Matakuliah Farmasi Físika berisi pokok-pokok bahasan konsep dasar sifat fisikokimia molekul obat,
kinetika,dan orde reaksi, kelarutan dan factor yang mempengaruhinya, difusi dan disolusi, stabilitas (fungís
dan cara penentuannya), pengertian tentang fenomena antar permukaan dan penentuang tegangan permkaan,
sistem dispersi (koloid, emulsi, dispersi padat), pengertian rheologi dan viskositas serta hubungannya dalam
FARMASI, mikrometrik, sifat-sifat física senyawa berbentuk serbuk.
5
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
a. Menjelaskan tentang interaksi antara pelarut dan zat terlarut serta fenomena kelarutan yang lain
b. Menjjelaskan tentang usaha-usaha untuk meningkatan kelarutan suatu zat yang digunakan dalam bidang
farmasi
c. Menjelaskan tentang pentingnya uji stabilitas suatu zat dan sediaan farmasi, serta faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhinya
d. Menjelaskan tentang terjadinya difusi, prosedur dan peralatan yang digunakan pada percobaan difusi dan
proses disolusi obat
e. Mejnjelaskan tentang tegangan permukaan dan antar-muka serta hal-hal yang berkaitan dengan fenomena
permukaan
f. Menjelsakan tentang viskositas, fluiditas, sifat aliran, viskoelastisitas, dll
g. Menjelaskan tentang ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel, bentuk-bentuk partikel, dan permkaan
partikel
6
Tata Tertib Perkuliahan
7
UTS DAN UAS
SOAL 30
PG
GFORM
WAKTU
07/08/2022 8
Silabus dan RPS
07/08/2022 9
Tim Dosen Farmasi Fisika
(Team Teaching)
07/08/2022 10
PERLUNYA BELAJAR FARMASI FISIKA
Konsep farmasi fisika
Kimia
Fisika
• Solid
• Konvensional
• Liquid
• Inkonvensional
• Semisolid
Farmasi Penghant
Teknolog
aran
i Fisika obat
Farmasi (DDS)
• Biofarmasi
• Farmakokinetika
Efektivita • Farmakologi
s • Farmakoterapi
– Farmasi fisika adalah: prinsip fisika (sifat – sifat fisika) untuk mengungkapkan
atau
memahami fenomena proses dalam sistem farmasetika.
– Peran farmasi fisika adalah untuk menjawab permasalahan berkaitan dengan
formulasi, dan stabilitas obat
BAHAN OBAT : Molekul Partikel Sistem Kristal
Sediaan obat :
Solid, liquid, semisolid
Sistem dispersi : molekul, koloid, emulsi, suspensi
Sistem Penghantaran Obat (DDS) Efek terapi
APLIKASI FARMASI FISIKA
– Melalui penerapan ilmu farmasi fisika, dapat ditetapkan beberapa hal yaitu:
Waktu kadaluarsa berdasarkan hasil uji sediaan pada berbagai kondisi dalam ilmu kinetika kimia.
Pengukuran kadar zat aktif dengan menggunakan instrumen.
Pengujian partikel zat berupa ukuran partikel dalam pembuatan tablet.
Pengujian keefektifan zat dalam sediaan, melarut dalam cairan tubuh manusia.
Ilmu ini mencakup dalam uji disolusi obat. Uji ini menyatakan kecepatan sediaan dalam melarutkan zat
sehingga zat tersebut dapat berefek dalam tubuh manusia.
Pengujian stabilitas obat. Misalnya untuk sediaan semisolid dikenal istilah stabilitas dipercepat (stress
condition) yaitu sediaan ditempatkan pada dua suhu yang berbeda 25ᵒC dan 40ᵒC minimal dilakukan dalam
10 siklus.
