Anda di halaman 1dari 28

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA :

1. PANCASILA DAN AGAMA

2. PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA

Nama Kelompok :
1. Astri Maulida (1600023134)
2. Rifdah Rizal (1600023135)
3. Suluh Wiji Murti Pambajeng (1600023136)
4. Navyola Rosdiana J.Y (1600023137)
5. Wardatun Jamilah (1600023138)
6. Putriani (1600023139)
7. Muthia (1600023140)
8. Nidaul Makwa (1600023141)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah pancasila dan ideologi negara serta pancasila dan ideologi
dunia.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai Pancasila sebagai Ideologi
Negara, Pancasila dan Agama.Makalah ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai pancasila sebagai dasar
negara.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 11 Maret 2017

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila sebagai ideologi negara, dan pemersatu bangsa Indonesia, yang


memiliki keragaman agama, suku, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, serta warna kulit
yang berbeda satu sama lain. Khususnya dalam keragaman agama di Indonesia, warga
negara Indonesia di haruskan untuk saling menghormati dan saling menghargai antar
umat beragama.
Agama adalah dasar manusia untuk menjalani hidup dan sebagai pedoman bagi
manusia untuk menuju kearah kebenaran. Dalam sila pertama pancasila adalah
agama. Hal ini menunjukkan bahwa agama sangat penting dan utama dalam pancasila.
Sila ke-2 sampai ke-5 dalam pancasila, semua bersumber dari sila pertama. Setiap
warga negara Indonesia berhak memiliki agama dan wajib memilikinya. Mereka yang
tidak memiliki agama belum dapat menjadi warga negara dan menjalankan nilai
pancasila. Setiap diri harus belajar mengenal agamanya dan mengerti tentang
pancasila sesuai dengan sila-sila pancasila.
Namun, sekarang banyak pemuda yang beragama tapi kurang memahami dan
mengerti agama mereka masing-masing. Ketidakpahaman beragama membuat
banyaknya terjadi tindak kejahatan kriminal yang merugikan banyak orang serta
merusak citra pancasila sebagai ideologi negara. Kurangnya pemahaman mereka
tentang ideologi pancasila dan agama yang mereka yakini, dengan sangat mudah bagi
orang-orang yang ingin menghancurkan Indonesia, memanfaatkan ketidakpahaman
yang mereka miliki.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pancasila sebagai ideologi negara?
2.Bagaimana hubungan antara pancasila dan agama?
3. bagaimana hubungan antara pancasila dan ideologi dunia ?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian pancasila sebagai ideologi negara
2. Memaparkan bagaimana hubungan antara pancasila dan agama
3. Memarpapankan bagaimana hubungan antara pancasila dengan ideologi dunia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Ideologi berasal dari kata idea (Inggris), yang artinya gagasan,
pengertian.Kata kerja Yunani oida = mengetahui, melihat dengan budi. Kata
logi yang berasal dari bahasa Yunani logos yang artinya pengetahuan.
Jadi Ideologimempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-gagasan,
pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian-
pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari menurut Kaelan idea
disamakan artinya dengan cita-cita.Dalam perkembangannya terdapat
pengertian Ideologi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Istilah Ideologi
pertama kali dikemukakan oleh Destutt de Tracyseorang Perancis pada
tahun 1796. Menurut Tracy ideologi yaitu science of ideas, suatu program
yang diharapkan dapat membawa perubahan institusionaldalam masyarakat
Perancis. Karl Marx mengartikan Ideologi sebagai pandanganhidup yang
dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosialtertentu
dalam bidang politik atau sosial ekonomi. Gunawan
Setiardjomengemukakan bahwa ideologi adalah seperangkat ide asasi
tentang manusia danseluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita
hidup. Ramlan Surbaktimengemukakan ada dua pengertian Ideologi yaitu
Ideologi secara fungsional danIdeologi secara struktural. Ideologi secara
fungsional diartikan seperangkatgagasan tentang kebaikan bersama atau
tentang masyarakat dan negara yangdianggap paling baik. Ideologi secara
fungsional ini digolongkan menjadi duatipe, yaitu Ideologi yang doktriner
dan Ideologi yang pragmatis. Ideologi yangdoktriner bilamana ajaran-ajaran
yang terkandung di dalam Ideologi itudirumuskan secara sistematis, dan
pelaksanaannya diawasi secara ketat olehaparat partai atau aparat
pemerintah. Sebagai contohnya adalah komunisme.Sedangkan Ideologi
yang pragmatis, apabila ajaran-ajaran yang terkandung didalam Ideologi
tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci, namundirumuskan
secara umum hanya prinsip-prinsipnya, dan Ideologi itudisosialisasikan
secara fungsional melalui kehidupan keluarga, sistem pendidikan, system
ekonomi, kehidupan agama dan sistem politik. Pelaksanaan Ideologi yang
pragmatis tidak diawasi oleh aparat partai atau aparat pemerintah
melainkandengan pengaturan pelembagaan (internalization), contohnya
individualisme atauliberalisme. Ideologi secara struktural diartikan sebagai
sistem pembenaran,seperti gagasan dan formula politik atas setiap kebijakan
dan tindakan yangdiambil oleh penguasa. Dengan demikian secara umum
dapat ditarik kesimpulan bahwa Ideologi adalah kumpulan gagasan-
gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinanyang menyeluruh dan sistematis,
yang menyangkut berbagai bidang kehidupanmanusia. Notonegoro
sebagaimana dikutip oleh Kaelan mengemukakan, bahwaIdeologi negara
dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi dasar bagisuatu
sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan
padahakikatnya merupakan asas kerokhanian yang antara lain memiliki
ciri:1) Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan
dankenegaraan;2) Mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia,
pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan,
diamalkan, dilestarikankepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan
dipertahankan dengankesediaan berkorban.Ideologi merupakan cerminan
cara berkir orang atau masyarakatyang sekaligus membentuk orang atau
masyarakat itu menuju cita-citanya.Ideologi merupakan sesuatu yang
dihayati menjadi suatu keyakinan. Ideologimerupakan suatu pilihan yang
jelas membawa komitmen (keterikatan) untuk mewujudkannya. Semakin
mendalam kesadaran ideologis seseorang, maka akansemakin tinggi pula
komitmennya untuk melaksanakannya. Komitmen itutercermin dalam sikap
seseorang yang meyakini ideologinya sebagai ketentuanyang mengikat,
yang harus ditaati dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan pribadi
ataupun masyarakat. Ideologi berintikan seperangkat nilai yang
bersifatmenyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh
seseorang atau suatumasyarakat sebagai wawasan atau pandangan hidup
mereka. Melalui rangkaiannilai itu mereka mengetahui bagaimana cara yang
paling baik, yaitu secara moralatau normatif dianggap benar dan adil, dalam
bersikap dan bertingkah laku untuk memelihara, mempertahankan,
membangun kehidupan duniawi bersama dengan berbagai dimensinya.
Pengertian yang demikian itu juga dapat dikembangkanuntuk masyarakat
yang lebih luas, yaitu masyarakat bangsa.2.2 Pengertian Dasar NegaraDasar
Negara adalah landasan kehidupan bernegara. Setiap negara
harusmempunyai landasan dalam melaksanakan kehidupan bernegaranya.
Dasar negara bagi suatu negara merupakan suatu dasar untuk mengatur
penyelenggaraannegara.Dasar negara bagi suatu negara merupakan sesuatu
