Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.

)
3(4) – Desember 2014 : 310-316 (ISSN : 2303-2162)

Induksi Tunas Kunyit Putih (Curcuma zedoaria Roscoe) Pada Media MS Dengan
Penambahan Berbagai Konsentrasi BAP dan Sukrosa Secara In Vitro

The Shoot Induction of White Turmeric (Curcuma zedoaria Roscoe) on MS Media


With Addition of Several Concentration of BAP and Sucrose With In Vitro

Dola Ratna Yulizar*), Zozy Aneloi Noli, dan M. Idris

Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Andalas, Padang - 25163
*)
Koresponden : dola.ratna050@gmail.com

Abstract

An in vitro experimental study on the shoot induction of Curcuma zedoaria Roscoe on


Murashige-Skoog media enriched using 6-Benzyl Aminopurine (BAP) and sucrose was
conducted from June 2013 to February 2014 at the Laboratory of Plant Physiology, Department
of Biology, Andalas University. This study aimed to determine the ability of shoot formation of
white turmeric (Curcuma zedaoria Roscoe) on the effect of BAP and sucrose concentration. We
used a Completely Randomized Design (CRD) with 8 treatments and 3 replications, BAP (0,
1.5, 3 and 4.5 mg/L) and sucrose (3 and 5%) of MS medium. The result showed that the
percentage of shoot induction was 100%. The best combination of sucrose and BAP in shoot
induction was obtained on 5% sucrose and 1.5 mg/L BAP. While for the first immerge of shoot
was obtained on 5% sucrose and 4.5 mg/L BAP in 5 days after inoculation. All treatments but
did not give any significant effect to the number and height of shoots.
Key words: Curcuma zedoaria, shoot, sucrose and 6-Benzyl Aminopurine

Pendahuluan tanaman obat ini untuk diusahakan secara


komersial, diperlukan cara pengadaan bibit
Kunyit putih (Curcuma zedoaria Roscoe) berkualitas tinggi dalam jumlah besar dan
termasuk kedalam family Zingiberaceae, waktu yang singkat untuk memenuhi
merupakan salah satu tanaman obat anti kebutuhan pasar. Kultur jaringan
kanker. Tanaman ini biasanya diperbanyak merupakan salah satu alternatif pengadaan
secara vegetatif menggunakan rimpang dan bibit yang berkualitas dalam waktu singkat
anakan. Perbanyakan vegetatif tersebut sulit dengan jumlah yang besar seperti yang
memanuhi permintaan yang banyak dalam dimaksud diatas (Yusnita, 2003).
waktu yang singkat (Syukur, 2004). Untuk Menurut Gunawan (1995),
itu dicari alternatif perbanyakan kunyit perbanyakan tanaman secara kultur jaringan
putih dengan teknik kultur in vitro atau lebih banyak keuntungannya dibandingkan
kultur jaringan (Santoso dan Nursandi, metode konvensional karena dapat
2003). menghasilkan bibit tanaman dalam jumlah
Perbanyakan tanaman kunyit putih besar dan seragam dalam waktu yang
secara konvensional membutuhkan waktu singkat. Salah satu faktor yang menentukan
yang lama, minimal Sembilan bulan sejak keberhasilan kultur jaringan adalah zat
penanaman serta membutuhkan lahan yang pengatur tumbuh dan sukrosa, disamping
luas dan biaya perawatan yang mahal itu sumber eksplan yang digunakan.
(Syukur, 2004). Hal ini diduga menjadi Sukrosa berfungsi sebagai karbohidrat yang
penyebab kelangkaan dan mahalnya harga menjadi sumber energi bagi eksplan.
beli dari rimpang tanaman ini, selain itu Sukrosa adalah sumber karbohidrat
dikarenakan tanaman ini juga dicantumkan penghasil energi yang terbaik melebihi
dalam tanaman obat komersial yang banyak glukosa, maltosa, rafinosa.. Kadar sukrosa
diminati (Syukur dan Hernani, 2001). yang digunakan pada kultur in vitro adalah
Mengingat begitu banyaknya potensi 2 – 5% (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

