Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN LENGKAP

FARMAKOLOGI DAN TOKSIOLOGI I


“ANTIDIABETES”

OLEH:

STIFA E 2020

GOLONGAN 1

ASISTEN: ANDI PUTRI FADILAH

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
PROGRAM STUDI STRATA SATU FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmakologi dapat didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari interaksi obat dengan konstituen (unsur pokok) tubuh untuk
menghasilkan efek terapi. Istilah farmakologi mencakup spektrum interaksi
obat dalam tingkat molekular dengan tubuh secara keseluruhannya.
Umumnya, para ahli farmakologi menggabungkan antara farmakologi
kedokteran atau farmakologi medis (ilmu yang berkaitan dengan
diagnosis, pencegahan dan pengobatan penyakit) dengan toksikologi
(ilmu yang mempelajari efek-efek yang tidak diinginkan dari suatu obat
dan zat kimia lain) (Steffi liam, 2015).
Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis adalah penyakit
metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai
normal.Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat
kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif. Diabetes dapat
dibagi menjadi dua grup berdasarkan kebutuhan atas insulin (Steffi liam,
2015).
Diabetes mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai non-
communicable disease merupakan salah satu penyakit sistemik yang
paling memprihatinkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan penyakit DM
memiliki angka kejadian dan kematian yang cukup tinggi. Diabetes
mellitus suatu kondisi Konsentrasi glukosa dalam darah secara Kronis
lebih tinggi (hiperglikemia) dari pada nilai normal akibat tubuh kekurangan
insulin atau fungsi insulin tidak efektif. Diabetes mellitus dapat
dikatagorikan dalam tiga tipe. Diabetes tipe 1 adalah kondisi diabetes
karena kekurangan insulin akibat ketidak mampuan tubuh memproduksi
insulin. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan kumpulan gejala yang timbul
oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif. Diabetes tipe 3 kondisi yang sering teramati
pada saat wanita hamil. Setelah melahirkan kadar glukosa darah kembali
dalam kisaran normal (Nengah tegar, 2018).
I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah Untuk memahami efek
yang di timbulkan dari obat Glibenklamid dan metformin terhadap hewan
coba mencit (Mus musculus).
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui efek
yang ditimbulkan dari obat glibenklamid dan metformin terhadap hewan
coba mencit (Mus musculus).
1.3 Prinsip Percobaan
Adapun Prinsip kerja pada praktikum ini untuk mengetahui efek
pemberian dari obat glibenklamid dan metformin. Pada peningkatan gula
darah terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan tubuh tidak
dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara kuat sehingga kadar
glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi (Suryati, et al..2019).
Menurut (Castika & Melati, 2019) diabetes mellitus (DM) juga merupakan
suatu penyakit yang termasuk ke dalam kelompok penyakit metabolik, di
mana karakteristik utamanya yaitu tingginya kadar glukosa dalam darah
(hiperglikemia) (Ida Suryati, 2021).
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang
ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme
karbohidrat. lemak dan protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa
darah tinggi). Diabetes mellitus (DM) terkadang dirujuk sebagai "gula
tinggi", baik oleh klien maupun penyedia layanan kesehatan. Pemikiran
dari hubungan gula dengan DM adalah sesuai karena lolosnya sejumlah
besar urine yang mengandung gula ciri dari DM yang tidak terkontrol
Walaupun hiperglekemia memainkan sebuah peran penting dalam
perkembangan komplikasi terkait DM, kadar yang tinggi dari glukosa
darah hanya satu komponen dari proses patologis dan manifestasi klinis
yang berhubungan dengan DM. Proses patologis dan faktor risiko lain
adalah penting. dan terkadang merupakan faktor-faktor independen.
Diabetes mellitus dapat berhubungan dengan komplikasi serius, namun
orang dengan DM dapat mengambil cara-cara pencegahan untuk
mengurangi kemungkinan kejadian tersebut (Insana maria, 2021).
II.1.1 Klasifikasi Diabetes mellitus
American Diabetes Assosiation/World Health Organization
mengklasifikasikan 4 macam penyakit diabetes mellitus berdasarkan
penyebabnya yaitu (Ida Suryati, 2021) :
a. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 disebut juga dengan juvenile diahetes (diabetes
usia muda) namun ternyata diabetes ini juga dapat terjadi pada orang
dewasa, maka istilahnya lebih sering digunakan diabetes mellitus tipe-I
atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) yaitu suatu tipe
diabetes mellitus di mana penderitanya akan bergantung pada
pemberian insulin dari luar
Faktor penyebab diabetes mellitus tipe-1 adalah infeksi vinus atau
auto imun (nusaknya sistem kekebalan tubuh) yang merusak sel-
selpenghasil insulin, yaitu sel B pada pankreas secara menyeluruh.
Oleh karena itu, pada tipe ini pankreas sama sekali tidak dapat