yang amat penting. Negara tanpa dasar negara berarti negara tersebut tidak
memiliki pedoman dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara, maka
akibatnya negara tersebut tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas,
sehingga memudahkan munculnyakekacauan. Dasar Negara sebagai
pedoman hidup bernegara mencakup cita-citanegara, tujuan negara, norma
bernegara. Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara menjadikan setiap
tingkah lakudan setiap pengambilan keputusan para penyelenggara negara
dan pelaksana pemerintahan harus selalu berpedoman pada Pancasila, dan
tetap memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur serta memegang
teguh cita-cita moral bangsa.Pancasila sebagai sumber nilai menunjukkan
identitas bangsa Indonesia yangmemiliki nilai-nilai kemanusiaan yang
luhur, hal ini menandakan bahwa denganPancasila bangsa Indonesia
menolak segala bentuk penindasan, penjajahan darisatu bangsa terhadap
bangsa yang lain. Bangsa Indonesia menolak segala bentuk kekerasan dari
manusia satu terhadap manusia lainnya, dikarenakan Pancasilasebagai
sumber nilai merupakan cita-cita moral luhur yang meliputi
suasanakejiwaan dan watak dari bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila
sebagai sumber acuan dalam menyusun etikakehidupan berbangsa bagi
seluruh rakyat Indonesia, maka Pancasila juga sebagai paradigm
pembangunan, maksudnya sebagai kerangka pikir, sumber nilai,orientasi
dasar, sumber asas serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan
perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu. Pancasila sebagai
paradigma pembangunan mempunyai arti bahwa Pancasila sebagai sumber
nilai, sebagaidasar, arah dan tujuan dari proses pembangunan. Untuk itu
segala aspek dalam
pembangunan nasional harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-
silaPancasila dengan mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia
secarakonsisten berdasarkan pada nilai-nilai hakikat kodrat
manusia.Pancasila mengarahkan pembangunan agar selalu dilaksanakan
demikesejahteraan umat manusia dengan rasa nasionalisme, kebesaran
bangsa dankeluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia di dunia.
Pembangunandisegala bidang selalu mendasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Di bidang Politik misalnya, Pancasila menjadi landasan bagi pembangunan
politik, dan dalam prakteknya menghindarkan praktek-praktek politik tak
bermoral dan tak bermartabat sebagai bangsa yang memiliki cita-cita moral
dan budi pekerti yangluhur. Segala tindakan sewenang- wenang penguasa
terhadap rakyat, penyalahgunaan kekuasaan dan pengambilan kebijaksanaan
yang diskriminatif dari penguasa untuk kepentingan pribadi dan
kelompoknya merupakan praktek- praktek politik yang bertentangan dengan
nilai-nilai Pancasila. Demikian jugasikap-sikap saling menghujat,
menghalalkan segala cara dengan mengadu dombarakyat, memfitnah,
menghasut dan memprovokasi rakyat untuk melakukantindakan anarkhis
demi kepuasan diri merupakan tindakan dari bangsa yangrendah martabat
kemanusiaannya yang tidak mencerminkan jati diri bangsaIndonesia yang
ber-Pancasila.Di bidang Hukum demikian halnya. Pancasila sebagai
paradigma pembangunan hukum ditunjukkan dalam setiap perumusan
peraturan perundang-undangan nasional yang harus selalu memperhatikan
dan menampung aspirasirakyat. Hukum atau peraturan perundang-undangan
yang dibentuk haruslahmerupakan cerminan nilai-nilai kemanusiaan,
kerakyatan dan keadilan. Nilai-nilaiPancasila menjadi landasan dalam
pembentukan hukum yang aspiratif. Pancasilamenjadi sumber nilai dan
sumber norma bagi pembangunan hukum. Dalam pembaharuan hukum,
Pancasila sebagai cita-cita hukum yang berkedudukansebagai peraturan
yang paling mendasar (Staatsfundamentalnorm) di NegaraKesatuan
Republik Indonesia. Pancasila menjadi sumber dari tertib hukum
diIndonesia. Pancasila menentukan isi dan bentuk peraturan perundang-
undangan diIndonesia yang tersusun secara hierarkhis. Pancasila sebagai
sumber hukum dasar nasional. Sebagai sumber hukum dasar, Pancasila juga
mewarnai penegakan hukum di Indonesia, dalam arti Pancasila menjadi
acuan dalam etika penegakanhukum yang berkeadilan yang bertujuan untuk
menumbuhkan kesadaran bahwatertib sosial, ketenangan dan keteraturan
hidup bersama hanya dapat diwujudkandengan ketaatan terhadap hokum
dan seluruh peraturan yang berpihak kepadakeadilan. Dengan demikian
perlu diwujudkan suatu penegakan hukum secara adil, perlakuan yang sama
dan tidak diskriminatif terhadap setiap warga negara dihadapan hukum, dan
menghindarkan penggunaan hukum dengan cara yang salahsebagai alat
kekuasaan dan bentuk bentuk manipulasi hukum lainnya.Di bidang Sosial
Budaya, Pancasila merupakan sumber normatif dalam pengembangan aspek
social budaya yang mendasarkan pada nilai-nilaikemanusiaan, nilai
Ketuhanan dan nilai keberadaban. Pembangunan di bidangsosial budaya
senantiasa mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat danmartabat
manusia sebagai makhluk yang beradab. Pembangunan bidang sosial
budaya menghindarkan segala tindakan yang tidak beradab, dan tidak
manusiawi,sehingga dalam proses pembangunan haruslah selalu
mengangkat nilai-nilai yangdimiliki bangsa Indonesia sendiri sebagai nilai
dasar yaitu nilai-nilai Pancasila.Untuk itulah perlu diperhatikan pula etika
kehidupan berbangsa yang bertolak darirasa kemanusiaan yang mendalam
dengan menampilkan kembali sikap jujur,saling peduli, saling memahami,
saling menghargai, saling mencintai, dan salingmenolongdi antara sesama
manusia.Dalam pembangunan sosial budaya perlu ditumbuhkembangkan
kembali budaya malu, yaitu malu berbuat kesalahan dan semua yang
bertentangan denganmoral agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Disamping itu perluditumbuhkembangkan budaya keteladanan yang
diwujudkan dalam perilaku para pemimpin baik formal maupun informal
pada setiap lapisan masyarakat. Hal iniakan memberikan kesadaran bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya tinggi, sehingga dapat
menggugah hati setiap manusia Indonesia untuk mampu melakukan
adaptasi, interaksi dengan bangsa lain, dan mampu melakukantindakan
proaktif sejalan dengan tuntutan globalisasi dengan penghayatan dan
pengamalan agama yang benar serta melakukan kreativitas budaya yang
lebih baik.
Di bidang Ekonomi, Pancasila juga menjadi landasan nilai dalam
pelaksanaan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang
berdasarkanatas nilai-nilai Pancasila selalu mendasarkan pada nilai
kemanusiaan, artinya pembangunan ekonomi untuk kesejahteraan umat
manusia. Oleh karenanya pembangunan ekonomi tidak hanya mengejar
pertumbuhan ekonomi sematamelainkan demi kemanusiaan dan
kesejahteraan seluruh bangsa, denganmenghindarkan diri dari
pengembangan ekonomi yang hanya berdasarkan pada persaingan bebas,
monopoli yang dapat menimbulkan penderitaan rakyat sertamenimbulkan
penindasan atas manusia satu dengan lainnya. Disamping itu etikakehidupan
berbangsa yang mengacu pada nilai-nilai Pancasila juga harusmewarnai
pembangunan di bidang ekonomi, agar prinsip dan perilaku ekonomidari
pelaku ekonomi maupun pengambil kebijakan ekonomi dapat
melahirkankondisi dan realitas ekonomi yang bercirikan persaingan yang
jujur, berkeadilan,mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi, daya
tahan ekonomi dankemampuan saing, serta terciptanya suasana yang
kondusif untuk pemberdayaanekonomi yang berpihak kepada rakyat kecil
melalui kebijakan secara berkesinambungan, sehingga dapat dicegah