Submitted: 25 Agustus 2014


Accepted: 17 September 2014
311
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
3(4) – Desember 2014 : 310-316 (ISSN : 2303-2162)

Zat pengatur tumbuh pada tanaman dan dimasukkan ke dalam aquadest.


adalah senyawa organik bukan hara, dalam Eksplan dimasukkan ke dalam larutan
jumlah sedikit dapat mendukung, sodium hipoklorit (pemutih) 20% dan
menghambat dan dapat mengubah proses direndam selama 7 menit. Setelah 7 menit,
fisiologi tanaman (Abidin, 1985). Menurut eksplan dipindahkan ke larutan Sodium
Hendaryono dan Wijayani (1994) zat hipoklorit 10% dan direndam selama 10
pengatur tumbuh seperti sitokinin menit. Setelah 10 menit, eksplan
digunakan dengan konsentrasi lebih besar dipindahkan ke larutan Sodium hipoklorit
daripada auksin. Sitokinin yang digunakan 5% dan direndam selama 15 menit. Setelah
dalam perbanyakan tunas adalah kinetin, 15 menit, eksplan dipindahkan ke aquadest
zeatine, BAP/BA dan Thidiazuron. steril direndam selama 5 menit. Setelah 5
Sitokinin yang sering digunakan di menit, eksplan direndam ke dalam larutan
antaranya adalah BAP/BA dibandingkan antiseptik selama 2–3 menit. Selanjutnya
kinetin, zeatine dan thidiazuron. Hal eksplan direndam ke botol berisi aquadest
tersebut dikarenakan BAP lebih stabil, tidak steril selama 5 menit, diulang sebanyak 3
mahal, mudah tersedia, bisa disterilisasi, kali. Pada keadaan in eksplan siap untuk
dan efektif. BAP adalah salah satu jenis ditanam ke dalam botol kultur yang berisi
sitokinin yang sering digunakan untuk medium MS.
pembentukan tunas aksilar (Collin dan
Edward, 1998). Pada penelitian ini diuji Persentase eksplan yang hidup
pengaruh pemberian berbagai konsentrasi Jumlah eksplan yang hidup untuk setiap
BAP dan sukrosa terhadap pertumbuhan C. perlakuan dihitung pada akhir perlakuan
zedoaria. yaitu setelah tanaman berumur delapan
minggu setelah tanam pada medium MS.
Metode Penelitian
Persentase eksplan yang hidup
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑙𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑙𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚
2013–Februari 2014 bertempat di
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Persentase eksplan yang bertunas
Kultur Jaringan, Fakultas Matematika dan Jumlah eksplan bertunas untuk setiap
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas perlakuan dihitung pada akhir perlakuan
Andalas, Padang dengan menggunakan yaitu setelah tanaman berumur delapan
metode eksperimen yang disusun dalam minggu setelah tanam pada medium MS.
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 8
perlakuan dan masing masing perlakuan Persentase eksplan yang menghasilkan tunas
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑙𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑡𝑢𝑛𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢
terdiri atas 3 ulangan. Medium dasar yang baru = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
digunakan adalah medium MS. Adapun
perlakuan yang digunakan adalah: Sukrosa Hari pertama munculnya tunas baru
3% dan 5% serta BAP 0, 1.5, 3, dan 4.5 Hari pertama munculnya tunas diamati
mg/L. Sehingga perlakuan berjumlah 24 mulai dari 0 hari (waktu ditanam) sampai
kombinasi sebagai berikut: hari munculnya tunas baru dan diamati
A. Sukrosa 3%, tanpa BAP (kontrol) setiap hari selama delapan minggu.
B. Sukrosa 3%, BAP 1.5 mg/L
C. Sukrosa 3%, BAP 3 mg/L Rata-rata jumlah tunas dan Rata-rata
D. Sukrosa 3%, BAP 4.5 mg/L panjang tunas maksimal
E. Sukrosa 5%, tanpa BAP Pengamatan rata-rata jumlah dan panjang
F. Sukrosa 5%, BAP 1.5 mg/L tunas yang baru tumbuh untuk setiap
G. Sukrosa 5%, BAP 3 mg/L perlakuan dilakukan pada akhir percobaan
H. Sukrosa 5%, BAP 4.5 mg/L setelah minggu ke delapan dengan cara
eksplan dikeluarkan dari medium dan
Sterilisasi dan penanaman eksplan dihitung jumlah dan panjang tunas yang
Eksplan berupa mata tunas dari rimpang baru tumbuh untuk setiap perlakuan.
yang sehat dipotong dengan ukuran 1 cm
312
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
3(4) – Desember 2014 : 310-316 (ISSN : 2303-2162)

