PENDAHULUAN
Pancasila berasal dari bahasa sansekerta. Pancasila juga terdiri dari dua kata
yaitu : panca berarti lima dan Sila berarti perinsip atau asas. Pancasila adalah dasar
falsafah negaraindonesia, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
Oleh karena itu, setiap warga negara indonesia harus mempelajari, mendalami,
menghayati dan mengamalkan dalam segala bidang kehidupan.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai
sehingga merupakan sumber dari penjabaran norma hukum, norma moral maupun
norma kenegaraan lainnya. Dalam filsafat pancasila terkandung didalamnya suatu
pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komprehensiv
(menyeluruh) dan sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai, oleh karena itu suatu
pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan norma-norma yang merupakan
pedoman dalam suatu tindakan melainkan suatu nilai yang bersifat mendasar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan menjadi titik fokus dalam
makalah ini adalah:
1
BAB II
PEMBAHASAN
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok
yaitu etika umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan
mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu
ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran
moral tertentu, atau bagaiman kita harus mengambil sikap bertanggung jawab
berhadapan dengan pelbagai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika umum
mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia,
sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan
pelbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun
mahluk sosial (etika sosial) (Suseno, 1987).
Etika berkaitan dengan pelbagai masalah nilai karena etika pada pokoknya
membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan
“tidak susila”, “baik” dan “buruk”. Sebagai bahasan khusus etika membicarakan
sifat-sifat yang menyebabkan orang dapat disebut susila atau bijak. Kualitas-kualitas
ini dinamakan kebajikan yang dilawankan dengan kejahatan yang berarti sifat-sifat
yang menunjukan bahwa orang yang memilikinya dikatan orang yang tidak susila.
Sebenarnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar
pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986). Dapat
juga dikatakan bahwa etika berkaitan dengan dasar-dasar filosofis dalam hubungan
dengan tingkah laku manusia.
Etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) dalam bentuk tunggal artinya
padang rumput, kebiasaan, adat, watak, dan lain-lain, dan bentuk jamak artinya
kebiasaan. Etika berarti ilmu tentang apa yand biasa dilakukan atau ilmu tentang
kebiasaan.
2
Menurut Dr.H. Hamzah Ya’cub dalam buku etika islam, etika ialah ilmu yang
menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal
perbuatan manusia sejauh dapat diketahui oleh akal pikiran.
Kata yang dekat dengan etika adalah moral, berasal dari bahasa Latin “mores”
artinya adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti
susila. Moral ialah sesuai ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia,
mana yang baik dan wajar. Etika lebih bersifat teori, sedangkan moral menyatakan
ukuran. Sedangkan istilah moralitas adalah sifat moral yang berkenaan dengan baik
dan buruk. Kata yang juga sering dipakai adalah etiket, artinya sopan santun,
sehingga ada perbedaan antara etika dan etiket.
Etika merupakan cabang ilmu filsafat yang membahas masalah baik dan
buruk. Ranah pembahasannya meliputi kajian praktis dan refleksi filsafat atas
moralitas secara normatif. Kajian praktis menyentuh moralitas sebagai perbuatan
sadar yang dilakukan dan didasarkan pada norma-norma masyarakat yang mengatur
perbuatan baik (susila) dan buruk (asusila). Adapun refleksi filsafat mengajarkan
bagaimana tentang moral filsafat mengajarkan bagaimana tentang moral tersebut
dapat dijawab secara rasional dan bertanggungjawab.
3
tersebut. Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk
pada nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan
dan keadilan. Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentangan
dengan nilai-nilai tersebut, namun juga sesuai dan mempertinggi nilai-nilai Pancasila
tersebut. Nilai-nilai Pancasila meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup
dalam realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun
sebenarnya nilai-nilai Pancasila juga bersifat universal dapat diterima oleh siapapun
dan kapanpun.
Rumusan Pancasila yang otentik dimuat dalam Pembukan UUD 1945 alinea
keempat. Dalam penjelasan UUD 1945 yang disusun oleh PPKI ditegaskan bahwa
“pokok- pokok pikiran yang termuat dalam Pembukaan (ada empat, yaitu persatuan,
keadilan, kerakyatan dan ketuhanan menurut kemanusiaan yang adil dan beradab)
dijabarkan ke dalam pasal-pasal Batang Tubuh. Dan menurut TAP MPRS
No.XX/MPRS/1966 dikatakan bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala
sumber hukum. Sebagai sumber segala sumber, Pancasila merupakan sumber dari
segala sumber hukum.
4
Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan napas humanism,
karenanya Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saka. Sekalipun
Pancasila memiliki sifat universal, tetapi tidak begitu saja dapat dengan mudah
diterima oleh semua bangsa. Perbedaannya terletak pada fakta sejarah bahwa nilai-
nilai secara sadar dirangkai dan disahkan menjadi satu kesatuan yang berfungsi
sebagai basis perilaku politik dan sikap moral bangsa. Dalam arti bahwa Pancasila
adalah milik khas bangsa Indonesia dan sekaligus menjadi identitas bangsa berkat
legitimasi moral dan budaya bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai khusus yang
termuat dalam Pancasila dapat ditemukan dalam sila-silanya.
