Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PEMBAHASAN
1. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi saat ini, nilai-nilai
luhur Pancasila diindikasikan mulai dilupakan masyarakat Indonesia.Sendi-sendi kehidupan
di masyarakat sudah banyak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila. Pancasila
sendiri telah mengalami masa pasang surut, mulai dari era kemerdekaan sampai yang terkini
yakni era Paling Baru. Setelah mengalami masa pasang surut namun eksistensi Pancasila
tidak pernah habis karena nilai-nilai dalam sila-sila tersebut memang nilai-nilai yang hidup
dan berkembang di dalam masyarakat bangsa ini.
Namun sekarangini, Pancasila yang harusnya dijadikan panutan, telah ditinggalkan
oleh sebagian masyarkat bangsa ini bahkan yang lebih mengiris hati saat para penyelenggara
pemerintahan juga telah meninggalkannya dalam aturan-aturan yang mereka buat, entah
lupa atau memang tidak tahu mereka selau membuat aturan-aturan yang nilainya sangat jauh
dengan esensi yang terkandung di dalam Pancasila.
Sehubungan dengan dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan ini
menyerukan kepada seluruh warga dan semua pihak untuk mendorong wakil-wakil rakyat
yang memperoleh amanat untuk bertugas di Lembaga Legislatif, juga pejabat negara yang
memperoleh amanat untuk bertugas di Lembaga Eksekutif, untuk sesegera mungkin
merencanakan dan menyusun Undang-Undang Tentang Aktualisasi Nilai-Nilai serta
Eksistensi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. 
2. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini, antara lain:
1. Apa pengertian Pancasila?
2. Apa pengertian eksistensi?
3. Apa eksistensi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
3. Tujuan Permasalahan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Agar mengetahui maksud dari Pancasila
2. Agar mengetahui maksud dari eksistensi
3. Agar mengetahui eksistensi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pancasila
A. Pengertian Pancasila secara etimologis
Secara etimologis istilah Pancasila berasal dari Sansekerta dari India (bahasa kasta
Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad
Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan Pancasila memilki dua macam arti secara
leksikal yaitu:“panca” artinya lima, “syila” vokal I pendek artinya batu sendi, alas, atau
dasar dan “syiila” vokal i pendek artinya peraturan tingkah laku yang baik, yang penting
atau yang senonoh.
Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa diartikan
susila yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu secara etimologis kata
Pancasila yang dimaksudkan adalah adalah istilah “Panca Syilla” dengan vokal i pendek
yang memilki makna leksikal berbatu sendi lima atau secara harfiah dasar yang memiliki
lima unsur. Adapun istilah “Panca Syiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan
tingkah laku yang penting.
B. Pengertian Pancasila secara Historis
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr.
Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada
sidang tersebut. Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara
Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang
pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945
di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan (tanpa teks) mengenai calon
rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama “Pancasila” yang
artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu
seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya,
kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya Undang-Undang
Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 di mana didalamnya termuat isi rumusan
lima prinsip atau lima prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah

2
umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah
“Pancasila”, namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut
dengan istilah “Pancasila”. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam
rangka pembentukan calon rumusan dasar negara, yang secara spontan diterima oleh
peserta sidang secara bulat.
C. Pengertian Pancasila secara Terminologis
Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara
Republik Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagaimana
lazimnya negara-negara yang merdeka, maka panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) segera mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945
telah berhasil mengesahkan UUD negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD
1945. Adapun UUD 1945 terdiri atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-
pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal, 1 aturan Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal
dan 1 Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.
Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut
tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah
yang secara konstisional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang
disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.
2. Pengertian Eksisitensi
Eksistensi atau keberadaan berasal dari kata bahasa latin existere yang artinya
muncul, ada, timbul, memiliki keberadaan actual. Existere disusun dari ex yang artinya
keluar dan sistere yang artinya tampil atau muncul. Terdapat beberapa pengertian tentang
keberadaan yang dijelaskan menjadi 4 pengertian. Pertama, keberadaan adalah apa yang ada.
Kedua, keberadaan adalah apa yang memiliki aktualitas. Ketiga, keberadaan adalah segala

3
sesuatu yang dialami dan menekankan bahwa sesuatu itu ada. Keempat, keberadaan adalah
kesempurnaan.
Sedangakan Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Eksistensi adalah keberadaan,
kehadiran yang mengandung unsur bertahan.