terjadinya praktek-praktek monopoli,oligopoli, kebijakan ekonomi yang
mengarah kepada perbuatan korupsi, kolusi,dan nepotisme, diskriminasi
yang berdampak negatif terhadap efisiensi, persaingan sehat, dan keadilan
serta menghindarkan perilaku yang menghalalkansegala cara dalam
memperoleh keuntungan.2.3 Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Nilai-
nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan nilai-
nilaiKetuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Nilai-
nilai iniyang merupakan nilai dasar bagi kehidupan kenegaraan, kebangsaan
dankemasyarakatan. Nilai-nilai Pancasila tergolong nilai kerokhanian
yangdidalamnya terkandung nilai-nilai lainnya secara lengkap dan
harmonis, baik nilaimaterial, nilai vital, nilai kebenaran (kenyataan), nilai
estetis, nilai etis maupunnilai religius. Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi
bersifat objektif dan subjektif,artinya hakikat nilai-nilai Pancasila adalah
bersifat universal (berlaku dimanapun),sehingga dimungkinkan dapat
diterapkan pada negara lain. Jadi kalau ada suatu negara lain menggunakan
prinsip falsafah, bahwa negara berKetuhanan, berKemanusiaan,
berPersatuan, berKerakyatan, dan berKeadilan, maka Negara tersebut pada
hakikatnya menggunakan dasar lsafat dari nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai
Pancasila bersifat objektif, maksudnya adalah:1) Rumusan dari sila-sila
Pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalammenunjukkan adanya
sifat-sifat yang umum universal dan abstrak karenamerupakan suatu nilai;2)
Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan
bangsa Indonesia baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan,
kenegaraanmaupun dalam kehidupan keagamaan;3) Pancasila yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara
yang mendasar, sehingga merupakan sumber dari segalasumber hukum di
Indonesia.Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif, terkandung
maksud bahwakeberadaan nilai-nilai Pancasila itu bergantung atau terlekat
pada bangsaIndonesia sendiri. Hal ini dapat dijelaskan, karena:1) Nilai-nilai
Pancasila timbul dari bangsa Indonesia, sehingga bangsa Indonesiasebagai
penyebab adanya nilai-nilai tersebut;2) Nilai-nilai Pancasila merupakan
pandangan hidup bangsa Indonesia, sehinggamerupakan jati diri bangsa
yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran,kebaikan, keadilan dan
kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsadan bernegara;3)
Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung nilai-nilai kerokhanian,
yaitunilai kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis, dan
nilaireligius yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia dikarenakan
bersumber pada kepribadian bangsa. Oleh karena nilai-nilai Pancasila yang
bersifat objektif dan subjektif tersebut, maka nilai-nilai Pancasila bagi
bangsaIndonesia menjadi landasan, menjadi dasar serta semangat bagi
segalatindakan atau perbuatan dalam kehidupan bermasyarakat maupun
kehidupan bernegara. Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber nilai bagi
manusia Indonesiadalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara,
maksudnya sumber acuan dalam bertingkah laku dan bertindak dalam
menentukan dan menyusun tata aturan hidup berbangsa dan bernegara.Nilai-
nilai Pancasila merupakannilai-nilai yang digali, tumbuh dan berkembang
dari budaya bangsa Indonesiayang telah berakar dari keyakinan hidup
bangsa Indonesia. Dengan demikiannilai-nilai Pancasila menjadi ideology
yang tidak diciptakan oleh negaramelainkan digali dari harta kekayaan
rohani, moral dan budaya masyarakatIndonesia sendiri. Sebagai nilai-nilai
yang digali dari kekayaan rohani, moraldan budaya masyarakat Indonesia
sendiri, maka nilai-nilai Pancasila akanselalu berkembang mengikuti
perkembangan masyarakat Indonesia.Sebagaiideologi yang tidak diciptakan
oleh negara, menjadikan Pancasila sebagaiideologi juga merupakan sumber
nilai, sehingga Pancasila merupakan asaskerokhanian bagi tertib hukum
Indonesia, dan meliputi suasana kebatinan(Geistlichenhintergrund) dari
Undang-Undang Dasar 1945 serta mewujudkancita-cita hukum bagi hukum
dasar negara.Pancasila sebagai sumber nilaimengharuskan Undang-Undang
Dasar mengandung isi yang mewajibkan pemerintah, penyelenggara negara
termasuk pengurus partai dan golonganfungsional untuk memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur danmemegang cita-cita moral rakyat yang
luhur.2.4 Karakteristik Ideologi pancasilaKarakteristik yang dimaksud di
sini adalah ciri khas yang dimiliki olehPancasila sebagai ideologi negara,
yang membedakannya dengan ideologi-ideologi yang lain. Karakteristik ini
berhubungan dengan sikap positif bangsaIndonesia yang memiliki
Pancasila. Adapun karakteristik tersebut adalah:Pertama: Tuhan Yang Maha
Esa. Ini berarti pengakuan bangsa Indonesia akaneksistensi Tuhan sebagai
pencipta dunia dengan segala isinya. Tuhan sebagaikausa prima. Oleh
karena itu sebagai umat yang berTuhan, adalah dengansendirinya harus taat
kepada Tuhan Yang Maha Esa.Kedua ialah penghargaan kepada sesama
umat manusia apapun suku bangsa dan bahasanya. Sebagai umat manusia
kita adalah sama dihadapan TuhanYang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Adildan beradab berarti bahwa adil
adalah perlakuan yang sama terhadap sesamamanusia, dan beradab berarti
perlakuan yang sama itu sesuai dengan derajat kemanusiaan. Atas dasar
perlakuan ini maka kita menghargai akan hak-hak asasimanusia seimbang
dengan kewajiban-kewajibannya. Dengan demikian harmoniantara hak dan
kewajiban adalah penjelmaan dari kemanusaiaan yang adil dan beradab.
Adil dalam hal ini adalah seimbang antara hak dan kewajiban.
Dapatdikatakan hak timbul karena adanya kewajiban.Ketiga, bangsa
Indonesia menjunjung tinggi persatuan bangsa. Di dalam persatuan itulah
dapat dibina kerja sama yang harmonis. Dalam hubungan ini,maka
persatuan Indonesia kita tempatkan di atas kepentingan sendiri.Pengorbanan
untuk kepentingan bangsa, lebih ditempatkan daripada pengorbananuntuk
kepentingan pribadi. Ini tidak berarti kehidupan pribadi itu
diingkari.Sebagai umat yang takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, maka
kehidupan pribadi adalah utama. Namun, demikian tidak berarti bahwa demi
kepentingan pribadi itu kepentingan bangsa dikorbankan.Keempat adalah
bahwa kehidupan kita dalam kemasyarakatan dan bernegara berdasarkan
atas sistem demokrasi. Demokrasi yang dianut adalahdemokrasi Pancasila.
Hal ini sesuai dengan sila ke empat yaitu kerakyatan yangdipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dalamrangka
pelaksanaan demokrasi kita mementingkan akan musyawarah.Musyawarah
tidak didasarkan atas kekuasaan mayoritas maupun minoritas.Keputusan
Apakah Bangsa Indonesia sekarang ini sudah menerapkan Pancasiladengan
murni dan konsekwen dihasilkan oleh musyawarah itu sendiri. Kitamenolak
demokrasi liberal.Kelima adalah Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Keadilandalam kemakmuran adalah cita-cita bangsa kita sejak
masa lampau. Sistem pemerintahan yang kita anut bertujuan untuk
tercapainya masyarakat yang adildan makmur. Itulah sebabnya disarankan
agar seluruh masyarakat kita bekerjakeras dan menghargai prestasi kerja
sebagai suatu sikap hidup yang diutamakan.Demikian secara pokok
karakteristik dari Pancasila. Karakteristik yangsatu tidak dapat dipisahkan
dari yang lain, karena Pancasila itu merupakan suatukesatuan, keutuhan
yang saling berkaitan. Namun demikian keseluruhan itu bernafaskan pada
Ketuhanan Yang Maha Esa, takwa kepada Tuhan Yang MahaEsa.

