FARMASI FISIKA
“VISKOSITAS DAN RHEOLOGI”
Disusun Oleh:
TRANSFER B 2020
KELOMPOK 5
NURUL NIRWANA BASAR 20018046
JESSICA PONGKIDING 20018050
RAHMATIKA 20018054
ELPANI SONGGA 20018059
OSI NOVALINDA RAHAYU 20018065
Asisten Laboratorium:
EMANUEL JANUARIO MALLUN GELO
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan Laporan Praktikum Farmasi Fisika “Viskositas dan
Rheologi” dengan baik.
Penyusunan Laporan Praktikum Farmasi Fisika ini tidak dapat
terlaksana tanpa bantuan dan bimbingan dari pihak yang dengan ikhlas
bersedia meluangkan waktu membantu kami dalam penyusunan laporan
praktikum farmasi fisika ini. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat
dan dengan setulusnya kami berterima kasih kepada asisten atas
bimbingan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami sehingga dapat
menyusun dan menyelesaikan laporan praktikum farmasi fisika ini tepat
pada waktunya dan sesuai dengan yang kami harpakan. Dan kami
ucapkan terimakasih kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terlibat
dalam pembuatan laporan praktikum farmasi fisika ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Praktikum
Farmasi Fisika ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
menerima masukan, kritikan yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan Laporan Praktikum Farmasi Fisika ini dan semoga laporan
praktikum farmasi fisika ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2) Cairan yang sifat alirnya dipengaruhi oleh waktu (kurva naik tidak
berhimpit dengan kurva turun). Kelompok ini terbagi atas tiga jenis,
yakni (Astuti, 2008) :
a. Aliran Tikostropik
Tikostropik adalah suatu sifat yang diinginkan dalam suatu
farmasetis cair yang idealnya harus mempunyai konsistensi tinggi
dalam wadah, namun dapat dituang dan tersebar mudah. Sebagai
contoh, suspensi tikostropik yang diformulasi dengan baik tidak
akan mengendap dengan segera dalam wadahnya akan menjadi cair
bila dikocok dan akan tinggal cukup lama selama ia digunakan.
Akhirnya, suspensi tersebut akan memperoleh kembali konsistensi
dengan cepat sehingga partikel-partikel tetap berada dalam keadaan
tersuspensi. Makin tinggi tikostropik akan makin rendah laju
pengendapannya.
b. Aliran Rheopeksi
Rheopekasi dalah suatu gejala dimana suatu sol membentuk
suatu gel lebih cepat jika diaduk perlahan-lahan jika dibiarkan
membentuk gel tersebut tanpa pengadukan. Dalam suatu titik
reopektis, gel tersebut merupakan bentuk keseimbangan sedangkan
dalam anti-tikostropi keadaan seimbang adalah sol.
c. Aliran Viskoelasitas
Pengukuran viskoelastis berdasarkan pada sifat-sifat mekanis
bahan yang memperlihatkan sifat kekentalan cairan dan sifat elastik
padatan. Kebanyakan sistem-sistem yang diselidiki dalam bidang
farmasi termasuk dalam kelas ini ialah krim, lotion, salep,
supositoria, suspensi, disperse koloid, zat pengemulsi serta zat
pensuspensi
Kekentalan disebut sebagai viskositas. Kekentalan (viskositas) pada
zat cair ini disebabkan oleh adanya gaya kohesi yaitu gaya tarik menarik
antara molekul sejenis. Secara teoritis dalam ilmu rheologi istilah
viskositas (kekentalan) dapat didefinisikan sebagai berikut. Viskositas
adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir. Makin
tinggi viskositas, maka makin besar tahanannya (Sinila, 2016).
Viskositas biasanya diterima sebagai kekentalan atau penolakan
terhadap penuangannya. Viskositas menggambarkan peracikan dalam
fluida kepada aliran dapat digunakan untuk mengukur gerakan fluida,
prinsip dasar penetapan viskositas digunakan dalam sifat zat atau rheologi
(Moechtar, 1990).
Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju cairan melalui tabung
silinder, cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat
digunakan baik untuk cair maupun gas. Menurut polsavile jumlah volume
cairan yang mengalir melalui pipa persamaan waktu. Misalnya viskometer
mengukur kecepatan dari suatu cairan mengalir melalui pipa gelas (pipa
kapiler) bila cairan mengalir cepat maka viskositas dari cairan tersebut
rendah (misalnya air). Dan bila cairan itu mengalir lambat, maka dikatakan
cairan tersebut viskositasnya tinggi (Dudgale, 1986).
Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kekentalan (viskositas) suatu
cairan antara lain: (Sinila, 2016)
a. Suhu
Suhu sangat memengaruhi tingkat viskositas. Semakin tinggi suhu
zat cair, maka semakin kurang kental zat cair tersebut. Misalnya ketika
ibu menggoreng ikan di dapur, minyak goreng yang awalnya kental
menjadi lebih cair ketika dipanaskan. Sebaliknya, semakin tinggi suhu
suatu zat gas, semakin kental zat gas tersebut. Pemanasan zat cair
menyebabkan molekul-molekulnya memperoleh energi. Molekul-
molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul
melemah. Pengaruh suhu ini dapat dilihat pada kekentalan air yang
berubah di tiap suhu pada tabel di bawah ini (FI III, 770).
b. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan
viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.
c. Penambahan bahan lain
1) Penambahan gula pasir meningkatkan viskositas air pada saat
melarutkan gula dalam air, dari yang cair kemudian menjadi agak
kental.
2) Adanya bahan tambahan seperti bahan suspensi menaikkan
viskositas air. Hal ini dapat Anda lihat, misalnya Anda
menambahkan tepung dalam air atau dalam bidang farmasi, bila
Anda menambahkan natrium CMC, tragakan, atau bentonit magma
dalam pembuatan suspensi.
3) Pada minyak ataupun gliserin adanya penambahan air akan
menyebabkan viskositas akan turun karena gliserin maupun minyak
akan semakin encer, sehingga waktu alirnya semakin cepat.
4) Berat Molekul. Viskositas naik dengan naiknya berat molekul.
Misalnya, laju aliran alkohol cepat, kekentalan alkohol rendah
sedangkan larutan minyak laju alirannya lambat ,viskositas juga
tinggi. Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.
Karena dengan adanya solute yang berat memberi beban yang
berat pada cairan sehingga menaikkan viskositas.
d. Konsentrasi larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu
larutan dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi
pula, karena konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat
yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang
terlarut, gesekan antar partikel semakin tinggi dan viskositasnya
semakin tinggi pula.
Viskositas diukur dengan menggunakan alat yang disebut
Viskometer. Ada beberapa jenis viskometer yang dapat digunakan dalam
pengukuran viskositas berdasarkan aliran yang bisa diukur yaitu (Sinila,
2016).
a. Viskometer kapiler (Ostwald)
Viskometer kapiler digunakan untuk mengukur viskositas cairan
Newton. Prinsipnya adalah viskositas cairan Newton dapat ditentukan
dengan mengukur waktu yang dibutuhkan oleh cairan tersebut untuk
lewat di antara dua tanda ketika cairan mengalir akibat gravitasi melalui
suatu tabung kapiler vertikal.
IV.1 Hasil
IV.1.1 Pengaruh Jenis Bahan
Tabel 1. Pengaruh Jenis Bahan terhadap Viskositas
IV.1 Pembahasan
Rheologi adalah aliran cairan dan deformasi dari padatan,
seadangkan viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari
suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas maka akan
semakin besar tahanannya untuk mengalir. Rheologi dari suatu
zat tertentu dapat mempengaruhi penerimaan obat bagi pasien,
stabilitas fisik obat, bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh.
Sehingga viskositas lebih terbukti dapat mempengaruhi laju
absorbsi obat dalam tubuh.
Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi ada
dua yaitu sistem newton dan non-newton. Tipe aliran mengikuti
sistem newton, viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan
tertentu dan tidak bergantung pada suhu kecepatan geser,
sehingga viskositasnya cukup ditentukan pada suatu kecepatan
geser. Tipe aliran system non-newton, aturannya tidak mengikuti aturan
viskositas. Cairan biasanya memiliki ukuran molekul yang paling besar
atau mempunyai struktur tambahan, misalnya koloid. Untuk mengalirkan
cairan bukan cairan newton sehingga diperlukan tambahan gaya atau jika
perlu memecahkan trukturnya.
Pada praktikum kali ini, bertujuan untuk mengetahui
viskositas dari suatu sampel uji. Penentuan viskositas ini
ditentukan menggunakan alat viskometer yakni viskometer
Brookfield. Prinsip dari alat ini yaitu rotasi dengan
mengkombinasikan setting spindle dan kecepatan putar spindle.
Pemilihan spindle tergantung pada viskositasnya cairan yang
akan diuji, semakin besar viskositas dari suatu cairan uji maka
ukkuran spindle yang digunakan semakin kecil dan nomor spindel
yang semakin besar untuk mempermudah proses pengukuran
sifat aliran.
Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah
amilum 5%, amilum 10%, amilum 15%, aglikon 5% dan Na-CMC
5%.
Langkah awal penggunaan viskometer brookfield yakni
spindle dipasang pada gantungan spindle untuk mengukur
kecepatan geser (shearing stress) dari suatu larutan. Larutan
yang akan diukur ditempatkan pada chamber. Turunkan spindle
sampai tanda batas spindle kedalam sampel uji tanpa menyentuh
dasar maupun dinding dari chamber karena apabila spindle
menyentuh dasar akan terjadi gesekkan yang akan memberi gaya
yang menghambat perputaran spindle dan dapat merusak alat.
