Anda di halaman 1dari 7

Vica Vania

(125180165)
Kelas: F

Chapter X: IMPLEMENTASI SILA PERTAMA PANCASILA DALAM


ASPEK KEHIDUPAN BANGSA

Pengertian astagatra
Astagrata berasal dari kata “asta” yang artinya bentuk terikat delapan dan “gatra” yang
artinya wujud, sudut pandang atau aspek. Secara harafiah, astagatra berarti 8 (delapan) aspek
atau sudut pandang yang terikat satu sama lain. Dalam Astagatra sendiri, terdapat Trigatra (3)
dan Pancagatra yang masing-masingnya memiliki hubungan timbal balik yang dinamakan
keterhubungan (korelasi) dan ketergantungan (interdepensi).
Trigatra yang terkait dengan aspek hidup alamiah, terdiri atas posisi dan lokasi geografi
negara, keadaan dan kekayaan alam, serta keadaan kemampuan penduduk. Sedangkan
Pancagatra yang terkait dengan aspek sosial/kemasyarakatan, terdiri atas ideologi, politik,
ekonomi, sosial-budaya, serta pertahanan dan keamanan (hankam).

Aspek geografi
Implementasi Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam aspek geografi, yaitu:
Indonesia terletak 6o LU – 11o LS dan antara 95o BT – 141o BT. Indonesia juga terletak tepat di
garis khatulistiwa dimana Indonesia memiliki iklim tropis dan posisi Indonesia juga sangat
strategis dalam pereknomian, Indonesia berada di persimpangan lalu lintas dunia itu semua
adalah berkat dari Tuhan yang harus kita jaga dan syukuri dan kita harus menjaga kebersamaan
satu sama lain agar tidak mencerminkan sila 1 Pancasila yaitu ”Ketuhanan Yang Maha Esa”
Dalam memanfaatkan semua potensi yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa,
manusia harus menyadari, bahwa makhluk dan benda yang ada di sekeliling manusia merupakan
amanat dari Tuhan yang harus dijaga dan dirawat sebaik mungkin.

Aspek Sumber daya alam


Implementasi Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam aspek Sumber Daya Alam,
yaitu: Penerapan Sila Pertama Pancasila dalam aspek Sumber Daya Alam, yaitu misalnya
menyayangi tumbuh-tumbuhan dan merawatnya, selalu menjaga kebersihan dan sebagainya.
Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan
bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-Nya yang wajib dilestarikan dan dikembangkan
kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan bagsa
Indonesia serta makhluk hidup lainnya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu
sendiri.

Aspek Sumber daya manusia


Implementasi Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam aspek Sumber Daya
Manusia, yaitu: Kehidupan beragama tidak bisa dipisahkan sama sekali dari kehidupan
duniawi/kemasyarakatan. Dua-duanya merupakan satu sistem sebagaimana satunya jiwa dan
raga dalam kehidupan manusia. Kehidupan beragama tidak bisa lepas dari sumber daya manusia
itu sendiri, bangsa dan negara demi terwujudnya kemakmuran materiil maupun spiritual bagi
rakyat Indonesia. Semakin kuat keyakinan pada agama, semakin besar kesadaran tanggung
jawabnya kepada Tuhan, bangsa dan negara, semakin besar pula terwujudnya kesejahteraan,
kemakmuran dan keadilan bagi bangsa itu sendiri.

Aspek Ekonomi
Implementasi Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam aspek Sumber Daya Ekonomi,
yaitu: Sudah sepatutnya kegiatan ekonomi di dasarkan atas sila pertama Pancasila sehingga
konsep-konsep serta praktik ekonomi selaras dengan nilai luhur agama. Ekonomi harus
berTuhan, sehingga pada prakteknya tidak ada orang yang terus melakukan aksi ambil untung
dengan menghalalkan berbagai cara. Atas dasar tersebut, maka Ekonomi Pancasil tidak semata-
mata bersifat materialistis, karena berlandasarkan pada keimanan dan ketakwaan yang timbul
dari pengakuan kita pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan demikian, sistem ekonomi
Pancasila dikendalikan oleh kaidah-kaidah moral dan etika, sehingga pembangunan nasional
adalah pembangunan yang berakhlak.

