Pada saat Pidato di depan Majelis Umum PBB, Pak Karno mengusulkan agar Pancasila
menjadi salah satu piagam yang di akui PBB sejajar dengan magna charta. Usulan ini didasarkan fakta
pertarungan antara pengikut kapitalisme dan sosialisme yang menyebabkan ratusan juta manusia
meninggal dalam perang dunia I, II, diteruskan hingga perang dingin. Pada saat itu Pancasila
ditawarkan menjadi alternatif atas dua ideologi besar dunia yang saling mengkutub.
Sejak berakhirnya perang dingin yang kental diwarnai persaingan ideologi antara blok Barat
yang memromosikan liberalisme-kapitalisme dan blok Timur yang mempromosikan komunisme-
sosialisme, tata pergaulan dunia mengalami perubahan-perubahan yang mendasar. Beberapa kalangan
mengatakan bahwa setelah berakhirnya perang dingin yang ditandai dengan bubarnya negara Uni
Soviet dan runtuhnya tembok Berlin di akhir dekade 1980-an dunia ini mengakhiri periode bipolar
dan memasuki periode multipolar.
Periode multipolar yang dimulai awal 1990-an yang kita alami selama sekitar satu dekade,
juga pada akhirnya disinyalir banyak pihak terutama para pengamat politik internasional, telah
berakhir setelah Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden George Bush memromosikan
doktrin unilateralisme dalam menangani masalah internasional sebagai wujud dari konsepsi dunia
unipolar yang ada di bawah pengaruhnya.
Pancasila yang memiliki nilai-nilai religiusitas, nasionalisme, internasionalisme, demokrasi
dan keadilan sosial merupakan konsep yang brilian dalam menghadapi situasi dunia yang semakin
terpolar. Tentunya nilai-nilai universal yang termaktub dalam Pancasila dapat diterima di benua
manapun. Dunia ketiga pada saat ini membutuhkan ideologi pemersatu agar tidak dimangsa oleh
fundamentalisme ekonomi pasar bebas dan fundamentalisme agama.
Dalam perjalanan sejarah, Indonesia merupakan pelopor Gerakan Non Blok dimana memiliki
spirit memperjuangkan kepentingan negara-negara yang baru merdeka. Modal sejarah ini bisa
dijadikan poin penting bahwa nilai-nilai pancasila mampu menjadi alternatif ditengah polarisasi
ideologi kapitalisme dan sosialisme. di tengah kemiskinan yang mengglobal, kelaparan dunia yang
semakin besar, diperlukan terobosan agar tidak terjadi lagi penghisapan manusia atas manusia
(exploitation par l home de l home), homo homini lupus.
A. Asal usul Pancasila
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan
terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana
yang terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia. Namun terbentuknya Pancasila melalui
proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.
Secara kausalitas Pancasila sebelum disahkan menjadi dasar filsafat negara nilai-
nilainya telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai adat-
istiadat, nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai religius. Kemudian para pendiri negara
Indonesia mengangkat nilai-nilai tersebut dirumuskan secara musyawarah mufakat
berdasarkan moral yang luhur, antara lailn dalamsidang BPUPKI pertama, sidang panitia
sembilan yang kemudian menghasilkan Piagam Jakarta yang memuat Pancasila yang
pertama kali, kemudian dibahas lagi dalam sidang BPUPKI kedua. Setelah kemerdekaan
Indonesia sebelum sidang resmi PPKI Pancasila sebagai calon dasar filsafat negara
dibahas serta disempurnakan kembali dan akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945 disahkan
oleh PPKI sebagai daasar filsafat negara Republik Indonesia.
B. Karakteristik ideologi pancasila
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
reformatif, dinamis, dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah
bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan
aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai
dasar yang terkandung di dalamnya, namun mengekplisitkan wawasannya secara lebih
kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan masalah-
masalah aktual yang senantiasa berkembang seiring dengan aspirasi rakyat, perkembangan
iptek serta jaman.
Berdasarkan pengertian tentang ideologi terbuka tersebut nilai-nilai yang terkandung dalam
ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai berikut:
Nilai Dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila yaitu Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan. Nilai dasar tersebut merupakan esensi dari sila-sila Pancasila
yang bersifat universal, sehingga dalam nilai dasar tersebut terkandung cita-cita, tujuan
serta niali-nilai yang baik dan benar.
Nilai Instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga
pelaksanaannya. Nilai instrumental ini merupakan ekspisitasi, penjabaran lebih lanjut dari
nilai-nilai dasar ideologi Pancasila.
