Anda di halaman 1dari 19

IDENTIFIKASI KUALITAS MIKROBIOLOGI SUSU KAMBING PERANAKAN

ETAWA: KAJIAN PUSTAKA

Ika Priyanti1, Sukma Jayanti2, Safitri Apriyani3

Program Studi D3 Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Pelita Harapan

ABSTRACT

Goat milk is one source of milk that is believed to have many benefits by the community. The
high nutritional content of goat's milk causes goat's milk to be quickly damaged due to the
growth of microorganisms. This study is useful to determine the quality of goat's milk from
various Etawa crossbreed goat farms. The quality of goat's milk is very important to note
because it is related to the health of the consumer's body. Some things that need to be known
regarding the quality of goat's milk are whether or not goat's milk is contaminated by bacteria.
To find out, it is necessary to do several studies with the Total Plate Count (TPC) test,
Coliform test, and others.

ABSTRAK

Susu kambing merupakan salah satu sumber susu yang dipercaya memiliki banyak
manfaat oleh masyarakat. Tingginya kandungan nutrisi pada susu kambing mengakibatkan
susu kambing cepat mengalami kerusakan akibat pertumbuhan mikroorganisme. Studi ini
bermanfaat untuk mengetahui kualitas susu kambing dari berbagai peternakan kambing
peranakan etawa. Kualitas susu kambing sangat penting untuk diperhatikan karena berkaitan
dengan kesehatan tubuh konsumen. Beberapa hal yang perlu diketahui terkait kualitas susu
kambing adalah tercemar tidaknya susu kambing oleh bakteri. Untuk mengetahui hal tersebut
perlu dilakukan beberapa penelitian dengan uji Total Plate Count (TPC), uji Coliform, dan
lain-lain.
PENDAHULUAN