menghasilkan insulin sehingga penderitanya harus diberikan insulin dari
luar atau suntikan insulin untuk tetap bertahan hidup
b. Diabetes Mellitus Tipe II
Diabetes mellitus tipe 2 adalah gangguan sekresi insulin ataupun
gangguan kerja insulin (resistensi insulin) pada organ target terutama
hati dan otot. Awalnya resistensi insulin masih belum menyebabkan
diabetes secara klinis. Pada saat tersebut sel beta pankreas masih
dapat mengkompensasi keadaan ini dan terjadi suatu hiperinsulinemia
dan glukosa darah masih normal atau sedikit meningkat 90% dari kasus
diabetes adalah diabetes mellitus tipe 2 dengan. Karakteristik gangguan
sensitivitas insulin dan atau gangguan sekresi insulin. Diabetes mellitus
tipe 2 secara klinis muncul ketika tubuh tidak mampu lagi memproduksi
cukup insulin untuk mengkompensasi peningkatan insulin resisten.
Penderita diabetes mellitus tipe 2 mempunyai risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah 24 kali lebih tinggi dibandingkan orang
tanpa diabetes, mempunyai risiko hipertensi dan disiplidemia yang lebih
tinggi dibandingkan orang normal. Kelainan pembuluh darah sudah
dapat terjadi sebelum diabetesnya terdiagnosis, karena adanya
resistensi insulin pada saat prediabctes.
Dua patofisiologi utama yang mendasari terjadinya kasus diabetes
mellitus tipe 2 secara genetik adalah insulin dan defek fungsi sel beta
pankreas. Resistensi insulin merupakan kondisi umum bugi orang-
orang dengan berat badan ovenveight atau obesitas. Insulin tidak dapat
bekerja secara optimal di sel otot, lemak dan hati sehingga memaksa
pancreas mengkompensasi untuk memproduksi insulin lebih banyak.
Ketika produksi insulin oleh sel beta pankreas tidak adekuat guna
mengkompensasi peningkatan resistensi insulin, maka kadar glukosa
darah akan meningkat. pada saatnya akan terjadi hiperglikemia
kronik.Hiperglikemia kronik pada diabetes mellitus tipe 2 semakin
merusak sel beta di satu sisi dan memperburuk resistensi insulin di sisi
lain, sehingga penyakit diabetes mellitus tipe 2 semakin progresif.
c. Diabetes Mellitus Gestasional (Diabetes Mellitus pada Kehamilan)
Wanita hamil yang belum pernah mengidap diabetes mellitus, tetapi
memiliki angka gula darah cukup tinggi selama kehamilan dapat
dikatakan telah menderita diabetes gestasional.
Diabetes tipe ini merupakan gangguan toleransi glukosa berbagai
derajat yang ditemukan pertama kali pada saat hamil. Biasanya
diabetes mellitus gestasional mulai muncul pada minggu ke-24
kehamilan (6 bulan) dan akan secara umum akan menghilang sesudah
melahirkan. Namun hampir setengah angka kejadiannya diabetes akan
muncul kembali di masa yang akan datang (Kurniadi & Nurrahmani,
2014).
d. Diabetes Mellitus Lainnya
Penyakit diabetes mellitus tipe lainnya dapat berupa diabetes yang
spesifik yang discbabkan oleh berbagai kondisi seperti kelainan gen etik
yang spesifik (kerusakan genetik sel beta pankreas dan kerja insulin).
penyakit pada pankreas, gangguan endokrin lain, infeksi, obat-obatan
dan beberapa bentuk lain yang jarang terjadi.
II.1.2 Gejala Diabetes Mellitus
Tanda-tanda penyakit diabetes diantaranya cepat haus, sering
buang air kecil, lekas lelah, dan berat badan menurun meskipun nafsu
makan tetap tinggi. Dalam kondisi yang lebih parah, gejala yang
ditimbulkan dapat berupa pandangan mata kabur, bila ada luka sulit untuk
sembuh dan impotensi pada pria. Menurut Emma S. Wirakusumah (2000:
4) gejala khas yang sering timbul dan dikeluhkan oleh penderita diabetes
melitus adalah:
a. Trias poli yaitu:
1). Poliuria, yaitu banyaknya kencing akibat hiperglikemia, maka
terjadilah penambahan bentuk air kemih dengan jelas penarikan cairan ke
sel-sel tubuh.
2). Polidipsia, yaitu banyak minum. Sebenarnya keluhan ini
merupakan reaksi tubuh akan adanya poliuria yang menyebabkan
kekurangan cadangan air tubuh.
3). Poliphagia, yaitu nafsu makan bertambah, karena karbohidrat
tidak dapat digunakan karena jumlah insulin tidak dapat menjamin proses
metabolisme glukosa.
b. Lemas, ini akibat karbohidrat yang keluarnya bersama urine
maka tubuh kekurangan kalori.
c. Berat badan menurun, oleh karena gula yang ada pada darah
tidak dapat dioksidasi, maka terpaksa menghasilkan tenaga, sehingga
tubuh kehilangan lemak yang mengakibatkan penderita menjadi kurus.
d. Polineuritis, yaitu rasa gatal-gatal seluruh tubuh, seperti diketahui
untuk metabolisme karbohidrat diperlukan vitamin B1, dimana vitamin B1
digunakan sebagai co-enzim, karena kadar gula yang meningkat.
e. Hyperglikemia, yaitu kadar gula tubuh yang meningkat karena
tubuh kekurangan insulin, sehingga glukosa dapat dirubah menjadi
glikogen.
Gejala-gejala yang bisa menunjukkan seseorang menderita
diabetes atau tidak, adalah dengan melakukan pengecekan. Pengecekan
bisa dilakukan dengan tes darah, tes urine dan glukometer, untuk
mengetahui menderita diabetes atau tidak salah satu dengan pengecekan
tes darah dapat diketahui dengan melihat kadar gula darah normal pada
tabel 1 berikut:
Tabel 1. Kadar gula darah normal