B. Pancasila dan Agama


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragam suku, budaya dan
juga agama. Ketika suatu bangsa memiliki keberagaman khususnya agama,
maka akan banyak di temukan permasalahan-permasalahan yang sulit untuk
diselesaikan karena ini menyangkut soal keyakinan. Maka Pancasila sebagai
dasar negara, berfungsi sebagai pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk.
Pancasila sebagai suatu dasar filsafat negara, maka pancasila merupakan
suatu sistem nilai, yang terdiri dari sila-sila yang merupakan kesatuan yang
utuh. Meskipun masing-masing sila terkandung nilai-nilai yang berbeda,
namun semuanya saling berkaitan dan merupakan suatu kesatuan yang
sistematis.
Sila pertama pancasila adalah Ketuhanaan Yang Maha Esa.
Artinya bahwa Pancasila mengakui dan mensakralkan keberadaan agama
dan kepercayaan, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Budha, Khonghucu dan
Hindu sebagai agama resmi negara. Dalam sila Ketuhanaan Yang Maha Esa
terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah sebagai perwujudan
tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Segala hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara termasuk moral
negara, moral penyelenggara negara, politik negara, pemerintahan negara,
hukum dan peraturan perundang-undangan negara, kebebasan dan hak asasi
manusia harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan yang Maha Esa.
Dalam kaitannya, Pancasila sangat didasari oleh nilai-nilai agama.
Pada dasarnya Pancasila dan Agama tidak bisa dipisahkan, keduanya saling
berkaitan. Pancasila merupakan pedoman bagi Bangsa Indonesia yang tidak
menyimpang dari ajaran Agama, dalam Pancasila pun diajarkan untuk hidup
toleransi antar umat beragama. Penghayatan sila Ketuhanan Yang Maha
Esa, berarti negara kita didasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara
dan bangsa Indonesia adalah bangsa yang bertuhan. Negara kita mengakui
adanya Tuhan. Pengakuan itu juga dapat dilihat pada alinea ketiga
Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi atas berkat rahmat Allah yang Maha
Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya. Pada kalimat tersebut menunjukkan bahwa bangsa
Indonesia bangsa yang bertuhan, bangsa yang religius, bangsa yang
beragama.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa butir-butir yang
terdapat pada sila pertama adalah:
a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
d. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
e. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan
Yang Maha Esa.
f. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
g. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.