Kebutuhan susu di Indonesia setiap Penelitian dianggap perlu sebagai


tahun mengalami peningkatan. Populasi informasi dasar penentuan standar kualitas
kambing di Indonesia pada tahun 2015 susu kambing yang sesuai dengan kondisi
terjadi peningkatan 2% yaitu mencapai masyarakat di Indonesia. Susu kambing saat
19.012.794 ekor (Dirjen Peternakan dan ini mulai banyak digemari karena susu
Kesehatan Hewan, 2016). Susu kambing kambing memiliki kandangan nutrisi yang
peranakan Etawa merupakan salah satu lengkap dan dipercaya dapat mengobati
komoditas yang memiliki prospek cukup baik berbagai penyakit. Tingginya kandungan
karena kandungan nilai gizinya yang lebih nutrisi pada susu kambing mengakibatkan
tinggi dari susu sapi. Perkembangan ini susu kambing cepat mengalami kerusakan
terjadi akibat adanya susu kambing yang akibat pertumbuhan mikroorganisme. Standar
diyakini memiliki banyak khasiat seperti khusus untuk susu kambing saat ini belum
kecernaannya yang tinggi, alergenisitas yang tersedia, tetapi untuk persyaratan susu segar
rendah dan komposisi kimia bermanfaat, dapat mengacu pada SNI No 7388-2009.
lebih mirip dengan susu manusia Berdasarkan SNI No.7388-2009 maka
dibandingkan susu sapi. Susu kambing dapat persyaratan susu segar mempunyai TPC dan
menjadi salah satu susu alternatif selain susu coliform masing-masing 1x106 cfu/ml, dan
sapi yang saat ini menjadi susu komersial. 2x10 cfu/ml, sedangkan E. coli adalah negatif
Salah satu kambing yang terkenal di (BSN, 2000). Studi ini dilakukan untuk
Indonesia adalah kambing Peranakan Etawa mengetahui kualitas mikrobiologi dari susu
(PE) karena merupakan ternak dwiguna yaitu kambing peranakan Etawa..
sebagai penghasil susu dan daging.
METODE
Pemeliharaan kambing tersebut juga mudah
dan tidak membutuhkan lahan yang luas serta Metode penelitian yang digunakan
sangat adaptif dengan topografi di Indonesia. adalah kajian kepustakaan dengan
Kualitas susu kambing merupakan aspek pendekatan deskriptif berdasarkan pustaka
penting bagi konsumen untuk dapat sekunder dari artikel-artikel penelitian.
dikonsumsi secara baik dan sehat. Penelusuran pustaka digali melalui situs
Kontaminasi mikroorganisme dan google (www.google.co.id) dan google
penanganan yang tidak baik dapat scholar (www.scholar.google.co.id) dengan
menurunkan kualitas susu kambing. kata kunci terkait seperti susu kambing,
kambing etawa, dan sebagainya.
PEMBAHASAN digunakan untuk membersihkan peralatan,
tangan pemerah, dan kambing juga
Total Plate Count (TPC)
mempengaruhi tingkat pencemaran pada
Berdasarkan hasil penelitian terhadap susu, sehingga perlu dijaga dari kontaminasi
Total Plate Count (TPC) dari 15 sampel susu feses (Sanjaya et. al., 2007). Botol, corong
kambing PE di Desa Sungai Langka minyak dan saringan teh yang telah
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten digunakan tersebut digunakan kembali untuk
Pesawaran yang diuji, terdapat 4 sampel menampung susu kambing kedua tanpa
dengan jumlah total mikroba melebihi batas dicuci dahulu sebelum digunakan sehingga
SNI No. 7388:2009 1 x 106 cfu/ml. Pada saat kontaminasi bakteri dapat terjadi yang
penelitian, letak kandang peternak dekat mengakibatkan nilai TPC menjadi tinggi.
dengan tempat pembuangan limbah rumah Menurut Sanjaya et. al. (2007), sebelum
tangga yaitu 2 meter dan limbah ternak yaitu memerah, tangan pemerah dan peralatan
1 meter. Hal tersebut dapat menyebabkan pemerah terlebih dulu dicuci dengan sabun
susu yang diproduksi dapat terkontaminasi dan disikat sampai bersih. Sementara itu, 11
mikroba melalui lingkungan sekitar yang sampel susu kambing lainnya telah
dibawa melalui udara. Hal tersebut sesuai memenuhi standar SNI. Hal yang membuat
dengan pendapat Djiwosaputro (1990) bahwa nilai TPC pada 11 sampel ini rendah di
kontaminasi bakteri dapat disebabkan melalui bandingkan dengan 4 sampel yang lain antara
debu di udara di sekitar kandang. Kebersihan lain manajemen pemerahan yang dilakukan
kendang kurang diperhatikan terutama cukup baik. Sebelum pemerahan dilakukan
lingkungan sekitar kandang. Kandang hanya mereka mencuci dahulu kambing dengan
disapu pada bagian dalamnya saja sehingga menggunakan air hangat dan dikeringkan
menyebabkan kotoran berserakan di sekitar dengan menggunakan kain lap. Selain itu,
kandang. Selain itu, air yang digunakan lantai kandang pada saat pemerahan telah
untuk membersihkan peralatan dan mencuci dibersihkan terlebih dahulu sehingga dapat
kambing berasal dari bak penampungan meminimalisir kontaminasi mikroba pada
dengan menggunakan baskom kecil. Air susu. Hal-hal tersebut dapat meminimalisir
tersebut digunakan untuk mencuci kambing pertumbuhan mikroba pada susu.
pada kambing yang pertama dan digunakan
Selain itu, tingginya cemaran mikroba
kembali untuk kambing selanjutnya tanpa
yang dihasilkan dari salah satu sampel susu
mengganti air tersebut. Hal-hal tersebut dapat
kambing di Desa Sungai Langka Kecamatan
mempengaruhi nilai TPC. Air yang
Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dapat tercemar coliform maka susu yang diproduksi
disebabkan karena kambing PE yang juga ikut tercemar. Peternak tidak mencuci
dipelihara pernah terinfeksi penyakit mastitis. tangan terlebih dahulu sebelum memerah
Penyakit mastitis juga dapat mempengaruhi sehingga dapat menjadi sumber kontaminasi
tingginya jumlah mikroorganisme pada susu bakteri coliform dan tumbuh di dalam susu
secara keseluruhan (Chye et. al., 2004). yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Alexopoulos et. al. (2011),
Total Plate Count (TPC) pada tiga
melakukan cuci tangan dengan sabun atau
peternakan kambing Etawa di Bogor tidak
desinfektan, tidak memakai masker dan
terdapat perbedaan yang nyata dan sesuai
sarung tangan saat memerah sehingga dapat
dengan standard yang ditentukan oleh TAS
mengontaminasi susu yang dihasilkan.
No 6006 (2008) yaitu <5 x 104 cfu/ml.
Jumlah bakteri coliform yang tinggi juga
Tinggi rendahnya nilai TPC pada sampel
dapat berasal dari pakaian pemerah. Pada saat
dipengaruhi oleh manajemen pemerahan
pengambilan sampel, peternak membersihkan
yang cukup baik, sehingga dapat
kandang tanpa mengganti baju yang bersih
meminimalisir pertumbuhan mikroba pada
dan langsung memerah susu kambing.
susu. Wadah yang digunakan untuk
Pakaian yang digunakan oleh peternak
penampungan sampel harus dalam keadaan
tersebut dapat menjadi sumber kontaminasi
bersih sehingga tidak terjadi pencemaran
bakteri coliform dan menyebabkan jumlah
bakteri dari susu sebelumnya (Hijriah et al.
bakteri coliform pada sampel susu kambing
2016).
milik peternak tersebut menjadi tinggi. Selain
Coliform itu, bakteri coliform juga dapat ditimbulkan
pada saat pengemasan. Survei di lapangan
Hasil analisis terhadap coliform pada
memperlihatkan semua peternak setelah
susu kambing PE di Desa Sungai Langka
melakukan pemerahan susu langsung
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten
mengemas susunya tanpa mencuci tangan
Pesawaran terdapat 11 sampel susu kambing
dahulu sehingga bakteri dapat berpindah dari
PE yang melebihi batas standar cemaran
tangan pemerah tersebut ke wadah plastik
mikroba menurut SNI 7388:2009 yaitu 2 x 10
yang berisikan susu. Wadah yang baik untuk
cfu/ml. Berdasarkan hasil survei di lapangan
digunakan adalah yang bersih dan tertutup,
umumnya peternak tidak memperhatikan air
serta terlindung dari sinar matahari untuk
yang digunakan untuk membersihkan
mencegah rusaknya kualitas dari susu
peralatan. Air yang digunakan berasal dari
kambing. Pengemas yang biasa diigunakan
wadah yang sama sehingga apabila air telah
untuk membungkus susu kambing telah terbanyak bakteri Klebsiella pneumoniae dan
terkontaminasi bakteri coliform (Gustiani, Salmonella spp. (Suguna, 2012). Klebsiella
2009). pneumonia diketahui sebagai salah satu
penyebab infeksi pada kambing (mastitis),
Hasil analisis ragam menunjukan
khususnya mastitis subklinis, hal ini menjadi
jumlah koliform pada ketiga peternakan
catatan bagi peternak untuk lebih mengenali
kambing Etawa di Bogor terdapat perbedaan
tanda mastitis subklinis dan melakukan
yang nyata (P<0,05). Jumlah koliform dari