PERTEMUAN 2
Wujud zat
AMORF
KRISTAL
KINETIKA MATERI
Berdasarkan pada teori kinetik zat, Partikel gas mempunyai energi cukup untuk
memisahkan diri dari partikel lainnya. Oleh karena itu, partikel-partikel gas itu bebas
untuk bergerak ke manapun arah sampai mereka menyebar untuk mengisi
wadahnya. Sejak itu partikel-partikel tidak dekat dengan yang lainnya, mereka
dapat dimampatkan ke dalam ruangan yang yang lebih kecil.
LARUTAN
LARUTAN
Larutan terdiri atas cairan yang melarutkan zat (pelarut) dan zat yang larut di dalamnya (zat
terlarut).
Larutan jenuh : zat terlarut berada dlm kesetimbangan dgn fase padat
Larutan tidak jenuh/hampir jenuh : zat terlarut dlm konsentrasi dibawah konsentrasi utk keadaan jenuh
sempurna pd suhu tertentu
Larutan lewat jenuh : zat terlarut dlm konsentrasi lebih banyak dr yg seharusnya ada pd suhu tertentu,
terdpt solut yg tdk larut
KELARUTAN
Kelarutan : besaran kuantitatif sbg konsentrasi zat terlarut dlm lar jenuh pd suhu
tertentu, scr kualitatif sbg interaksi spontan dr 2/lebih zat untuk membentuk dispersi
molekular homogen
➢ Kelarutan bergantung pd : sifat fisika-kimia zat terlarut dan pelarut, suhu, tekanan,
pH larutan
ISTILAH KELARUTAN
Kelarutan dapat didefinisikan dalam istilah kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada suhu
tertentu dan secara kuantitatif dapat pula dinyatakan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
dispersi molekul yang homogen.
Proses Pelarutan
Sistem klasifikasi BCS
SISTEM BCS
KELAS I : Kelarutan tinggi – Permeabilitas tinggi Obat-obat untuk kategori kelas I menunjukkan jumlah
absorbsinya tinggi serta jumlah disolusi yang tinggi pula. Kecepatan disolusi obat-obat ini tergantung dari
kecepatan pengosongan lambung.
KELAS II : Kelarutan rendah – Permeabilitas tinggi Obat-obat untuk kategori kelas II mempunyai jumlah
absorbsi yang tinggi tetapi dengan jumlah disolusi yang rendah. Kecepatan disolusi obat secara in-vivo besar
jika dosis obat ditingkatkan.
KELAS III : Kelarutan tinggi – Permeabilitas rendah Obat-obat untuk kategori kelas III menunjukkan variasi
kecepatan dan besarnya absorbsi obat yang tinggi terhadap permeabilitas. Jika disolusi obat cepat, maka
variasi tersebut dapat disebabkan oleh perubahan fisiologi atau permeabilitas membran yang lebih baik
daripada faktor bentuk dosis.
KELAS IV : Kelarutan rendah – Permeabilitas rendah Obat-obat untuk kategori kelas IV menunjukkan
banyak masalah untuk metabolisme oral yang efektif.
CONTOH BCS KELAS II
asam mefenamat termasuk dalam kategori kedua yaitu kelarutan rendah dengan daya tembus
membran yang tinggi. Sehingga perlu peningkatan kelarutan untuk mendapatkan bioavailabilitas yang
maksimal. Karena bioavailabilitas obat ditentukan oleh kecepatan pelepasan obat dari bentuk sediaan,
kecepatan disolusi obat dalam cairan gastrointestinal dan absorbsi obat.
PENGGOLONGAN LARUTAN
LARUTAN IDEAL DAN LARUTAN NYATA
Larutan ideal mempunyai ciri-ciri berupa: tidak ada perubahan sifat dari komponen (selain dari
pengenceran) ketika zat bercampur membentuk larutan;
tidak ada panas yang diserap dan dilepaskan selama proses pencampuran;
tidak ada penyusutan volume;
mengikuti hukum Roult; “tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh tekanan uap pelarut dan fraksi mol zat
terlarut yang terkandung dalam larutan tersebut”
Larutan ideal terbentuk dengan mencampurkan zat yang sifatnya sama.