3. Eksistensi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara


A. Hakikat, Kedudukan dan Nilai-nilai yang Terkandung dalam Pancasila
Sebuah negara membutuhkan landasan filosofis untuk menyusun tujuan negara.
Keberadaan Pancasila sebagai dasar negara dewasa ini mendapat sorotan publik.
Berbagai pendapat negatif terkait Pancasila perlu diluruskan agar tidak terseret pada
dogma-dogma menyesatkan. Bangsa Indonesia mengenal istilah Pancasila jauh sebelum
Indonesia merdeka. Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia telah diterima secara
luas dan telah bersifat final. Hal ini kembali ditegaskan dalam Ketetapan MPR No
XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia No.II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila sebagai Dasar Negara Ketetapan MPR No. I/MPR/2003 tentang Peninjauan
Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tahun
1960 sampai dengan tahun 2002. Selain itu, Pancasila sebagai dasar negara merupakan
hasil kesepakatan bersama para founding fathers yang kemudian sering disebut sebagai
sebuah “Perjanjian Luhur” bangsa Indonesia. Namun, dibalik itu terdapat sejarah
panjang perumusan sila-sila Pancasila dalam perjalanan ketatanegaraan Indonesia.
Pembahasan sejarah perumusan Pancasila begitu sensitif dan dapat mengancam
keutuhan Negara Indonesia. Hal ini dikarenakan begitu banyak polemik serta
kontroversi yang akut dan berkepanjangan baik mengenai siapa pengusul pertama
sampai dengan pencetus istilah Pancasila. Penempatan rumusan yang lebih awal tidak
mengurangi substansi dan orisinalitas fakta sejarah yang ada.
Dari kronik sejarah setidaknya ada beberapa rumusan Pancasila yang pernah
muncul. Rumusan Pancasila yang satu dengan rumusan yang lain ada yang berbeda
namun ada pula yang sama. Secara berturut-turut akan dikemukakan rumusan dari Moh.

4
Yamin, Soekarno, Piagam Jakarta, hasil BPUPKI, hasil PPKI, Konstitusi RIS, UUD
sementara, UUD 1945 (Dekrit Presiden 5 Juli 1959), versi berbeda, dan versi populer
yang berkembang di masyarakat.
Pancasila merupakan hasil pemikiran para pendiri bangsa yang biasa dikenal
dengan Piagam Jakarta. Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang
resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu :
• Lima Dasar oleh Mohammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945.
Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri
Ketuhanan, Peri kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima
sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup
ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia Mohammad Hatta dalam
memonya meragukan pidato Yamin tersebut.
• Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945. Soekarno
mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan, Internasionalisme, Mufakat,
Dasar Perwakilan, Dasar Permusyawaratan, Kesejahteraan, dan Ketuhanan. Nama
Pancasila itu diucapakan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juli itu,
katanya: Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat,
kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi
saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa—namanya adalah
Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan
negara Indonesia, kekal dan abadi.
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa
dokumen penetapannya adalah:
• Rumusan Pertama: Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945
• Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-Undang Dasar tanggal 18 Agustus 1945
• Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat tanggal 27
Desember 1949
• Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-Undang Dasar Sementara tanggal 15
Agustus 1950