Aspek Sosial Budaya


Implementasi Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam aspek Sumber Daya Sosial
Budaya, yaitu: Sosial budaya merupakan salah satu bidang kehidupan manusia dalam
mengembangkan kebudayaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
berkaitan dengan pemenuhan hajat hidup manusia khususnya dalam memenuhi kepuasan
batiniah. Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat pluralistik, dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika, yang harus diwujudkan dalam membangun jiwa kebangsaan yang kuat,
berdiri di atas perbedaa kultur, agama, adat-istiadat, ras, etnis, dan Bahasa keanekaragaman
tersebut tidak boleh meretakkan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.
Bangsa yang berbudaya Pancasila adalah bangsa yang berpegang pada prinsip
religiositas, pengakuan bahwa manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa. Bangsa yang berbudaya Pancasila berpandang bahwa manusia sebagai ciptaan Tuhan
dikaruniai berbagai kemampuan dasar, dengan kapasitas rasional dan memiliki hati nurani, yang
membedakan manusia dari makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya.
Bangsa yang berbudaya Pancasila menghendaki berlangsungnya segala sesuatu dalam
suasana yang selaras dan seimbang. Bangsa yang berbudaya Pancasila menciptakan masyarakat
yang demokratis, suatu masyarakat yang pluralistic, menghargai perbedaan yang dialami oleh
manusia, menghargai perbedaan pendapat, serta sprotif, yang pada akhirnya bermuara pada suatu
masyarakat yang selalu mengutamakan kesepakatan dalam menentukan keputusan bersama dan
selalu menepatinya.

Aspek Politik
Implementasi Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam aspek Sumber Daya Politik,
yaitu: Politik adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan
yang mengandung kemampuan yang megembangkan potensi Nasional menjadi kekuatan
Nasional, sehingga dapat menangkal dan mengatasi segala kesulitan dan gangguan yang dihadapi
oleh Negara baik yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri.
Implementasi sila Pertama Pancasila dalam aspek Politik, yaitu dalam kehidupan
berpolitik suatu negara hendaklah berlandasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa, terlebih
Indonesia sebagai negara yang pluralism perlu adanya sebuah toleransi yang tinggi antar umat
beragama termasuk dalam kehidupan berpolitik juga. Sehingga terciptanya sebuah politik yang
dinamis sehingga politik dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan suatu bangsa.

Aspek Pertahanan dan Keamanan


Implementasi Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam aspek Pertahanan dan
Keamanan, yaitu: Sila Pertama Pancasila berbicara mengenai masyarakat Indonesia sebagai
seorang pemeluk agama. Indonesia merupakan negara pluralistik, dimana masyarakat Indonesia
memiliki banyak perbedaan terutama dalam agama. Pasal 29 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan
kepercayaannya”. Dengan demikian, setiap masyarakat pemeluk agama wajib dilindungi oleh
negara sebagai pelaksanaan aspek Pertahanan dan Keamanan terhadap sila Pertama Pancasila.

Aspek Ideologi/Hukum
Implementasi Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam aspek Ideologi/Hukum,
yaitu: Ideologi adalah serangkaian nilai yang tersusun secara sistematis dan merupakan
kebulatan ajaran atau doktrin yang dijadikan dasar serta memberi arah dan tujuan yang ingin
dicapai. Dalam hal ini Pancasila tetap ditempatkan sebagai kaidah penuntun hukum.
Contoh:
1. Dalam pelaksanaan sumpah di pengadilan menggunakan kitab suci sesuai dengan agama
yang dianut;
2. Dalam irah-irah suatu perjanjian tertulis “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa”;
3. Dalam Undang-Undang juga tertulis “DENGAN RAHMAT ALLAH TUHAN YANG
MAHA ESA”.

Chapter XI: IMPLEMENTASI SILA KEDUA PANCASILA DALAM ASPEK


KEHIDUPAN BANGSA

Aspek geografis
Implementasi Sila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” dalam aspek Geografis,
yaitu:
Kondisi geografis suatu negara sangat berpengaruh terhadap bangsa yang
mendiaminya. Pengaruh tersebut dapat berupa pola kehidupan, sikap hidup dan cara
berpikir atau cara pandang terhadap dirinya sebagai bangsa (inward looking) dan cara
pandang ke luar (outward looking) melihat bangsa lain di sekitarnya atau yang melintasi
wilayahnya. Dalam penerapan sila Kedua Pancasila terhadap aspek Geografis ini
mencakup unsur letak, luas dan bentuk wilayahnya.
Dalam sila Kedua Pancasila sendiri mengandung nilau suatu kesadaran sikap
moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam
hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri
sendiri, terhadap sesame manusia maupun terhadap lingkungannya.