pemeriksaan berkala (Artdita, 2018).
ketiga peternakan dibawah standard yang
Salmonella spp juga diketahui sebagai bakteri
ditentukan oleh TAS No 6006 (2008) yaitu
penyebab infeksi yang diperantarai makanan
sebesar 103 cfu/ml. Semakin rendah jumlah
yang dapat menimbulkan diare, mual dan
koliform dalam susu, menunjukan semakin
muntah hingga demam (WHO, 2007).
tinggi kualitas susu dan kontaminasi bakteri
di peternakan semakin rendah. Ketiga Standar perhitungan angka lempeng
peternakan menunjukan bahwa kebersihan total dibuat berdasarkan SNI 7388:2009
kandang peternakan tersebut sudah bagus. tentang batasan cemaran mikroba dalam
pangan untuk kategori susu segar untuk
Berdasarkan hasil uji sampel di
langsung dikonsumsi yaitu maksimal 5x104
peternakan kambing Etawa di daerah
koloni/ml. Sifat pertumbuhan Staphylococcus
kelurahan Kalipuro, kecamatan Kalipuro,
koagulase positif dinilai berdasarkan
Banyuwangi, pertumbuhan bakteri pada agar
pertumbuhan koloni berwarna putih atau
MacConkey, kami tidak menemukan adanya
kekuningan dengan hasil pewarnaan gram
pertumbuhan bakteri koliform. Akan tetapi,
positif bentuk kokus, uji katalase positif dan
ditemukan dua sampel yang terkontaminasi
uji koagulase positif (Kateete, 2010). Bakteri
oleh bakteri batang gram negatif dengan
koliform pada susu kambing PE di Desa
fermentasi laktosa negatif (bakteri enterik
Cimalaka Sumedang diidentifikasi
non-koliform). Hal ini menjadi keterbatasan
berdasarkan pertumbuhan pada agar
dalam penelitian kami, dimana tidak
MacConkey dengan sifat fermentasi laktosa
dilakukan identifikasi lebih lanjut pada
positif (perubahan warna agar menjadi
bakteri batang gram negatif non-koliform
kemerahan) dan sifat pewarnaan gram negatif
tersebut. Berdasarkan penelitian yang
bentuk batang. Susu kambing sama seperti
dilakukan oleh Suguna, dkk. bakteri enterik
susu segar lainnya, dapat dengan mudah
non-koliform dapat ditemukan sebagai
terkontaminasi dan rusak oleh bakteri. Hal ini
cemaran susu kambing segar dengan temuan
dapat terjadi karena kondisi tidak higienis pemerah terlebih dulu dicuci dengan sabun
yang dapat terjadi pada proses pemerahan, dan disikat sampai bersih.
penyimpanan serta proses pengiriman susu
Staphylococcus
yang tidak tepat (Suguna, 2012). Kandungan
susu yang kaya nutrisi sangat mendukung Berdasarkan identifikasi bakteri
untuk tumbuhnya mikroba patogen yang Staphylococcus koagulase positif, ditemukan
dapat membahayakan kesehatan konsumen dua sampel yang tercemar bakteri tersebut.
dan merusak kandungan nutrisi pada susu. Sementara, tidak ditemukan cemaran bakteri
Berdasarkan hasil perhitungan Angka koliform pada seluruh sampel susu. Adanya
Lempeng Total (ALT), keenam sampel susu temuan Staphylococcus koagulase positif ini
masih memenuhi standar SNI untuk susu menjadi perhatian bagi pemerah maupun
segar yaitu kurang dari 5x104 koloni/ml konsumen. Teknik pemerahan yang kurang
dengan rerata 108,3 koloni/ml. higienis menyebabkan kontaminasi pada susu
yang diperah serta dapat meningkatkan risiko
Escherchia coli
penularan bakteri tersebut kepada kambing
Hasil penelitian di Desa Sungai yang sehat. Adanya bakteri Staphylococcus
Langka Kecamatan Gedong Tataan koagulase positif ini juga berkaitan erat
Kabupaten Pesawaran menunjukkan bahwa dengan kondisi kambing yang mengalami
terdapat bakteri E. coli yang melebihi batas inflamasi atau infeksi (Taufik, 2011). Selain
yaitu 2 dari 15 sampel. Adanya bakteri E. coli itu, salah satu bakteri yang termasuk dalam
pada sampel susu kambing dapat ditimbulkan Staphylococcus koagulase positif adalah
melalui peralatan. Peralatan untuk memerah Staphylococcus aureus, bakteri ini sering
tidak dicuci dahulu seperti kain lap yang menyebabkan infeksi pada kambing
digunakan untuk mengelap kambing. Kain (mastitis) dan juga dapat menyebabkan
lap setelah digunakan untuk membersihkan keracunan makanan dari enterotoksin yang
kambing pada kambing ketiga hanya dihasilkan bakteri tersebut (Vasileiou, 2019;
diletakkan di lantai kandang. Lantai kandang Merz, 2016). Pemerah juga berisiko terhadap
tersebut masih terdapat sisa-sisa feses yang infeksi zoonosis karena S. aureus karena
menempel sehingga menyebabkan bakteri E. bakteri tersebut merupakan patogen yang
coli tumbuh pada kedua sampel susu tersebut. dapat menimbulkan berbagai macam infeksi
Menurut Sanjaya et. al. (2007), sebelum mulai dari infeksi kulit dan jaringan lunak
memerah, tangan pemerah dan peralatan hingga infeksi katup jantung (endokarditis)
dan infeksi tulang (osteomielitis) (Rainard,
2018). Temuan ini dapat memberi gambaran berpengaruh nyata terhadap jumlah koloni
kepada peternak maupun pemerah akan bakteri Staphylococcus aureus. Disebabkan
pentingnya pemeriksaan rutin kambing dan dipping puting dapat mencegah
penjagaan kebersihan kambing untuk mikroorganisme masuk ke dalam kambing
mencegah infeksi dan penularan saat proses ketika puting masih terbuka setelah kambing
pemerahan. Pada kegiatan kami, terdapat diperah. Larutan dipping bekerja dengan cara
keterbatasan yaitu tidak dilakukan melapisi dinding jaringan kambing dengan
identifikasi lebih lanjut dari bakteri zat aktif dalam antiseptik sehingga mencegah
Staphylococcus koagulase positif. Identifikasi mikroorganisme masuk dan berkembang.
hingga tingkatan spesies disertai perhitungan
Hasil isolasi pada media MSA, dari 17
jumlah koloni per ml susu akan memberikan
sampel didapatkan 16 sampel yang diduga
gambaran yang komprehensif mengenai
bakteri Staphylococcus aureus.
kualitas susu kambing segar ini.
Staphylococcus aureus memiliki kemampuan
Berdasarkan hasil uji CMT pada untuk memfermentasikan manitol. Dapat
sampel susu yang diambil dari peternakan dibuktikan bila Staphylococcus aureus
kambing PE di daerah kelurahan kalipuro, dibiakkan dalam agar Manitol, dimana terjadi
kecamatan kalipuro, Banyuwangi, didapat 17 perubahan perubahan warna dari merah ke
sampel yang positif 3 dan 4 mastitis kuning (Arif, 2017). Satu sampel sisanya
subklinis. Kejadian mastitis berhubungan tidak ditumbuhi bakteri kemungkinan karena
dengan faktor risiko seperti manajemen dalam sampel susu tersebut tidak ada bakteri
pemerahan yang kurang higienis, pemerahan Staphylococcus sp., karena menurut Sarudji
yang tidak tuntas serta sanitasi kandang yang dkk. (2017), MSA merupakan media selektif
kurang baik. Kurangnya perhatian peternak dan diferensial untuk identifikasi
terhadap aspek-aspek pemerahan tersebut Staphylococcus sp. Media ini mengandung
membuat tingginya angka mastitis di daerah garam natrium klorida 7.5% sehingga media
Kalipuro. Tidak dilakukannya dipping pada ini menjadi media selektif. Karena sebagian
puting setelah dilakukan pemerahan diduga besar bakteri tidak dapat tumbuh pada
juga sebagai penyebab tingginya angka konsenterasi garam 7.5% kecuali
mastitis. Sesuai dengan hasil penelitian yang Staphylococcus. Hasil isolasi bakteri yang
dilakukan Priono dkk. (2016) yang positif memfermantasi manitol kemudian
menunjukkan bahwa dipping menggunakan dilakukan pewarnaan Gram. Staphylococcus
antiseptik pada kambing-kambing PE aureus merupakan bakteri Gram positif dan
berbentuk kokkus yang menghasilkan warna dilakukan untuk mengetahui adanya enzim
ungu pada pewarnaan Gram. Warna ungu koagulase, dimana enzim ini merupakan
disebabkan karena bakteri mempertahankan protein ekstraseluler yang dihasilkan oleh
warna pertama, yaitu Kristal violet. Staphylococcus aureus yang dapat
Perbedaan sifat Gram dipengaruhi oleh menggumpalkan plasma (Dewi, 2014).
kandungan pada dinding sel, yaitu bakteri Penggumpalan plasma terjadi dikarenakan
Gram positif kandungan peptidoglikan lebih terdapat protein yang menyerupai enzim yang
tebal jika dibanding dengan Gram negatif bila ditambahkan oksalat atau sitrat dapat
(Dewi, 2013). Menurut Arif (2017) menyebabkan penggumpalan. Faktor serum
Staphylococcus menghasilkan enzim katalase bereaksi dengan koagulase untuk membentuk
yang mampu menghidrolisis hidrogen esterase, aktivitas penggumpalan, dan
peroksida (H2O2) menjadi air (H2O) dan mengaktivasi protrombin menjadi trombin.
gelembung gas (O2). Berdasarkan hasil uji Trombin akan membentuk fibrin yang