5
• Rumusan Kelima: Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk
Dekrit Presiden 5 Juli 1959)
Piagam Jakarta merupakan kristalisasi dari kebudayaan bangsa Indonesia yang
menjadi sumber insipirasi dan motivasi para pendiri bangsa untuk membentuk suatu
negara merdeka yang lebih baik. Pancasila lahir dari kebudayaan bangsa Indonesia,
bukan berasal dari negara lain. Sehingga pada hakekatnya Pancasila merupakan
manifestasi bangsa Indonesia yang sudah tumbuh dalam jiwa manusia Indonesia dan
kemudian di aplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konstruksi UUD
1945 secara eksplisit tidak menjelaskan tentang kata Pancasila. Namun, secara implisit
sila-sila yang terkandung dalam Pancasila tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alinea
keempat berbunyi, “Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan
negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Tuhan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Hal ini berarti bahwa nilai-nilai
Pancasila secara sah diakui oleh Bangsa Indonesia dan dijadikan sebagai dasar dalam
mencapai tujuan negara. Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia yang
disepakati sejak bangsa Indonesia memproklamasikan diri sebagai negara yang merdeka
baik dari politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan-kemanan pada tanggal 17
Agustus 1945. Segala pengaturan penyelengaraan kehidupan kenegaraan harus mengacu
pada Pancasila.
Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, selanjutnya
dituangkan dalam batang tubuh UUD 1945 dalam bentuk pasal-pasal, kemudian
dituangkan dalam wujud berbagai peraturan perundang-undangan lainnya secara
tertulis. Sedangkan, peraturan lainnya yang tidak tertulis terpelihara dalam konvensi
atau kebiasaan warga dan tata negaraan. Dalam kaitannya Pancasila mempunyai sifat
mengikat dan keseharusan atau bersifat imperatif, artinya sebagai norma hukum yang
tidak boleh dilanggar atau dikesampingkan. Nilai-nilai dasar dalam Pancasila yakni nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Adapun penjelasan
mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai berikut:

6
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Kata kunci dalam sila pertama ini adalah Tuhan. Dalam sila pertama
terkandung nilai Ketuhanan antara lain:
a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
b. Membina kerukunan hidup antara sesama umat pemeluk agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
c. Kebebasan memeluk agama merupakan hak yang bersifat asasi sehingga tidak
memaksakan suatu agama atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
terhadap orang lain.
d. Nilai sila pertama menjiwai nilai sila kedua, ketiga, keempat dan kelima.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kedua merupakan kesesuaian dengan hakekat manusia. Hanya orang yang
sadar akan dirinya adalah manusia yang akan bisa memperlakukan orang lain sebagai
manusia makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Dengan adanya sikap saling menghargai
setiap manusia, maka akan timbul persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban
asasi manusia tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan jenis kelamin. Hormat
menghormati, saling bekerjasama, tenggang rasa, dan teposeliro merupakan sebagian
perwujudan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan antara lain:
a. Pengakuan terhadap martabat manusia
b. Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia
c. Pengertian manusia yang beradab, memiliki daya cipta, rasa dan karsa serta
keyakinan, sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan
d. Nilai sila kedua ini dijiwai sila pertama, dan menjiwai sila ketiga, keempat serta
kelima.
3. Persatuan Indonesia
Pengakuan terhadap nilai-nilai Kemanusiaan berdasarkan Ketuhanan adalah
modal awal bagi terciptanya persatuan bangsa Indonesia. Sikap yang mampu
menempatkan kepentingan bangsa Indonesia diatas kepentingan pribadi dan
golongan, serta persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika. Pada sila ketiga
terkandung nilai peraturan bangsa antara lain:

7
a. Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendalami wilayah Indonesia.
b. Bangsa Indonesia adalah bangsa persatuan suku-suku bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia.
c. Pengakuan terhadap ke-Bhineka Tunggal Ika-an suku bangsa (etnis) dan
kebudayaan bangsa yang berbeda.
d. Nilai sila ketiga dijiwai sila pertama dan kedua serta menjiwai sila keempat dan
kelima.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap bangsa Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Setiap warga negara berhak mendapatkan
penghidupan yang layak, pendidikan dan pengakuan keagamaan. Kerakyatan
merupakan kata kunci pada sila keempat. Hal ini berarti rakyat mempunyai
kedudukan yang tinggi dalam penyelengaraan sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia. Kedaulatan negara ditangan rakyat, maka segala keputusan diutamakan
dengan musyawarah untuk mencapai mufakat. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila
keempat antara lain:
a. Kedaulatan negara ditangan rakyat.
b. Dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi
atau golongan.
c. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
d. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil rakyat yang amanahnya untuk
melaksanakan permusyawaratan.
e. Sila keempat dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga serta menjiwai sila kelima.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Hakekat dari sila kelima adalah adil, yaitu kesesuaian dengan hakekat adil.
Kata adil dapat diartikan dengan tidak memihak, memberikan yang bukan hak,
mengambil hak, adil terhadap diri sendiri dan orang lain. Perwujudan keadilan sosial
dalam kehidupan sosial atau kemasyrakatan meliputi seluruh rakyat Indonesia.
Keadilan dalam bidang sosial terutama meliputi bidang-bidang ideologi, politik,

8
ekonomi, sosial, budaya pertahanan dan keamanan nasional. Nilai-nilai yang
terkandung dalam sila kelima meliputi:
a. Mengembangkan sikap adil terhadap sesame.
b. Mengembangkan perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotong-royongan.
c. Cinta akan kemajuan dan pembangunan.
d. Sila kelima dijiwai sila pertama, kedua, ketiga dan keempat.
Nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi jembatan persatuan dan kesatuan
bangsa. Apabila jiwa manusia Indonesia tidak menaikkan nilai-nilai Pancasila maka
akan menjadi jembatan penghubungan persaudaraan antar suku. Sehingga pelanggaran
terhadap hukum maupun konflik suku, ras antar golongan dapat terhindarkan.
B. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka, Dinamis, dan Remofmatif
Pengertian Ideologi secara harfiah berarti a system of ideas yakni suatu rangkaian
ide yang terpadu menjadi satu. Mubyarto menjelaskan bahwa ideologi adalah sejumlah
doktrin, kepercayaan dan simbol-simbol kelompok masyarakat atau suatu bangsa yang
menjadi pegangan dan pedoman kerja atau pedoman untuk mencapai tujuan bangsa itu.
Karakterisasi ideologi sebagai pandangan dirumuskan sebagai berikut:
a. Ideologi sering kali muncul dan berkembang dalam situasi krisis
b. Ideologi memiliki jangkauan yang luas, beragam dan terprogram
c. Ideologi mencakup beberapa strata pemikiran dan panutan
d. Ideologi memiliki pola pemikiran yang sistemis
e. Ideologi cenderung eksklusif, absolute dan universal
f. Ideologi memiliki sifat empiris dan normatif
g. Ideologi dapat dioperasionalkan dan didokumentasikan konseptualisasinya
h. Ideologi biasanya terjalin dalam gerakan-gerakan politik
Fungsi ideologi bagi suatu bangsa antara lain:
a) Sebagai sarana untuk memformulasikan dan mengisi kehidupan manusia secara
individual
b) Sebagai jembatan pergesaran kendali kekuasan dari generasi tua (founding fathers)
dengan generasi muda