Aspek sumber daya alam


Implementasi Sila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” dalam aspek Sumber
Daya Alam, yaitu:
Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab mengandung arti kesadaran dan
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan
hari nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya. Makhluk hidup
tidak dapat memisahkan diri dari lingkungannya. Meskipun lingkungan bersifat
mendukung atau menyokong makhluk hidup, namun perlu diingat bahwa tidak semua
lingkungan di muka bumi ini memiliki keadaan yang ideal untuk kehidupan makhluk
hidup.
Dalam bidang pertanian, nilai kemanusiaan ini tercermin dari sifat kegotong-
royongan para petani. Sebenarnya, sebelum disahkannya Pancasila, nilai-nilai Pancasila
ini sudah tampak sejak zaman purba. Masyarakat petani yang hidup di zaman purba
sudah mengenal adanya sistem gotong-royong dalam menggarap sawah mereka. Karena
dulu masyarakat petani hidupnya nomaden dan sampai saat ini pun masih tampak
kegotong-royongan sesama petani dalam menggarap lahan sawah mereka.
Sebagai perwujudan implementasi sila Kedua Pancasila, tidak hanya
memanfaatkan sumber daya alam semena-mena, tetapi juga harus menjaga ketersediaan
dan memperbaiki kerusakan yang telah diperbuat. Pelestarian lingkungan dapat
diwujudkan dengan 3D, yaitu Dimulai dari yang kecil, Dimulai dari diri sendiri dan
Dimulai dari sekarang.
Hendaknya kesadaran untuk pelestarian lingkungan ditamankan dan ditumbuhkan
sejak kecil dan terus diwariskan ke generasi berikutnya agar kelangsungan hidup bangsa
Indonesia tetap terjamin dan kemakmuran serta kesejahteraan Bangsa dapat dicapai sejak
kini hingga nanti.

Aspek sumber daya manusia


Implementasi Sila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” dalam aspek Sumber
Daya Manusia, yaitu:
Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain, oleh
karena itu manusia senantiasa membutuhkan interaksi dengan manusia yang lain. Sumber
Daya Manusia (SDM) adalah salah satu faktor yang sangat penting bahkan tidak dapat
dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun perusahaan. Sumber daya
manusia juga merupakan kunci yang menentukan perkembangan suatu negara. Pada
hakikatnya, sumber daya manusia berupa manusia yang dipekerjakan di sebuah
organisasi sebagai penggerak untuk mencapai tujuan organisasi itu.
Penerapan sila Kedua Pancasila dalam aspek Sumber Daya Manusia adalah
Terpenuhinya lapangan kerja yang diperlukan bagi sumber daya manusia yang ingin
mencari pekerjaan. Proses seleksi wajib dilakukan secara adil dan jujur tanpa membeda-
bedakan setiap orang. Penerapan sila Kedua Pancasila ini diharapkan agar dapat
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi kemampuan, ilmu
pengetahuan maupun sikap dan tingkah laku.

Aspek ekonomi
Implementasi Sila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” dalam aspek Ekonomi,
yaitu:
Ekonomi Pancasila dengan nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
menghormati martabat kemanusiaan serta hak dan kewajiban asasi manusia dalam
kehidupan ekonomi. Dengan dasar-dasar moral dan kemanusiaan, Ekonomi Pancasila
meskipun tidak menghalangi motivasi ekonomi untuk memperoleh keuntungan, namun
tidak mengenal predator-predator ekonomi, dimana yang satu memangsa yang lain.
Secara khusus, sistem ekonomi harus juga mendasarkan pada dasar moralitas
ketuhanan dalam sila ke 1 dan kemanusiaan dalam sila ke 2. sistem ekonomi yang
berdasar Pancasila berbeda dengan sistem ekonomi liberal yang hanya menguntungkan
individu-individu tanpa perhatian pada manusia lain. Pada sistem Ekonomi Pancasila,
terdapat pemerataan keuntungan secara adil bagi para pelaku ekonomi dalam
menjalankan usahanya.