katalase, 19 isolat bakteri terlihat semua berpengaruh terhadap terjadinya
positif bergelembung yang membuktikan penggumpalan plasma (Boerlin, 2003).
bahwa isolate tersebut merupakan Kemampuan menggumpalkan plasma
Staphylococcus (Purnomo et al., 2006). Isolat merupakan salah satu faktor virulensi yang
yang sudah dilakukan uji katalase kemudian penting dalam pathogenesis S. aureus (Ote et
dilanjutkan dengan uji konfirmasi manitol. al., 2011). Berdasarkan hasil isolasi dan
Staphylococcus sp. yang bersifat patogen identifikasi dari 17 sampel susu kambing PE
mampu memfermentasi gula yang terdapat di yang positif mastitis subklinis 3 dan 4,
dalam larutan manitol sehingga didapatkan 16 (94%) sampel yang positif
meningkatkan kadar asam dan mengubah Staphylococcus aureus. Sesuai dengan
warna larutan menjadi kuning (Singh dan penelitian sebelumnya yang dilakukan di
Prakash 2008). Uji fermentasi manitol secara Polewali Mandar, didapatkan 6 (100%)
anaerob dilakukan dikarenakan sampel susu kambing PE positif mastitis
Staphylococcus aureus memiliki sifat mengandung bakteri Staphylococcus aureus
anaerob fakultatif yang dapat memfermentasi (Arif, 2017). Sumber Staphylococcus aureus
glukosa dalam keadaan tidak ada oksigen. berasal dari kulit di sekitar kambing, tangan
Staphylococcus aureus merupakan bakteri pemerah, kain yang digunakan untuk
patogen sehingga sampel positif ditandai mengeringkan kambing, mesin pemerah dan
dengan adanya perubahan warna kuning pada lingkungan sekitar kandang. Infeksi terjadi
media (Maulitasari, 2014). Uji koagulase saat kondisi otot dari puting susu terbuka dan
Staphylococcus aureus masuk melalui teat makanan pada manusia maupun hewan
canal. Sebanyak 102 Colony Forming Unit (Purnomo et al., 2006).
(CFU) Staphylococcus aureus mampu
Peranan Jus Buah Mengkudu (Morinda
menimbulkan mastitis (Moroni et al., 2005). citrifolia) Dalam Mempertahankan
Tahap selanjutnya terjadi respon imun pada Kualitas Susu Pasteurisasi Kambing
kambing. Respon pertahanan yang pertama “Peranakan Etawa” Selama Penyimpanan
ditandai dengan berkumpulnya leukosit- Selama lama penyimpanan,
leukosit untuk mengeliminasi pertumbuhan TPC pada susu menunjukkan
mikroorganisme yang telah menempel pada peningkatan yang tidak signifikan (sig<0.05).
sel-sel kambing. Apabila respon ini gagal, Range peningkatan jumlah TPC yang tumbuh
maka mikroorganisme akan mengalami pada hari ke-0 hingga hari ke-20 pada
multiplikasi dan kambing dapat kontrol, perlakuan konsentrasi 5%; 7,5%;
memperlihatkan respon yang lain, misalnya 10%; dan 12,5% berturut-turut adalah
demam. Bila hewan lemah maka akan terjadi (3,0x101-1,7x102cfu/ml), (3,0x101-
mastitis (Pradika et al., 2019). Kejadian 9,3x101cfu/ml), (2,8x101-8,8x101cfu/ml),
mastitis pada kambing PE sangat mengancam (2,8x101-6,0x101cfu/ml) dan (2,8x101-
kelangsungan hidup anaknya, karena selain 3,3x101cfu/ml). Pertumbuhan TPC pada susu
menurunnya kamampuan produksi susu, pasteurisasi semakin lama semakin
toksin yang dihasilkan oleh Staphylococcus meningkat pada berbagai waktu
aureus juga dapat menyebabkan kematian penyimpanan. Menurut Reinheimer dkk.,
induknya. Mastitis pada kambing PE akibat (1993), kerusakan susu pasteurisasi selama
Staphylococcus aureus selain sebagai faktor penyimpanan dingin mengakibatkan
penyebab kematian anak dan induknya juga perubahan secara mikrobiologis dan
dapat meyebabkan kerugian ekonomi yang biokhemis pada susu. Janzen dkk., (1982)
cukup besar akibat turunnya produksi susu. menyatakan bahwa perubahan secara
Infeksi Intramammary Gland pada kambing biokhemis pada susu selama penyimpanan
akibat Staphylococcus aureus ini pada diakibatkan oleh aktivitas protease
umumnya bersifat subklinis. Staphylococcus Pseudomonas spp. yang mendegradasi
aureus dalam susu segar dan produk pangan protein susu. Aktivitas protease
dapat menyebabkan Toxic Schock Syndrome Pseudomonas spp. mengakibatkan protein
akibat keracunan pangan. Staphylococcal susu pasteurisasi terdegradasi selama
enterotoxin merupakan agen yang penyimpanan suhu dingin, dan menyebabkan
menyebabkan sindrom keracunan dalam perubahan keasaman pada susu (Reinheimer
dkk., 1993). Semakin tinggi konsentrasi peptidoglikan pada dinding sel bakteri,
penambahan jus mengkudu, TPC pada susu sehingga lapisan dari dinding sel bakteri
semakin rendah. TPC dengan perlakuan tidak dapat terbentuk sempurna dan
penambahan jus mengkudu di berbagai mekanisme tersebut dapat menyebabkan
konsentrasi menunjukkan tidak beda nyata kematian sel (Dwidjoseputro, 1994).
hingga hari ke-20 penyimpanan dengan nilai
KESIMPULAN
memenuhi standar (nilai TPC < 3x104cfu/ml)
(sig<0.05). Efek penghambatan pertumbuhan Total Plate Count (TPC) dapat
TPC paling rendah ditunjukkan pada memberikan gambaran umum tentang
konsentrasi 12,5% dengan range (2,8x101– kondisi mikrobiologis secara menyeluruh
3,3x101cfu/ml). Nilai TPC susu kambing dari mikroorganisme yang terkandung di
Etawa dengan penambahan jus buah dalam susu (Zain 2013). Faktor yang
mengkudu di berbagai konsentrasi ini mempengaruhi tingginya nilai TPC dan
menunjukkan bahwa susu kambing Etawa jumlah Coliform dalam susu yaitu kebersihan
belum mengalami kerusakan (nilai TPC < kandang yang merupakan salah satu faktor
105-106cfu/ml), sehingga bakteri perusak penting sehingga tidak terjadi kontaminasi
pada susu Etawa yang masih dalam keadaan oleh feses, proses pemerahan, dan botol
baik tidak ditemukan. Meskipun demikian, penampungan yang digunakan untuk
ditemukan adanya kecenderungan penurunan menampung sampel susu tidak dicuci
jumlah TPC pada susu kambing PE setelah kembali setelah digunakan sebelumnya,
ditambah jus buah mengkudu pada berbagai sehingga bakteri yang terdapat di dalam susu
konsentrasi dibandingkan tanpa penambahan kambing sebelumnya menempel pada botol
jus buah mengkudu meskipun tidak berbeda tersebut dan membuat nilai TPC menjadi
nyata (sig<0.05). Salah satu keutamaan dari tinggi. Pencemaran juga dapat berasal dari
buah mengkudu telah dilaporkan bahwa tangan pemerah. Sebelum memerah, mereka
mengkudu memiliki fungsi antibakteri mencuci tangan tanpa sabun atau desinfektan,
(Nagalingam dkk. 2012). Salah satu daya sehingga dimungkinkan masih adanya bakteri
antibakteri dari perasan buah mengkudu yang menempel pada tangan pemerah dan
mengandung zat antibakteri yaitu senyawa bakteri ikut terbawa sampai proses
antrakuinon yang berperan dalam efek pengemasan. Kemudian bakteri akan masuk
penghambatan pertumbuhan bakteri. ke dalam saluran pencernaan, dan konsumen
Mekanisme kerja dari senyawa ini adalah memiliki kemungkinan terinfeksi bakteri
mengganggu komponen penyusun tersebut.
Manajemen pemerahan merupakan Asia Dairy Goat Conference.
salah satu tindakan preventif yang perlu
Badan Standardisasi Nasional. Standar
dilakukan untuk mengontrol mastitis.
Nasional Indonesia (SNI) 7388:2009.
Pencelupan puting sebelum dan sesudah
Batas Maksimum Cemaran Mikroba
pemerahan, pemberian antibiotika saat kering
dalam Pangan.Jakarta.
laktasi merupakan alternatif untuk
pencegahan terhadap mastitis klinis maupun Haenlein GFW. 2004. Goat Milk in Human
subklinis. Pemeriksaan secara rutin terhadap Nutrition. Small Rumin Res. 51 (2)
susu menggunakan CMT perlu dilakukan 155–163.
untuk monitoring mastitis subklinis.
Kateete DP, Kimani CN, Katabazi FA, et al.
Penggunaan air bersih untuk mencuci
2010. Identification of Staphylococcus
kambing sebelum diperah juga berperanan
aureus: DNase and Mannitol salt agar
dalam mencegah mastitis (Purnomo et al.,
improve the efficiency of the tube
2006).
coagulase test. Ann.
Nilai TPC susu kambing Etawa dengan
Clin. Microb. 9 (23).
penambahan jus buah mengkudu di berbagai
konsentrasi ini menunjukkan bahwa susu Merz A, Stephan R, Johler S. 2016.
kambing lambat mengalami kerusakan, Staphylococcus aureus Isolates from
karena buah mengkudu mengandung zat Goat and Sheep Milk Seem to Be
antibakteri yaitu senyawa antrakuinon yang Closely Related and Differ from
berperan dalam efek penghambatan Isolates Detected from Bovine Milk.
pertumbuhan bakteri. Front. Microbiol.7 (319).