Jika 100 ml metanol dicampur dengan 100 ml etanol, volume akhir larutan
adalah 200 ml, dan tidak ada panas yang dilepaskan maupun diabsorpsi.
Tetapi jika 100 ml asam sulfat dicampurkan dengan 100 ml air, volume akhir larutan
adalah sekitar 180 ml pada suhu ruangan, dan pencampuran diikuti dengan
terbentuknya pelepasan panas maka larutan tersebut dikatakan tidak ideal atau
nyata.
INTERAKSI PELARUT – ZAT TERLARUT
Pelarut polar memecahkan ikatan kovalen pada elektrolit kuat dengan reaksi asam basa karena pelarut ini
bersifat amfiprotik. Sebagai contoh, air menyebabkan ionisasi HCl sebagai berikut.
PELARUT NON POLAR
Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik menarik antara ion-ion elektrolit karena tetapan
dieletriknya rendah.
Pelarut non polar juga tidak bisa memecahkan ikatan kovalen dan tidak dapat mengionisasi elektrolit lemah
karena pelarut nonpolar termasuk dalam golongan pelarut aprotik.
Pelarut non polar tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan nonelektrolit.
Senyawa nonpolar dapat melarutkan zat terlarut nonpolar dengan tekanan dalam yang sama melalui interaksi
dipol induksi.
Molekul zat terlarut tetap berada dalam larutan dengan adanya gaya sejenis yaitu gaya van der Waals -
London yang lemah.
minyak dan lemak larut dalam karbon tetraklorida, benzena dan minyak mineral. Alkaloida basa dan
asam lemak larut dalam pelarut nonpolar.
PELARUT SEMI POLAR
Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol dapat menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul
pelarut nonpolar, sehingga menjadi dapat larut dalam alkohol, contohnya benzena yang mudah dapat
dipolarisasikan.
Kenyataannya, senyawa semipolar dapat bertindak sebagai pelarut perantara yang dapat menyebabkan
bercampurnya cairan polar dan nonpolar.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN
5. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut
dengan membentuk garam kompleks.
Contohnya: Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
6. Salting Out
Salting Out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat
utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contohnya: kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila ke dalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl
jenuh.
7.Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi
lebih besar.
Contohnya: Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
8. Profil pH-
kelarutan merupakan suatu gambaran dari kelarutan obat pada berbagai pH fisiologik. Informasi ini
digunakan dalam rancangan formulasi karena sifat pH lingkungan dari saluran cerna berbeda, dari bersifat
asam dalam lambung sampai sedikit bersifat alkali dalam usus halus. Suatu obat yang bersifat basa akan
larut dalam media asam karena pembentukan garam yang larut. Sebaliknya suatu obat asam akan menjadi
larut dalam usus dengan pembentukan suatu garam yang larut pada pH yang lebih alkali (Shargel dkk, 2005).
9. Pengaruh Surfaktan
Obat yang bersifat asam lemah dan basa lemah yang sukar larut, dapat dilarutkan dengan bantuan kerja dari
zat aktif permukaan dengan menurunkan tegangan permukaan antara zat terlarut dengan mediumnya (Martin
dkk, 1983).
KECEPATAN KELARUTAN
1. Ukuran partikel.
Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel; makin luas permukaan solute yang kontak dengan solvent,
solute makin cepat larut.
2. Suhu.
Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute.
3. Pengadukan.
Pengadukan mekanik akan menambah kecepatan kelarutan dibanding jika tidak diaduk.
Pada pengadukan yang rendah aliran bersifat pasif. Zat padat tidak bergerak dan kecepatan pelarutan bergantung
pada bagaimana karakter zat padat tersebut menghambur dari dasar wadah. Zat padat dan larutannya tidak
berpindah ke atas sistem sehingga mempunyai perbedaan konsentrasi.