Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PENDAHULUAN

1.1 Kata Pengantar

Pancasila berasal dari bahasa sansekerta. Pancasila juga terdiri dari dua kata
yaitu : panca berarti lima dan Sila berarti perinsip atau asas. Pancasila adalah dasar
falsafah negaraindonesia, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
Oleh karena itu, setiap warga negara indonesia harus mempelajari, mendalami,
menghayati dan mengamalkan dalam segala bidang kehidupan.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai
sehingga merupakan sumber dari penjabaran norma hukum, norma moral maupun
norma kenegaraan lainnya. Dalam filsafat pancasila terkandung didalamnya suatu
pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komprehensiv
(menyeluruh) dan sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai, oleh karena itu suatu
pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan norma-norma yang merupakan
pedoman dalam suatu tindakan melainkan suatu nilai yang bersifat mendasar.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan menjadi titik fokus dalam
makalah ini adalah:

1. Apa pengertian Etika dan etika Pancasila?


2. Bagaimana penerapan etika Pancasila dalam kehidupan sehari-hari?
3. Bagaimana contoh penerapan etika Pancasila dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 Maksud Dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :

1. Mengetahui pengertian Etika dan etika Pancasila.


2. Mengetahui penerapan etika Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengetahui contoh penerapan etika Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika

Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok
yaitu etika umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan
mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu
ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran
moral tertentu, atau bagaiman kita harus mengambil sikap bertanggung jawab
berhadapan dengan pelbagai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika umum
mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia,
sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan
pelbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun
mahluk sosial (etika sosial) (Suseno, 1987).

Etika berkaitan dengan pelbagai masalah nilai karena etika pada pokoknya
membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan
“tidak susila”, “baik” dan “buruk”. Sebagai bahasan khusus etika membicarakan
sifat-sifat yang menyebabkan orang dapat disebut susila atau bijak. Kualitas-kualitas
ini dinamakan kebajikan yang dilawankan dengan kejahatan yang berarti sifat-sifat
yang menunjukan bahwa orang yang memilikinya dikatan orang yang tidak susila.
Sebenarnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar
pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986). Dapat
juga dikatakan bahwa etika berkaitan dengan dasar-dasar filosofis dalam hubungan
dengan tingkah laku manusia.

Etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) dalam bentuk tunggal artinya
padang rumput, kebiasaan, adat, watak, dan lain-lain, dan bentuk jamak artinya
kebiasaan. Etika berarti ilmu tentang apa yand biasa dilakukan atau ilmu tentang
kebiasaan.

2
Menurut Dr.H. Hamzah Ya’cub dalam buku etika islam, etika ialah ilmu yang
menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal
perbuatan manusia sejauh dapat diketahui oleh akal pikiran.

Kata yang dekat dengan etika adalah moral, berasal dari bahasa Latin “mores”
artinya adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti
susila. Moral ialah sesuai ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia,
mana yang baik dan wajar. Etika lebih bersifat teori, sedangkan moral menyatakan
ukuran. Sedangkan istilah moralitas adalah sifat moral yang berkenaan dengan baik
dan buruk. Kata yang juga sering dipakai adalah etiket, artinya sopan santun,
sehingga ada perbedaan antara etika dan etiket.

Etika termasuk salah satu cabang filsafat yang mempunyai kedudukan


tersendiri. Etika membahas yang harus dilakukan oleh seseorang karenanya
berhubungan dengan yang harus dan tidak harus atau boleh dilakukan oleh manusia
dalam kehidupannya. Nilai dan norma etis banyak juga berasal dari agama, sehingga
setiap orang yang beragama akan berusaha menjadikan agama sebagai pedoman nilai
dan norma etis dalam kehidupan pribadi dan sosialnnya (Fauzi, 2003).

2.2 Etika Pancasila

Etika merupakan cabang ilmu filsafat yang membahas masalah baik dan
buruk. Ranah pembahasannya meliputi kajian praktis dan refleksi filsafat atas
moralitas secara normatif. Kajian praktis menyentuh moralitas sebagai perbuatan
sadar yang dilakukan dan didasarkan pada norma-norma masyarakat yang mengatur
perbuatan baik (susila) dan buruk (asusila). Adapun refleksi filsafat mengajarkan
bagaimana tentang moral filsafat mengajarkan bagaimana tentang moral tersebut
dapat dijawab secara rasional dan bertanggungjawab.