Manusia berkewajiban meyakini adanya Tuhan yang Maha Esa,


mematuhi perintah dan larangannya, berbakti dan bertakwa kepadaNya.
Setiap pemeluk agama, berpegang teguh pada keyakinan masing-masing, di
samping itu hendaknya ia meyakini bahwa orang lain pun mempunyai hak
asasi untuk memeluk agama menurut kata hatinya murni dan jujur tanpa
dipaksa. Negara kita bukan negara agama dan jangan hendaknya ada usaha
untuk menjadikan negara kita menjadi negara agama dan negara kita buka
negara sekuler dengan sistem separation of state and church. Sesungguhnya
negara kita adalah negara yang potensial religius, di negara kita di jamin
tentang hak hidup dan berkembangnya agama-agama resmi. Agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan yang Maha Esa yang
di percayai dan di yakininya.
Kebebasan menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaan
masing-masing, sesuai dengan Pasal 29 ayat (1) yang berbunyi: Negara
berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa yang kemudian ditegaskan lebih
lanjut dalam Pasal 29 ayat (2) yang berbunyi: Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Dalam Pasal 29(2) UUD mengatur tentang kebebasan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agama dan kepercayaan itu. Dalam pasal ini, disamping dijamin
kebebasan kemerdekaan untuk memeluk agama, tiap penduduk juga
mendapat jaminan kemerdekaan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya. Oleh karena itu, pemerintah berkewajibanmenjamin
kebebasan, memberikan kesempatan dan melindungi segenap warga negara
agar mereka dapat melakukan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya, sehingga terbina kehidupan beragama yang sehat.
Kebebasan beragama merupakan salah satu hak asasi, karena
kebebasan beragama itu langsung bersumber kepada martabat manusia
sebagai makluk ciptaan Tuhan. Kebebasan beragama merupakan salah satu
hak asasi manusia yang bersifat non-derogable rightsyaitu hak-hak yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan-keadaan apapun dan oleh siapapun,
termasuk negara dan dijamin oleh berbagai instrumen hak asasi manusia
(HAM) baik tingkat nasional maupun internasional.
Setiap warga negara Indonesia harus percaya dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa menurut agama dan kepercayaan masing-masing,
sesuai dasarkemanusiaan yang adil dan beradab. Dasar-dasar kepercayaan
dan ketakwaan tersebut tercantum dengan tegas dalam dasar falsafah negara
pancasila, pembukaan UUD 1945, batang tubuh UUD 1945, ketetapan
MPR, dan peraturan perundang undangan yang lain.
Kebebasan memeluk agama atau kepercayaan dan menjalankan
ibadah menurut agama atau kepercayaannya itu merupakan kaidah
pribadisedangkan ketertiban dan kedamaian hidup bersama merupakan
kaidah antar pribadi. Dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi
perbenturan antara kepentingan kaidah pribadi dengan kaidah antar pribadi
yang mengakibatkan terjadinya konflik dalam masyarakat. Oleh karena
itulah, dibutuhkan kaidah hukum dalam bentuk peraturan untuk mengatur
masyarakat demi terciptanya kesejahteraan dan ketertiban sosial, sebab
manusia tidak akan dapat hidup hanya dengan kaidah-kaidah pribadi tanpa
diatur juga oleh kaidah antar pribadi.
Semua agama menghargai manusaia. Semua umat beragama wajib
saling menghargai dan saling menghormati. Dengan demikian, dalam
kehidupan bermasyarakat hendaknya dikembangkan sikap-sikap tersebut
serta bekerja sama antar pemeluk agama dan antar penganut
kepercayaanyang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup.
Kerukunan umat beragama adalah kondisi sosial dimana semua pihak dapat
hidup bersama-sama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing dalam
keadaan rukun dan damai. Yang demikian ini merupakan suatu
keharmonisan hubungan dalam dinamika pergaulan dan kehidupan
bermasyarakat yang saling menguatkan dan diikat oleh sikap pengendalian
diri, yang terwujud dalam :
1.Kerukunan intern umat beragama
2.Kerukunan antar umat beragama
3.Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintahan

Pembinaan kerukunan hidup beragama dalam tiga bentuk diatas,


dilakukan secara simultan dan menyeluruh, sebab hakikatnya ketiga bentuk
kerukunan itu saling berkaitan. Dari kerukunan hidup itu akan terpancar
sikap toleransi antar umat beragama. Toleransi antar umat beragama berarti
sikap sabar membiarkan orang lain memiliki agama dan kepercayaan
masing-masing. Toleransi antar umat beragama tidak berarti ajaran agama
yanag satu akan bercampur dengan agama lain. Adanya toleransi berarti
terwujudnya ketenangan, harga menghargai dan saling menghormati,
mampu mewujudkan kesatuan dan keutuhan bangsa dan negara.
Disadari bahwa agama berhasil menembus atas-batas kesukuan,
kedaerahan, dan batas-batas kebangsaan. Terlihat bahwa agama mempunyai
potensi mempersatukan bangsa. Agama dapat pula menjadi motivasi yang
menyokong pembangunan. Hal itu terjadi apabila terbina sikap toleransi
atau berlapang dada dari masyarakat. Sebab dalam masyarakat atau bangsa
yang masyarakatnya memeluk banyak agama, setiap waktu dapat terjadi
pertentangan, konflik yang jelas mengganggu ketahanan nasional. Sikap
memandang rendah cara beramal dan beribadah dari masing-masing
penganut agama, nilai-nilai yang dianut atau kegiatan yang dilakukan
dengan merugikan agama lain, jelas akan menjadi konflik yang
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Menyadari akan besarnya bahaya yang ditimbulkan oleh sikap,
kegiatan atau pandangan yang diwarnai oleh sikap yang tidak bertoleransi,
maka dibutuhkan pembinaan dan pengembangan sikap toleransiantar umat
beragama. Dimana realitas Bhinneka Tunggal Ika benar-benar diwujudkan
dalam hidup dan kehidupan. Menciptakan kerukunan hidup antar umat
beragama, satu prinsip perlu dikembangkan yaitu perinsip setuju dalam
perbedaan. Artinya, orang menerima dan menghormati orang lain dengan
seluruh totalitas, aspirasi, keyakinan, kebiasaan dan pola hidupnya, dan
kebebasanya untuk menganut keyakinan agama sendiri.
Toleransi menghendaki kejujuran dan kebebasan jiwa, bersikap
terbuka, saling berkerja sama dan membantu usaha pembangunan di segala
bidang, termasuk bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Maka untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap toleransi,
kita harus menghindari hal-hal berikut:
1. Sikap fanatik yaitu tidak mau menghargai agama lain, bahkan
memusuhinya. Kita harus mempunyai keyakinan dan tidak
memiliki pandangan sempit terhadap keyakinan agama lain.
2. Sikap mencampur adukan ajaran agama atau kepercayaan dengan
yang lain. Kemurnian ajaran agama harus tetap dijaga.
3. Sikap acuh terhadap agama atau kepercayaan lain.

