Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN LENGKAP KIMIA ORGANIK SINTESIS

“Sintesis Senyawa Aspirin”

OLEH :
KELOMPOK I
TRANSFER A 2018

ASISTEN : MAUDY AFRILIN

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Asam salisilat merupakan obat analgesik non narkotik yang sering
digunakan dalam masyarakat. Asam salisilat mempunyai aktivitas
analgesik, antipiretik dan antirematik tetapi tidak dapat digunakan
secara oral karenaterlalu toksik, sehingga yang banyak digunakan
sebagai analgesik adalah senyawa turunannya seperti asam
asetilsalisilat. Asam asetil salisilat yang lebih dikenal dengan aspirin
atau asetosal digunakan sebagai analgesik, antipiretik dan antirematik.
Pemberian asam asetilsalisilat dalam dosis rendah digunakan untuk
mencegah serangan jantung dan pengobatan trombosis karena
memiliki efek antiplatelet (Purwanto dan Susilowati, 2000).
Asam asetilsalisilat diperoleh dengan mereaksikan asam 2-
hidroksi benzoat dengan anhidrida asetat yang menghasilkan asam
asetilsalisilat dan asam asetat yang disebut dengan reaksi anhidrida
asam. Obat ini dapat digunakan secara peroral pada pengobatan
analgetik-antipiretik. Asam asetilsalisilat bekerja dengan menghambat
sintesis prostaglandin (PG) dari asam arakhidonat. Prostaglandin jika
berada dalam kadar melebihi batas normal dalam aliran darah dapat
menyebabkan nyeri, demam dan inflamasi (Forsythe, 1991).
Asam asetilsalisilat dalam pemakaiannya memiliki efek samping
yang toksik . Efek samping dari asam asetilsalisilat yang sering terjadi
adalah induksi tukak lambung atau tukak peptik yang kadang-kadang
disertai anemia sekunder karena pendarahan pada saluran
pencernaan. Dalam beberapa kasus, pemakaian asam asetilsalisilat
dikaitkan dengan Reye’s syndromeyaitu suatu keadaan metabolik yang
menyebabkan kerusakan otak dan gagal hati pada anak-anak di bawah
umur 16 tahun (BPOM, 2003).
Untuk mengurangi efek samping asam asetilsalisilat maka
Novitasari (2007) melakukan sintesis senyawa baru untuk
meningkatkan aktivitas analgesik dan menurunkan efek samping dari
asam salisilat dengan cara modifikasi struktur melalui sintesis yang
menghasilkan senyawa asam 2-(3-klorobenzoiloksi) benzoat.
I.2 Maksud dan Tujuan Perobaan
I.2.1 Maksud Perobaan
Adapun maksud percobaan ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui
tentang proses reaksi sintesis aspirin dan % rendemen hasil sintesis.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini yaitu mahasiswa diharapkan dapat
mengetahui tentang proses reaksi sintesis aspirin dan % rendemen
hasil sintesis.
I.3 Prinsip Percoban
1. Analisis Kualitatif
Identifikasi hasil sintesis aspirin yang ditambahkan besi (III) klorida
(FeCl3) yang memberika hasil positif yaitu tidak terjadi perubahan
warna pada sampel.
2. Analisis Kuantitatif
Berdasarkan pada reaksi esterifikasi, dimana asam salisilat yang
direaksikan dengan asam asetat anhidrat akan menghasilkan asam
asetil salisilat (aspirin).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Teori Umum