Hal ini dapat menyebabkan pengukuran menjadi kurang tepat.
Pada percobaan ini amilum 5% dan aglikon 5% menggunakan
spindle nomor 3 atau 63, untuk Na-CMC 5%, amilum 10% dan
amilum 15% menggunakan spindle nomor 4 atau 64. Semakin
cair suatu sampel yang digunakan maka nomor spindle yang
digunakan semakin besar.
Pada pecobaan ini didapatkan hasil viskositas yang
berbeda dari masing-masing sampel. Sampel dengan konsetrasi
yang sama namun berbeda jenis memiliki hasil viskositas yang
berbeda, hal ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan dari
kandungan masing-masing sampel, dapat juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor fisika-kimia dari sampel. Faktor fisika yang dapat
mempengaruhi sifat-sifat dari masing-masing sampel seperti suhu
dan konsetrasi, sedangkan faktor kimia yang dapat
mempengaruhi seperti pH. Amilum memiliki viskositas yang lebih
besar dibandingkan dengan alginat pada konsentrasi yang sama
diarenakan amilum mengandung amilosa yaitu polimer linier dari
α-D glukosa yang dihubungkan dengan ikatan α-(1-4)-D-glukosa,
jika konsentrasi kadar amilum semakin tinggi, maka akan
memiliki tekstur yang semakin padat, hal ini dikarenakan
kapasitas penyerapan air dan elastisitas semakin menurun
sehingga viskositas akan semakin tinggi, sedangkan alginat
viskositasnya dapat dipengaruhi oleh panjang rantai polimer,
konsetrasi larutan, temperatur dan adanya polivaen seperti ion
kalsium. Panjangnya rantai polimer alginat menghasilkan bobot
molekul yang besar sehingga dapat menyebabkan peningkatan
viskositas. Na.CMC dapat meningkatkan viskositas dengan
memperpanjang rantai polimer. Viskositas meningkat seiring
dengan meningktanya konsetrasi polimer, dengan meningkatnya
konsetrasi polimer, maka semakin sukar untuk memisahkan
rantai polimer yang akan meningkatkan viskositas dengan
terbentuknya cross-linking(Bochek et al., 2002).
Pada pengujian amilum 5% dengan menggunakan spindle
63 pada kecepatan 6 rpm didapatkan hasil yaitu 2.200 cps, pada
pengujian amilum 10% dengan menggunkan spindle 64 pada
kecepatan 6 rpm didapatkan hasil 20.000 cps dan pada pengujian
amilum 15% dengan menggunakan spindle 64 didapatkan hasil
10000 cps. Dari percobaan ini diperoleh grafik sebagai berikut:
80,000
Viskositas
60,000
40,000
20,000
20,000
2,200
5% 10% 15%
0
Konsentrasi
Shearing stress
Berdasarkan grafik diatas dapat ditentukan tipe alir dari sampel tersebut.
Tipe alir sampel tersebut ialah tipe aliran Newtonian plastis. Hal ini sesuai
dengan Sinko (2011) yang menyatakan bahwa kurvaaliran plastis tidak
melalui titik (0,0) tetapi memtong sumbu shearing stress pada titik
tertentu yang dikenal denga harga yield dimana sifat alir ini tidak
dipengaruhi oleh waktu
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Rheologi adalah sifat aliran dari suatu zat cair dan deformasi dari
padatan. Viskositas adalah ukuran tahanan suatu cairan untuk
mengalir.
2. Hubungan jenis bahan dengan viskositas ialah semakin kental
suatu bahan untuk mengalir, semakin rendah viskositas dari bahan
tersebut
3. Dari percobaan pengaruh konsentrasi terhadap viskositas dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu sampel maka
akan semakin tinggi nilai viskositas sampel tersebut dimana
konsentrasi berbanding lurus dengan viskositas.
4. Tipe alir yang diperoleh dari percobaan ialah tipe alir sistem
Newtonian plastis dimana shearing strees berbanding lurus
dengan rate of shear dimana semakin besar viskositas cairan
maka makin besar shearing stressyang dibutuhkan untuk
menghasilkan rate of shear.
V.2 Saran
Sebaiknya ketelitian dan kecermatan mengenai praktikum dan
pengamatan lebih ditingkatkan lagi agar mendapatkan hasil yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat.
Universitas Indonesia: Jakarta.
Giancoli, D.C. 2014. Fisika: Prinsip dan Aplikasi Jilid 1 Edisi 7. Erlangga.
Jakarta:
Martin, A., Cammarata, dan Swarbrick. 1993. Farmasi Fisik Edisi Ketiga
Jilid 2. Universitas Indonesia: Jakarta
Pemasangan
Spindel
Pengukuran
Viskositas