9
c) Sebagai kekuatan yang mampu memberi semangat dan motivasi individu, masyarakat,
dan bangsa untuk menjalani kehidupan dalam mencapai tujuan.
Pancasila sebagai pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia dalam
pelaksanaannya tidak boleh bertentangan dengan norma-norma kehidupan, baik agama,
kesusilaan, hukum, maupun sopan santun yang berlaku dalam kehidupan masyrakat
Indonesia.
Sebagai ideologi, Pancasila bersifat terbuka, dinamis dan formatif. Pancasila
sebagai ideologi terbuka memiliki arti bahwa Pancasila mengandung nilai-nilai dasar
tetap berlaku universal dan tidak langsung bersifat operasional. Arti kata terbuka
menurut Poespowardojo dalam Tobroni bahwa nilai-nilai yang ada dalam Pancasila
tersebut bisa dimaknai, dijabarkan dan interpretasi secara kritis, kreatif, dan rasional
oleh bangsa Indonesia sehingga mudah di operasionalkan menurut Kaelan, nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila sebagai ideologi “terbuka” adalah sebagai berikut:
a. Nilai dasar, yaitu hakekat kelima sila Pancasila tersebut
b. Nilai instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan stategi, sasaran serta lembaga
pelaksanaannya
c. Nilai praktis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi
pengalaman yang bersifat nyata, dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara.
Berbeda dengan indikator ideologi terbuka yang mempunyai prinsip-prinsip
antara lain:
a) Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat
b) Bukan berupa nilai dan cita-cita
c) Kepercayaan dan kesetiaan yang kaku. Pancasila bukanlah ideologi yang tertutup
karena indikator dari ideologi tertutup tersebut bertolak belakang dengan Pancasila
d) Terdiri atas tuntunan konkret dan operasional yang diajukan secara mutlak
Selanjutnya, dikatakan sebagai ideologi yang dinamis, karena nilai-nilai dalam
Pancasila tersebut perlu dikembangkan sesuai dengan dinamika perkembangan
kehidupan manusia Indonesia. Nilai-nilai dasar yang tetap dalam Pancasila selalu
mengisi segala bentuk perubahan kehidupan manusia Indonesia. Dinamisasi nilai-nilai
Pancasila itu penting agar Pancasila tidak menjadi beku, kaku dan membelenggu.

10
Pancasila dianggap sebagai ideologi yang reformatif memiliki arti bahwa nilai-
nilai dalam Pancasila itu secara operasional bisa bersifat aktual, antisipatif, adaptif dan
bisa diperbarui maknanya. Pembaruan makna bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar
tetap yang terkandung didalamnya, tetapi mengeksplisitkan wawasan dan kandungan
secara konkrit sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan
masalah-masalah aktual yang senantiasa muncul dan berkembang seiring dengan
aspirasi rakyat, perkembangan IPTEK, dan perkembangan kehidupan bangsa Indonesia
secara luas. Dewasa ini bukti bahwa Pancasila sebagai ideologi yang reformatif dapat
dilihat dengan munculnya banyak partai politik, perubahan terhadap UUD 1945, dan
persamaan kedudukan dihadapan hukum yang sekarang gencar ditegakkan.
C. Pancasila Sebagai Moral Pembangunan
Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan
makmur yang merasa materiil, spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, rakyat
dalam suasana peri kehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis serta
dalam lingkungan pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
Pada hakekatnya pembangunan merupakan upaya untuk melakukan perubahan
dari suatu kondisi ke kondisi yang lebih baik. Setiap negara membutuhkan
pembangunan untuk melakukan perubahan sosial menuju ke suatu tujuan yang
ditentukan dan disepakati bersama. Perubahan yang dilaksanakan dapat bersifat evolusi
dan revolusi. Perubahan menuju ke arah yang dicita-citakan itu biasa dikenal dengan
istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan berbagai upaya
dilakukan secara konstuktif dan terencana untuk cita-cita masyarakat atau tujuan
nasional. Agar semua itu bisa terwujud dan terlaksana sesuai dengan kehendak dan cita-
cita masyarakat, pembangunan harus berlandaskan kepada ideologi bangsa yang
bersangkutan. Maka dari itu pembangunan di Indonesia berdasarkan Pancasila.
Pembangunan nasional Indonesia berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasan. Demikian
halnya dengan pelaku-pelaku pembangunan, segala aktivitas hendaknya diupayakan
untuk mencapai tujuan hidup bersama, bukan hanya demi kepentingan sesaat masing-
masing pihak. Pancasila juga dijadikan dasar berperilaku serta bersikap pelaku