Aspirin atau dikenal asam salisilat adalah prototipe dari grup obat
antiinflamasi non steroid (OAINS). Aspirin memiliki efek sebagai analgesik,
antipiretik, dan anti inflamasi yang sangat luas digunakan. Aspirin
digolongkan dalam obat bebas (Mycek, 2001).
Aspirin bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa sakit,
selain itu asprin juga merupakan zat anti inflammatory, untuk mengurangi
sakit pada cidera ringan seperti bengkak dan luka yang memerah.
Penggunaan aspirin secara berulang ulang dapat mengakibatkan reaksi
seperti mual atau kembung, diare, pusing, dan bahkan berhalusinasi.
Dosis rata-rata adalah 0,3-1 gram, dosis yang mencapai 10-30 gram
dapat mengakibatkan kematian (Austin, 1984). Aspirin memiliki kelarutan
yang rendah dalam air, mudah larut dalam etanol,dan larut dalam
kloroform dan eter. Aspirin berbentuk serbuk kristal; berwarna putih, tidak
berbau, rasa pahit, berat molekul: 180,2 g/mole; titik didih: 140ºC, titik
lebur: 135ºC, gravitasi khusus: 1,35 (air:1). Sedikit larut dalam air (0,25
g/100 mL pada suhu 15°C). Rumus molekul: C9H8O4 (Dirjen POM, 1995).
Reaksi esterifikasi merupakan suatu reaksi yang memasukkan gugus
asetil ke dalam suatu substrat yang sesuai. Gugus asetil adalah R-C-OO
(dimana R merupakan alkil atau aril). Aspirin disebut juga asam asetil
salisilat atau acetylsalicylic acid, dapat dibuat dengan cara asetilasi
senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat) menggunakan anhidrat
asetat dengan bantuan sedikit asam sulfat pekat (Fessenden &
Fessenden, 1986).
Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan asetat
anhidrad menggunakan katalis asam sulfat (H2SO4) pekat sebagai zat
penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung
dua gugus OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat dapat mengalami
dua reaksi yang berbeda (Austin, 1984).
Aspirin dapat disintesis dari asam salisilat, yaitu dengan
mereaksikannya dengan anhidrad asetat hal ini dilakukan pertama kali
oleh Felix Hoffman dari perusahaan Bayer Jerman. Pada pembuatan
aspirin reaksi yang terjadi esterifikasi. Ester merupakan keturunan asam
karboksilat yang gugus –OH dari karboksilnya diganti dengan gugus –OR
dari alkohol. Ester dapat dibuat dari asam dengan alcohol. Suatu ester
asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus –CO2R
dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Alcohol dengan asam
karboksilat dan turunan asam karboksilat membentuk ester asam
karboksilat. Reaksi ini disebut reaksi esterifikasi (Fessenden &
Fessenden, 1986).
Esterifikasi berkataliskan asam merupakan reaksi yang reversible.
Anhidrida asam ialah turunan dari asam dengan mengambil air dari dua
gugus karboksil dan menghubungkan fragmen-fragmennya. Esterifikasi
atau pembentukan ester terjadi jika asam karboksilat dipanaskan bersama
alkohol primer atau sekunder dengan sedikit asam mineral sebagai
katalis. Produksi ester secara industri dilakukan dengan mereaksikan
anhidrida asam dengan alkohol. Ester yang dbuat dengan cara ini adalah
asam asetil salasilat atau yang lebih dikenal aspirin (Fessenden &
Fessenden, 1986).
Kristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari
suatu larutan atau lelehan. Disamping untuk memurnikan bahan padat
dari larutan, kristalisasi juga sering digunakan untuk memurnikan bahan
padat yang berbentuk kristal. Proses pemurnian ini disebut kristalilsasi
ulang atau rekristalisasi jika suatu larutan suatu senyawa tersebut
dijenuhkan dalam keadaan panas kemudian didinginkan, maka senyawa
terlarut akan membentuk kristal yang murni dan bebas dari pengotornya,
bentuk dari kristal dapat berupa kubik, orthorhombic, heksagonal,
monoklinik, triklinik, dan trigonal.
Pembentukan kristal itu sendiri terdiri dari dua tahap yaitu; (Austin,
1984)
1. Nukleasi primer atau pembentukan inti, tahap dimana kristal-kristal
mulai tumbuh namun belum mengendap
2. Nukleasi sekunder. Pada tahapan ini pertumbuhan kristal yang
ditandai dengan saling menempelnya inti-inti menjadi kristal padat.
Apabila zat atau senyawa yang akan dikristalisasi tidak dikenal secara
pasti, maka setidaknya harus mengenal komponen penting dari senyawa
tersebut. Jika senyawa tersebut adalah senyawa organik maka yang
diketahui setidaknya adalah gugus fungsional senyawa tersebut (Austin,
1984).
Rekristalisasi dilakukan untuk memurnikan bahan padat yang sudah
berbentuk kristal. Penggunaan etanol dan air sebagai pelarut untuk
memperoleh kristal dengan hasil yang maksimum. Dalam hal ini etanol
berperan untuk melarutkan, karena aspirin sangat mudah larut dalam
etanol, sedangkan air untuk mengkristalkan (Dirjen POM, 1979).
Aspirin hasil sintesis diuji dengan FeCl3 berguna untuk mengetahui
apakah gugus OH fenolik masih terdapat dalam struktur senyawa hasil
sintesis. Uji ini dilakukan dengan melarutkan sejumlah zat dengan etanol
kemudian diteteskan FeCl3. Bila larutan berubah warna menjadi ungu/biru
tua, maka senyawa tersebut memiliki gugus OH fenolik pada strukturnya
(Indryani, 2010).
II.2 Reaksi Umum Aspirin