B. Pancasila dan Ideologi Dunia


Dunia berkembang dan berubah dengan sangat cepat , dan perubahan
yang terjadi ituEksistensi Pancasila di Tengah Pusaran Ideologi-Ideologi
Dunia Dunia berkembang dan berubah dengan sangat cepat, dan
perubahan yang terjadi itu ikut mewarnai kehidupan bangsa kita secara
fundamental. Ada beberapa penulis buku yang melalui konsep-konsepnya
telah berhasil memotret realitas zaman yang sedang kita jalani ini. Di
antaranya adalah Rowan Gibson (1997) yang menyatakan bahwa The road
stop here. Masa di depan kita nanti akan sangat lain dari masa lalu, dan
karenanya diperlukan pemahaman yang tepat tentang masa depan itu. New
time call for new organizations, dengan tantangan yang berbeda
diperlukan bentuk organisasi yang berbeda, dengan ciri efisiensi yang
tinggi.
Where do we go next; dengan berbagai perubahan yang terjadi,
setiap organisasi-termasuk organisasi negara-perlu merumuskan dengan
tepat arah yang ingin dituju. Peter Senge (1994) mengemukakan bahwa ke
depan terjadi perubahan dari detail complexity menjadi dynamic
complexity yang membuat interpolasi menjadi sulit. Perubahan-perubahan
terjadi sangat mendadak dan tidak menentu. Rossabeth Moss Kanter
(1994) juga menyatakan bahwa masa depan akan didominasi oleh nilai-
nilai dan pemikirancosmopolitan, dan karenanya setiap pelakunya,
termasuk pelaku bisnis dan politik dituntut memiliki 4 C, yaituconcept,
competence, connection, dan confidence. Sejak berakhirnya perang dingin
yang kental diwarnai persaingan ideologi antara blok Barat yang
memromosikan liberalisme-kapitalisme dan blok Timur yang
mempromosikan komunisme-sosialisme, tata pergaulan dunia mengalami
perubahan-perubahan yang mendasar. Beberapa kalangan mengatakan
bahwa setelah berakhirnya perang dingin yang ditandai dengan bubarnya
negara Uni Soviet dan runtuhnya tembok Berlin di akhir dekade 1980-an
dunia ini mengakhiri periode bipolar dan memasuki periode multipolar.
Periode multipolar yang dimulai awal 1990-an yang kita alami selama
sekitar satu dekade, juga pada akhirnya disinyalir banyak pihak terutama
para pengamat politik internasional, telah berakhir setelah Amerika Serikat
di bawah pemerintahan Presiden George Bush memromosikan doktrin
unilateralisme dalam menangani masalah internasional sebagai wujud dari
konsepsi dunia unipolar yang ada di bawah pengaruhnya.
2Berarti era persaingan ideologis dalam dimensi global telah berakhir.
Saat ini kita belum dapat membayangkan bahwa dalam waktu dekat akan
muncul kembali persaingan ideologis yang keras yang meliputi seluruh
wilayah dunia ini. Dunia sekarang ini cenderung masuk kembali ke arah
persaingan antarbangsa dan negara, yang dimensi utamanya terletak pada
bidang ekonomi karena setiap negara sedang berjuang untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga bangsanya. Dalam era yang
seperti ini, kedudukan ideologi nasional suatu negara akan berperan dalam
mengembangkan kemampuan bersaing negara yang bersangkutan dengan
negara lainnya
. PEMBAHASAN A. Ideologi, perlukah dipertahankan? Ada beberapa
definisi dari ideologi, diantaranya adalah : Ideologi secara fungsional
diartikan sebagai seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau
tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling baik. Ideologi secara
structural diartikan sebagai pembenaran, seperti gagasan dan formula
politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa.
Secara harfiah ideologi itu sendri terdiri dari dua suku kata yakni; Ideo
yang berarti ide dan logos yang berarti ilmu. Suatu negara atau lembaga
kemasyarakatan pasti membutuhkan ideology. Sangat mustahil dalam
suatu lembaga kemasyarakatan menolak adanya ideologi. Hal ini
disebabkan Karena ideologi merupakan acuan pokok atau kerangka dasar
dinamis yang menjadi energi kreatif dalam proses dinamisasi suatu
lembaga. Lembaga swadaya masyarakat atau yang lebih dikenal dengan
nama LSM merupakan salah satu contoh kecil lembaga yang ada dalam
suatu masyarakat. Sebuah pemahaman/ide itu bisa dikatakan sebagai
sebuah ideologi apabila mampu memuaskan batin, mampu memperbaiki
hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan
manusia dengan sang pencipta. Suatu ideologi dianggap berhasil apabila
mampu menanamkan nilai pada obyek ideologi dalam hal ini masyarakat.
Kadang- kadang idiologi juga dapat menjadi titik acuan dalam
memandang suatu realitas atau kondisi yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat. Lepasnya Idelogi Pancasila hasil pemerkosaan Orde Baru
memancing timbulnya berbagai Ideologi lama (Kecuali Komunis yang tak
bisa Exis sebab Tap MPR mengenai Komunis
3. belum di cabut). Idelogi ini berkelana mencari pengikutnya yang
hampir 32 tahun tercerai berai. Walaupun demikian pertarungan dua
Idelogi Agama dan Nasionalis tidak kalah serunya. Pemilu di Era
Reformasi sebagai bukti yang nyata sengitnya pertarungan dua Idelogi ini.
Hal ini semakin terlihat tatkala hasil dari perolehan suara tidak
menunjukkan salah satu partai mendapatkan hasil mayoritas.Walaupun
pertarungan Ideologi belum mengarah pada penggantiam Ideologi,hal ini
erat kaitanya dengan masih adanya musuh bersama yaitu sisa Rezim Orde
baru. Tetapi pertarungan Ideologi semakin terbuka ditingkat akar rumput
tatkala bukan hal yang menakutkan lagi penggunaan sebuah Ideologi
diluar Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Jika Hal ini dibiarkan