Etika Pancasila tidak memposisikan secara berbeda atau bertentangan dengan


aliran-aliran besar etika yang mendasarkan pada kewajiban, tujuan tindakan dan
pengembangan karakter moral, namun justru merangkum dari aliran-aliran besar

3
tersebut. Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk
pada nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan
dan keadilan. Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentangan
dengan nilai-nilai tersebut, namun juga sesuai dan mempertinggi nilai-nilai Pancasila
tersebut. Nilai-nilai Pancasila meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup
dalam realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun
sebenarnya nilai-nilai Pancasila juga bersifat universal dapat diterima oleh siapapun
dan kapanpun.

Rumusan Pancasila yang otentik dimuat dalam Pembukan UUD 1945 alinea
keempat. Dalam penjelasan UUD 1945 yang disusun oleh PPKI ditegaskan bahwa
“pokok- pokok pikiran yang termuat dalam Pembukaan (ada empat, yaitu persatuan,
keadilan, kerakyatan dan ketuhanan menurut kemanusiaan yang adil dan beradab)
dijabarkan ke dalam pasal-pasal Batang Tubuh. Dan menurut TAP MPRS
No.XX/MPRS/1966 dikatakan bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala
sumber hukum. Sebagai sumber segala sumber, Pancasila merupakan sumber dari
segala sumber hukum.

Sebagai sumber segala sumber, Pancasila merupakan satu satunya sumber


nilai yang berlaku di tanah air. Dari satu sumber tersebut diharapkan mengalir dan
memancar nilai-nilai ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan penguasa.
Hakikat Pancasila pada dasarnya merupakan satu sila yaitu gotong royong atau cinta
kasih dimana sila tersebut melekat pada setiap insane, maka nilai-nilai Pancasila
identik dengan kodrat manusia. oleh sebab itu penyelenggaraan Negara yang
dilakukan oleh pemerintah tidak boleh bertentangan dengan harkat dan martabat
manusia, terutama manusia yang tinggal di wilayah nusantara.

Pancasila merupakan hasil kompromi nasional dan pernyataan resmi


bahwa bangsa Indonesia menempatkan kedudukan setiap warga negara secara sama,
tanpa membedakan antara penganut agama mayoritas maupun minoritas. Selain itu
juga tidak membedakan unsur lain seperti gender, budaya dan daerah.

4
Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan napas humanism,
karenanya Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saka. Sekalipun
Pancasila memiliki sifat universal, tetapi tidak begitu saja dapat dengan mudah
diterima oleh semua bangsa. Perbedaannya terletak pada fakta sejarah bahwa nilai-
nilai secara sadar dirangkai dan disahkan menjadi satu kesatuan yang berfungsi
sebagai basis perilaku politik dan sikap moral bangsa. Dalam arti bahwa Pancasila
adalah milik khas bangsa Indonesia dan sekaligus menjadi identitas bangsa berkat
legitimasi moral dan budaya bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai khusus yang
termuat dalam Pancasila dapat ditemukan dalam sila-silanya.

Pancasila Sebagai Solusi Problem Bangsa, Seperti Korupsi, Kerusakan


Lingkungan, Dekadensi moral. Situasi negara Indonesia saat ini begitu
memprihatinkan. Begitu banyak masalah menimpa bangsa ini dalam bentuk krisis
yang multidimensional. Krisis ekonomi, politik, budaya, sosial, hankam, pendidikan
dan lain-lain, yang sebenarnya berhulu pada krisis moral. Tragisnya, sumber krisis
justru berasal dari badanbadan yang ada di negara ini, baik eksekutif, legislatif
maupun yudikatif, yang notabene badan-badan inilah yang seharusnya mengemban
amanat rakyat. Setiap hari kita disuguhi beritaberita mal-amanah yang dilakukan oleh
orang-orang yang dipercaya rakyat untuk menjalankan mesin pembangunan ini.