(Fisher, 1957)
II.2 Uraian Bahan
1. Asam salisilat (Dirjen POM; 56)
Nama Resmi : ACIDUM SALICYLICUM
Nama lain : Asam salisilat
RM/BM : C7H6O3 / 138,12
Rumus struktur

Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk


berwarna putih; hampir tidak berbau; rasa agak
manis dan tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian
etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P;
larut dalam amonium asetat P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai sampel.
2. Asam asetat anhidrat (Dirjen POM; 41)
Nama Resmi : ACIDUM ACETIC ANHIDRATE
Nama lain : Asam asetat anhidrat
RM/BM : (CH3CO)2O / 102,09
Rumus struktur

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, berbau tajam.


Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pereaks.
3. Aquadest (Dirjen POM; 96)
Nama Resmi : AQUADESTILLATA
Nama lain : Air suling, Aquadest
RM/BM : H2O/18,02
Rumus struktur

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,


tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
4. Besi (III) klorida (Dirjen POM; 659)
Nama Resmi : FERRI CHLORIDUM
Nama lain : Besi (III) klorida
RM/BM : FeCl3 / 162,5
Rumus struktur

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan,


bebas warana jingga dari garam hidrat yang
telah berpengaruh oleh kelemban
Kelarutan : Larut dalam air, larutan berpotensi berwarna
jingga
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
5. Etanol (Dirjen POM; 65)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol , alkohol
RM/BM : C2H5OH/-
Rumus struktur

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P


dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan


III.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu baskom, batu
didih, bunsen, cawan porselin, erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, kaki
tiga, pipet tetes, sendok tanduk, dan timbangan analitik.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum yaitu, anilin
(C6H7NH2), asam asetat (CH3COOH), asam sulfat (H2SO4), es batu, etanol
70%, etanol 96% dan kertas saring.
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Uji Kuantitatif
III.2.1.1 Kristalisasi
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Diambil anilin (C6H7NH2) sebanyak 2 ml dimasukkan dalam erlenmeyer
3. Diambahkan 2 ml asam asetat (CH3COOH) dan 5 ml asam sulfat
(H2SO4), lalu dimasukkan batu didih.
4. Dipanaskan sampai mendidih, lalu diangkat batu didih.
5. Dimasukkan didalam wadah yang berisi es batu, diaduk sampai
terbentuk kristal.
6. Dibilas dengan etanol 96%.
7. Disaring.
III.2.1.2 Rekristalisasi
1. Diambil kristal aspirin.
2. Dimasukkan di dalam erlenmeyer dan di panaskan.
3. Ditetesi etanol 70% tetes pertetes sampa ikristal aspirin larut.
4. Disaring panas-panas.
5. Diambil filrat, lalu dimasukkan dalam wadah es sampai terbentuk kristal
6. Disaring lalu ditimbang filtrat tersebut.
7. Dihitung % rendemen (yield).
III.2.2 Uji Kualitatif
1. Disiapkan tabung reaksi.
2. Dimasukkan hasil sintesis yang telah dilakukan sebelumnya kedalam
tabung reaksi.
3. Ditambahkan aquadest kedalam tabung dan digoyangkan untuk
melarutkan sampel dalam tabung.
4. Ditambahkan FeCl3 kedalam tabung sedikit demi sedikit.
5. Diamati perubahan warna yang terjadi. Warna ungu menunjukkan
adanya asam salisilat dalam sampel.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