(Sigit Nugroho, 2012)


II.1.3 Faktor Risiko Diabetes Mellitus
Seseorang lebih berisiko terkena penyakit diabetes melitus (DM)
apabila memiliki beberapa faktor risiko. Faktor risiko ini dibagi menjadi
faktor risiko yang tidak dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi (Ratih
puspita., dkk, 2020).
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain ras dan etnik,
riwayat keluarga dengan DM, umur> 45 tahun (meningkat seiring dengan
peningkatan usia), riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi
> 4000gram atau riwayat menderita IDM saat masa kehamilan (DM
gestasional), riwayat lahir dengan berat badan rendah (2500 gram) (Ratih
puspita., dkk, 2020).
Sedangkan, faktor yang dapat dimodifikasi mengandung makna
bahwa faktor tersebut dapat diubah, salah satunya dengan pola hidup
sehat.Faktor-faktor tersebut adalah berat badan lebih(IMT2 23 kg/m),
kurangnya aktivitas fisik, tekanan darah tinggi/hipertensi 140/90 mmHg),
gangguan profil lemak dalam darah(HDL < 35 mg/dIL, dan atau trigliserida
> 250 mg/dI), dan diet yang tidak sehat (tinggi gula dan rendah serat).12
Penelitian juga menunjukkan bahwa perokok aktif memiliki risiko lebih
tinggi untuk terkena DM dibandingkan dengan orang yang tidak
merokok.3Selain itu, seseorang yang mengalamı gangguan pada glukosa
darah puasa dan toleransi glukosa, menderita sindrom metabolik (tekanan
darah tinggi, peningkatan kolesterol darah, gula darah tinggi, obesitas)
atau memiliki riwayat penyakit stroke atau penyakit jantung koroner,dan
memiliki risiko terkena diabetes melitus lebih tinggi (Ratih puspita., dkk,
2020).
Faktor Risiko Diabetes mellitus yang terkait dengan risiko diabetes
yaitu sebagai berikut (Ida Suryati, 2021) :
a. Obesitas (kegemukan)
Adanya hubungan antara obesitas dengan kadar glukosa darah.
Jika derajat kegemukan dengan IMT > 23 bisa menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.
b. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi memiliki hubungan
yangerat dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air ataupun
meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah
perifer.
c. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus
Penderita diabetes mellitus diduga memiliki bakat diabetes karena
gen resesif sehingga penderita diabetes mellitus dianggap memiliki gen
diabetes. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen aresesif
diabetes yang menderita diabetes mellitus.
d. Dislipedimia
Dislipedimia merupakan kondisi yang ditandai dengan adanya
kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida> 250 mg/d). Pada
pasiend.diabetes sering ditemukan adanya hubungan antara kenaikan
plasma insulin dengan rendahnya HDL (<35 mg/dl).
e. Umur
Berdasarkan penelitian, usia tertbanyak yang terkena
diabetesmellitus adalah usia > 45 tahun.
f. Riwayat persalinan
Riwayat persalinan yang berulang, melahirkan bayi yang cacat atau
bayi yang memiliki berat badan > 4000 gram
g. Faktor Genetik
DM tipe 2 berasal dari faktor genetik dan faktor mental. Penyakit
inisudah lama diduga memiliki hubungan dengan agregasi familial
(massa yang menggumpal). Menurut penelitian bahwa risiko terjadinya
DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat apabila orang tua
atau saudara kandung mengalami penyakit diabetes mellitus.
h. Alkohol dan Rokok
Peningkatan frekuensi diabetes mellitus tipe 2 berhubungan
dengan perubahan gaya hidup. Salah satunya perubuhan yang dapat
meningkatnya diabetes mellitus yaitu perubahan dari lingkungan
