Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA
“VISKOSITAS DAN RHEOLOGI”

Disusun Oleh:
TRANSFER B 2020
KELOMPOK 5
NURUL NIRWANA BASAR 20018046
JESSICA PONGKIDING 20018050
RAHMATIKA 20018054
ELPANI SONGGA 20018059
OSI NOVALINDA RAHAYU 20018065

Asisten Laboratorium:
EMANUEL JANUARIO MALLUN GELO

LABORATORIUM FARMASI FISIKA


PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan Laporan Praktikum Farmasi Fisika “Viskositas dan
Rheologi” dengan baik.
Penyusunan Laporan Praktikum Farmasi Fisika ini tidak dapat
terlaksana tanpa bantuan dan bimbingan dari pihak yang dengan ikhlas
bersedia meluangkan waktu membantu kami dalam penyusunan laporan
praktikum farmasi fisika ini. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat
dan dengan setulusnya kami berterima kasih kepada asisten atas
bimbingan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami sehingga dapat
menyusun dan menyelesaikan laporan praktikum farmasi fisika ini tepat
pada waktunya dan sesuai dengan yang kami harpakan. Dan kami
ucapkan terimakasih kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terlibat
dalam pembuatan laporan praktikum farmasi fisika ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Praktikum
Farmasi Fisika ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
menerima masukan, kritikan yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan Laporan Praktikum Farmasi Fisika ini dan semoga laporan
praktikum farmasi fisika ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, Januari 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan manusia sekarang, salah satu masalah yang
sering terjadi adalah penularan dan penyebaran berbagai macam
penyakit, untuk mencegahnya para peneliti menemukan berbagai macam
obat. Obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk
dipakai dalam diagnosi, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah
penyakit pada manusia dan hewan (Ansel,1989). Salah satu kualitas obat
ialah mempunyai beraneka ragam kerja dan efek pada tubuh. Sifat dari
mekanisme kerja obat pada sistem tubuh harus ditentukan termasuk
menentukan toksisitasnya, untuk mempelajarinya, ilmu farmasi adalah
bidang yang terkait dengan kajian berbagai aspek obat (Nahar, 2009).
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi
atau pembakuan obat serta pengobatan termasuk pula sifat-sifat obat dan
distribusinya serta penggunaan yang aman. Farmasi termasuk ilmu
terapan yang terdiri dari prinsip dan metode yang telah dipetik dari disiplin
ilmu lain seperti fisika, kimia, biologi dan farmakologi. Farmasi fisika
merupakan salah satu ilmu dibidang farmasi yang menerapkan ilmu fisika
dalam sediaan farmasi.
Farmasi fisika mempelajari sifat fisik dari berbagai zat yang
digunakan untuk membuat sediaan obat dan juga meliputi evaluasi akhir
sediaan obat tersebut. Sehingga akan menghasilkan sediaan yang sesuai
standar, aman dan stabil yang nantinya akan di distribusikan kepada
pasien yang membutuhkan (Martin, 1990).
Senyawa obat memiliki sifat fisika yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal-hal
tersebut diantaranya viskositas dan rheologi. Mempelajari viskositas dan
rheologi sangat penting karena untuk mempermudah penyelidikan
kekentalan dari cairan sejati, larutan dan sistem koloid baik yang encer
maupun yang kental, jauh bersifat praktis dari pada bersifat teoritis.
Mempelajari rheologi juga penting dalam bidang farmasi karena rheologi
digunakan penerapannya dalam formulasi dan analisis dari produk farmasi
seperti emulsi, pasta, supositoria dan penyalutan tablet (Martin, 1993).
Dalam percobaan kali ini akan dilakukan penetuan viskositas
sediaan farmasi yaitu amilum, alginate dan Na-CMC dengan
menggunakan alat viscometer Brookfield.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
a. Mengetahui dan memahami cara penentuan viskositas dari suatu
sampel menggunakan viskometer Brookfield.
b. Mengetahui dan memahami cara penentuan sifat alir sampel
berdasarkan rheogram yan terbentuk
I.2.2 Tujuan Percobaan
a. Mengetahui arti viskositas dan rheologi
b. Mengetahui hubungan jenis bahan dalam penentuan viskositas
c. Mengetahui pengaruh konsentrasi suatu sampel terhadap
viskositas
d. Menentukan sifat alir dari sampel dengan menggunakan
viscometer Brookfield
I.3 Prinsip Percobaan
Menetapkan viskositas dan sifat dari berbagai cairan dengan
menggunakan alat viscometer Brookfield dengan prinsip pengukuran gaya
punter sebuah rotor silinder yang dicelupkan kedalam fluida kemudian
bahan fluid aini diletakkan di dalam wadah sembari poros yang direndam
didalam fluida tersebut bergerak dan melakukan pengukuran viskositas
dimana semakin kuat putaran maka semakin tinggi viskositasnya
sehingga hambatannya semakin besar (Moechtar, 1990).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum


Aliran pada suatu sediaan dikenal dengan istilah rheologi. Rheologi
berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua kata yaitu Rheo yang artinya
mengalir dan logos yang artinya ilmu. Menurut Bingham dan Crawford,
rheologi menggambarkan aliran zat cair atau perubahan bentuk
(deformasi) zat di bawah tekanan. Pada dasarnya rheologi mempelajari
hubungan antara tekanan gesek (shearing stress) dan kecepatan gesek
(shearing rate) pada cairan atau hubungan strain dan stress pada benda
padat (Moechtar, 1990).
Berdasarkan sifat alirnya, sistem cair dibagi menjadi dua yaitu sistem
newton dan non newton. Pada cairan yang menganut sistem newton
hubungan antara shearing rate dan shearing stress adalah linear, dengan
suatu tetapan yang dikenal dengan nama viskositas atau koefisien
viskositas. Tipe alir ini umumnya dimiliki oleh larutan yang tersusun atas
solut maupun solven dengan struktur molekul sederhana dengan volume
molekul kecil. Sedangkan pada aliran non newton, shearing rate dan
shearing stress tidak memiliki hubungan linear, viskositas berubah-ubah
tergantung dari besarnya tekanan yang diberikan (Moechtar, 1990).
Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi adalah system
newton dan non-newton (Mayer, 2009).
1. Sistem Newton
Hukum aliran dari newton, jika bidang cairan paling atas bergerak
dengan suatu kecepatan konstan maka setiap lapisan dibawahnya akan
bergerak dengan suatu kecepatan yang berbanding lurus dengan jarak
dari lapisan dasar yang diam. Perbedaan kecepatan (dv) antara dua
bidang cairan dipisahkan oleh suatu jarak kecil (dr) adalah “perbedaan
kecepatan” atau rate of shear dv/dr. Gaya persatuan luas F’/A diperlukan
untuk menyebabkan terjadinya aliran dimana ini biasa disebut sebagi
shearing strees. Newton menemukan bahwa makin besar viskositas suatu
cairan, akan makin besar gaya persatuan luas ( shearing stress) yang
diperlukan untuk menghasilkan suatu rate of shear tertentu.
F’/A = η dv/dr
Dimana η adalah koefisien viskositas, biasanya dinyatakan hanya sebagai
viskositas saja (Mayer, 2009).
2. Sistem Non-newton
Hampir seluruh system disperse termasuk sediaan-sediaan farmasi
yang berbentuk emulsi, suspensi dan sediaan setengah padat tidak
mengikuti hukum newton. Viskositas cairan semacam ini bervariasi pada
setiap kecepatan geser, sehingga untuk mengetahui sifat alirnya dilakukan
pengukuran pada beberapa kecepatan geser. Berdasarkan grafik sifat
alirannya (rheogram), cairan non-newton terbagi dalam dua kelompok
yaitu cairan yang sifat alirnya tidak dipengaruhi waktu (kurva naik
berhimpit dengan kurva turun) dan cairan yang sifat alirnya dipengaruhi
waktu (kurva naik tidak berhimpit dengan kurva turun).
1) Cairan yang sifat alirnya tidak dipengaruhi oleh waktu (Mayer, 2009):
a. Aliran Plastik
Kurva aliran plastic tidak melalui titik (0,0) tapi memotong
sumbu shearing stress (atau akan memotong jika bagian lurus dari
kurva tersebut diekstrapolasikan ke sumbuh) pada suatu titik
tertentu yang dikenal sebagai harga yield (meregang lalu kembali ke
keadan semula, tidak mengalir).
b. Aliran Pseudoplastik
Sebagai aturan umum, aliran pseudoplastik diperlihatkan oleh
polimer-polimer dalam larutan yang merupakan kebalikan dari sitem
plastic yang tersusun dari partikel-partikel yang terflokasi dalam
suatu suspensi.
c. Aliran Dilatan
Aliran dilatan terjadi pada suspensi yang memiliki presentasi zat
padat terdispersi dengan konsentrasi tinggi. Jika stress dihilangkan,
maka suatu system dilatan akan kembali ke keadaan fluiditas
aslinya.