11
pembangunan. Apabila hal itu tidak dilakukan pembangunan nasional tidak akan
berjalan dengan lancar dan sesuai kepentingan rakyat.
Suatu pembangunan nasional secara langsung atau tidak langsung didasarkan
pada landasan falsafah bangsa yang menjadi keyakinan dan budaya masyarakat yang
bersangkutan. Falsafah yang diyakini dan telah berakar dalam masyarakat adalah dasar
semua tingkah laku masyarakat. Demikian halnya pembangunan nasional dalam bidang
ekonomi. Masyarakat dengan sistem perekonomian bentuk apa pun selalu memiliki
empat tugas pokok dalam pembangunan bidang ekonomi sebagai berikut:
1. Menentukan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan dalam masyarakatnya
dalam jumlah berapa banyak, dimana (di daerah mana) serta dengan cara apa barang
atau jasa tersebut diproduksi dengan cara paling baik.
2. Mengalokasikan seluruh barang dan jasa yang dihasilkan yaitu: (GDP) (Grass
Domestic Product) diantara para konsumen perorangan/individu (misalnya sepeda
motor, pakaian, alat-alat rumah tangga dan sebagainya); penggantian barang modal
yang harus selama berlangsungnya proses produksi (bangunan, jalan, mesin,
peralatan, dan sebagainya); serta pertumbuhan ekonomi dimasa datang melalui
investasi baru atau tambahan net untuk cadangan modal.
3. Menetapkan bagaimana pendistribusian semua keuntungan (pendapatan nasional)
diantara anggota masyarakat, dalam bentuk gaji, pembayaran, bunga, sewa,
pembagaian laba, dan sebagainya.
4. Siapa yang membuat keputusan yang menyangkut produksi dan distribusi
pendapatan nasional dan untuk siapa keputusan tersebut dibuat.
Upaya untuk melaksanakan keempat tugas tersebut dilaksanakan dengan cara
menjalankan sistem ekonomi. Mulai dengan cara desentralisasi dalam pengambilan
keputusan dengan berpedoman pada batas-batas pemilikan sumber daya swasta
(kapitalisme pasar) sampai perencanaan terpusat dan pengawasan atas pemilikkan
sumber daya oleh masyarakat (ekonomi sosialis).
D. Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pembahasan mengenai etika tentu tidak dapat dilepaskan dari nilai. Nilai adalah
apa yang dianggap bernilai atau berharga yang menjadi landasan, pedoman, pegangan,
dan semangat seorang dalam melaksanakan sesuatu. Nilai dapat dipandang sebagai apa

12
yang berharga yang dijadikan standar berkelakuan. Standar berkelakuan yang dimaksud
dapat berwujud agama (dosa-pahala, halal-haram, benar-salah, menurut agama); etika
(hak-kewajiban, bermoral-tidak bermoral, adil-tidak adil, jujur-tidak jujur, tanggung
jawab-tidak tanggung jawab dan lain sebagainya); estetika (indah-tidak indah, bagus-
buruk, pada tempatnya-tidak pada tempatnya); hukum (sah-tidak sah, boleh-tidak boleh
secara hukum, sesuai peraturan-melanggar peraturan dan sebagainya).
Fungsi dan nilai kegunaan itu adalah untuk melandasi, mengarahkan,
mengendalikan dan menentukan kelakuan seseorang. Ada perilaku-perilaku yang
berlandaskan dan diarahkan oleh nilai yang dihargai pelakunya dan ada juga kelakuan-
kelakuan yang tanpa berlandaskan nilai. Hal ini bisa saja karena bersifat mekanis atau
behavioristik, ikut-ikutan atau karena asal-asalan. Misalnya buku ilmiah yang populer
adalah suatu barang yang bernilai tinggi bagi para penstudi, sehingga adanya suatu buku
sangat berharga bagi para penstudi (ke sekolah/kampus membaca buku sebagai
penambah ilmu pengetahuan).
Sesuai dengan jenisnya, Spranger mengklarifikasikan nilai menjadi:
1. Nilai pengetahuan,
2. Nilai sosial,
3. Nilai ekonomi,
4. Nilai kekuasaan,
5. Nilai estetis, dan
6. Nilai agama.
Phenix dalam Margono dkk mengklarifikasikan nilai sebagai berikut:
1. Nilai simbolis (bahasa, matematika, bahasa isyarat, ritual-ritual dan sistem simbol
lainnya)
2. Empiris (ilmu pengetahuan); estetis (seni); etis (makna-makna moral)
3. Sinnoetis (pengalaman-pengalaman atau pengetahuan relasional yang bersifat pribadi)
4. Sinoptis (seperti agama, filsafat, sejarah)
E. Pancasila Sebagai Landasan Teori Hukum Indonesia
Kemerdekaan Indonesia yang dinyatakan dalam Proklamasi 17 Agustus 1945
memberi arti berlakunya tata hukum nasional dan tidak berlakunya tata hukum kolonial.
Tata hukum yang baru tersebut dilandaskan pada kerohanian Pancasila, jadi tata hukum