Sebagaimana telah dikatakan bahwa moralitas memegang kunci sangat


penting dalam mengatasi krisis. Kalau krisis moral sebagai hulu dari semua masalah,
maka melalui moralitas pula krisis dapat diatasi. Indikator kemajuan bangsa tidak
cukup diukur hanya dari kepandaian warganegaranya, tidak juga dari kekayaan alam
yang dimiliki, namun hal yang lebih mendasar adalah sejauh mana bangsa tersebut
memegang teguh moralitas. Moralitas memberi dasar, warna sekaligus penentu arah
tindakan suatu bangsa. Moralitas dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu moralitas
individu, moralitas sosial dan moralitas mondial.

Moralitas individu lebih merupakan kesadaran tentang prinsip baik yang


bersifat ke dalam, tertanam dalam diri manusia yang akan mempengaruhi cara

5
berpikir dan bertindak. Seorang yang memiliki moralitas individu yang baik akan
muncul dalam sikap dan perilaku seperti sopan, rendah hati, tidak suka menyakiti
orang lain, toleran, suka menolong, bekerja keras, rajin belajar, rajin ibadah dan lain-
lain. Moralitas ini muncul dari dalam, bukan karena dipaksa dari luar. Bahkan, dalam
situasi amoral yang terjadi di luar dirinya, seseorang yang memiliki moralitas
individu kuat akan tidak terpengaruh. Moralitas individu ini terakumulasi menjadi
moralitas sosial, sehingga akan tampak perbedaan antara masyarakat yang bermoral
tinggi dan rendah. Adapun moralitas mondial adalah moralitas yang bersifat universal
yang berlaku di manapun dan kapanpun, moralitas yang terkait dengan keadilan,
kemanusiaan, kemerdekaan, dan sebagainya.

Moralitas sosial juga tercermin dari moralitas individu dalam melihat


kenyataan sosial. Bisa jadi seorang yang moral individunya baik tapi moral sosialnya
kurang, hal ini terutama terlihat pada bagaimana mereka berinteraksi dengan
masyarakat yang majemuk. Sikap toleran, suka membantu seringkali hanya ditujukan
kepada orang lain yang menjadi bagian kelompoknya, namun tidak toleran kepada
orang di luar kelompoknya. Sehingga bisa dikatakan bahwa moral sosial tidak cukup
sebagai kumpulan dari moralitas individu, namun sesungguhnya lebih pada
bagaimana individu melihat orang lain sebagai manusia yang memiliki harkat dan
martabat kemanusiaan yang sama.

Moralitas individu dan sosial memiliki hubungan sangat erat bahkan saling
tarik-menarik dan mempengaruhi. Moralitas individu dapat dipengaruhi moralitas
social, demikian pula sebaliknya. Seseorang yang moralitas individunya baik ketika
hidup di lingkungan masyarakat yang bermoral buruk dapat terpengaruh menjadi
amoral. Kenyataan seperti ini seringkali terjadi pada lingkungan pekerjaan. Ketika
lingkungan pekerjaan berisi orang orang yang bermoral buruk, maka orang yang
bermoral baik akan dikucilkan atau diperlakukan tidak adil. Seorang yang moralitas
individunya lemah akan terpengaruh untuk menyesuaikan diri dan mengikuti. Namun
sebaliknya, seseorang yang memiliki moralitas individu baik akan tidak terpengaruh
bahkan dapat mempengaruhi lingkungan yang bermoral buruk tersebut.

6
2.3 Penerapan Pancasila dalam Kehidupan Bangsa

Hakikat ideologi Pancasila sebagai dasar negara dan landasan idil bangsa
Indonesia, telah menyelamatkan bangsa Indonesia sebagai upaya menjaga keutuhan
NKRI dan juga agar membentengi dari ancaman disintegrasi bangsa selama lebih dari
setengah abad lamanya. Namun sebaliknya nilai kesakralan dan penggunaan yang
terlampau berlebihan dari sebuah ideologi Negara sebagai sarana politik di masa orde
baru, tentunya banyak menimbulkan kritik maupun protes terhadap nilai-nilai
pendidikan karakter yang terkandung Pancasila.