DAFTAR PUSTAKA Nurliyani, Suranindyah Y, Pretiwi P. 2015.


Quality and Emulsion Stability of Milk
Artdita CA, Lestari FB, Fauzi A, Tanzila
from Ettawah Crossed Bred Goat
EPA. 2018. Klebsiella pneumoniae
During Frozen Storage. Procedia Food
Isolated from Subclinical Mastitis Milk
Sci. 3 142–149.
of Etawah Crossbreed Goat. Jurnal
Sain Veteriner. 36 (2) 239-246. Permatasari RI. 2018. Higiene, Sanitasi dan
Kualitas Bakteriologis Susu Sapi di
Astuti DA, Sudarman A. 2012. Dairy Goats
Dusun Krajan, Desa Gendro,
in Indonesia: Potential, Opportunities
Kecamatan Tutur, Kabupaten
and Challenges. Proceedings of the 1st
Pasuruan. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. 10 (4) 343-350. Di dalam: Fuquay JW, Fox PF,
McSweeney PLH (eds).
Rainard P, Foucras G, Fitzgerald JR,Watts JL,
Encyclopedia of Dairy Sciences.
Koop G, Middleton JR. 2018.
2nd. Elsevier Ltd. London. p484-
Knowledge gaps and research priorities
493.
in Staphylococcus aureus mastitis
control. Transbound Emerg Dis. 65 AOAC. 1995. Official Methods of
(Suppl. 1) 149–165. Analysis of The Association of
Anal. Chem, Washington D.C.
Suguna, M., Rajeev Bhat, Wan Nadiah, W.A.
2012. Microbiological quality Apriyantono,A., Fardiaz, D., Puspitasari, N.
evaluation of goat milk collected from L., Sedarnawati, Budiyanto, S. 1989.
small scale dairy farms in Penang Petunjuk Laboratorium Analisis
Island, Malaysia. Int. Food Res. J. 19 Pangan. Institut Pertanian Bogor.
(3) 1241-1245 Bogor.