13
itu dapat disebut sebagai Sistem Hukum Pancasila. Salah satu usaha untuk
mengorganisasikan kehidupan masyarakat antara lain dengan jalan hukum. Suatu
bangsa, sadar atau tidak, selalu dihadapkan pada suatu pertanyaan fundamental terlebih
dahulu, yaitu bagaimana pandangan mengenai manusia dalam masyarakat. Pancasila
adalah jawaban bangsa Indonesia terhadap pertanyaan dasar tersebut yang dinyatakan
secara sadar dan eksplisit. Kedudukan Pancasila niscaya merupakan wawasan
kemanusiaan dan kemasyarakatan yang terdalam mengenai keharusan-keharusan yang
dikehendakinya.
Teorisasi hukum secara mendasar Pancasila akan memunculkan Teori Hukum
Pancasila. Teorisasi tersebut terjadi atas dasar kesadaran bahwa pengorganisasian
masyarakat di dasarkan pada Pancasila, termasuk sistem hukumnya. Penyusunan sistem
hukum Pancasila sudah diamanatkan sejak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945,
khususnya pada bagian pembukaan. Hukum adalah bidang yang paling jelas
mendapatkan tugas untuk berbenah atas dasar Pancasila. Bahwa sampai sekarang tugas
tersebut belum diselesaikan dengan baik adalah soal lain. Perkembangan tersebut
merupakan bagian penting yang dapat dijelaskan dari adanya hubungan kait-mengait
yang erat antara hukum dengan bidang-bidang lain dalam masyarakat. Hukum bukan
lembaga yang memiliki otonomi penuh untuk menata masyarakat. Apa yang dapat
dilakukan oleh hukum banyak tergantung dan ditentukan oleh interaksinya dengan
proses dan kekuatan lain dalam masyarakat.
Negara Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum sehingga segala aspek
ketatanegaraan harus berdasar pada hukum positif. Segala ide dan konsep yang tercipta
entah itu sistem ekonomi Pancasila atau sistem Politik Pancasila, hanya dapat dilakukan
apabila terdapat hukum. Kaitannya dengan hal tersebut hukum merupakan saringan yang
harus dilalui oleh konsep dan sistem tersebut agar dapat dijalankan atau terwujud. Dan
disinilah pentingnya Pancasila dalam pembangunan hukum di Indonesia. Segala bentuk
aturan yang akan diberlakukan (menjadi hukum positif) terlebih dahulu harus
disesuailan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Karena lima dasar
negara itulah yang akan menjadi barometer dalam membentuk suatu aturan yang bersifat
hierarkis. Aturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan yang lebih tinggi.
Dengan demikian, substansi hukum yang dikembangkan harus merupakan perwujudan

