(125180165)
Kelas: F
Pengertian astagatra
Astagrata berasal dari kata “asta” yang artinya bentuk terikat delapan dan “gatra” yang
artinya wujud, sudut pandang atau aspek. Secara harafiah, astagatra berarti 8 (delapan) aspek
atau sudut pandang yang terikat satu sama lain. Dalam Astagatra sendiri, terdapat Trigatra (3)
dan Pancagatra yang masing-masingnya memiliki hubungan timbal balik yang dinamakan
keterhubungan (korelasi) dan ketergantungan (interdepensi).
Trigatra yang terkait dengan aspek hidup alamiah, terdiri atas posisi dan lokasi geografi
negara, keadaan dan kekayaan alam, serta keadaan kemampuan penduduk. Sedangkan
Pancagatra yang terkait dengan aspek sosial/kemasyarakatan, terdiri atas ideologi, politik,
ekonomi, sosial-budaya, serta pertahanan dan keamanan (hankam).
Aspek geografi
Implementasi Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam aspek geografi, yaitu:
Indonesia terletak 6o LU – 11o LS dan antara 95o BT – 141o BT. Indonesia juga terletak tepat di
garis khatulistiwa dimana Indonesia memiliki iklim tropis dan posisi Indonesia juga sangat
strategis dalam pereknomian, Indonesia berada di persimpangan lalu lintas dunia itu semua
adalah berkat dari Tuhan yang harus kita jaga dan syukuri dan kita harus menjaga kebersamaan
satu sama lain agar tidak mencerminkan sila 1 Pancasila yaitu ”Ketuhanan Yang Maha Esa”
Dalam memanfaatkan semua potensi yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa,
manusia harus menyadari, bahwa makhluk dan benda yang ada di sekeliling manusia merupakan
amanat dari Tuhan yang harus dijaga dan dirawat sebaik mungkin.
Aspek Ekonomi
Implementasi Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam aspek Sumber Daya Ekonomi,
yaitu: Sudah sepatutnya kegiatan ekonomi di dasarkan atas sila pertama Pancasila sehingga
konsep-konsep serta praktik ekonomi selaras dengan nilai luhur agama. Ekonomi harus
berTuhan, sehingga pada prakteknya tidak ada orang yang terus melakukan aksi ambil untung
dengan menghalalkan berbagai cara. Atas dasar tersebut, maka Ekonomi Pancasil tidak semata-
mata bersifat materialistis, karena berlandasarkan pada keimanan dan ketakwaan yang timbul
dari pengakuan kita pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan demikian, sistem ekonomi
Pancasila dikendalikan oleh kaidah-kaidah moral dan etika, sehingga pembangunan nasional
adalah pembangunan yang berakhlak.
Aspek Politik
Implementasi Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam aspek Sumber Daya Politik,
yaitu: Politik adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan
yang mengandung kemampuan yang megembangkan potensi Nasional menjadi kekuatan
Nasional, sehingga dapat menangkal dan mengatasi segala kesulitan dan gangguan yang dihadapi
oleh Negara baik yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri.
Implementasi sila Pertama Pancasila dalam aspek Politik, yaitu dalam kehidupan
berpolitik suatu negara hendaklah berlandasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa, terlebih
Indonesia sebagai negara yang pluralism perlu adanya sebuah toleransi yang tinggi antar umat
beragama termasuk dalam kehidupan berpolitik juga. Sehingga terciptanya sebuah politik yang
dinamis sehingga politik dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan suatu bangsa.
Aspek Ideologi/Hukum
Implementasi Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam aspek Ideologi/Hukum,
yaitu: Ideologi adalah serangkaian nilai yang tersusun secara sistematis dan merupakan
kebulatan ajaran atau doktrin yang dijadikan dasar serta memberi arah dan tujuan yang ingin
dicapai. Dalam hal ini Pancasila tetap ditempatkan sebagai kaidah penuntun hukum.
Contoh:
1. Dalam pelaksanaan sumpah di pengadilan menggunakan kitab suci sesuai dengan agama
yang dianut;
2. Dalam irah-irah suatu perjanjian tertulis “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa”;
3. Dalam Undang-Undang juga tertulis “DENGAN RAHMAT ALLAH TUHAN YANG
MAHA ESA”.