maka akan meluas kepada penggunaan Ideologi tertentu dalam kehidupan
berbangsa. Sebuah gerakan Parlement diera Reformasi terhadap
amandemen pasal 29 adalah salah satu bentuk perebutan Ideologis.
Walaupun pada akhirnya mayoritas anggota MPR menolak terhadap
Amademen pasal 29 adalah sebuah langkah yang bersifat sementara, sebab
keadaan negara sedang menghadapi perpecahan. Sehingga dibutuhkan
semangat persatuan yang menghilangkan sebanyak mungkin perbedaan-
perbedaan yang ada. Tetapi siapakah yang akan menjamin pertarungan dua
Ideologi ini tidak keluar dari Parlement?. Dengan melihat sejarah negeri
ini, betapa berdarahnya pertarungan Ideologi sudah selayaknya difikirkan
Ideologi Pancasila baru yang dapat mengakomodasikan kepentingan
seluruh rakyat indonesia. Sebab dimanapun juga didunia ini sebuah
organisasi memerlukan dogma tidak terkecuali agama sekalipun, karena
dogma dapat menjadikan setiap orang akan mendapatkan perlakuan yang
sama. Didalam kehidupan berbangsa dan bernegara dogma diwujudkan
dalam Ideologi kebangsaan yang mengakomodasikan berbagai unsur yang
ada dimasyarakat. B. Ideologi di Indonesia Pancasila sebagai ideologi
memiliki karakter utama sebagai ideologi nasional. Ia adalah cara pandang
dan metode bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mencapai cita-citanya,
yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Pancasila adalah ideologi
kebangsaan karena ia digali dan dirumuskan untuk kepentingan
membangun negara bangsa Indonesia. Pancasila yang
4. memberi pedoman dan pegangan bagi tercapainya persatuan dan
kesatuan di kalangan warga bangsa dan membangun pertalian batin antara
warga negara dengan tanah airnya. Pancasila juga merupakan wujud dari
konsensus nasional karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah
desain negara moderen yang disepakati oleh para pendiri negara Republik
Indonesia dengan berdasarkan Pancasila. Dengan ideologi nasional yang
mantap seluruh dinamika sosial, budaya, dan politik dapat diarahkan untuk
menciptakan peluang positif bagi pertumbuhan kesejahteraan bangsa.
Sebenarnya, proses reformasi selama enam tahun belakangan ini adalah
kesempatan emas yang harus dimanfaatkan secara optimal untuk
merevitalisasi semangat dan cita-cita para pendiri negara kita untuk
membangun negara Pancasila ini. Peluang untuk melakukan revitalisasi
ideologi kebangsaan kita dalam era reformasi ini masih kurang
dimanfaatkan. Bahkan dalam proses reformasi-selain sejumlah
keberhasilan yang ada, terutama dalam bidang politik-juga muncul ekses
berupa melemahnya kesadaran hidup berbangsa. Manifestasinya muncul
dalam bentuk gerakan separatisme, tidak diindahkannya konsensus
nasional, pelaksanaan otonomi daerah yang menyuburkan etnosentrisme
dan desentralisasi korupsi, demokratisasi yang dimanfaatkan untuk
mengembangkan paham sektarian, dan munculnya kelompok-kelompok
yang memromosikan secara terbuka ideologi di luar Pancasila. Patut
disadari oleh semua warga bangsa bahwa keragaman bangsa ini adalah
berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh sebab itu, semangat Bhinneka
Tunggal Ika harus terus dikembangkan karena bangsa ini perlu hidup
dalam keberagaman, kesetaraan, dan harmoni. Sayangnya, belum semua
warga bangsa kita menerima keragaman sebagai berkah. Oleh karenanya,
kita semua harus menolak adanya konsepsi hegemoni mayoritas yang
melindungi minoritas karena konsep tersebut tidak sesuai dengan konsep
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) 1945 terbentuk dengan karakter utamanya mengakui
pluralitas dan kesetaraan antarwarga bangsa. Hal tersebut merupakan
kesepakatan bangsa kita yang bersifat final. Oleh karenanya, NKRI tidak
dapat diubah menjadi bentuk negara yang lain dan perubahan bentuk
NKRI tidak akan difasilitasi oleh NKRI sendiri. Cita-cita yang mendasari
berdirinya NKRI yang dirumuskan founding fathers telah membekali kita
dengan aspek-aspek normatif negara bangsa yang menganut nilai-nilai
yang
5. sangat maju dan modern. Oleh sebab itu, tugas kita semua sebagai
warga bangsa untuk mengimplementasikannya secara konkret. NKRI yang
mengakui, menghormati keragaman dan kesetaraan adalah pilihan terbaik
untuk mengantarkan masyarakat kita pada pencapaian kemajuan
peradabannya. Perlu disadari oleh semua pihak bahwa proses
demokratisasi yang sedang berlangsung ini memiliki koridor, yaitu untuk
menjaga dan melindungi keberlangsungan NKRI, yang menganut ideologi
negara Pancasila yang membina keberagaman, dan memantapkan keseta-
raan. Oleh karenanya, tidak semua hal dapat dilakukan dengan
mengatasnamakan demokrasi. Pancasila sebagaimana ideologi manapun di
dunia ini, adalah kerangka berfikir yang senantiasa memerlukan
penyempurnaan. Karena tidak ada satu pun ideologi yang disusun dengan
begitu sempurnanya sehingga cukup lengkap dan bersifat abadi untuk
semua zaman, kondisi, dan situasi. Setiap ideologi memerlukan hadirnya
proses dialektika agar ia dapat mengembangkan dirinya dan tetap adaptif
dengan perkembangan yang terjadi. Dalam hal ini, setiap warga negara
Indonesia yang mencintai negara dan bangsa ini berhak ikut dalam proses
merevitalisasi ideologi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Oleh karenanya, prestasi bangsa kita akan menentukan posisi
Pancasila di tengah percaturan ideologi dunia saat ini dan di masa
mendatang. Pancasila, sebagaimana tercantum dalam Pembukaaan UUD