Gambar 1. Macam-macam Tipe Rheogram

2) Cairan yang sifat alirnya dipengaruhi oleh waktu (kurva naik tidak
berhimpit dengan kurva turun). Kelompok ini terbagi atas tiga jenis,
yakni (Astuti, 2008) :
a. Aliran Tikostropik
Tikostropik adalah suatu sifat yang diinginkan dalam suatu
farmasetis cair yang idealnya harus mempunyai konsistensi tinggi
dalam wadah, namun dapat dituang dan tersebar mudah. Sebagai
contoh, suspensi tikostropik yang diformulasi dengan baik tidak
akan mengendap dengan segera dalam wadahnya akan menjadi cair
bila dikocok dan akan tinggal cukup lama selama ia digunakan.
Akhirnya, suspensi tersebut akan memperoleh kembali konsistensi
dengan cepat sehingga partikel-partikel tetap berada dalam keadaan
tersuspensi. Makin tinggi tikostropik akan makin rendah laju
pengendapannya.
b. Aliran Rheopeksi
Rheopekasi dalah suatu gejala dimana suatu sol membentuk
suatu gel lebih cepat jika diaduk perlahan-lahan jika dibiarkan
membentuk gel tersebut tanpa pengadukan. Dalam suatu titik
reopektis, gel tersebut merupakan bentuk keseimbangan sedangkan
dalam anti-tikostropi keadaan seimbang adalah sol.
c. Aliran Viskoelasitas
Pengukuran viskoelastis berdasarkan pada sifat-sifat mekanis
bahan yang memperlihatkan sifat kekentalan cairan dan sifat elastik
padatan. Kebanyakan sistem-sistem yang diselidiki dalam bidang
farmasi termasuk dalam kelas ini ialah krim, lotion, salep,
supositoria, suspensi, disperse koloid, zat pengemulsi serta zat
pensuspensi
Kekentalan disebut sebagai viskositas. Kekentalan (viskositas) pada
zat cair ini disebabkan oleh adanya gaya kohesi yaitu gaya tarik menarik
antara molekul sejenis. Secara teoritis dalam ilmu rheologi istilah
viskositas (kekentalan) dapat didefinisikan sebagai berikut. Viskositas
adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir. Makin
tinggi viskositas, maka makin besar tahanannya (Sinila, 2016).
Viskositas biasanya diterima sebagai kekentalan atau penolakan
terhadap penuangannya. Viskositas menggambarkan peracikan dalam
fluida kepada aliran dapat digunakan untuk mengukur gerakan fluida,
prinsip dasar penetapan viskositas digunakan dalam sifat zat atau rheologi
(Moechtar, 1990).
Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju cairan melalui tabung
silinder, cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat
digunakan baik untuk cair maupun gas. Menurut polsavile jumlah volume
cairan yang mengalir melalui pipa persamaan waktu. Misalnya viskometer
mengukur kecepatan dari suatu cairan mengalir melalui pipa gelas (pipa
kapiler) bila cairan mengalir cepat maka viskositas dari cairan tersebut
rendah (misalnya air). Dan bila cairan itu mengalir lambat, maka dikatakan
cairan tersebut viskositasnya tinggi (Dudgale, 1986).
Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kekentalan (viskositas) suatu
cairan antara lain: (Sinila, 2016)
a. Suhu
Suhu sangat memengaruhi tingkat viskositas. Semakin tinggi suhu
zat cair, maka semakin kurang kental zat cair tersebut. Misalnya ketika
ibu menggoreng ikan di dapur, minyak goreng yang awalnya kental
menjadi lebih cair ketika dipanaskan. Sebaliknya, semakin tinggi suhu
suatu zat gas, semakin kental zat gas tersebut. Pemanasan zat cair
menyebabkan molekul-molekulnya memperoleh energi. Molekul-
molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul
melemah. Pengaruh suhu ini dapat dilihat pada kekentalan air yang
berubah di tiap suhu pada tabel di bawah ini (FI III, 770).
b. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan
viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.
c. Penambahan bahan lain
1) Penambahan gula pasir meningkatkan viskositas air pada saat
melarutkan gula dalam air, dari yang cair kemudian menjadi agak
kental.
2) Adanya bahan tambahan seperti bahan suspensi menaikkan
viskositas air. Hal ini dapat Anda lihat, misalnya Anda
menambahkan tepung dalam air atau dalam bidang farmasi, bila
Anda menambahkan natrium CMC, tragakan, atau bentonit magma
dalam pembuatan suspensi.
3) Pada minyak ataupun gliserin adanya penambahan air akan
menyebabkan viskositas akan turun karena gliserin maupun minyak
akan semakin encer, sehingga waktu alirnya semakin cepat.
4) Berat Molekul. Viskositas naik dengan naiknya berat molekul.
Misalnya, laju aliran alkohol cepat, kekentalan alkohol rendah
sedangkan larutan minyak laju alirannya lambat ,viskositas juga
tinggi. Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.
Karena dengan adanya solute yang berat memberi beban yang
berat pada cairan sehingga menaikkan viskositas.
d. Konsentrasi larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu
larutan dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi
pula, karena konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat
yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang
terlarut, gesekan antar partikel semakin tinggi dan viskositasnya
semakin tinggi pula.
Viskositas diukur dengan menggunakan alat yang disebut
Viskometer. Ada beberapa jenis viskometer yang dapat digunakan dalam
pengukuran viskositas berdasarkan aliran yang bisa diukur yaitu (Sinila,
2016).
a. Viskometer kapiler (Ostwald)
Viskometer kapiler digunakan untuk mengukur viskositas cairan
Newton. Prinsipnya adalah viskositas cairan Newton dapat ditentukan
dengan mengukur waktu yang dibutuhkan oleh cairan tersebut untuk
lewat di antara dua tanda ketika cairan mengalir akibat gravitasi melalui
suatu tabung kapiler vertikal.