tradisional ke lingkungan yang kebarat-baratan seperti perubahan-
perubahan dalam mengkonsumsi alkohol dan rokok. Alkohol akan
meningkatkan tekanan darah dan mempersulit regulasi gula darah
sehingga mengganggu metabolisme gula darah. Seseorang akan
mengalami peningkatan tekanan darah bila mengkonsumsi etil alkohol
lebih dari 60 ml/hari yaitu setara dengan 100 ml proof wiski,240 ml wine
atau 720 ml.
II.1.4 Gejala dan Tanda-tanda Penyakit Diabetes Mellitus
Dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik
(Misnadiarly, 2006) :
a. Gejala akut
Gejala penyakit DM ini dari satu penderita ke penderita lainnya
tidaklah selalu sama; dan gejala yang disebutkan disini adalah gejala
yang umum timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya
variasi gejala lain, bahkan ada penderita diabetes yang tidak
menunjukkan gejala apa pun sampai pada saat tertentu.
1. Pada permulaan gejala ditunjukkan meliputi tiga serba banyak yaitu:
- banyak makan (polifagia)
- banyak minum (polidipsia).
- banyak kencing (poliuria)
Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang
terus naik bertambah gemuk, karena pada saat ini jumlah insulin masih
mencukupi.2.
2. Bila keadaan tersebut tidak cepat diobati, lama-kelamaan mulai timbul
gejala yang disebabkan oleh kurangnya insulin. Jadi, bukan 3P lagi,
melainkan hanya 2P saja (polidipsia dan poliuria) dan beberapa
keluhan lain seperti nafsu makan mulai berkurang, bahkan kadang-
kadang timbul rasa mual jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl,
disertai:
- Banyak minum
- Banyak kencing
- Berat badan turun dengan cepat (bisa 5-10 kg dalam waktu 2-4
minggu).
- Mudah lelah
- Bila tidak lekas diobati akan timbul rasa mual, bahkanpenderita akan
jatuh koma (tidak sadarkan diri) dandisebut koma diabetik. Koma
diabetik adalah komapada penderita DM akibat kadar glukosa darah
terlalu tinggi (melebihi 600 mg/dl). Kenyataannya, gejala dan penurunan
berat badan inilah yang paling sering men jadi keluhan utama penderita
untuk pergi berobat kedokter.
b. Gejala kronik
Kadang-kadang penderita DM tidak menunjukkan gejala akut
(mendadak) tetapi baru menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan
atau beberapa tahun mengidap penyakit DM. Gejala ini disebut gejala
kronik atau menahun.Gejala kronik yang sering timbul adalah seorang
penderita dapat mengalami beberapa gejala tersebut di bawah ini:
- Kesemutan
- Kulit terasa panas (wedangan) atau seperti tertusuk-tusuk jarum
- Rasa tebal di kulit sehingga kalau berjalan seperti di atas bantal atau
Kasur
- Kram
- Capai
- Mudah mengantuk
- Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata
- Gatal di sekitar kemaluan, terutama wanita
- Gigi mudah goyah dan mudah lepasKemampuan seksual menurun,
bahkan impoten
- Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan berat badan lahir > kg 4
II.1.5 Orang-orang yang Berisiko Mengidap DM
Penyakit DM kebanyakan adalah penyakit keturunan, bukan
penyakit menular. Meskipun demikian tidak berarti penyakit ini pasti
menurun pada anak. Walaupun kedua orangtua menderita DM, kadang-
kadang anaknya tidak ada yangmenderita DM (Misnadiarly, 2006).
Namun apabila dibandingkan dengan kedua orangtua yang non-
DM, jelas penderita DM lebih cenderung mempunyai anak yang menderita
penyakit DM (Misnadiarly, 2006).
Berikut ini adalah urutan yang menunjukkan siapa saja yang
mempunyai kemungkinan akan menderita penyakit DM,yaitu (Misnadiarly,
2006) :
a. Kedua orangtuanya mengidap penyakit DM