Nilai Praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi
pengamalan yang bersifat nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, berbangsa
dan bernegara. Dalam realisasi praksis inilah maka penjabaran nilai-nilai Pancasila
senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan (reformasi)
sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta aspirasi
masyarakat.
Ekonomi - Peran negara ada - Peran negara - Peran negara ada - Peran negara
untuk tidak terjadi kecil untuk pemerataan dominan
yang merugikan - Swasta - Keadilan - Demi kolektivitas
rakyat mendominasi distributif yang berarti demi negara
- Kapitalisme diutamakan - Monopoli negara
- Monopolisme
- Persaingan
bebas
Agama - Bebas memilih salah - Agama urusan - Agama harus - Agama candu
satu agama pribadi mendorong masyarakat
- Agama harus - Bebas berkembangnya - Agama harus
menjiwai dalam beragama : kebersamaan dijauhkan dari
kehidupan Bebas memilih masyarakat
bermasyarakat agama - Atheis
berbangsa dan Bebas tidak
bernegara beragama
Akhirnya, Pancasila sebagai dasar negara juga dapat memberikan motivasi atas keberhasilan serta tercapainya
suatu cita-cita/tujuan nasional yang juga merupakan cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu
suatu masyarakat yang adil dan makmur, hidup berdampingan dengan negara-negara di dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.[7]
Dalam rangka perkembangan ideologi, khususnya di Indonesia, ideologi berkembangsesuai kepentingan dan
kondisi kehidupan bangsa dan negara Indonesia, di antaranya sebagai ideologi persatuan, ideologi pembangunan
dan ideologi terbuka. Ideologi persatuan sangat penting yang memiliki tugas dan fungsi mempersatukan seluruh
rakyat Indonesia menjadi rakyat dan bangsayang memiliki sikap kepribadian yang tersendiri tanpa
ketergantungan kepada siapa pun serta mempertebal kebersamaan dalam kehidupan berbangsa.
Mengenai ideologi pembangunan, berarti pembangunan ikut dalam memberikan kepada pemerintahan RI
kewenangan dalam mempersiapkan kebijaksanaan dalam wujud cita-cita kehidupan bangsa melalui
pembangunan nasional yang dilakukan dengan penyusunan kaidah-kaidah/norma-norma penting dalam
penunjang pembangunan yang sedang dilakukan.
Sebagai ideologi terbuka (ideologi Pancasila) dalam melihat perkembangan kemajuan dunia dewasa ini,
termasuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta lajunya sarana komunikasi membuat dunia seolah
menjadi sempit dan kecil sehingga pembangunan akhirnya tidak terkait pada faktor-faktor yang ada didalam
negeri saja. Selain itu tetap menjaga dan mempertahankan identitas dalam ikatan pertahanan nasional dan
persatuan nasional, mampu bersaing dengan bangsa-bangsa di dunia, melalui ideologi terbuka dikembangkan
dinamika kehidupan masyarakat bangsa. Membuka wawasan lebih luas secara kongkrit serta dapat lebih mudah
menyelesaikan masalah yang timbul dengan penyelesaian yang baik dan lebih terbuka dengan berdasarkan atas
kesepakatan seluruh masyarakat tanpa ada paksaan dari luar.
Keterbukaan ideologi Pancasila didukung oleh beberapa hal antara lain:
1. Tekad bangsa dalam memperjuanagkan tercapainya tujuan nasional/tujuan proklamasi,
2. Pembangunan nasional yang teratur dan maju pesat,
3. Tekad yang kuat dalam mempertahankan nilai sila-sila Pancasila yang sifatnya abadi,
4. Hilangnya ideologi komunis/sosialis sebagai ideologi tertutup.
Hal-hal yang membatasi keterbukaan ideologi Pancasila adalah sebagai berikut:
1. Stabilitas nasional yang mantab,
2. Tetap berlakunya larangan terhadap paham komunisme di Indonesia,
3. Adanya pencegahan atas pengembangan ideologi liberal di Indonesia, dan
4. Pencegahan terhadap gerakan ekstrem dan paham-paham lain yang dapat menggoyahkan nilai
persatuan dan kesatuan bangsa.
Dengan demikian, bahwa ideologi Pancasila memiliki arti sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, maupun
keyakinan dan nilai-nilai bangsa Indonesia yang secara normatif perlu diwujudkan dalam tata kehidupan
berbangsa dan bernegara guna menunjang tercapainya suatu keadialan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Nilai Instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga pelaksanaannya. Nilai
instrumental ini merupakan ekspisitasi, penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi Pancasila.