Aspek social budaya


Implementasi Sila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” dalam aspek Sosial
Budaya, yaitu:
Nilai “kemanusiaan” dalam kehidupan sosial budaya terlihat sebagaimana
manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tidak dapat dibeda-bedakan. Indonesia
merupakan negara pluralistic dengan berbagai macam kebudayaan di dalamnya. Namun,
walaupun budaya di Indonesia sangat banyak dan beragam, tidak dapat dilakukan
pembedaan di dalamnya sebagaimana prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
Kata “beradab” dari sila Kedua Pancasila memiliki arti berbudaya. Dimana
manusia yang beradab memiliki pengertian sebagai manusia yang memiliki budaya yang
merupakan hasil olah piker manusia dan dijadikan sebagai pedoman berperilaku. Praktek
langsung dari sila Kedua dapat dilakukan dalam interaksi sosial di dalam lingkungan
masyarakat maupun lingkungan tempat tinggal.
Pada era sekarang ini, terutama dalam lingkungan Pendidikan, sulit ditemukannya
sikap penghargaan antar sesame pelajar. Dimana pelajar saat ini terbiasa dengan
penggolongan-penggolongan berdasarkan status sosial, yaitu ada si kaya dan ada si
miskin. Sikap seperti itu menjadikan toleransi antara sesama menjadi sangat
menyedihkan. Adanya penghargaan (sopan santun) dalam bertutur kata dan bersikap
kepada orang lain diharapkan dapat menjadi cermin langsung bahwa sikap toleransi itu
menjadi suatu hal yang penting dewasa ini. Bahwa penggolongan-penggolongan
berdasarkan status sosial itu adalah hal yang merusak sifat-sifat kemanusiaan.

Aspek politik:
Implementasi Sila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” dalam aspek Politik,
yaitu:
Pembangunan dan pengembangan di bidang politik harus mendasarkan pada dasar
ontologis manusia. Hal ini di dasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalah
sebagai subjek Negara. Oleh karena itu, kehidupan politik harus benar-benar
merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia.
Pengembangan politik Negara terutama dalam proses reformasi dewasa ini harus
mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila Pancasila dalam
esensinya, sehingga praktek-praktek politik yang menghalalkan segala cara harus segera
diakhiri.

Aspek pertahanan dan keamanan


Implementasi Sila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” dalam aspek
Pertahanan dan Keamanan, yaitu:
Negara pada hakikatnya merupakan suatu masyarakat hukum. Demi tegaknya
hak-hak warga negara maka diperlukan peraturan perundang-undangan negara, baik
dalam rangka mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka melindungi hak-hak
warganya. Oleh karena Pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada
hakikat nilai kemanusiaan monopluralis, maka pertahanan dan keamanan negara harus
dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai pendukung pokok
negara.
Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan basis moralitas pertahanan
dan keamanan negara. Oleh karena itu, pertahanan dan keamanan negara harus
mengimple- mentasikan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila, agar negara
benar-benar meletakkan pada fungsi yang sebenarnya sebagai suatu negara hukum dan
bukannya suatu negara yang berdasarkan atas kekuasaan.

Aspek Ideologi/Hukum
Implementasi Sila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” dalam aspek
Ideologi/Hukum, yaitu:
Gatra Ideologi menunjuk pada perangkat ideologis untuk mempersatukan persepsi
dan mempersatukan bangsa, yaitu Pancasila. Hal itu dikarenakan bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang memiliki keanekaragaman yang tinggi. Keadaan ini mempunyai
dua peluang, yakni di satu sisi berpotensi perpecahan dan di sisi lain sebagai kekayaan
bangsa dan menumbuhkan rasa kebanggaan
Manusia yang maju peradabannya lebih mudah untuk mengikuti tata cara dan
pola kehidupan masyarakat yang teraturm serta mengenal hukum universal. Kesadaran
inilah yang menjadi semangat membangun kehidupan masyarakat dan alam semesta
untuk mencapai kebahagiaan dengan usaha gigih, serta dapat diimplementasikan dalam
bentuk sikap hidup yang harmonis, penuh toleransi dan damai.
Penerapan Pancasila pada aspek ideologi diwujudkan dengan adanya ideologi
Pancasila. Ideologi Pancasila merupakan kumpulan nilai/norma yang berdaasrkan sila-
sila Pancasila. Sila kedua yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, berarti bahwa
ideologi Pancasila menerapkan nilai-nilai kemanusiaan sebagai pedoman dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu, ideologi Pancasila berperan sebagai Nilai Integratif
Perwujudan Pancasila yang berarti bahwa Pancasila sebagai sarana pemersatu dan
prosedur penyelesaian konflik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Masyarakat Indonesia telah menerima Pancasila sebagai sarana pemersatu, yang
artinya sebagai suatu kesepakatan bersama bahwa nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya disetujui sebagai miliki bersama. Pancasila dijadikan semacam social ethics
dalam masyarakat yang heterogen.

Anda mungkin juga menyukai