b. Salah satu orangtuanya atau saudara kandungnya mengidap penyakit
DM
c. Salah satu anggota keluarga (nenek, paman, bibi, keponakan, sepupu)
mengidap DM
d. Pernah melahirkan bayi dengan berat badan lahir >4 kg
e. Pada waktu pemeriksaan kesehatan pernah ditemukan kadar glukosa
darah melebihi antara 140 - 200 mg/dl
f. Menderita penyakit lever (hati) kronik atau agak berat
g. Terlalu lama minum obat-obatan, mendapat suntikan atau minum tablet
golongan kortikosteroid (sering digunakan oleh penderita asma,
penyakit kulit, penyakit reumatik, dan lain-lain) misalnya prednison,
oradexon. kenacort, rheumacyl, kortison, hidrokortison,
h. Terkena infeksi virus tertentu misalnya virus morbili, virus yang
menyerang kelenjar ludah, dan lain-lain.
i. Terkena obat-obatan antiserangga (insektisida)
II.2 Uraian Bahan
1. Na CMC (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Nama Lain : Natrium Karboksilmetilselulosa
Pemerian : Serbuk atau butiram, putih atau kuning
gading, tidak berbau dan hamper tidak
berbau, higroskopik.
Kelarutan : : Mudah mendispersi dalam air, membentuk
suspense koloidal, tidak larut dalam etanol 95
P, dalam eter P, dalam pelarut organic lain.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2. Glukosa (Dirjen POM,1979)
Nama Resmi : DEKSTROSUM
Nama Lain : Dekstrosa/Glukosa
RM : C6H12O6.H2O
Pemerian : Hablur Tidak berwarna, serbuk hablur atau
serbuk butiran putih ; tidak berbau ; rasa manis
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut
Penyimpanan : dalam udara mendidih ; larut dalam etanol
mendidih ; sukar larut dalam etanol
II.3 Uraian Obat
1. Metformin (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : METFORMIN HIDROKLORIDUM
Nama Lain : Metformin Hidroklorida
RM : C4H11N5.HCl
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau atau hampir
tidak berbau, higroskopik, Kristal putih dengan
suhu lebur 23ºC
Kelarutan : Larut dalam air atau alcohol, praktis tidak larut
dalam eter dan kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Farmakokinetik : Resorbsinya dari usus tidak lengkap, BA-Nya
50-60%. PP-Nya rendah. Praktis tidak
dimetabolisasikan dan dieksresikan tidak utuh
lewat kencing plasma. 11/2-nya 3-6 jam
Indikasi : Sediaan biguanid tidak dapat pengganti fungsi
insulin endogen dan digunakan pada terapis
diabetes dewasa.
Kontraindikasi : Sediaan biguanid dtidak boleh diberikanpada
penderita dengan penyakit hati berat, penyakit
ginjal dengan nuremia dan penyakit jantung
kongestif.
2. Glibenklamid (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : GLIBENKLAMIDUM
Nama Lain : Glibenklamida
RM : C23H28CIN3H6
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih ; tidak
berbau atau hampir tidak berbau
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam eter ;
sukar larut dalam etanol dan dalam methanol ;
larut sebagian dalam kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Farmakokinetik : Absorbs derivate sulfilurea melalui usus
baiklah, sehingga dapat diberikan per lisan,
setelah absorbs, obat ini tersebar keseluruh
cairan eksternal. Dalam plasma sebagian
sedang protein plasma terutama albumin
Indikasi : Memilih sulfonylurea yang tepat untuk
penderita tertentu sangat penting untuk
suksesnya terapi. Yang menentukan umur
penderita waktu penyakit diabetes mellitus
mulai timbul
Sulfonylurea tidak boleh diberikan sebagai obat
kontraindikasi : tunggal pada penderita diabetes yuvenil,
penderita yang kebutuhan insulinnya tidak
stabil, diabetes mellitus berat, kehamilan dan
keadaan gawat.