Dalam perwujudan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam membangun


karakter bangsa memang belum menunjukkan jalan yang lurus bukan dalam artian
keabsahan substansialnya, namun dalam konteks implementasinya yang secara
mendasar. Pada hakikatmya implementasi nilai nilai Pancasila dalam kehidupam
bermasyarakat secara menyeluruh merupakan sebuah realisasi praksis untuk
mencapai tujuan bangsa. Sebagaimana berikut penjelasannya:

1. Dalam bidang Politik

Pembangunan serta pengembangan dalam bidang politik haruslah berdasarkan


pada dasar ontologis manusia. Hal tersbut berdasarkan kenyataan objektif bahwa
manusia merupakan subjek negara, oleh karenanya kehidupan politik harus sungguh-
sungguh merealisasikan tujuan demi menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
Pengembangan politik negara haruslah berdasarkan pada moralitas seperti yang
tercantum di dalam sila-sila Pancasila dan maknanya, sehingga dalam praktek-
praktek politik paham yang menghalalkan segala cara haruslah ditiadakan segera.

2. Dalam bidang Ekonomi

Di dalam ilmu ekonomi terdapat sebuah istilah siapa yang kuat maka ialah
yang akan menang, sehingga umumnya dalam pengembangan ekonomi selalunya
mengarah pada persaingan bebas. Dan sangat jarang yang mementingkan moralitas
kemanusiaan. Hal tersebut tentunya sangat tidak sesuai dengan ciri-ciri demokrasi

7
Pancasila yang lebih mengarah pada ekonomi kerakyatan, yakni perekonomian yang
manusiawi yang berdasarkan pada tujuan guna mensejahterakan rakyat secara luas
(Mubyarto,1999).

Pengembangan dalam segi ekonomi bukan hanya untuk mengejar


pertumbuhan belaka namun juga demi kemanusiaan juga kesejahteraan masyarakat
secara menyeluruh. Maka dari itu sistem perekonomian di Indonesia berdasarkan
pada asas ekonomi kekeluargaan untuk seluruh bangsa.

3. Dalam bidang Sosial dan Budaya

Dalam membangun maupun mengembangkan aspek sosial budaya di


masyarakat hendaknya berdasarkan pada sistem nilai. Sebuah sistem yang memiliki
kesesuaian dengan nilai-nilai luhur budaya yang telah dimiliki oleh masyarakat.
Sebab fungsi kebudayaan bagi masyarakat, terutama dalam rangka guna melakukan
reformasi di segala bidang. Dengan adanya stagnansi nilai sosial budaya yang ada di
masyarakat, sehingga tak jarang timbul berbagai macam konflik sosial yang dapat
menimbulkan dampak ketimpangan sosial di masyarakat secara luas.

Sehingga sangat dibutuhkan peran akhlak dalam pembentukan karakter


bangsa supaya menjadi bangsa yang memiliki karakter Pancasila. Karenanya sebagai
cara melestarikan budaya harus mengangkat nilai-nilai budaya yang dimiliki bangsa
Indonesia Yakni nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Yang bersumber pada harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya.

4. Dalam bidang Pertahanan dan Keamanan

Pada hakikatnya sebuah negara merupakan kumpulan suatu masyarakat


hukum. Demi tegaknya hak dan kewajiban warga negara maka sangat dibutuhkan
adanya peraturan perundang-undangan negara, guna mengatur ketertiban maupun
keteraturan warga serta sebagai landasan hukum persamaan kedudukan warga negara.

8
2.4 Contoh Penerapan Etika Berdasarkan Sila - Sila Pancasila

1. Penerapan Pancasila: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari haruslah menjadi sesuatu


yang harus kita lakukan. Hal ini dikarenakan Pancasila merupakan falsafah hidup
bangsa yang harus menjiwai setiap aktivitas kita dalam kehidupan sehari-hari.
Terlebih mengenai perkara ketuhanan, ia menjadi sila pertama dalam Pancasila
karena ketuhanan merupakan dasar dari kehidupan spiritual dari manusia. Sila ini
menjamin kebebasan beragama. Makna kemerdekaan beragama bagi bangsa
Indonesia sangatlah besar. Berikut ini merupakan uraian lebih lanjut mengenai apa
saja hal-hal yang termasuk kategori penerapan Pancasila khususnya sila ketuhanan
yang Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari:

 Memiliki satu agama dan menjalankan peribadatan dari agama tersebut.