Gambar 2. Viskometer Kapiler


Persamaan yang digunakan dalam pengukuran viskositas dengan
menggunakan alat ini yaitu :
ɳ 1 ρ1 t 1
=
ɳ 2 ρ2 t 2
Di mana:
ɳ1= viskositas cairan uji
ɳ2= viskositas cairan yang sudah diketahui nilai viskositasnya
(misalnya air)
ρ1= kerapatan dari cairan uji
ρ2= kerapatan dari cairan yang sudah diketahui nilai kerapatannya
(misalnya air)
t1&t2 = waktu alir kedua cairan (detik)
b. Viskometer Bola Jatuh
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi
keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides.
Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan bola (yang terbuat dari kaca)
melalui tabung gelas yang hampir vertikal berisi zat cair yang diselidiki.
Jenis viskometer dengan prinsip ini yaitu Viskometer Hoeppler. Sampel
dan bola ditempatkan dalam tabung gelas dalam dan dibiarkan
mencapai temperatur keseimbangan dengan air yang berada dalam
jaket di sekelilingnya pada temperatur konstans. Tabung dan jaket air
tersebut kemudian di balik, yang akan menyebabkan bola berada pada
puncak.

Gambar 3. Viskometer Bola Jatuh

Persamaan yang digunakan dalam prinsip viskometer ini:


η = t (Sb - Sf)B
Di mana:
t = waktu internal (detik)
Sb = bobot jenis bola pada suhu t
Sf = bobot jenis cairan pada suhu t
B = tetapan bola

c. Viskometer Cup and Bob


Prinsip kerja dari viskometer cup and bob adalah sampel digeser
dalam ruangan antara dinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup
ketika bob masuk persis di tengah-tengah.

Gambar 4. Viskometer Cup and Bob

Persamaan pada viskometer Cup and Bob yaitu


1. Viskositas aliran Newton
T W
η = Kv atau η = Kv
Ω V
Di mana:
Kv = konstanta alat
T= putaran
Ω = kecepatan sudut
w = berat (g)
v = rpm
2. Viskositas Plastis
W −Wf
U = Kv
V
Di mana:
U = Viskositas Plastis
Wf = Intersep yield value dalam gram

3. Nilai Yield Value


F = Kf x wf
d. Viskometer Cone and Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah
papan, kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut
digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya
digeser didalam ruang sempit antara papan yang diam dan kemudian
kerucut yang berputar.