Aspek geografis
Implementasi Sila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” dalam aspek Geografis,
yaitu:
Kondisi geografis suatu negara sangat berpengaruh terhadap bangsa yang
mendiaminya. Pengaruh tersebut dapat berupa pola kehidupan, sikap hidup dan cara
berpikir atau cara pandang terhadap dirinya sebagai bangsa (inward looking) dan cara
pandang ke luar (outward looking) melihat bangsa lain di sekitarnya atau yang melintasi
wilayahnya. Dalam penerapan sila Kedua Pancasila terhadap aspek Geografis ini
mencakup unsur letak, luas dan bentuk wilayahnya.
Dalam sila Kedua Pancasila sendiri mengandung nilau suatu kesadaran sikap
moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam
hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri
sendiri, terhadap sesame manusia maupun terhadap lingkungannya.
Aspek ekonomi
Implementasi Sila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” dalam aspek Ekonomi,
yaitu:
Ekonomi Pancasila dengan nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
menghormati martabat kemanusiaan serta hak dan kewajiban asasi manusia dalam
kehidupan ekonomi. Dengan dasar-dasar moral dan kemanusiaan, Ekonomi Pancasila
meskipun tidak menghalangi motivasi ekonomi untuk memperoleh keuntungan, namun
tidak mengenal predator-predator ekonomi, dimana yang satu memangsa yang lain.
Secara khusus, sistem ekonomi harus juga mendasarkan pada dasar moralitas
ketuhanan dalam sila ke 1 dan kemanusiaan dalam sila ke 2. sistem ekonomi yang
berdasar Pancasila berbeda dengan sistem ekonomi liberal yang hanya menguntungkan
individu-individu tanpa perhatian pada manusia lain. Pada sistem Ekonomi Pancasila,
terdapat pemerataan keuntungan secara adil bagi para pelaku ekonomi dalam
menjalankan usahanya.
Aspek politik:
Implementasi Sila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” dalam aspek Politik,
yaitu:
Pembangunan dan pengembangan di bidang politik harus mendasarkan pada dasar
ontologis manusia. Hal ini di dasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalah
sebagai subjek Negara. Oleh karena itu, kehidupan politik harus benar-benar
merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia.
Pengembangan politik Negara terutama dalam proses reformasi dewasa ini harus
mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila Pancasila dalam
esensinya, sehingga praktek-praktek politik yang menghalalkan segala cara harus segera
diakhiri.
Aspek Ideologi/Hukum
Implementasi Sila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” dalam aspek
Ideologi/Hukum, yaitu:
Gatra Ideologi menunjuk pada perangkat ideologis untuk mempersatukan persepsi
dan mempersatukan bangsa, yaitu Pancasila. Hal itu dikarenakan bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang memiliki keanekaragaman yang tinggi. Keadaan ini mempunyai
dua peluang, yakni di satu sisi berpotensi perpecahan dan di sisi lain sebagai kekayaan
bangsa dan menumbuhkan rasa kebanggaan
Manusia yang maju peradabannya lebih mudah untuk mengikuti tata cara dan
pola kehidupan masyarakat yang teraturm serta mengenal hukum universal. Kesadaran
inilah yang menjadi semangat membangun kehidupan masyarakat dan alam semesta
untuk mencapai kebahagiaan dengan usaha gigih, serta dapat diimplementasikan dalam
bentuk sikap hidup yang harmonis, penuh toleransi dan damai.
Penerapan Pancasila pada aspek ideologi diwujudkan dengan adanya ideologi
Pancasila. Ideologi Pancasila merupakan kumpulan nilai/norma yang berdaasrkan sila-
sila Pancasila. Sila kedua yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, berarti bahwa
ideologi Pancasila menerapkan nilai-nilai kemanusiaan sebagai pedoman dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu, ideologi Pancasila berperan sebagai Nilai Integratif
Perwujudan Pancasila yang berarti bahwa Pancasila sebagai sarana pemersatu dan
prosedur penyelesaian konflik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Masyarakat Indonesia telah menerima Pancasila sebagai sarana pemersatu, yang
artinya sebagai suatu kesepakatan bersama bahwa nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya disetujui sebagai miliki bersama. Pancasila dijadikan semacam social ethics
dalam masyarakat yang heterogen.