)
3(4) – Desember 2014 : 310-316 (ISSN : 2303-2162)
Induksi Tunas Kunyit Putih (Curcuma zedoaria Roscoe) Pada Media MS Dengan
Penambahan Berbagai Konsentrasi BAP dan Sukrosa Secara In Vitro
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Andalas, Padang - 25163
*)
Koresponden : dola.ratna050@gmail.com
Abstract
Tabel 1. Persentase eksplan C. zedoaria yang hidup dan bertunas pada medium MS dengan penambahan
berbagai konsentrasi BAP dan sukrosa
Persentase
Persentase
Eksplan yang
No Perlakuan Eksplan yang Karakteristik Tunas
memiliki tunas
Hidup (%)
baru (%)
1. MS + sukrosa 3% Tunas berwarna hijau dan
100 33
(Kontrol) pertumbuhan baik
2. MS + sukrosa 3% + Tunas berwarna hijau dan
100 66
BAP 1.5 mg/L pertumbuhan baik
3. MS + sukrosa 3% + Tunas berwarna hijau dan
100 66
BAP 3 mg/L pertumbuhan baik
4. MS + sukrosa 3% + Tunas berwarna hijau dan
100 66
BAP 4.5 mg/L pertumbuhan baik
5. MS + sukrosa 5% Tunas berwarna hijau dan
100 66
pertumbuhan baik
6. MS + sukrosa 5% + Tunas berwarna hijau dan
100 100
BAP 1.5 mg/L pertumbuhan baik
7. MS + sukrosa 5% + Tunas berwarna hijau dan
100 66
BAP 3 mg/L pertumbuhan baik
8. MS + sukrosa 5% + Tunas berwarna kuning dan
100 100
BAP 4.5 mg/L pertumbuhan tidak baik
rendah yaitu 33% hal ini diduga karena adalah jenis dan konsentrasi zat pengatur
kandungan zat pengatur tumbuh BAP yang tumbuh yang digunakan. Pertumbuhan dan
ada didalam tumbuhan saja tidak morfogenesis secara in vitro sangat
mencukupi untuk merangsang terbentuknya tergantung pada interaksi dan
tunas dan apabila ditambahkan zat pengatur keseimbangan antara zat pengatur tumbuh
tumbuh eksogen berupa BAP terjadi yang ditambahkan dengan zat pengatur
peningkatan eksplan yang membentuk tumbuh yang dihasilkan secara BAP yang
tunas menjadi dua kali lebih banyak ada didalam tumbuhan. Keseimbangan zat
dibandingkan kontrol. Peningkatan sukrosa pengatur tumbuh BAP yang ada didalam
menjadi 5% juga terjadi peningkatan tumbuhan menunjang pertumbuhan
persentase eksplan yang membentuk tunas eksplan. Selanjutnya bila pertumbuhan
menjadi dua kali lebih banyak eksplan baik dapat meningkatkan daya
dibandingkan kontrol. Jumlah peningkatan tahan eksplan.
sukrosa 5% dan BAP 1.5 mg/L serta 4.5
mg/L maka eksplan yang membentuk tunas Hari Pertama Munculnya Tunas Baru
menjadi lebih baik yaitu tiga kali lebih Hari pertama munculnya tunas C. zedoaria
banyak dibandingkan dengan kontrol. pada medium MS dengan penambahan
Menurut Wattimena (1988), bahwa beberapa konsentrasi BAP dan sukrosa
salah satu faktor yang menentukan ditampilkan pada Tabel 2. dibawah ini.
keberhasilan dalam menginduksi tunas
Tabel 2. Hari munculnya tunas eksplan C. zedoaria pada medium MS dengan penambahan berbagai
konsentrasi BAP dan sukrosa.
No Perlakuan Hari Munculnya Tunas (hst*)
1. MS + sukrosa 3% (Kontrol) 33
2. MS + sukrosa 3% + BAP 1.5 mg/L 30
3. MS + sukrosa 3% + BAP 3 mg/L 7
4. MS + sukrosa 3% + BAP 4.5 mg/L 6
5. MS + sukrosa 5% 5
6. MS + sukrosa 5% + BAP 1.5 mg/L 12
7. MS + sukrosa 5% + BAP 3 mg/L 7
8. MS + sukrosa 5% + BAP 4.5 mg/L 5
Keterangan: *) hari setelah tanam
35
30
25
hari
20
15
10
5
0
MS + MS + MS + MS + MS + MS + MS + MS +
sukrosa sukrosa sukrosa sukrosa sukrosa sukrosa sukrosa sukrosa
3% 3% + 3% + 3% + 5% 5% + 5% + 5% +
(Kontrol) BAP 1.5 BAP 3 BAP 4.5 BAP 1.5 BAP 3 BAP 4.5
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Gambar 1. Grafik hari pertama munculnya tunas baru C. zedoaria dengan penambahan berbagai
konsentrasi BAP dan sukrosa
314
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
3(4) – Desember 2014 : 310-316 (ISSN : 2303-2162)
Tabel 3. Rata-rata jumlah dan panjang tunas eksplan C. zedoaria pada medium MS dengan penambahan
berbagai konsentrasi BAP dan sukrosa.