Gambar 5. Viskometer Cone and Plate


Persamaan dari viskometer cone and plate adalah:
1. Viskositas (dalam poise) dari cairan Newton
T
η=C
V
Di mana:
η = viskositas cairan Newton
C = konstanta alat
T = puntiran (torque) yang terbaca
V = kecepatan kerucut berputar per menit
2. Viskositas plastis untuk bahan yang menunjukkan aliran plastis
T-Tf
U=C
v
5) Nilai yield value
f = cf x Tf
Di mana:
Tf = puntiran (torque) pada sumbu shearing stress
Cf = konstanta alat
e. Viskometer Brookfield
Pada viscometer ini nilai viskositas didapatkan dengan mengukur
gaya puntir sebuah rotor silinder (spindle) yang dicelupkan ke dalam
sample. Viskometer Brookfield memungkinkan untuk mengukur
viskositas dengan menggunakan teknik dalam viscometry. Alat ukur
kekentalan (yang juga dapat disebut viscosimeters) dapat mengukur
viskositas melalui kondisi aliran berbagai bahan sampel yang diuji.
Untuk dapat mengukur viskositas sampel dalam viskometer Brookfield,
bahan harus diam didalam wadah sementara poros bergerak sambil
direndam dalam cairan.
Pada metode ini sebuah spindle dicelupkan ke dalam cairan yang
akan diukur viskositasnya. Gaya gesek antara permukaan spindle
dengan cairan akan menentukan tingkat viskositas cairan. Sebuah
spindle dimasukkan ke dalam cairan dan diputar dengan kecepatan
tertentu. Bentuk dari spindle dan kecepatan putarnya inilah yang
menentukan Shear Rate. Oleh karena itu untuk membuat sebuah hasil
viskositas dengan methode pengukuran Rotational harus dipenuhi
beberapa hal sebagai berikut:
a. Jenis Spindle
b. Kecepatan putar Spindle
c. Type Viscometer
d. Suhu sampel
e. Shear Rate (bila diketahui)
f. Lama waktu pengukuran (bila jenis sample-nya Time Dependent).
(Sukardjo. 1997)
Viskometer Brookfield merupakan salah satu viscometer yang
menggunakan gasing atau kumparan yang dicelupkan kedalam zat uji
dan mengukur tahanan gerak dari bagian yang berputar. Tersedia
kumparan yang berbeda untuk rentang kekentalan tertentu, dan
umumnya dilengkapi dengan kecepatan rotasi (FI IV,1038). Prinsip
kerja dari viscometer Brookfield ini adalah semakin kuat putaran
semakin tinggi viskositasnya sehingga hambatannya semakin besar
(Moechtar,1990).
Pada viskometer ini dilengkapi dengan tiga spindle, spindle yang
memiliki bentuk yang berbeda-beda, ada yang berukuran kecil, sedang
dan besar. Selain ukurannya yang berbeda-beda, ketiga jenis spindle
ini memiliki fungsi yang berbeda. Jika sediaan yang akan diuji
mempunyai karakteristik aliran newton maka yang digunakan spindle 3
atau dapat juga dengan spindle 1 karena larutan yang memiliki daya alir
newton bersifat tidak terlalu kental (encer). Namun untuk mengukur
viskositas larutan yang memiliki karakteristik aliran non newton dapat
digunakan spindle 2 yang berbentuk kecil karena pada aliran non
newton larutannya memiliki kekentalan yang tinggi.
II.2 Uraian Bahan
1. Amilum (Dirjen POM, 1979: 720)
Nama resmi : AMYLUM
Nama lain : Amilum
RM/BM : C6H20O10.H2O/18,02
Pemerian : Serbuk halus, kadang-kadang berupa
gumpalan kecil: tidak berbau: tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam
etanol (95%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk
dan kering
Kegunaan : Sebagai sampel uji
2. Natrium Alginat (Dirjen POM, 1979: 398)
Nama resmi : NATRII ALGINAS
Nama lain : Natrium alginat
RM/BM : C6H9NaO7/216.121
Pemerian : Serbuk putih pucat hingga coklat kekuningan,
tidak berbau dan tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol (95%), eter,
etanol
atau campuran air kandungan etanol >30%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel uji
3. Na-CMC (Dirjen POM, 1979: 401)
Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHIL CELLULOSUM
Nama lain : Natrium karboksimetil selulosa
RM/BM : C23H46N2O6.H2SO4.H2O/694.85
Pemerian : Serbuk atau granul, putih sampai krem,
higroskopis
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk
larutan koloid, tidak larut dalam etanol, eter,
dan pelarut organik lain
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel uji
BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan


III.1.1 Alat :
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang
pengaduk, chamber dan viskometer Brookfield.
III.1.2 Bahan :
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah alginat, amilum,
desinfektan, Na. CMC dan tisu.
III.2 Prosedur Kerja
III.2.1 Percobaan I
Pengujian Pengaruh Jenis Bahan Terhadap Viskositas
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Dipasangkan alat spindel ke alat viscometer Brookfield dengan
kecepatan 6rpm
3. Setelah terpasang sampel diposisikan dibawa spindel yang
sudah terpasang
4. Diturunkan viskometer bookfield ke posisi sampel dengan yang
tepat
5. Nilai viskositas sampel dicatat.
III.2.2 Percobaan II
Pengujian Pengaruh Konsentrasi Amilum Terhadap Viskositas
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Dipasangkan alat spindel ke alat viskometr Brookfield
3. Setelah terpasang sampel amilum diposisikan diabawa spindel
yang sudah terpasang
4. Diturunkan viscometer Brookfield ke posisi sampel dengan tepat
5. Pengukuran viskositas dilakukan pada kecepatan 6rpm
6. Nilai viskositas dicatat
III.2.3 Percobaan III
Penentuan Sifat Aliran
1. Siapkan alat dan bahan
2. Dipasangkan alat spindel ke alat viskometr Brookfield
3. Setelah terpasang sampel Na. cmc diposisikan dibawa spindel
yang sudah terpasang
4. Diturunkan viscometer Brookfield ke posisi sampel dengan tepat
5. Pengukuran viskositas dilakukan pada kecepatan 1,5 rpm, 3
rpm, 6rpm, 12 rpm dan 30 rpm.
6. Nilai viskositas dicatat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Pengaruh Jenis Bahan
Tabel 1. Pengaruh Jenis Bahan terhadap Viskositas

IV.1.2 Pengaruh Konsentrasi


Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi terhadap Viskositas

IV.1.3 Penentuan Tipe Alir


Tabel 3. Penentuan Tipe Alir

IV.1 Pembahasan
Rheologi adalah aliran cairan dan deformasi dari padatan,
seadangkan viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari
suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas maka akan
semakin besar tahanannya untuk mengalir. Rheologi dari suatu
zat tertentu dapat mempengaruhi penerimaan obat bagi pasien,
stabilitas fisik obat, bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh.
Sehingga viskositas lebih terbukti dapat mempengaruhi laju
absorbsi obat dalam tubuh.
Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi ada
dua yaitu sistem newton dan non-newton. Tipe aliran mengikuti
sistem newton, viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan
tertentu dan tidak bergantung pada suhu kecepatan geser,
sehingga viskositasnya cukup ditentukan pada suatu kecepatan
geser. Tipe aliran system non-newton, aturannya tidak mengikuti aturan
viskositas. Cairan biasanya memiliki ukuran molekul yang paling besar
atau mempunyai struktur tambahan, misalnya koloid. Untuk mengalirkan
cairan bukan cairan newton sehingga diperlukan tambahan gaya atau jika
perlu memecahkan trukturnya.
Pada praktikum kali ini, bertujuan untuk mengetahui
viskositas dari suatu sampel uji. Penentuan viskositas ini
ditentukan menggunakan alat viskometer yakni viskometer
Brookfield. Prinsip dari alat ini yaitu rotasi dengan
mengkombinasikan setting spindle dan kecepatan putar spindle.
Pemilihan spindle tergantung pada viskositasnya cairan yang
akan diuji, semakin besar viskositas dari suatu cairan uji maka
ukkuran spindle yang digunakan semakin kecil dan nomor spindel
yang semakin besar untuk mempermudah proses pengukuran
sifat aliran.
Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah
amilum 5%, amilum 10%, amilum 15%, aglikon 5% dan Na-CMC
5%.
Langkah awal penggunaan viskometer brookfield yakni
spindle dipasang pada gantungan spindle untuk mengukur
kecepatan geser (shearing stress) dari suatu larutan. Larutan
yang akan diukur ditempatkan pada chamber. Turunkan spindle
sampai tanda batas spindle kedalam sampel uji tanpa menyentuh
dasar maupun dinding dari chamber karena apabila spindle
menyentuh dasar akan terjadi gesekkan yang akan memberi gaya
yang menghambat perputaran spindle dan dapat merusak alat.
Hal ini dapat menyebabkan pengukuran menjadi kurang tepat.
Pada percobaan ini amilum 5% dan aglikon 5% menggunakan
spindle nomor 3 atau 63, untuk Na-CMC 5%, amilum 10% dan
amilum 15% menggunakan spindle nomor 4 atau 64. Semakin
cair suatu sampel yang digunakan maka nomor spindle yang
digunakan semakin besar.
Pada pecobaan ini didapatkan hasil viskositas yang
berbeda dari masing-masing sampel. Sampel dengan konsetrasi
yang sama namun berbeda jenis memiliki hasil viskositas yang
berbeda, hal ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan dari
kandungan masing-masing sampel, dapat juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor fisika-kimia dari sampel. Faktor fisika yang dapat
mempengaruhi sifat-sifat dari masing-masing sampel seperti suhu
dan konsetrasi, sedangkan faktor kimia yang dapat
mempengaruhi seperti pH. Amilum memiliki viskositas yang lebih
besar dibandingkan dengan alginat pada konsentrasi yang sama
diarenakan amilum mengandung amilosa yaitu polimer linier dari
α-D glukosa yang dihubungkan dengan ikatan α-(1-4)-D-glukosa,
jika konsentrasi kadar amilum semakin tinggi, maka akan
memiliki tekstur yang semakin padat, hal ini dikarenakan
kapasitas penyerapan air dan elastisitas semakin menurun
sehingga viskositas akan semakin tinggi, sedangkan alginat
viskositasnya dapat dipengaruhi oleh panjang rantai polimer,
konsetrasi larutan, temperatur dan adanya polivaen seperti ion
kalsium. Panjangnya rantai polimer alginat menghasilkan bobot
molekul yang besar sehingga dapat menyebabkan peningkatan
viskositas. Na.CMC dapat meningkatkan viskositas dengan
memperpanjang rantai polimer. Viskositas meningkat seiring
dengan meningktanya konsetrasi polimer, dengan meningkatnya
konsetrasi polimer, maka semakin sukar untuk memisahkan
rantai polimer yang akan meningkatkan viskositas dengan
terbentuknya cross-linking(Bochek et al., 2002).
Pada pengujian amilum 5% dengan menggunakan spindle
63 pada kecepatan 6 rpm didapatkan hasil yaitu 2.200 cps, pada
pengujian amilum 10% dengan menggunkan spindle 64 pada
kecepatan 6 rpm didapatkan hasil 20.000 cps dan pada pengujian
amilum 15% dengan menggunakan spindle 64 didapatkan hasil
10000 cps. Dari percobaan ini diperoleh grafik sebagai berikut:

Pengaruh konsentrasi amilum dengan viskositas


120,000
100,000
100,000

80,000
Viskositas

60,000

40,000
20,000
20,000
2,200
5% 10% 15%
0
Konsentrasi

Grafik 1. Pengaruh Konsentrasi amilum terhadap viskositas

Dari grafik dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi


suatu sampel maka nilai viskositas yang dimiliki semakin tinggi.
Hal ini didukung oleh Norman dkk(2005) yang mengatakan bahwa
viskositas meningkat untuk konsentrasi yang lebih tinggi, karena
konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap
satuan volume. Hubungan antara konsentrasi dan viskositas ditunjukkan
pada persamaan (Grrenfield, 1976) µ = ke 0,26c
dimana µ adalah viskositas
dan c adalah konsentrasi.
Pada percobaan penentuan sifat alir dengan menggunakan
kecepatan alir yang berbeda yaitu pada kecepatan, namun
menggunakan spindle yang sama, didapatkan hasil viskositas
yang berbeda dari masing-masing cairan amilum 5%, hal ini
dapat disebabkan pada kecepatan alir yang berbeda yaitu 1,5, 3,
6, 12, dan 30.
Rate of shear

Penentuan Tipe Alir


0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
200 300 320 360 403.2

Shearing stress

Berdasarkan grafik diatas dapat ditentukan tipe alir dari sampel tersebut.
Tipe alir sampel tersebut ialah tipe aliran Newtonian plastis. Hal ini sesuai
dengan Sinko (2011) yang menyatakan bahwa kurvaaliran plastis tidak
melalui titik (0,0) tetapi memtong sumbu shearing stress pada titik
tertentu yang dikenal denga harga yield dimana sifat alir ini tidak
dipengaruhi oleh waktu
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
1. Rheologi adalah sifat aliran dari suatu zat cair dan deformasi dari
padatan. Viskositas adalah ukuran tahanan suatu cairan untuk
mengalir.
2. Hubungan jenis bahan dengan viskositas ialah semakin kental
suatu bahan untuk mengalir, semakin rendah viskositas dari bahan
tersebut
3. Dari percobaan pengaruh konsentrasi terhadap viskositas dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu sampel maka
akan semakin tinggi nilai viskositas sampel tersebut dimana
konsentrasi berbanding lurus dengan viskositas.
4. Tipe alir yang diperoleh dari percobaan ialah tipe alir sistem
Newtonian plastis dimana shearing strees berbanding lurus
dengan rate of shear dimana semakin besar viskositas cairan
maka makin besar shearing stressyang dibutuhkan untuk
menghasilkan rate of shear.
V.2 Saran
Sebaiknya ketelitian dan kecermatan mengenai praktikum dan
pengamatan lebih ditingkatkan lagi agar mendapatkan hasil yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat.
Universitas Indonesia: Jakarta.

Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universta. PT Gramedia: Jakarta

Bochek,A,M., Yusupova,L,D., Zabivalova,N.M., Petropavlovskii,G.A. 2002.


Rheologi Properties of Aqueous H-Carboxymethyl Cellulose
Solutions wit Various Additives. Russion Journal of Applied
Chemistry.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar Kompetensi Mata


Pelajaran Sains Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Pusat
Kurikulum, Balitbang Depdiknas; Jakarta

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III . Departemen


Kesehatan RI : Jakarta.

Dudgale, 1986. Mekanisme Fluida edisi III. Erlangga : Jakarta

Giancoli, D.C. 2014. Fisika: Prinsip dan Aplikasi Jilid 1 Edisi 7. Erlangga.
Jakarta:

Greenfield, PF.1976. Viscosity Increases in Concentrated Sugar Solutions


and Molasses Due To Dextrans.

Martin, A., Cammarata, dan Swarbrick. 1993. Farmasi Fisik Edisi Ketiga
Jilid 2. Universitas Indonesia: Jakarta

Moechtar, 1990. Farmasi Fisika. UGM Press: Yogyakarta

Nahar, L., dan Satyajit S. 2009. Kimia untuk Mahasiswa Farmasi.


YPustaka Pelajar: Yogyakarta.

Norman, K., A. Ghanbari-Siahkali, and N.B Larsen. 2005. Studies of Spin-


Coated Polymer Films. Annual Reports on the Progress of
Chemistry.

Prihandono, T. 2011. Efektivitas metode belajar fisika tanpa rumus pada


pembelajaran sains. Jurnal Saintifika. 13(1):56-67.

Sani. 2010. Pengaruh Pelarut Phenol Pada Reklamasi Minyak Pelumas.


Unesa University Press.

Sinila, Santi. 2016. Farmasi Fisik. Jakarta: Depkes RI


Sukardjo. 1997. Kimia Fisika I . Jakarta : Rineka Cipta.

Sutiah, K. S. Firdausi, dan W. S. Budi. 2008. Studi kualitas minyak goreng


dengan parameter viskositas dan indeks bias. Jurnal Berkala
Fisika UNDIP. 11 (2):53-58.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja Hubungan Jenis Bahan dengan Viskositas,


Pengaruh konsentrasi terhadap viskositas dan penentuan tipe alir

Persiapan alat dan


bahan

Pemasangan
Spindel

Pengukuran
Viskositas

Lampiran 2. Perhitungan Hubungan jenis bahan dengan viskositas


1. Alginat 5%
Viskositas = diel reading x factor
= 2 x 200
= 400 cps
2. Amilum 5%
Viskositas = diel reading x factor
= 13 x 200
= 2.600 cps
3. Na-CMC 5%
Viskositas = diel reading x factor
= 96 x 1.000
= 96.000 cps
Lampiran 3. Perhitungan Pengaruh konsentrasi terhadap viskositas
1. Amilum 5%
Viskositas = diel reading x factor
= 11 x 200
= 2.200 cps
2. Amilum 10%
Viskositas = diel reading x factor
= 20 x 1.000
= 20.000 cps
3. Amilum 15%
Viskositas = diel reading x factor
= 100 x 1.000
= 100.000 cps
Lampiran 4. Perhitungan Penentuan Tipe Alir
1. Rate of Shear (D)
1) 1,5 rpm
D = rpm/60
= 1,5 rpm/60
= 0,025
2) 3 rpm
D = rpm/60
= 3 rpm/60
= 0,05
3) 6 rpm
D = rpm/60
= 6 rpm/60
= 0,1
4) 12 rpm
D = rpm/60
= 12 rpm/60
= 0,2
5) 30 rpm
D = rpm/60
= 30 rpm/60
= 0,48
2. Shearing strees
1. 1,5 rpm = viskositas x D
= 8.000 x 0,025
= 200
2. 3 rpm = viskositas x D
= 6.000 x 0,05
= 300
3. 6 rpm = viskositas x D
= 3.200 x 0,1
= 320
4. 12 rpm = viskositas x D
= 1.800 0,2
= 360
5. 30 rpm = 840 x 0,48 = 403,2

Anda mungkin juga menyukai