Taufik E, Hildebrandt G, Kleer JN, et al. Dawson, B., Trapp, R. G. 2004. Basic and
2011. Microbiological Quality of Raw Clinical Biostatis- tics. 4th ed. Mc
Goat Milk in Bogor, Indonesia. Media Graw Hill. International Edition,
Peternak. 34 (2) 105-111 438.

Vasileiou NGC, Chatzopoulos DC, Sarrou S, Direktorat Jendral Peternakan dan


et al. 2019. Role of Staphylococci in Kesehatan Hewan. 2016. Statistik
Mastitis in Sheep. J. Dairy Res. 86 Peternakan dan Kesehatan Hewan.
254–266.
Hijriah, P. F., Santoso, P. E., Wanniatie,
World Health Organization (WHO). V. 2016. Status mikrobiologi (total
Foodborne Disease Outbreaks: plate count, coliform, dan
Guidelines for Investigation and escherichia coli) susu kambing
Control. 2007. (https:// peranakan etawa (pe) di desa Sungai
www.who.int/foodsafety/publicat Langka kecamatan Gedong Tataan
ions/ Kabupaten Pesawaran. Jurnal Ilmiah
foodborne_disease/Section_6.pdf, Peternakan Terpadu Vol. 4(3): 217-
diakses 4 Desember 2019) 221.