No Perlakuan Rata-rata jumlah tunas (buah) Rata-rata panjang tunas (cm)
1. MS + sukrosa 3% 0.33 a 0.66 a
(Kontrol)
2. MS + sukrosa 3% + 0.66 a 2 kali lebih banyak 0.73 a 1 kali lebih panjang
BAP 1.5 mg/L dari control dari kontrol
3. MS + sukrosa 3% + 1.00 a 3 kali lebih banyak 1.50 a 3 kali lebih panjang
BAP 3 mg/L dari control dari kontrol
4. MS + sukrosa 3% + 2.33 a 7 kali lebih banyak 2.03 a 3 kali lebih panjang
BAP 4.5 mg/L dari control dari kontrol
5. MS + sukrosa 5% 1.00 a 7 kali lebih banyak 1.26 a 2 kali lebih panjang
dari control dari kontrol
6. MS + sukrosa 5% + 2.66 a 8 kali lebih banyak 3.00 a 6 kali lebih panjang
BAP 1.5 mg/L dari control dari kontrol
7. MS + sukrosa 5% + 2.00 a 6 kali lebih banyak 2.50 a 4 kali lebih panjang
BAP 3 mg/L dari control dari kontrol
8. MS + sukrosa 5% + 1.33 a 4 kali lebih banyak 0.96 a 2 kali lebih panjang
BAP 4.5 mg/L dari control dari kontrol
Keterangan: setiap kolam yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata
pada taraf uji DNMRT 5%
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat dengan kombinasi kinetin dan BAP dengan
bahwa hari pertama munculnya tunas C. kisaran pertama munculnya tunas yaitu 6 –
zedoaria pada masing-masing perlakuan 7 minggu (1-2 kali lebih lama dibandingkan
dengan penambahan sukrosa 3% dan 5% kontrol pada penelitian ini).
apabila dikombinasikan dengan semakin Pada Tabel 2 terlihat bahwa dengan
meningkat konsentrasi BAP yang diberikan pemberian konsetrasi BAP yang tinggi (4.5
maka semakin cepat tunas yang muncul mg/L) dapat mempercepat pertumbuhan C.
yaitu dari 5 hari setelah tanam sampai zedoaria enam kali lebih cepat
dengan 33 hari setelah tanam atau dapat dibandingkan dengan kontrol apabila
mencapai enam kali lebih cepat sukrosa yang diberikan 5%. George dan
dibandingkan kontrol. Hal ini menunjukkan Sherringtong (1984), menyatakan bahwa
bahwa BAP sangat berperan dalam sitokinin yang ditambahkan ke dalam
pembentukan tunas C. zedoaria. Penelitian medium dapat merangsang partumbuhan
ini juga memperlihatkan penggunaan poliferasi tunas. Kandungan hormon
sukrosa 5% tanpa BAP sudah mampu endogen berbeda pada tiap jenis jaringan
mempercepat pertumbuhan tunas C. yang merupakan faktor pembatas untuk
zedaoria enam kali lebih cepat organogenesis.
dibandingkan dengan kontrol (Gambar 1).
Menurut George dan Sherrington (1984) hal Rata-Rata Jumlah dan Panjang Tunas
ini dikarenakan sukrosa merupakan sumber Hasil pengamatan terhadap jumlah dan
karbon yang penting sebagai penyusun sel panjang tunas pada pertumbuhan C.
dan dengan adanya sukrosa yang cukup zedoaria pada medium MS dengan
maka pembelahan sel, pembesaran sel dan penambahan berbagai konsentrasi BAP dan
diferensiasi sel dapat berlangsung dengan sukrosa dapat dilihat pada Tabel 3.
baik. Pada penelitian Bahera dkk (2010) Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa
tentang C. longa (Zingiberaceae) kisaran konsentrasi sukrosa dan BAP yang
pertama munculnya tunas yaitu 12-16 hari ditambahkan pada medium menunjukkan
setelah tanam (2-3 kali lebih cepat hasil yang tidak berbeda nyata terhadap
dibandingkan kontrol pada penelitian ini). jumlah dan panjang tunas dari eksplan C.
Anish dkk (2008) juga telah melakukan zedoaria setelah dilakukan uji statistik. Hal
penelitian Boesenbergia pulcherima ini diduga karena respon dan kemampuan
(Zingiberaceae) dengan medium MS dari masing-masing eksplan berbeda
315
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
3(4) – Desember 2014 : 310-316 (ISSN : 2303-2162)
. 1995. Teknik Kultur In Vitro Dalam Santoso, U. dan F. Nursandi. 2003. Kultur
Hortikultura. PT. Penebar Swadaya. Jaringan Tanaman. UMM Pres.
Jakarta. Malang.
George, E. F. and P.D. Sherington. 1984. Syukur, C. 2004. Temu Putih Tanaman
Plant Propagation by Tissue Culture. Obat Anti Kanker. PT. Penebar
Exegetics Ltd. England. Swadaya. Jakarta.
Hendaryono, D. P. S. dan A. Wijayani. Syukur, C. dan Hernani. 2001. Budidaya
1994. Teknik Kultur Jaringan. Tanaman Obat Komersial. PT.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pierik, R. L. M. 1987. In Vitro Culture of Yusnita. 2003. Kultur jaringan Cara
Higher Plants. Martinus Nijhoff Memperbanyak secara Efisien.
Publisher. Dodrecht. Agromedia Pustaka. Jakarta.