IV.1 Hasil pengamatan


Bobot yang
Sampel % yield kualitatif Keterangan
diperoleh
Asam salisilat 0,7101 gram 51,33 % Hijau (+)

Asam salisilat 0,4191 gram 31,81 % Ungu (-)

Asam salisilat 1,6344 gram 124,68 % Hijau (+)

Asam salisilat 2,0390 gram 156,09 % Hijau (+)

Asam salisilat 1,2703 gram 94,73 % Ungu (-)

Asam salisilat 0,4232 gram 30 % Tidak


(+)
berwarna

IV.2 Perhitungan
Dik : BM Asam salisilat = 138.12 g/mol
BM Aspirin = 180.16 g/mol
Gram Material = a). 1.047 gram
b). 1.0050 gram
c). 1.0837 gram
d). 1.010 gram
Dit : % rendamen ?
Penyelesaian :
1. Bobot teoritis = gram material X BM produk
BM material
= 1.047 g X 180,16 g/mol
138.12 g/mol
= 1.3656 gram
Bobot yang diperoleh = Kertas saring isi - Kertas saring kosong
= 1.2200 gram – 0.5190 gram = 0.701 gram
% Yield = Bobot yang diperoleh X 100%
Bobot teoritis
= 0.701 gram X 100%
138.12 g/mol
= 51.33 %
2. Bobot teoritis = gram material X BM produk
BM material
= 1.0050 g X 180,16 g/mol
138.12 g/mol
= 1.3108 gram
Bobot yang diperoleh = Kertas saring isi - Kertas saring kosong
= 2.108 gram – 0.5240 gram = 1.6344 gram
% Yield = Bobot yang diperoleh X 100%
Bobot teoritis

= 01.6344 gram X 100%


1.3108 g/mol
= 124.68 %
3. Bobot teoritis = gram material X BM produk
BM material
= 1.0837 g X 180,16 g/mol
138.12 g/mol
= 1.4136 gram
Bobot yang diperoleh = Kertas saring isi - Kertas saring kosong
= 1.4699 gram – 1.0446 gram = 0.4253 gram
% Yield = Bobot yang diperoleh X 100%
Bobot teoritis
= 0.4253 gram X 100%
1.4136 g/mol
= 30.09 %
4. Bobot teoritis = gram material X BM produk
BM material
= 1.010 g X 180,16 g/mol
138.12 g/mol
= 1.3174 gram
% Yield = Bobot yang diperoleh X 100%
Bobot teoritis
= 0.4191 gram X 100%
1.3174 g/mol
= 31.81 %
5. Bobot teoritis = gram material X BM produk
BM material
= 185.2235 g/mol
138.12 g/mol
= 1.3410 gram

Bobot yang diperoleh = Kertas saring isi - Kertas saring kosong


= 1.7607 gram – 0.4904 gram = 1.2703 gram
% Yield = Bobot yang diperoleh X 100%
Bobot teoritis
= 1.2703 gram X 100%
1.3410 g/mol
= 54.73 %
IV. 3 Reaksi
1. Reaksi Sintesis Aspirin