Amigo, L., Fotencha, J. 2011. Goat Milk. Legowo, A. M., Kusrahayu, Mulyani, S.
2009. Ilmu dan Teknologi Susu. Setiawan, J., Maheswari, R. R. A.,
Badan Penerbit Universitas Purwanto, B. P. 2013. Sifat fisik dan
Diponegoro. Semarang. kimia, jumlah sel somatik dan
kualitas mikrobiologis susu kambing
Mannual Book Milkotester. 2016.
peranakan etawa. Acta Veterinaria
Operating Instructions. Milkotester
Indonesiana Vol 1(1):32-43.
Ltd. Bulgaria.
Setiawan, T. dan Tanius, A. 2005. Beternak
Park, Y. W., Ju´arez, M., Ramos, M.,
Kambing Perah Peranakan Ettawa.
Haenlein, G. F. W. 2007. Physico-
Penebar Swadaya. Bogor.
chemical characteristics of goat and
sheep milk. Small Ruminant Swadayana, A., Sambodho, P., Budiarti, C.
Research 68: 88-113. 2012. Total bakteri dan pH susu
akibat lama waktu diping puting
Resnawati, H. 2010. Kualitas susu pada
kambing peranakan ettawa laktasi.
berbagai pengolahan dan
Animal Agricultural Journal. 1(1) :
penyimpanan. Semiloka nasional
12 – 21.
prospek industry sapi perah menuju
perdagangan bebas. Balai Penelitian Thai Agricultural Standard. TAS 6006-
Ternak, Bogor. 2008. Raw Goat Milk. National
Bureau of Agricultural Commodity
Rosartio, R., Suranindyah, Y., Bintara, S.,
and Food Standards, Ministry of
Ismaya. 2015. Produksi dan
Agriculture and Cooperatives. ICS
komposisi susu kambing peranakan
67.100.01. Published in the Royal
ettawa di dataran tinggi dan dataran
Gaze tte Vol. 125 Section 139 D.
rendah daerah istimewa yogyakarta.
Thailand.
Buletin Peternakan Vol. 39 (3): 180-
188, Oktober 2015 Utari, F. D., Prasetiyono, B. W. H. E.,
Muktiani, A. 2012. Kualitas susu
Sanjaya, A. W., Sudarwanto, M.,
kambing perah peranakan ettawa
Soejoedono, R., Purnawarman, T.,
yang diberi suplementasi protein
Lukman, D. W., Latif, H. 2007.
terproteksi dalam wafer pakan
Higiene Pangan. Departemen Ilmu
komplit berbasis limbah
Penyakit Hewan dan Kesehatan
agroindustri. Anim. Agric. J. 1(1):
Masyarakat Veteriner.Bogor: FKH-
426 – 447
IPB
Zaidemarmo, N., Husni, A., Sulastri. dan proses terhadap karakteristik
2016. Kualitas kimia susu kambing sari buah mengkudu. Warta IHP/J.
peranakan etawa pada berbagai Agro-Based Industry 18(1-2):25-31
periode laktasi di desa Sungai
Association of Official Analytical Chemist
Langka Kecamatan Gedong Tataan
(AOAC). 1995. Official Methods of
Kabupaten Pesawaran. Jurnal Ilmiah
Analysis. 16th Edition, Washington
Peternakan Terpadu Vol. 4(4): 307 –
DC.
312.
Bangun, A.P. dan Sarwono, B. 2002.
Zain, W. N. H. 2013. Kualitas susu
Khasiat dan manfaat mengkudu.
kambing segar di peternakan Umban
Agromedia Pustaka, Bogor: 5-24
Sari dan Alam Raya Pekanbaru.
Jurnal peternakan vol 10 (1):24-30 Buckle, K.A., Edwards R.A., Fleet G. H.,
dan Wooton, M. 2009. Ilmu pangan.
Zurriyati, Y., Noor, R. R., Maheswari, R.
UI Press, Jakarta.Buckle, K.A.,
R. A. 2011. Analisis molekuler
Edwards, R.A., Fleet, G.H., dan
genotipe kappa kasein (κ-kasein)
Wooten, M. 1987. Ilmu Pangan.
dan komposisi susu kambing
Terjemahan H. Purnomo.UI-Press,
Peranakan Etawah, Saanen dan
Jakarta
Persilangannya. Jurnal Ilmu Ternak
dan Veteriner. 16(1) : 61-70. Blanco, Y.C., Vaillan, F., Perez, M.A.,
Reynes, M., Brillouer, M.J., dan
Amar A., Sumarno L., Makosim S.,
Brat, P. 2006. The Noni Fruit
Magdalena M., dan Yulianto D.T.
(Morinda citrifolia L): A Review of
2004. Analisis mikroorganisme
Agriculture Research, Nutritional
kandungan alkohol dan asam lemak
and Therapeutic Properties. Journal
sari buah mengkudu dengan gas
of Food Composition and Analysis
chromatograpHy. Proseding Seminar
19 2006: 645 – 654.
Nasional dan Konggres
Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Burton, E. 2013. Karakteristik fisik kimia
Indonesia (PATPT) di Jakarta 17-18 dan organoleptik kefir susu kambing
Desember 2004 dengan penambahan ekstrak kulit
manggis komersial. Skripsi. IPB
Antara, N.T., Pohan, H.G., dan Subagja.
2001. Pengaruh tingkat kematangan Bozanic, R. dan Tratnik, L. 2001. Quality
of cow’s and goat’s fermented bifido Lumpur, Malaysia
milk during storage. Food Technol.
Janzen, J.J., Bishop, J.R., dan Bodine,
Biotechnol. 39 (2): 109–114.
A.B. 1982. Relationship of Protease
Deeth, H.C., Khusniati, T., Datta, N., dan Activity to Shelf Life of Skim and
Wallace, R.B. 2002. Spoilage Whole Milk. J. Dairy Sci. 65:2237-
Patterns of Skim Milk and Whole 2240
Milks. J. Dairy Res. 69: 227-241
Khusniati T. dan Yantyati W. 2008.
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Antibacterial Effects of Aromatic
Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta. Materials Produced in Indonesia on
97-99. The Preservation of Skimmed and
Whole Milk in Storage.
Erdogrul, O. 2005. Microbiological
International Food Research
Properties of Boneless Sheep Meat
Journal 15(2): 109-118.
in Kahramanmaras. Turk. J. Vet.
Anim. Sd. 29 : 145-150. Khusniati, T. dan Nurmalia. 2010.
Aktivitas Protease Pseudomonas
French, M.H. 1970. Observation of The
Fluorescens dalam Mendegradasi
Goat. FAO, Rome
Protein pada Susu Pasteurisasi
Habibah dan Ramadhani, Y. 2012. selama Penyimpanan. Seminar
Perubahan Kadar Protein dan pH Nasional Teknologi Peternakan dan
Susu Pasteurisasi Selama Veteriner 2010
Penyimpanan Dingin. Agroscientise.
Maitimu, C.V., Legowo, A.M., dan Al-
19(1): 12-13.
Baarri, A.N. 2013. Karakteristik
Herudiyanto, M.S. 2008. Pengantar Mikrobiologis, Kimia, Fisik dan
Teknologi Pengolahan Pangan. Organoleptik Susu Pasteurisasi
Widya Padjadjaran, Bandung. dengan Penambahan Ekstrak Daun
Aileru selama Penyimpanan. Jurnal
Indratiningsih., Djojowidagdo, S.,
Aplikasi Teknologi Pangan 2 (1).
Bachruddin, Z. and Widyobroto,
B.P. 2012. Conjugated Linoleic Muchtadi, T, Sugiyono, dan
Acid (CLA) Content in Ferment Ayustaningwarno, F. 2010. Ilmu
Goat Milk. Proseedings of the 1st Pengetahuan Bahan Pangan.
Asia Dairy Goat Conference, Kuala Alfabeta, Bandung
Moeljanto, R.D. dan Bernardinus T.W.W. Food Sources of Provitamin A and
2002. Khasiat dan Manfaat Susu Vitamin C in The American Pacific.
Kambing Susu Terbaik dari Hewan Tropical Science 41: 199-202.
Ruminansia. AgroMediaPustaka,
Silanikove N., Leither G., Merin U., dan
Jakarta.
Prosser C.G. 2010. Recent Advances
Morton, J.F. 1992. The Ocean-going Noni in Exploiting Goat’s Milk Quality,
or Indian Mulberry Morinda Safety and Production Aspects.
Citrifolia, Rubiceae and Some of Its Small Rumin Res 89 : 110- 124
“colourful” Relatives. Ecological
Sitompul, N.M., Lubis, Z., dan Suhaidi, I.
Botony 46: 241-256.
2014. Pengaruh Perbandingan Sari
Nagalingam, S., Sasikumar, S.C., dan Mengkudu dengan Sari Nanas dan
Cherian, M.K. 2012. Extraction and Jumlah Sukrosa terhadap Mutu
Preliminar Phytochemical Minuman Serbuk Mengkudu Instan.
Screening of Active Compounds in Jurnal Rekayasa Pangan, 2(1): 33
Morinda Citrifolia Fruit. Asian
Sudarmadji S., Bambang H., dan Suhardi.
Journal of Pharmaceutical and
2010. Prosedur Analisa untuk
Clinical Research.
Bahan Makanan dan Pertanian.
OpHart, C.E. 2003. Virtual Chembook. Liberty Yogyakarta, Yogyakarta
Elmhurst College Press,
Setyaningsih, D., Anton A., dan Maya,
Illionis.Reinhemer. J.A., Suarez,
P.S. 2010. Analisis Sensoris untuk
V.B., dan Haye, M.A. 1993.
Industri Pangan dan Agro. IPB
Microbial and Chemical Changes in
Press, Bogor.
Refrigerated Pasteurized Milk in
The Santa Fe Area (Argentina). Standar Nasional Indonesia. 1995. Susu
Aust. J. Dairy Technol. 48:5-9 pasteurisasi. SNI 01-3951-1995.

