OLEH :
KELOMPOK I
TRANSFER A 2018
(Fisher, 1957)
II.2 Uraian Bahan
1. Asam salisilat (Dirjen POM; 56)
Nama Resmi : ACIDUM SALICYLICUM
Nama lain : Asam salisilat
RM/BM : C7H6O3 / 138,12
Rumus struktur
IV.2 Perhitungan
Dik : BM Asam salisilat = 138.12 g/mol
BM Aspirin = 180.16 g/mol
Gram Material = a). 1.047 gram
b). 1.0050 gram
c). 1.0837 gram
d). 1.010 gram
Dit : % rendamen ?
Penyelesaian :
1. Bobot teoritis = gram material X BM produk
BM material
= 1.047 g X 180,16 g/mol
138.12 g/mol
= 1.3656 gram
Bobot yang diperoleh = Kertas saring isi - Kertas saring kosong
= 1.2200 gram – 0.5190 gram = 0.701 gram
% Yield = Bobot yang diperoleh X 100%
Bobot teoritis
= 0.701 gram X 100%
138.12 g/mol
= 51.33 %
2. Bobot teoritis = gram material X BM produk
BM material
= 1.0050 g X 180,16 g/mol
138.12 g/mol
= 1.3108 gram
Bobot yang diperoleh = Kertas saring isi - Kertas saring kosong
= 2.108 gram – 0.5240 gram = 1.6344 gram
% Yield = Bobot yang diperoleh X 100%
Bobot teoritis
(Fisher, 1957)
2. Reaksi Aspirin dengan Fecl3
(Fisher, 1957)
IV.4 Pembahasan
Sintesis senyawa organik adalah sintesis teknik preparasi senyawa
yang dapat dianggap sebagai seni, salah satu senyawa yang dapat
disintesis adalah aspirin. Aspirin atau asetosal adalah turunan dari
senyawa asam salisilat yang diperoleh dari simplisisa tumbuhan Cortex
salicis. (Keenan, 1984).
Pada pembuatan aspirin reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi.
Ester merupakan turunan asam karboksilat yang gugus OH dari
karboksilnya diganti dengan gugus OR dari alkoholnya. Ester dapat dibuat
dari asam dengan alkohol atau dari anhidrida dengan alkohol. Suatu ester
asam karboksilat adalah suatu senyawa yang mengandung gugus CO2R
dengan R dpat berbentuk alkil maupun aril. Alkohol dengan asam
karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Reaksi ini disebut reaksi
esterifikasi (Fessenden, 1896).
Pada praktikum ini dilakukan sintesis aspirin dengan menggunakan
asam salisilat, pada proses kristalisasi ditambahkan asam asetat sebagai
reagen yang dapat mensubstitusikan gugus hidroksil dengan gugus asetil,
dan penambahan asam klorida sebagai katalisator mempercepat reaksi
esterifikasi. Katalisator mempegaruhi kecepatan reaksi kimia dalam
pembentukan senyawa. Proses esterifikasi dipercepat dengan
penambahan asam kuat. Titik keseimbangan tidak diubah oleh katalis,
melainkan hanya kecepatan esterifikasinya ditingkatkan (Groggins, 1958).
Setelah itu dipanaskan untuk melarutkan campuran dan mempercepat
proses esterifikasi, kemudian didinginkan dalam wadah es batu guna
membentuk kristal.
Kristal yang terbentuk pada proses kristalisasi kemudian dilakukan
proses rekristalisasi (proses pemurnian zat-zat organik dalam bentuk
padat). Digunakan H2O sebagai pelarut ditambahkan 3 tetes etanol 70%
karena senyawa hasil sintesis tidak larut air tetapi larut dalam aseton,
etanol dan metanol. Hasil yang didapatkan dari proses rekristalisasi
berupa butiran kristal yang mimiliki bentuk yang seragam, dengan bobot
yang diperoleh 1,6344 gram. Dengan % yield 124,68%. Adapun hasil
kualitatif menunjukkan hasil positif dimana pada saat penambahan FeCl 3
tidak terbentuk warna ungu. Penambahan FeCl3 pada larutan asam
salisilat, akan merubah warna larutan menjadi ungu. Hal ini terjadi karena
adanya reaksi antara asam salisilat dengan ion Fe(H2O)6 3+. Atom oksigen
baik pada gugus hidroksi maupun gugus karboksilat dari asam salisilat
akan berikatan dengan ion kompleks tersebut. Sedangkan, jika FeCl 3
ditambahkan pada larutan aspirin, tidak akan terbentuk warna ungu. Hal
ini terjadi karena pada aspirin hanya gugus karboksilat yang berikatan
dengan ion kompleks tersebut, gugus asetil tidak berikatan (Furniss et al,
1989).
Asam asetat anhidrida digunakan pada percobaan ini dikarenakan
hasil esterifikasi fenol ini akan mendapatkan hasil yang lebih baik apabila
digunakan derivat asam karboksilat yang lebih reaktif. Anhidrida asam
asetat merupakan derivat yang lebih reaktif dibandingkan asam asetat,
kelebihreaktifan anhidrida asam asetat ini disebabkan oleh struktur
anhidrida asam asetat yang telah kehilangan 1 atom hidrogen melekat
menjadi lebih elektropositif. Anhidrida asam asetat ini dapat menghasilkan
ester asetat.
Reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi. Ester dapat terbentuk
salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol dengan asam
karboksilat. Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol karena
mempunyai gugus –OH, sedangkan anhidrida asam asetat sebagai
anhidrida asam. Ester yang terbentuk adalah asam asetil salisilat (aspirin).
Gugus asetil berasal dari asam asetat, sedangkan gugus R-nya berasal
dari asam salisilat. Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat. Langkah
selanjutnya adalah penambahan asam sulfat pekat yang berfungsi
sebagai penghidrasi. Hasil samping dari reaksi asam salisilat dan
anhidrida asam asetat adalah asam asetat. Jadi dapat dikatakan reaksi
dapat berhenti setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat
pekat ini. Adapun mekanisme reaksinya sebagai berikut:
Anhidrida asam asetat menyerang H+.
Anhidrida asam asetat mengalami resonansi.
Anhidrida asam asetat menyerang gugus fenol dari asam salisilat.
H+ terlepas dari OH dan berikatan dengan atom O pada anhidrida asam
asetat.
Anhidrida asam asetat terputus menjadi asam asetat dan asam
asetilsalisilat (Fieser, 1957).
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Praktikan
Pada praktikum diharapkan praktikan lebih teliti dan memahami
prosedur kerja agar hasil yang didapatkan sesuai.
V.2.2 Saran Untuk Laboran
Diharapkan untuk laboratorium kimia bisa melengkapi alat-alat
praktikum agar praktikum dapat dilakukan sesuai dengan prosedur.
V.2.3 Saran Untuk Asisten
Diharapkan pada semua asisten untuk mendampingi praktikan
selama prosedur pengerjaan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R.J. and J.S. Fessenden. 1986. Kimia Organik Dasar Edisi
Ketiga. Jilid 2. Terjemahan oleh A.H. Pudjaatmaka. Jakarta;
Erlangga.