14
atau penjabaran sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Artinya, substansinya produk
hukum merupakan karakter produk hukum yang responsif (untuk kepentingan rakyat
dan merupakan perwujudan aspirasi rakyat).
F. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, paradigma berarti kerangka berpikir.
Paradigma adalah suatu pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang
menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang atau displin ilmu
pengetahuan. Dengan demikian paradigma merupakan alat bantu bagi ilmuwan dalam
merumuskan apa yang harus dipelajari, persoalan-persoalan apa yang harus dijawab,
bagaimana seharusnya menjawab, serta aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam
menginterpretasikan ilmu yang diperoleh.
Pancasila sebagai paradigma kehidupan berarti Pancasila merupakan
dasar/kerangka berpikir/fondasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bangsa
Indonesia memandang dunia dalam kerangka Pancasila yang menjadi dasar negara
Republik Indonesia. Misalnya dalam melaksanakan pembangunan nasional. Bangsa
Indonesia menjadikan Pancasila sebagai barometer keberhasilan pembangunan. Apakah
pembangunan nasional yang dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila, atau malah bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Begitu juga
dalam hal perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga berdasarkan Pancasila.
Segala ilmu pengetahuan yang berkembang di Indonesia disesuaikan dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Tidak semua ilmu pengetahuan dan teknolgi dapat
berkembang di Indonesia.
Sebagai paradigma kehidupan, Pancasila menjadi pedoman dan pegangan bagi
tercapainya persatuan dan kesatuan dikalangan warga bangsa dan membangun pertalian
batin antar warga negara dan tanah airnya. Dengan ideologi nasional yang mantap
seluruh dinamika sosial, budaya, dan politik dapat diarahkan untuk menciptakan peluang
positif bagi pertumbuhan kesejahteraan bangsa.

15
BAB II
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pancasila adalah landasan dari segala keputusan bangsa dan menjadi ideologi tetap
bangsa serta mencerminkan kepribadian bangsa. Pancasila merupakan ideologi bagi negara
indonesia dalam hal ini pancasila di pergunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan
negara. Eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan.
Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia. Pancasila sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945, selanjutnya dituangkan dalam batang tubuh UUD 1945 dalam
bentuk pasal-pasal, kemudian dituangkan dalam wujud berbagai peraturan perundang-
undangan lainnya secara tertulis. Sedangkan, peraturan lainnya yang tidak tertulis terpelihara
dalam konvensi atau kebiasaan warga dan tata negaraan. Dalam kaitannya Pancasila
mempunyai sifat mengikat dan keseharusan atau bersifat imperatif, artinya sebagai norma
hukum yang tidak boleh dilanggar atau dikesampingkan. Nilai-nilai dasar dalam Pancasila
yakni nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi jembatan persatuan dan kesatuan
bangsa. Apabila jiwa manusia Indonesia tidak menaikkan nilai-nilai Pancasila maka akan
menjadi jembatan penghubungan persaudaraan antar suku. Sehingga pelanggaran terhadap
hukum maupun konflik suku, ras antar golongan dapat terhindarkan.
2. Saran
Saran saya sebagai penulis kepada para pembaca diharapkan bisa tetap menjaga
Eksistensi Pancasila dalam menghadapi tantangan zaman, serta bisa mengambil hal-hal
positif dari efek perkembangan zaman dengan tetap berpegang teguh kepada pancasila
sebagai dasar negara sehingga bisa membantu pembangunan dan perkembangan negara serta
menjaga keutuhan nilai-nilai Pancasila.

16
DAFTAR PUSTAKA
https://pancasila.weebly.com/pengertian-pancasila.html

https://beritalima.com/pengertian-pancasila-dan-perkembangannya/

http://digilib.unila.ac.id/4230/14/BAB%20II.pdf

http://maludinp.blogspot.com/2015/05/eksistensi-pancasila-dalam-kehidupan_25.html

17

Anda mungkin juga menyukai