Resnawati, H. 2010. Kualitas Susu pada Syarief, H dan Halid, H. 1992. Teknologi
Berbagai Pengolahan dan Penyimpanan Pangan. Penerbit
Penyimpanan. Semiloka nasional Arcan, Yogyakarta.
prospek industri sapi perah menuju
Tetriana, D., Darlina., Armanu dan
perdagangan bebas.
Syaifudin, M. 2008. Pengaruh
Shovic, A.C., dan Whistler, W.A. 2001. Radiasi Gamma terhadap Profil
Protein Plasmodium Berghei Uji Sensitivitas Staphylococcus
Stadium Eritrositik. Prosiding aureus terhadap Amoxicillin dari
Seminar Keselamatan, Kesehatan Sampel Susu Kambing Peranakan
dan Lingkungan IV dan Ettawa (PE) Penderita Mastitis di
International Seminar on Wilayah Girimulyo, Kulonprogo,
Occupational Health Safety I. Pusat Yogyakarta. J. Sain Vet., 31(2), 140-
Teknologi Keselamatan dan Radiasi 141.
(PTKMR)-Badan Tenaga Nuklir.
Haerah, D. 2015. Deteksi Staphylococcus
Arif, A. 2017. Uji Sensitivitas Ampisilin,
aureus Penyebab Mastitis Subklinis
Imipenem Dan Tetrasiklin Terhadap
Pada Perah Di Kecamatan Cendana
Staphylococcus Penyebab Mastitis
Kabupaten Enrekang. Universitas
Pada Kambing Peranakan Etawa
Hasanuddin. Makassar.
Asal Kabupaten Asal Kabupaten
Polewali Mandar. Program Studi
Ibrahim, J. 2017. Tingkat Cemaran
Kedokteran Hewan, Fakultas
Bakteri Staphylococcus aureus Pada
Kedokteran, Universitas
Daging Ayam Yang Dijual Di Pasar
Hasanuddin, Makssar.
Tradisional Makassar. Jurusan Ilmu
Badan Standarisasi Nasional. 2015. SNI Peternakan Fakultas Sains Dan
2332.9:2011. Cara Uji Teknologi Universitas Islam Negeri
Mikrobiologi-bagian 9: Penentuan Alauddin Makassar.
Staphylococcus aureus Pada Produk
Perikanan. Dewan Standardisasi Maulitasari, S.S. 2014. Identifikasi
Nasional, Jakarta. Cemaran Stahpylococcus aureus
Pada Daging Ayam Yang Di Jual Di
Boerlin, P., Kuhnert, P., Hussy, D., Pasar Tradisonal Dan Modern Di
Schaellibaum, M. 2003. Methods for Sekitar Kampus Institut Pertanian
Identification of Staphylococcus Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan
aureus Isolates In Cases of Bovine Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mastitis. J. Clin. Microbiol., 41(2),
767-771. Moroni, P., Pison, G., Ruffo, Boetter, P.J.
2005. Risk factors for
Dewi, A.K. 2013. Isolasi, Identifikasi dan intramammary infections and
relationship with somatic cell counts Segar di Koperasi Peternak Sapi
in Italian dairy goats. Prev. Vet. Perah (KPSP) Karyo Ngremboko
Med., 69, 163- 173. Kecamatan Purwoharjo Kabupaten
Banyuwangi. J. Med. Vet., 2(1), 1-6.
Mustapa, I.S. 2017. Identifikasi
Staphylococcus aureus Penyebab Priono, D., Kusumanti, E., Harjanti, D.W.
Mastitis Pada Kambing Peranakan 2016. Jumlah bakteri
Etawa Di Kabupaten Polman. Staphylococcus aureus dan skor
Program Studi Kedokteran Hewan California Mastitis Test (CMT) pada
Fakultas Kedokteran Universitas susu kambing Peranakan Etawa
Hasanuddin Makassar. akibat dipping ekstrak daun
Babadotan (Ageratum conyzoides
Octaviantris, F.A. 2007. Deteksi Bakteri L.). Fakultas Peternakan dan
Staphylococcus aureus Pada Susu Pertanian Universitas Diponegoro.
Bubuk Skim (Skim Milk Powder). Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 26(1),
Bogor: Impor. Departemen Ilmu 52-57.
Penyakit Hewan Dan Kesehatan
Masyarakat Veteriner, Fakultas Purnomo, A., Hartatik, Khusnan, Siti,
Kedokteran Hewan, Institut O.S., Soegiyono. 2006. Isolasi dan
Pertanian Bogor. Karakterisasi Staphylococcus aureus
Asal Susu Kambing Peranakan
Ote, I., Taminiau, B., Duprez, I.N., Dizier, Ettawa. J. Media Ked. Hewan,
I., Maiil, J.G. 2011. Genotypic 22(3).
characterization by Polymerase
Chain Reaction of Staphylococcus Sarudji, S., Chusniati, S., Tyasningsih, W.,
aureus isolates associated with Handijatno, D. 2017. Petunjuk
bovine mastitis. Vet. Microbiol., Praktikum Penyakit Infeksius
153, 285–292. Progam S-1 Kedokteran Nasional
Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Pradika, A.Y., Chusniati, S., Purnama, Universitas Indonesia.
M.T.E., Effendi, M.H., Yudhana, A., Alexopoulos, A., G. Tzatzimakis, E.
Wibawati, P.A. 2019. Uji Total Bezirtzoglou, S. Plessas, E.
Escherichia coli pada Susu Sapi Stavropoulou, E. Sinapis and Z.
Abas. 2011. Microbiological quality
and related factors of sheep milk
produced in farms of NE Greece.
Anaerobe. 17:276-279
Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI
7388:2009, Batas Maksimum
Cemaran Mikroba dalam Pangan.
Badan Standarisasi Nasional. Jakarta
Dwidjoseputro, D. 1989. Mikroba Susu
Segar. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
Chye F. Y., A. Abdullah, dan M. K. Ayob.
2004. Bacteriological quality and
safety of raw milk in Malaysia. Food
Microbiol 21: 535–541
Gustiani E. 2009. Pengendalian cemaran
mikroba pada bahan pangan asal
ternak (daging dan susu) mulai dari
peternakan sampai dihidangkan.
Litbang Press 28: 96-100.
Sanjaya A. W, M. Sudarwanto, R.
Soejoedono, T. Purnawarman, D. W.
Lukman, dan H. Latif. 2007.
Higiene Pangan. Departemen Ilmu
Penyakit Hewan dan Kesehatan
Masyarakat Veteriner.Bogor: FKH-
IPB.

Anda mungkin juga menyukai