II.4 Uraian Hewan Coba


II.4.1. Deskripsi dan Klasifikasi Hewan Coba

Gambar 1. Hewan Coba Mencit (Mus Musculus)


Mencit ini merupakan omnivora alami, sehat, kuat, prolific (mampu
beranak banyak), kecil, dan jinak. Selain itu, binatang ini mudah didapat
dengan harga relatif murah dengan biaya ransum yang rendah. Mencit
tidak terlalu agresif, tetapi kadang-kadang bisa menggigit bila seseorang
mencoba meraihnya atau menahannya. Mencit sering menunjukkan
perilaku menggali dan bersarang. Tingkah laku tersebut membantu mencit
mempertahankan suhu tubuhnya (Sri, 2018).
Klasifikasi Mencit (Mus musculus) (Sri, 2018) :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Sub Kelas : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus

BAB III
METODE KERJA
III.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2021 di
Laboratorium Farmakologi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Makassar.
III.2. Alat dan Bahan
III.2.1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, Botol Coklat,
Kanula Mencit, Strip glukosa, Spoit 1 cc dan spoit 3 cc, Spidol permanen,
dan Stopwatch.
III.2.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, Larutan
Glukosa , Na CMC, Tab Glibenklamid, dan Tab Metformin.
III.3. Cara Kerja
1. Dipuasakan hewan coba selama 8 jam sebelum praktikum.
2. Diukur kadar glukosa awal.
3. Diberi perlakuan secara oral (Kelompok 1 obat NaCMC, kelompok 2
obat Glibenklamid, dan kelompok 3 obat Metformin)
4. Didiamkan selama 10 menit.
5. Diberikan larutan glukosa 10% sebanyak 0,4 ml secara oral.
6. Dihitung kadar glukosa pada menit ke 5, 10, dan 20.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Tabel Hasil Pengamatan


Hewan Kadar Kadar Glukosa Rata
Perlakuan
Coba Awal 5’ 10’ 20’ rata
148 135 146 143 141
1
mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl
Na CMC
105 122 118 108 80,33
2
mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl
118 128 133 99 120
1
Glibenklami mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl
d 103 93 83 69 81,66
2
mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl
67 138 125 122 128
1
mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl
Metformin
95 128 103 122 117
2
mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl
IV.2 Pembahasan
Diabetes adalah gangguan kronis yang khususnya menyangkut
metabolism glukosa dalam tubuh. Glukosa diserap di jaringan otot
ditimbun sebagai glikogen atau dirombak menjadi asam laktat sedangkan
jaringan lemak juga menggunakan glukosa sebagai sumber energy dan
substrat sintesis trigliserida. Penyebab diabetes adalah kekurangan
hormone insulin yang berfungsi memanfaatkan glukasi sebagai sumber
energy. Akibatnya, glukosa menjadi bertumouk dalam darah
(hiperglikemia). Hal ini menyebabkan produksi kemih pasien sangat
meningkat, merasa sangat haus, dan berat badan menurun.
Praktikum kali ini bertujuan untuk memahami mekanisme kerja obat
antidiabetes yaitu metformin dan glibenklamid. Mekanisme kerja
glibenklamid yaitu menstimulasi pancreas untuk memproduksi insulin dan
meningkatkan sensitivitas sel beta terhadap glukosa. Sulfonylurea dapat
menormalkan produksi glukosa di hati dan secara parsial membalikkan
resistensi insulin pada pasien diabetes mellitus tpe II. Glibenklamid hanya
bermanfaat pada penderita diabetes dewasa yang pankreasnya masih
mampu memproduksi insulin dengan baik. Pada penggunaan per oral
glibenklamid diadsorpsi sebagian secara cepat dan tersebar keseluruh
cairan ektrasel, sebagian berserikat dengan protein plasma (Dipiro dkk,
2008)
Sedangkan metformin merupakan obat antidiabetes golongan
biguanid. Mekanisme kerja dari biguanid masih belum diketahui, tetapi
efek primer obat golongan ini adalah mengurangi produksi glukosa hati
melalui pengaktifan enzim AMP – Actived protein kinase. Mekanisme kerja
minor lainnya mungkin adalah penghambatan gluconeogenesis di ginjal,
perlambatan penyerapan glukosa adi saluran cerna, diserati peningkatan
konversi glukosa menjadi laktat oleh enterosit, stimulasi langsung glikolisis