Kepemilikan terhadap agama tersebut harus diikuti dengan ketakwaan pada
Tuhan.
 Menjalankan agama dengan tetap memperhatikan kondisi di sekitar dan tidak
mengganggu ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat
 Menjaga toleransi atau saling hormat menghormati di antara umat beragama
agar tercapai kedamaian dan kenyamanan bersama.
 Saling bekerja sama antar umat beragama dalam hal yang bersifat untuk
memajukan kepentingan umum, misalnya untuk kerja bakti di desa
 Tidak memaksa seseorang untuk masuk ke dalam agama tertentu. Karena
sesuai dengan UUD 1945, setiap orang berhak untuk memilih dan memeluk
agama sesuai dengan apa yang dikehendakinya.

2. Penerapan Pancasila: Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sila kemanusiaan yang adil dan beradab teramat mewakili keinginan bangsa
Indonesia untuk berada di posisi yang setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini.
Ketika negara Indonesia dijajah oleh bangsa lain, seketika itu pula posisi Indonesia

9
dianggap lebih rendah dari posisi negara lain. Selama lebih dari 350 tahun bangsa
Indonesia dihinakan. Sila kedua dalam Pancasila ini juga menjunjung tinggi
kesetaraan hak dan kewajiban di antara penghuni negeri ini. Di bawah ini merupakan
contoh penerapan Pancasila sila kemanusiaan yang adil dan beradab:

 Menghargai perbedaan di tengah masyarakat yang terdiri dari banyak suku,


agama, ras, dan adat istiadat (SARA)
 Senantiasa menjaga adab atau kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi
pekerti kita di dalam berbagai kondisi.
 Tidak melakukan diskriminasi pada siapapun. Diskriminasi yang dimaksud
adalah pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara, entah perbedaan
karena tingkat pendidikan, kondisi ekonomi, dan lain sebagainya.
 Berani untuk menyampaikan kebenaran dan menegur kesalahan dari
seseorang sesuai dengan adab yang berlaku di tengah masyarakat.
 Menjaga keseimbangan dalam hal pelaksanaan hak dan kewajiban. Jangan
sampai hak dan kewajiban kita mencederai hak dan kewajiban orang lain.

3. Penerapan Pancasila: Sila Persatuan Indonesia

Persatuan di antara segenap rakyat Indonesia merupakan suatu kekuatan dasar


dalam mempertahankan keamanan dan pertahanan Indonesia dari ancaman baik yang
berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Maka dari itu, menjadi penting
bagi rakyat Indonesia untuk senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan di tengah
masyarakat. Berdasarkan sejarah, kita mengetahui bahwa dulu perjuangan melawan
penjajahan amat bersifat kedaerahan. Dengan adanya Pancasila, seluruh wilayah di
Indonesia disatukan di bawah bendera merah putih. Di bawah ini merupakan contoh
penerapan Pancasila sila persatuan Indonesia:

 Cinta pada tanah air untuk menjaga persatuan dan kesatuan di tengah
masyarakat karena menyadari bahwa kita bertanah air yang satu, Indonesia.
 mencintai dan mengonsumsi produk dalam negeri agar perekonomian di
dalam negara menjadi lebih maju

10
 Mengutamakan segala kepentingan negara yang dilakukan untuk mewujudkan
tujuan pembangunan nasional Indonesia.
 Berusaha untuk menghasilkan prestasi yang dapat membanggakan bangsa
Indonesia baik di tingkat nasional maupun internasional.
 Meningkatkan kreativitas dan inovasi dari diri sendiri untuk memajukan
bangsa Indonesia.
 Memperluas pergaulan dengan orang-orang baru dari berbagai daerah

4. Penerapan Pancasila: Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat/Kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan dan Perwakilan

Sila keempat dari Pancasila ini mewakili semangat demokrasi yang menjadi
bentuk pemerintahan di negara Indonesia. Sistem demokrasi yang dijalankan di
Indonesia pun berbeda dengan yang ada di luar sana. Indonesia menggunakan sistem
demokrasi Pancasila dalam pelaksanaan kedaulatan rakyatnya. Sila ini menginginkan
segala kegiatan pemerintahan diperuntukkan bagi sebesar-besar kepentingan rakyat
sehingga dijadikanlah perwakilan dari rakyat untuk mengawasi jalannya
pemerintahan. Berikut ini merupakan contoh penerapan sila keempat dari Pancasila:

 Mengutamakan pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat untuk


menyelesaikan setiap permasalahan dalam kehidupan kita, apabila hal tersebut
berkenaan dengan kepentingan dua orang atau lebih.
 Ikut serta dalam pemilihan umum dengan kita menggunakan hak pilih atau
mengajak orang lain untuk menggunakan hak pilihnya
 Mencalonkan diri atau mengajukan seseorang untuk menjabat suatu jabatan
tertentu sebagai salah satu perwujudan demokrasi.
 Tidak melakukan paksaan pada orang lain agar orang menyetujui apa yang
kita katakan ataupun lakukan. Begitupun sebaliknya, tidak ada yang dapat
memaksakan kehendaknya pada kita
 Menghormati hasil musyawarah sekalipun bertentangan dengan pendapat kita
dan melaksanakannya dengan sepenuh hati.

11
 Mengawasi dan memberikan saran terhadap jalannya penyelenggaraan
kedaulatan rakyat yang dilakukan oleh pemerintah.

5. Penerapan Pancasila: Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Adanya keadilan tentunya menjadi sesuatu yang dicita-citakan oleh semua


orang. Terlebih oleh segenap bangsa Indonesia. dari sejarah kemerdekaan Indonesia
kita mengetahui bahwa pengalaman dijajah selama ratusan tahun membuat keadilan
menjadi sesuatu yang terus diperjuangkan oleh bangsa kita. Maka dari itu, para
pendiri bangsa menjadikan rumusan dari sila terakhir Pancasila seperti yang tertera
sebelumnya. Adanya sila ini diharapkan dapat mewujudkan kondisi yang berkeadilan
bagi rakyat maupun di tengah masyarakat. Di bawah ini merupakan contoh penerapan
Pancasila sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia:

 Senantiasa berusaha sebaik mungkin untuk membantu orang-orang yang


sedang dilanda kesulitan.
 Meningkatkan kepekaan sosial dengan mengadakan kegiatan yang dapat
membantu sesama seperti bakti sosial, donor darah, konser amal, dan lain
sebagainya.
 Berusaha untuk adil dalam aktivitas apapun yang kita lakukan dan seperti
apapun orang yang kita hadapi, jangan sampai kita memberikan perlakuan
yang tidak adil pada siapapun.
 Tidak mengganggu orang lain dengan apapun yang kita lakukan dan menegur
siapapun yang mengganggu ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat.
 Menghargai karya atau hasil karsa cipta yang dimiliki orang lain. Hargai pula
karya yang kita hasilkan sendiri.
 Berani memperjuangkan keadilan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang
lain dan membantu orang lain untuk memperjuangkan keadilan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, kiranya dapat disimpulkan beberapa


kesimpulan,yaitu:

1. Pancasila merupakan sebuah nilai dasar Negara Indonesia. Pancasila diambil


dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia pada dasarnya bersifat religius,
kemanusiaan,persatuan, demokrasi dan keadilan. Di samping itu Pancasila
bercirikan asaskekeluargaan dan gotong royong serta pengakuan atas hak-hak
individu.
2. Penerapan Pancasila sebagai sistem etika harus senantiasa terwujud prinsip-
prinsip sebagai nilai luhur termasuk sila kedua dari Pancasila, yaitu
“Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Eksistensi pancasila sebagai sistem
etika dapat ditegakkan dengan menerapkan prinsip konstitusionalisme dalam
penyelenggaraan pemerintahan Negara Indonesia.

3.2 Saran

Berdasarkan pembahasan di atas, kiranya dapat diuraikan beberapa saran,


yaitu:

1. Pancasila harus senantiasa diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa


danbernegara di Indonesia sehingga ciri kekeluargaan dan gotong royong
senantiasadapat terwujud dalam kehidupan di Indonesia.
2. Penerapan pancasila harus senantiasa tertuang dalam setiap kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, termasuk dalam penyelenggaraan
hak berpolitik seperti pemilu dan kehidupan sehari-hari sehingga terwujud
perilaku atauetika yang sesuai dengan karakter Bangsa Indonesia.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://segallaada.blogspot.co.id/2015/04/etika-pancasila.html

https://susirananingsih26.wordpress.com/penerapan-nilai-nilai-pancasila-dalam-
kehidupan-sehari-hari/

https://guruppkn.com/implementasi-nilai-nilai-pancasila

14

Anda mungkin juga menyukai