(Fisher, 1957)
2. Reaksi Aspirin dengan Fecl3

Asam salisilat FeCl3 Warna Ungu

(Fisher, 1957)
IV.4 Pembahasan
Sintesis senyawa organik adalah sintesis teknik preparasi senyawa
yang dapat dianggap sebagai seni, salah satu senyawa yang dapat
disintesis adalah aspirin. Aspirin atau asetosal adalah turunan dari
senyawa asam salisilat yang diperoleh dari simplisisa tumbuhan Cortex
salicis. (Keenan, 1984).
Pada pembuatan aspirin reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi.
Ester merupakan turunan asam karboksilat yang gugus OH dari
karboksilnya diganti dengan gugus OR dari alkoholnya. Ester dapat dibuat
dari asam dengan alkohol atau dari anhidrida dengan alkohol. Suatu ester
asam karboksilat adalah suatu senyawa yang mengandung gugus CO2R
dengan R dpat berbentuk alkil maupun aril. Alkohol dengan asam
karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Reaksi ini disebut reaksi
esterifikasi (Fessenden, 1896).
Pada praktikum ini dilakukan sintesis aspirin dengan menggunakan
asam salisilat, pada proses kristalisasi ditambahkan asam asetat sebagai
reagen yang dapat mensubstitusikan gugus hidroksil dengan gugus asetil,
dan penambahan asam klorida sebagai katalisator mempercepat reaksi
esterifikasi. Katalisator mempegaruhi kecepatan reaksi kimia dalam
pembentukan senyawa. Proses esterifikasi dipercepat dengan
penambahan asam kuat. Titik keseimbangan tidak diubah oleh katalis,
melainkan hanya kecepatan esterifikasinya ditingkatkan (Groggins, 1958).
Setelah itu dipanaskan untuk melarutkan campuran dan mempercepat
proses esterifikasi, kemudian didinginkan dalam wadah es batu guna
membentuk kristal.
Kristal yang terbentuk pada proses kristalisasi kemudian dilakukan
proses rekristalisasi (proses pemurnian zat-zat organik dalam bentuk
padat). Digunakan H2O sebagai pelarut ditambahkan 3 tetes etanol 70%
karena senyawa hasil sintesis tidak larut air tetapi larut dalam aseton,
etanol dan metanol. Hasil yang didapatkan dari proses rekristalisasi
berupa butiran kristal yang mimiliki bentuk yang seragam, dengan bobot
yang diperoleh 1,6344 gram. Dengan % yield 124,68%. Adapun hasil
kualitatif menunjukkan hasil positif dimana pada saat penambahan FeCl 3
tidak terbentuk warna ungu. Penambahan FeCl3 pada larutan asam
salisilat, akan merubah warna larutan menjadi ungu. Hal ini terjadi karena
adanya reaksi antara asam salisilat dengan ion Fe(H2O)6 3+. Atom oksigen
baik pada gugus hidroksi maupun gugus karboksilat dari asam salisilat
akan berikatan dengan ion kompleks tersebut. Sedangkan, jika FeCl 3
ditambahkan pada larutan aspirin, tidak akan terbentuk warna ungu. Hal
ini terjadi karena pada aspirin hanya gugus karboksilat yang berikatan
dengan ion kompleks tersebut, gugus asetil tidak berikatan (Furniss et al,
1989).
Asam asetat anhidrida digunakan pada percobaan ini dikarenakan
hasil esterifikasi fenol ini akan mendapatkan hasil yang lebih baik apabila
digunakan derivat asam karboksilat yang lebih reaktif. Anhidrida asam
asetat merupakan derivat yang lebih reaktif dibandingkan asam asetat,
kelebihreaktifan anhidrida asam asetat ini disebabkan oleh struktur
anhidrida asam asetat yang telah kehilangan 1 atom hidrogen melekat
menjadi lebih elektropositif. Anhidrida asam asetat ini dapat menghasilkan
ester asetat.
Reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi. Ester dapat terbentuk
salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol dengan asam
karboksilat. Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol karena
mempunyai gugus –OH, sedangkan anhidrida asam asetat sebagai
anhidrida asam. Ester yang terbentuk adalah asam asetil salisilat (aspirin).
Gugus asetil berasal dari asam asetat, sedangkan gugus R-nya berasal
dari asam salisilat. Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat. Langkah
selanjutnya adalah penambahan asam sulfat pekat yang berfungsi
sebagai penghidrasi. Hasil samping dari reaksi asam salisilat dan
anhidrida asam asetat adalah asam asetat. Jadi dapat dikatakan reaksi
dapat berhenti setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat
pekat ini. Adapun mekanisme reaksinya sebagai berikut:
 Anhidrida asam asetat menyerang H+.
 Anhidrida asam asetat mengalami resonansi.
 Anhidrida asam asetat menyerang gugus fenol dari asam salisilat.
 H+ terlepas dari OH dan berikatan dengan atom O pada anhidrida asam
asetat.
 Anhidrida asam asetat terputus menjadi asam asetat dan asam
asetilsalisilat (Fieser, 1957).
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan

V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Praktikan
Pada praktikum diharapkan praktikan lebih teliti dan memahami
prosedur kerja agar hasil yang didapatkan sesuai.
V.2.2 Saran Untuk Laboran
Diharapkan untuk laboratorium kimia bisa melengkapi alat-alat
praktikum agar praktikum dapat dilakukan sesuai dengan prosedur.
V.2.3 Saran Untuk Asisten
Diharapkan pada semua asisten untuk mendampingi praktikan
selama prosedur pengerjaan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Austin, T. George. 1984. “Shreve’s Chemical Process Industries”. Fifth


Edition. New York; McGraw-Hill Book Company.

Baysinger, Grace et al. 2004. CRC Handbook of Chemisrty and Physisc


85 th ed.

Feiser, L., & Feiser, M.,1957. "Introduction to Organik Chemistry". Tokyo;


Maurezen Company.
Fessenden R & Fessenden J, 1982. Kimia Organik. Jakarta; Erlangga.

Fessenden, R.J. and J.S. Fessenden. 1986. Kimia Organik Dasar Edisi
Ketiga. Jilid 2. Terjemahan oleh A.H. Pudjaatmaka. Jakarta;
Erlangga.

Diyah Nuzul Wahyuning, Siswandono. 2014. Docking Molekul dan


Sintesis Turunan Asam Bnenzoil Salisilat Tersubstitusi Klor
Sebagai Penghambat Siklooksigenase-2. Bekala Ilmiah Kimia
Farmasi Vol.3 No.1. Surabaya; Fakultas Farmasi Universitas
Airlanga.

Groggins. P, 1958. Unit Procces in Organic Sintesis. New York; MC Grow


Hill.

Retnoningrum DA, E Cahyono, E Kusuma. 2014. Asetilasi pada Fenol dan


Anisol Menggunakan Anhidrida Asam Asetat Berkatalis Zr44+-
Zeolit Beta. Jurnal MIPA 37(2): 163:171. Semarang; Universitas
Negeri Semarang.

Vogel. 1990. Analsisi Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta;


Kalman Media Pustaka.

Wilcox, C.F., and Wilcox, M.F., 1995, Experimental Organic Chemistry: A


Small Scale Approach. Prentice Hall; Inc New Jersey.

Mycek MJ. (2001) Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Jakarta; Widya


Medika.

Indryani, D. (2010) Pengaruh Penambahan Gugus Metoksi Pada Sintesis


Turunan N’-Fenil-2 Metoksibenzohidrazida Dari Asam Salisilat.
Surabaya; Fakultas Farmasi UKWM.
LAMPIRAN

Proses pendingin, proses penyaringan


pembentukan kristal

Kristal yang terbentuk uji kualitatif


menggunakan FeCl3

Anda mungkin juga menyukai