di jarigan, peningkatan pengeluaran glukosa dari darah dan penurunan
kadar glukagon plasma.
Pada percobaan kali ini, digunakan glibenklamid dan metformin
sebagai obat antidiabetes dan Na CMC sebagai kontrol negatif. Semua
pemberian obat untuk hewan uji mencit (Mus musculus) dilakukan secara
oral. Sedangkan untuk penginduksi digunakan glukosa 10% dengan dosis
2g/kg BB.
Adapun cara pengukuran kadar gula darah ada mencit, yaitu dengan
pengambilan darah melalui ekor mencit yang dipotong sedikit.
Pengambilan darah pada bagian ekor mencit dikarenakan jika
pengambilan kadar gula darah dibagian perut akan mengganggu saluran
pencernaan pada mencit atau bahkan lebih sulit untuk mencukur bulu
pada mencit maka dari itu dilakukan pencukuran dan penyayatan pada
ekor mencit agar memudahkan praktikan untuk mengambil dan mengukur
kadar gula darah pada mencit.
Untuk perlakuan menggunakan Na CMC, pada mencit 1 kadar
glukosa awal yaitu 148 mg/dl, kadar glukosa setelah 5 menit adalah 135
mg/dl, menit ke 10 146 mg/dl, dan menit ke 20 143 mg/dl serta rata
ratanya adalah 141 mg/dl. Pada mencit ke 2, kadar glukosa awalnya yaitu
105 mg/dl, kadar glukosa setelah 5 menit 10 menit dan 20 menit secara
berturut yaitu, 122 mg/dl, 118 mg/dl, dan 108 mg/dl serta rata ratanya
adalah 80,33 mg/dl.
Untuk perlakuan menggunakan glibenklamid, pada mencit 1 kadar
glukosa awalnya adalah 118 mg/dl, kadar glukosa pada menit ke 5, 10,
dan 20 yaitu 128 mg/dl, 133 mg/dl, dan 99 mg/dl serta rata ratanya adalah
120 mg/dl. Pada mencit ke 2, kadar glukosa awalnya adalah 103 mg/dl,
kadar gula darah mencit pada menit ke 5, 10, dan 20 adalah 93 mg/dl, 83
mg/dl, dan 69 mg/dl serta rata ratanya adalah 81,66 mg/dl. . Pada
kelompok mencit uji yang diberikan glibenklamid secara oral terjadi
penurunan kadar glukosa dalam darah hal ini karena glibenklamid
memberikan aktifitas farmakologi yang memiliki mekanismedari golongan
sulfonilurea antara lain merangsang fungsi sel-sel β pulau Langerhans
pankreas agar dapat menghasilkan insulin, mencegah (inhibisi) konversi
glikogen hati kembali ke glukosa, meningkatkan penggunaan glukosa
darah.
Untuk perlakuan menggunakan metformin, pada mencit 1, kadar
glukosa awalnya adalah 67 mg/dl. Kadar glikosa pada menit ke 5, 10, dan
20 adalah 138 mg/dl, 125 mg/dl, dan 122 mg/dl serta rata ratanya adalah
128 mg/dl. Pada mencit ke 2, kadar gula awalnya adalah 95 mg/dl. Kadar
gula pada menit ke 5, 10, dan 20 adalah 128 mg/dl, 103 mg/dl, dan 122
mg/dl serta rata ratanya adalah 117 mg/dl. Pada kelompok mencit uji yang
diberikan metformin secara oral terjadi penurunan kadar glukosa dalam
darah hal ini karena metformin memiliki aktifitas farmakologi yang memiliki
mekanisme kerja yang meningkatkan glikolisis anaerobik hati, sehingga
meningkatkan uptake glukosa di jaringan perifer atau mengurangi
glukoneogenesis, menghambat absorpsi glukosa dari usus. Pada
kelompok mencit uji diberikan glibenklamid secara oral juga terjadi
penurunan kadar gula dalam darah. Hal ini sudah sesuai dengan
mekanisme kerja dari glibenklamid.
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Diabetes adalah gangguan kronis yang khususnya menyangkut
metabolism glukosa dalam tubuh. Obat yang digunakan pada praktikum
kali ini adalah metformin dan glibenklamid. Serta Na. CMC sebagai control
negative. Mekanisme kerja glibenklamid yaitu menstimulasi pancreas
untuk memproduksi insulin dan meningkatkan sensitivitas sel beta
terhadap glukosa. Sedangkan metformin yaitu meningkatkan sensitivitas
jaringan otot dan adipose terhadap insulin. Metformin lebih efektif dan
sering digunakan karena bersifat antihiperglikemia dan tidak
menyebabkan hipoglikemia.
V.2. Saran
V.2.1. Saran Untuk Dosen
Sebaiknya Dosen bisa selalu membimbing praktikan secara langsung
agar tidak terjadi kesalahan dalam praktikum.
V.2.2. Saran Untuk Asisten
Sebaiknya asisten selalu mendampingi praktikan selama praktikum
berlangsung.
V.2.3. Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya laboratorium dilengkapi alat dan bahan agar setiap
praktikum dapat berjalan dengan baik.