1945 dalam perjalanan sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia telah
mengalami persepsi dan interpretasi sesuai dengan kepentingan zaman,
yaitu sesuai dengan kepentingan rezim yang berkuasa. Pancasila telah
digunakan sebagai alat untuk memaksa rakyat setia kepada pemerintah
yang berkuasa dengan menempatkan Pancasila sebagai satu-satunya asas
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Masyarakat
tidak diperbolehkan menggunakan asas lain, walaupun tidak bertentangan
dengan Pancasila. Sehingga contohnya secara nyata pada era reformasi ini
setelah rezim Soeharto jatuh maka Pancasila ikut jatuh dan tenggelam.
Dikarenakan teori politik Pancasila kita tidak sesuai dengan teori politik
secara umum. Bahkan sekarang pun (2004) saat Megawati berkuasa tidak
ada cahaya sedikit pun dari Pancasila kita. Pancasila sebagaimana
dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara dari negara
kesatuan Republik Indonesia yang harus dilaksanakan secara konsisten
dalam kehidupan bernegara. Suatu pandangan hidup akan meningkat
menjadi falsafah hidup apabila telah mendapat landasan berfikir maupun
motivasi yang lebih jelas. Sedangkan kristalisasinya kemudian membentuk
suatu ideologi.
6. Pancasila sebagai ideologi nasional mengandung nilai-nilai budaya
bangsa Indonesia, yaitu cara berpikir dan cara kerja perjuangan. Pancasila
perlu dipahami dengan latar belakang konstitusi proklamasi atau hukum
dasar kehidupan berbangasa, bernegara dan bermasyarakat yaitu
Preambule, Batang Tubuh serta Penjelasan UUD 1945. Pancasila sebagai
ideologi nasional dapat diartikan sebagai suatu pemikiran yang memuat
pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat,
recht dan negara Indonesia, yang bersumber dari kebudayaan Indonesia.
Pancasila bersifat integralistik, yaitu paham tentang hakikat negara yang
dilandasi dengan konsep kehidupan bernegara. Pancasila yang melandasi
kehidupan bernegara menurut Dr. Soepomo adalah dalam kerangka negara
integralistik, untuk membedakan dari paham-paham yang digunakan oleh
pemikir kenegaraan lain. Masih cocokkah pandangan integralistik ini ?.
Pancasila seperti ideologi dunia lainnya terlebih dahulu lahir sebagai
pemikiran filosofis, yang kemudian dituangkan dalam rumusan ideologi
dan setelahnya baru diwujudkan dalam konsep-konsep politik. Jangka
waktu tersebut bisa puluhan bahkan ratusan tahun. Proses yang dilalui
Pancasila sedikit berbeda karena belum ada konsep masa depan atau
tujuan yang hendak dicapai. KESIMPULAN Ideologi merupakan acuan
pokok atau kerangka dasar dinamis yang menjadi energi kreatif dalam
proses dinamisasi suatu lembaga. Ideologi juga merupakan seperangkat
nilai yang diyakini kebenarannya oleh suatu bangsa dan digunakan sebagai
dasar untuk menata masyarakat dalam bernegara. Ideologi mengandung
nilai-nilai dasar yang hidup dalam sistem kehidupan masyarakat dan
mengandung idealisme yang mampu mengakomodasikan tuntutan
perkembangan zaman kedalam nilai-nilai dasar yang sudah
dikristalisasikan dalam pancasila dan UUD 1945. Negara adalah lembaga
kemsyarakatan dalam skala makro, untuk itu tentunya negara juga
membutuhkan yang namanya ideologi. Negara merupakan patokan bagi
setiap lembaga kemasyarakatan dalam lingkup mikro. Bila kita menengok
kembali sejarah maka akan kita dapati bahwa ideologi-ideologi itu tidak
selalu dipertahankan, karena mengingat syarat-syarat penerimaan ideologi
itu sendiri. Yakni harus mampu memuaskan batin, mampu memperbaiki
hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia
dengan sang pencipta. Ketika syarat itu belum terpenuhi maka sangat
mustahil suatu ideologi itu bisa dipertahankan.
7. Jadi, pemahaman kerangka berfikir terhadap Pancasila, patutlah
kiranya diambil kesimpulan sebagai berikut : Pancasila sebagai ideologi
nasional dapat diartikan sebagai suatu pemikiran yang memuat pandangan
dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat, recht dan
negara Indonesia, yang bersumber dari kebudayaan Indonesia. Pancasila
merupakan nilai dan cita bangsa Indonesia yang tidak dipaksakan dari
luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya
masyarakat kita sendiri. Sumber semangat ideologi terbuka itu sebenarnya
terdapat dalam Penjelasan Umum UUD 1945. Keterbukaan ideologi
Pancasila terutama ditujukan dalam penerapannya yang berbentuk pola
pikir yang dinamis dan konseptual dalam dunia modern. Perwujudan atau
pelaksanaan nilai-nilai instrumental dan nilai-nilai praktis harus tetap
mengandung jiwa dan semangat yang sama dengan nilai dasarnya.
Sungguhpun demikian, keterbukaan ideologi Pancasila ada batas-batasnya
yang tidak boleh dilanggar. Sehingga ideologi Pancasila sebagai ideologi
terbuka sebenarnya sangat relevan dengan suasana pemikiran di alam
reformasi ini yang menuntuk transparansi di segala bidang namun masih
tetap menjunjung kaidah nilai dan norma kita sebagai bangsa timur yang
beradab. Namun dalam kenyatannya di masyarakat masih ada yang
berfikir seperti orde lama atau orde baru dikarenakan masih kuatnya
doktrin dari penguasa terdahulu, bahkan tidak sedikit yang acuh
terhadapnya. DAFTAR PUSTAKA Budiardjo, Miriam, 1981, Dasar-Dasar
Ilmu Politik, PT Gramedia, Jakarta. Perwita, A. A. B, 2005, Pengantar
Ilmu Hubungan Internasional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. UUD
1945 Amandemen I, II, III, IV Internet:

Anda mungkin juga menyukai