut. Lebih jauh lagi, pemerintahan fasis diterapkan dalam hampir semua tingkatan kemasyarakatan, dari
pendidikan hingga budaya, agama hingga seni, struktur pemerintah hingga sistem militer, dan dari organisasi
politik hingga kehidupan pribadi rakyatnya. Pada akhirnya, Perang Dunia II, yang dimulai oleh kaum fasis,
merupakan salah satu malapetaka terbesar dalam sejarah umat manusia, yang merenggut nyawa 55 juta orang.

Pelopor Ideologi Fasisme


Nazisme Hitler dengan bukunya Mein Kampft, dan Mussolini dengan Doktrine of Fascism.

Ajaran pokok Ideologi Fasisme


Namun demikian, bukan berarti fasisme tidak memiliki ajaran. Setidaknya para pelopor fasisme meninggalkan
jejak ajaran mereka perihal fasisme. Hitler menulis Mein Kampft, sedangkan Mussolini menulis Doktrine of
Fascism. Ajaran fasis model Italia-lah yang kemudian menjadi pegangan kaum fasis didunia, karena
wawasannya yang bersifat moderat. Menurut Ebenstein, unsur-unsur pokok fasisme terdiri dari tujuh unsur:
Pertama, ketidak percayaan pada kemampuan nalar. Bagi fasisme, keyakinan yang bersifat fanatik dan dogmatic
adalah sesuatu yang sudah pasti benar dan tidak boleh lagi didiskusikan. Terutama pemusnahan nalar digunakan
dalam rangka tabu terhadap masalah ras, kerajaan atau pemimpin.
Kedua, pengingkaran derajat kemanusiaan. Bagi fasisme manusia tidaklah sama, justru pertidaksamaanlah yang
mendorong munculnya idealisme mereka. Bagi fasisme, pria melampaui wanita, militer melampaui sipil,
anggota partai melampaui bukan anggota partai, bangsa yang satu melampaui bangsa yang lain dan yang kuat
harus melampaui yang lemah. Jadi fasisme menolak konsep persamaan tradisi yahudi-kristen (dan juga Islam)
yang berdasarkan aspek kemanusiaan, dan menggantikan dengan ideology yang mengedepankan kekuatan.
Ketiga, kode prilaku yang didasarkan pada kekerasan dan kebohongan. Dalam pandangan fasisme, negara
adalah satu sehingga tidak dikenal istilah oposan. Jika ada yang bertentangan dengan kehendak negara, maka
mereka adalah musuh yang harus dimusnahkan. Dalam pendidikan mental, mereka mengenal adanya
indoktrinasi pada kamp-kamp konsentrasi. Setiap orang akan dipaksa dengan jalan apapun untuk mengakui
kebenaran doktrin pemerintah. Hitler konon pernah mengatakan, bahwa kebenaran terletak pada perkataan
yang berulang-ulang. Jadi, bukan terletak pada nilai obyektif kebenarannya.
Keempat, pemerintahan oleh kelompok elit. Dalam prinsip fasis, pemerintahan harus dipimpin oleh segelintir
elit yang lebih tahu keinginan seluruh anggota masyarakat. Jika ada pertentangan pendapat, maka yang berlaku
adalah keinginan si-elit.
Kelima, totaliterisme. Untuk mencapai tujuannya, fasisme bersifat total dalam meminggirkan sesuatu yang
dianggap kaum pinggiran. Hal inilah yang dialami kaum wanita, dimana mereka hanya ditempatkan pada
wilayah 3 K yaitu: kinder (anak-anak), kuche (dapur) dan kirche (gereja). Bagi anggota masyarakat, kaum fasis
menerapkan pola pengawasan yang sangat ketat. Sedangkan bagi kaum penentang, maka totaliterisme
dimunculkan dengan aksi kekerasan seperti pembunuhan dan penganiayaan.
Keenam, Rasialisme dan imperialisme. Menurut doktrin fasis, dalam suatu negara kaum elit lebih unggul dari
dukungan massa dan karenanya dapat memaksakan kekerasan kepada rakyatnya. Dalam pergaulan antar negara
maka mereka melihat bahwa bangsa elit, yaitu mereka lebih berhak memerintah atas bangsa lainnya. Fasisme
juga merambah jalur keabsahan secara rasialis, bahwa ras mereka lebih unggul dari pada lainnya, sehingga yang
lain harus tunduk atau dikuasai. Dengan demikian hal ini memunculkan semangat imperialisme.
Terakhir atau ketujuh, fasisime memiliki unsur menentang hukum dan ketertiban internasional. Konsensus
internasional adalah menciptakan pola hubungan antar negara yang sejajar dan cinta damai. Sedangkan fasis
dengan jelas menolak adanya persamaan tersebut. Dengan demikian fasisme mengangkat perang sebagai derajat
tertinggi bagi peradaban manusia. Sehingga dengan kata lain bertindak menentang hukum dan ketertiban
internasional.

Negara-negara yang menganut Ideologi Fasisme


Negara-negara yang pernah menganut Ideologi Fasisme adalah Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Italia dan
Jerman.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan terbentuk secara mendadak
serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaiman yang terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia.
Namun terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.
Sebagai paradigma, Pancasila memiliki peran sebagai dasar negara, sebagai pandangan hidup negara dan
sebagai suatu ideologi. Dengan beberapa hal yang mendukung terbukanya ideologi Pancasila memungkinkan
dapat terlaksananya nilai-nilai yang terkandung pada tiap sila-sila Pancasila demi tercapainya cita-cita dan
aspirasi rakyat.
Dengan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara, maka bangsa Indonesia mendirikan
suatu negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu karena ditentukan oleh keanekaragamanaa, sifat dan
karakternya, maka bangsa ini mendirikan suatu negara berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara
Persatuan, suatu Negara Kebangsaan serta suatu Negara yang Bersifat Integralistik.

Anda mungkin juga menyukai