Daftar Pustaka
Adam, Steffi, & Muhammad Taufik Syastra. 2015. Pemanfaatan Media.
Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi. CBIS Journal, 3.

Insana Maria. 2021. Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus dan Asuhan


Keperawatan Stroke. Deepublish. Jakarta.

Nengah Tegar Saputra, Nyoman Suartga, Anak Agung. 2018. Agen


Diabetagonik Streptozotocin Untuk Membuat Tikus Putih Jantan
Diabetes Miletus. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana.
Bali.

Ns. Ida Suryati, M.Kep. 2021. Buku Keperawatan Latihan Efektif Untuk
Pasien Diabetes Mellitus Berbasis Hasil Peneletian. Deepublish.
Jakarta.

Ratih Puspita, Dyonisa Nasirochmi, Tri Agusti, dan Stefanus Erdana.


2020. Buku Saku Diabetes Melitus Untuk Awam. UNS Press.

Sigit Nugroho. 2012. Pencegahan dan Pengendalian Diabetes Melitus


Melalui Olahraga. Dosen Jurusan Pendidikan Kesehatan dan
Rekreasi FIK UNYMEDIKORA Vol. IX, No 1

LAMPIRAN
GAMBAR KETERANGAN

Sebelum diberi perlakuan

Saat diberi perlakuan

Pengambilan darah melalui


ekor mencit

Pengukuran kadar gluoksa


Data yang diperoleh 103

Data yang diperoleh 148

Data yang diperoleh 105

Data yang diperoleh 67


Data yang diperoleh 95

2. Lampiran Perhitungan Dosis

2.1. Perhitungan Dosis Mencit

a. Metformin ( 20 mg/kg)

500 mg 37
= x
60 kg 3

8,33 mg
= x 12,33
kg

102,708
= x 20 gr
100

= 2,054 mg

b. Glibenklamid ( 2 mg/kg

5 mg 37
= x
60 kg 3

0,0833 mg
= x 12,33
kg

1,023
= x 20 g
1000

= 0,020 mg

2.2 Perhitungan Volume Pemerian

a. Mencit 1
23
= x 0,3
30

=0,34

b. Mencit 2

22
= x 0,3
20

= 0,33

c. Mencit 3

25
= x 0,3
20

=0,375

2.3. Perhitungan % Kadar Penurunan

a. Na CMC

(kadar rata 2−kadar awal )


% penurunan= x 100 %
kadar rata2

mg mg
(141 −148 )
= dl dl x 100 %
141 mg/dl

−7 mg/dl
= x 100 %
141mg/dl

= 0,05 x 100 %

= -5 %

b. Glibenklamid

(kadar rata 2−kadar awal )


% penurunan = x 100%
kadar rata2

mg
118 −120 mg/dl
= dl x 100%
118 mg/dl

−2 mg/dl
= x 100%
118mg/dl
= - 0,017 x 100%

= - 1,7 %

c. Metformin

(kadar rata 2−kadar awal )


% penurunan = x 100%
kadar rata2

= ¿ ¿ x 100%

61 mg/dl
= x 100%
128 mg/dl

= 0,47 x 100%

= 4,7 %

2.4. Perhitungan % Kadar peningkatan

1) Na CMC
(kadar T −kadar awal )
a. % peningkatan= x 100%
kadar T

mg mg
135 −148
5 = dl dl x 100%
135 mg/dl

mg
−13
= dl x 100%
135 mg/dl

= -0,096 x 100%

= -9,6 %

b. % peningkatan = ¿ ¿ X 100%

10 = ¿ ¿ x 100%

mg
−2
dl
= x 100%
mg
146
dl

= 0,013 x 100%
= 1,3 %

(kadar T −kadar awal )


c. % Peningkatan = x 100%
kadar T

mg mg
143 −148
20 = dl dl x 100%
143 mg/dl

−5 mg/dl
= x 100%
143 mg/dl

= 0,034 x 100%

= 1,3%

2) Glibenklamid
(kadar T −kadar rata 2)
a. % peningkatan = x 100%
kadar T

mg mg
128 −118
5 = dl dl x 100%
128 mgdl

mg
10
= dl x 100%
128 mg/dl

= 0,078 x 100%

= 7,8 %

(kadar T −kadar awal )


b. % peningkatan = x 100%
kadat T

mg mg
(133 −118 )
10 = dl dl x 100%
133 mg/dl

15 mg/dl
= x 100%
133 mg/dl

= 0,11 x 100%

= 11%
(kadar T −kadar awal )
c. % Peningkatan = x 100%
kadar T

mg
(99 −118 mg/dl )
20 = dl x 100%
99 mg/dl

−19 mg/dl
= x 100%
99 mg/dl

= - 0,19 x100 %

= -19%

3) Metformin
(kadar T −kadar awal )
a. % Peningkatan = x 100%
kada r T

mg mg
(138 −67 )
5 = dl dl x 100%
138 mg/dl

71mg /dl
= x 100%
138 mg/dl

= 0,51 x 100%

= 51%

(kadar T −kadar awal )


b. % Peningkatan = x 100%
kadar T

mg mg
(125 −67 )
10 = dl dl x 100%
125 mg/dl

50 mg/dl
= x 100%
125 mg/dl

= 0,46%

= 46%

(kadar T −kadar awal )


c. % Peningkatan= X 100%
kadar T
mg mg
(122 −67 )
20 = dl dl x 100%
122 mg/dl

55 mg /dl
= x 100%
122mg/dl

= 0,45 x 100%

= 45%

Anda mungkin juga menyukai