5
berpikir dan bertindak. Seorang yang memiliki moralitas individu yang baik akan
muncul dalam sikap dan perilaku seperti sopan, rendah hati, tidak suka menyakiti
orang lain, toleran, suka menolong, bekerja keras, rajin belajar, rajin ibadah dan lain-
lain. Moralitas ini muncul dari dalam, bukan karena dipaksa dari luar. Bahkan, dalam
situasi amoral yang terjadi di luar dirinya, seseorang yang memiliki moralitas
individu kuat akan tidak terpengaruh. Moralitas individu ini terakumulasi menjadi
moralitas sosial, sehingga akan tampak perbedaan antara masyarakat yang bermoral
tinggi dan rendah. Adapun moralitas mondial adalah moralitas yang bersifat universal
yang berlaku di manapun dan kapanpun, moralitas yang terkait dengan keadilan,
kemanusiaan, kemerdekaan, dan sebagainya.
Moralitas individu dan sosial memiliki hubungan sangat erat bahkan saling
tarik-menarik dan mempengaruhi. Moralitas individu dapat dipengaruhi moralitas
social, demikian pula sebaliknya. Seseorang yang moralitas individunya baik ketika
hidup di lingkungan masyarakat yang bermoral buruk dapat terpengaruh menjadi
amoral. Kenyataan seperti ini seringkali terjadi pada lingkungan pekerjaan. Ketika
lingkungan pekerjaan berisi orang orang yang bermoral buruk, maka orang yang
bermoral baik akan dikucilkan atau diperlakukan tidak adil. Seorang yang moralitas
individunya lemah akan terpengaruh untuk menyesuaikan diri dan mengikuti. Namun
sebaliknya, seseorang yang memiliki moralitas individu baik akan tidak terpengaruh
bahkan dapat mempengaruhi lingkungan yang bermoral buruk tersebut.
6
2.3 Penerapan Pancasila dalam Kehidupan Bangsa
Hakikat ideologi Pancasila sebagai dasar negara dan landasan idil bangsa
Indonesia, telah menyelamatkan bangsa Indonesia sebagai upaya menjaga keutuhan
NKRI dan juga agar membentengi dari ancaman disintegrasi bangsa selama lebih dari
setengah abad lamanya. Namun sebaliknya nilai kesakralan dan penggunaan yang
terlampau berlebihan dari sebuah ideologi Negara sebagai sarana politik di masa orde
baru, tentunya banyak menimbulkan kritik maupun protes terhadap nilai-nilai
pendidikan karakter yang terkandung Pancasila.
Di dalam ilmu ekonomi terdapat sebuah istilah siapa yang kuat maka ialah
yang akan menang, sehingga umumnya dalam pengembangan ekonomi selalunya
mengarah pada persaingan bebas. Dan sangat jarang yang mementingkan moralitas
kemanusiaan. Hal tersebut tentunya sangat tidak sesuai dengan ciri-ciri demokrasi
7
Pancasila yang lebih mengarah pada ekonomi kerakyatan, yakni perekonomian yang
manusiawi yang berdasarkan pada tujuan guna mensejahterakan rakyat secara luas
(Mubyarto,1999).
8
2.4 Contoh Penerapan Etika Berdasarkan Sila - Sila Pancasila
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab teramat mewakili keinginan bangsa
Indonesia untuk berada di posisi yang setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini.
Ketika negara Indonesia dijajah oleh bangsa lain, seketika itu pula posisi Indonesia
9
dianggap lebih rendah dari posisi negara lain. Selama lebih dari 350 tahun bangsa
Indonesia dihinakan. Sila kedua dalam Pancasila ini juga menjunjung tinggi
kesetaraan hak dan kewajiban di antara penghuni negeri ini. Di bawah ini merupakan
contoh penerapan Pancasila sila kemanusiaan yang adil dan beradab:
Cinta pada tanah air untuk menjaga persatuan dan kesatuan di tengah
masyarakat karena menyadari bahwa kita bertanah air yang satu, Indonesia.
mencintai dan mengonsumsi produk dalam negeri agar perekonomian di
dalam negara menjadi lebih maju
10
Mengutamakan segala kepentingan negara yang dilakukan untuk mewujudkan
tujuan pembangunan nasional Indonesia.
Berusaha untuk menghasilkan prestasi yang dapat membanggakan bangsa
Indonesia baik di tingkat nasional maupun internasional.
Meningkatkan kreativitas dan inovasi dari diri sendiri untuk memajukan
bangsa Indonesia.
Memperluas pergaulan dengan orang-orang baru dari berbagai daerah
Sila keempat dari Pancasila ini mewakili semangat demokrasi yang menjadi
bentuk pemerintahan di negara Indonesia. Sistem demokrasi yang dijalankan di
Indonesia pun berbeda dengan yang ada di luar sana. Indonesia menggunakan sistem
demokrasi Pancasila dalam pelaksanaan kedaulatan rakyatnya. Sila ini menginginkan
segala kegiatan pemerintahan diperuntukkan bagi sebesar-besar kepentingan rakyat
sehingga dijadikanlah perwakilan dari rakyat untuk mengawasi jalannya
pemerintahan. Berikut ini merupakan contoh penerapan sila keempat dari Pancasila:
11
Mengawasi dan memberikan saran terhadap jalannya penyelenggaraan
kedaulatan rakyat yang dilakukan oleh pemerintah.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
http://segallaada.blogspot.co.id/2015/04/etika-pancasila.html
https://susirananingsih26.wordpress.com/penerapan-nilai-nilai-pancasila-dalam-
kehidupan-sehari-hari/
https://guruppkn.com/implementasi-nilai-nilai-pancasila
14