Leukotrien LTB4, LTC4, LTD4, dan LTE4 adalah senyawa sisteinil
(sulfidopeptida) yang dibentuk sebagai hasil metabolisme asam arakidonat. Zat-zat ini juga merupakan mediator radang dan nyeri. Melalui jalur lipoksigenase terbentuk LTA, tidak stabil, yang oleh hydrolase diubah menjadi LTB, atau LTC, yang terakhir dapat diubah lagi menjadi LTD4, dan LTE4. Skema pembentukan zat-zat leukotrien
LTB4 khusus disintesa di makrofag dan neutrophil alveolar dan
bekerja chemotaxis atau gerakan secara kimiawi, yaitu menstimulir migrasi leukosit dengan jalan meningkatkan mobilitas dan fungsinya. Tertarik oleh leukotriene, leukosit dalam jumlah besar menginvansi daerah peradangan dan mengakibatkan banyak gejala radang pula. NSAIDs hampir tidak dapat merintangi pembentukan LT dan daya kerja chemotaxis granulasit tersebut, maka gejala radang tidak dihilangkan dengan tuntas oleh senyawa-senyawa ini. Sintesa LTB4 melalui lipoksigenase dapat secara tak langsung ditingkatkan oleh penghambatan COX (Tjay Hoan T. dan Rahardja, 2007). LTC4, LTD4, DAN LTE4 terutama dibentuk di mastcells dan garnulosit eosinophil dan berkhasiat sebagai vasokontriksi di bronchi dan mukosa lambung, juga meningkatkan heperaktivitas bronchi dan permeabilitas pembuluh paru dengan menimbulkan udema. Berhubung perangnya sebagai mediator peradangan pada pathofisiologi asma, maka telah dikembangkan zat-zat yang bersifat antagonis leukotrin (Tjay Hoan T. dan Rahardja, 2007). Obat-obat yang beraksi pada jalur leukotrien ada dua golongan yaitu antagonis reseptor leukotriene (antagonis reseptor LTD4) dan inhibitor 5-lipoksigenase. 1. Golongan antagonis reseptor leukotriene (antagonis reseptor LTD4) Montelukast Mekanisme Kerja : Montelukast adalah antagonis reseptor leukotrien selektif dan aktif pada penggunaan oral, yang menghambat reseptor leukotriene sisteinil (CysLT1). Leukotrien adalah produk metabolisme asam arakhidonat dan dilepaskan dari sel mast dan eosinofil. Produksi leukotrien dan okupasi reseptor berhubungan dengan edema saluran pernapasan, konstriksi otot polos dan perubahan aktifitas selular yang berhubungan dengan proses inflamasi, yang menimbulkan tanda dan gejala asma. Diabsorbsi dengan cepat, dengan bioavalabilitas 60-70%, dimetabolisme dalam hati oleh sitokrom P450 isozyme CYP3A4 dan CYP29C9, dan waktu paruh obat ini adalah 3-6 jam (Undem, 2001). Zafirlukast Mekanisme Kerja : Zafirlukast adalah antagonis reseptor leukotrien D4 dan E4 yang selektif dan kompetitif, komponen anafilaksis reaksi lambat (SRSA - slow-reacting substances of anaphylaxis). Produksi leukotrien dan okupasi reseptor berhubungan dengan edema saluran pernapasan, konstriksi otot polos dan perubahan aktifitas selular yang berhubungan dengan proses inflamasi, yang menimbulkan tanda dan gejala asma. Zafirlukast diindikasikan untuk terapi asma kronik, obat ini bukanlah bronkodilator dan tidak boleh digunakan untuk menghilangkan spasme bronkus, walaupun terapi dengan zafirlukast dapat diteruskan serangan sesak napas akut (Tjay Hoan T. dan Rahardja, 2007). Diabsorbsi dengan cepat melalui oral, kadar puncak plasma dicapai 3 jam setelah pemberian, pemberian bersama makanan mengurangi bioavalabilitas rata-rata sekitar 40%. Ikatan zafirlukast dengan protein sebanyak 99% dan dimetabolisme secara ekstensif (sistem sitokrom P450-2C9). Sebanyak 10% dari dosis yang diberikan dieksresi kedalam urine dan sisanya melalui tinja. Waktu paruh eliminasi sekitar 10 jam (Tjay Hoan T. dan Rahardja, 2007). Obat ini berinteraksi dengan warfarin dan dopa meningkatkan protombine time (Undem, 2001). Pemberian zafirlukast telah memberikan efek dalam mengurangi eksaserbasi asma sebanyak 50%, angka ini akan meningkat, bila mana obat leukotrin inhibitor ini dikombinasikan dengan terapi inhaled glukokortikoid dalam dosis rendah. Hal ini akan menyebabkan peningkatan fungsi paru-paru dan mengurangi ketergantungan terhadap obat beta-2 adrenergik (Undem, 2001). 2. inhibitor 5-lipoksigenase zileuton Mekanisme Kerja : Zilueton adalah inhibitor spesifik 5-lipoksigenase dan selanjutnya menghambat pembentukan (LTB1, LTC1, LTD1, Lte1). Pemakaian zileuton yang terlalu sering mengakibatkan peningkatan enzim hepar (SGOT dan SGPT) sehingga obat ini jarang digunakan (NAEPP, 2007), dan menurunkan klirens dari teofilin dan warfarin. Obat ini diabsorbsi dengan cepat ,dan dimetabolisme oleh sitokrom P450 dan UDP- glucuronosyltransferase, dan waktu paruh zileuton singkat yaitu sekitar 2,5 jam (Undem, 2001).