Nilai Praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi pengamalan yang bersifat
nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam realisasi praksis inilah
maka penjabaran nilai-nilai Pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan
perbaikan (reformasi) sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta aspirasi
masyarakat.
Berdasakan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara, maka bangsa Indonesia mendirikan suatu
negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu karena ditentukan oleh keanekaragamanaa, sifat dan
karakternya, maka bangsa ini mendirikan suatu negara berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara
Persatuan, suatu Negara Kebangsaan serta suatu Negara yang Bersifat Integralistik.
2.3.2. IDEOLOGI LIBERALISME
2.3.2.1. Pengertian Liberalisme
Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman
bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama. Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad
pertengahan. Ketika itu masyarakat ditandai dengan dua karakteristik berikut. Anggota masyarakat terikat satu
sama lain dalam suatu sistem dominasi kompleks dan kukuh, dan pola hubungan dalam system ini bersifat statis
dan sukar beruba
Pemikiran liberal (liberalisme) berkembang sejak masa Reformasi Gereja dan Renaissans yang menandai
berakhirnya Abad Pertengahan (abad V-XV). Disebut liberal, yang secara harfiah berarti bebas dari batasan (free
from restraint), karena liberalisme menawarkan konsep kehidupan yang bebas dari pengawasan gereja dan raja.
Ini berkebalikan total dengan kehidupan Barat Abad Pertengahan ketika gereja dan raja mendominasi seluruh
segi kehidupan manusia.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi
para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama.
Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha
pribadi (private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak
adanya pembatasan terhadap pemilikan individu. Oleh karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar
bagi tumbuhnya kapitalisme.
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem demokrasi, hal ini dikarenakan
keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan mayoritas. Bandingkan Oxford Manifesto dari Liberal
International: Hak-hak dan kondisi ini hanya dapat diperoleh melalui demokrasi yang sejati. Demokrasi sejati
tidak terpisahkan dari kebebasan politik dan didasarkan pada persetujuan yang dilakukan dengan sadar, bebas,
dan yang diketahui benar (enlightened) dari kelompok mayoritas, yang diungkapkan melalui surat suara yang
bebas dan rahasia, dengan menghargai kebebasan dan pandangan-pandangan kaum minoritas.
Masyarakat yang terbaik (rezim terbaik), menurut paham liberalisme adalah yang memungkinkan individu
mengembangkan kemampuan-kemampuan individu sepenuhnya. Dalam masyarakat yang baik semua individu
harus dapat mengembangkan pikiran dan bakat-bakatnya. Hal ini mengharuskan para individu untuk
bertanggung jawab atas tindakannya, dan tidak menyuruh seseorang melakukan sesuatu untuknya atau
seseorang untuk mengatakan apa yang harus dilakukan.
Karl Heinrich Marx (Trier, Jerman, 5 Mei 1818 London, 14 Maret 1883) adalah seorang filsuf, pakar ekonomi
politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia.Karl Heinrich Marx Lambang Komunisme
Ideologi konservatisme yang dikumandangkan oleh Edmund Burke, 1729-1797. Dimana ideologi konservatisme
ini telah merasuk ke beberapa negara sekular yang ada sekarang. Nasionalisme dan kebangsaan ini sekarang
kalau di Indonesia dijadikan lambang perjuangan Partai Amanat Nasional di bawah Amien Rais dan Partai
Kebangkitan Bangsa yang lahirnya dibidani oleh Gus Dur.
Negara yang pernah menganut Ideologi Konservatisme adalah Inggris, Kanada, Bulgaria, Denmark, Hongaria,
Belanda, Swedia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan terbentuk secara mendadak
serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaiman yang terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia.
Namun terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.
Sebagai paradigma, Pancasila memiliki peran sebagai dasar negara, sebagai pandangan hidup negara dan
sebagai suatu ideologi. Dengan beberapa hal yang mendukung terbukanya ideologi Pancasila memungkinkan
dapat terlaksananya nilai-nilai yang terkandung pada tiap sila-sila Pancasila demi tercapainya cita-cita dan
aspirasi rakyat.
Dengan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara, maka bangsa Indonesia mendirikan
suatu negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu karena ditentukan oleh keanekaragamanaa, sifat dan
karakternya, maka bangsa ini mendirikan suatu negara berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara
Persatuan, suatu Negara Kebangsaan serta suatu Negara yang Bersifat Integralistik.