Analisa data menunjukkan bahwa medium MS yang


Data dianalisa secara statistik menggunakan digunakan telah dianggap menyediakan
sidik ragam terhadap rata-rata jumlah dan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan
panjang tunas, persentase eksplan yang eksplan C. zedoaria yang termasuk
hidup, persentase eksplan yang membentuk kelompok herbaceous dengan indikasi
tunas dan hari pertama munculnya tunas memiliki bagian yang berklorofil dan segar.
dianalisa secara deskriptif. Menurut Dixon dan Gonzales (1994)
medium MS adalah media yang paling
Hasil dan Pembahasan umum digunakan dalam kultur jaringan
terutama untuk tanaman herbaceous. Pada
Persentase Eksplan yang Hidup dan penelitian tanaman herbaceous lainnya
Menghasilkan Tunas Baru yaitu Boesenbergia pulcherima
Berdasarkan hasil pengamatan, persentase (Zingiberaceae) yang dilakukan Anish, Dan
eksplan C. zedoaria yang hidup dan dan Bejoy (2008) yang juga menggunakan
menghasilkan tunas baru pada medium MS medium MS dengan kombinasi kinetin dan
dengan penambahan berbagai konsentrasi BAP dapat menghasilkan 80% eksplan
BAP dan sukrosa yang dihitung pada yang bertahan hidup. Hal yang sama juga
minggu kedelapan setelah masa tanam yang diperoleh dari hasil penelitian Bahera, Pani
ditampilkan pada Tabel 1. dan Sahoo (2010) menggunakan medium
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa C. MS dengan kombinasi BAP dan NAA yang
zedoaria pada setiap perlakuan memiliki memiliki persentase hidup eksplan 50%
persentase hidup 100% pada setiap terhadap pertumbuhan C. longa
perlakuan termasuk kontrol. Hal ini (Zingiberaceae).

Tabel 1. Persentase eksplan C. zedoaria yang hidup dan bertunas pada medium MS dengan penambahan
berbagai konsentrasi BAP dan sukrosa
Persentase
Persentase
Eksplan yang
No Perlakuan Eksplan yang Karakteristik Tunas
memiliki tunas
Hidup (%)
baru (%)
1. MS + sukrosa 3% Tunas berwarna hijau dan
100 33
(Kontrol) pertumbuhan baik
2. MS + sukrosa 3% + Tunas berwarna hijau dan
100 66
BAP 1.5 mg/L pertumbuhan baik
3. MS + sukrosa 3% + Tunas berwarna hijau dan
100 66
BAP 3 mg/L pertumbuhan baik
4. MS + sukrosa 3% + Tunas berwarna hijau dan
100 66
BAP 4.5 mg/L pertumbuhan baik
5. MS + sukrosa 5% Tunas berwarna hijau dan
100 66
pertumbuhan baik
6. MS + sukrosa 5% + Tunas berwarna hijau dan
100 100
BAP 1.5 mg/L pertumbuhan baik
7. MS + sukrosa 5% + Tunas berwarna hijau dan
100 66
BAP 3 mg/L pertumbuhan baik
8. MS + sukrosa 5% + Tunas berwarna kuning dan
100 100
BAP 4.5 mg/L pertumbuhan tidak baik

Berdasarkan Tabel 1 juga dapat terjadi berbeda-beda seperti penyerepan


dilihat bahwa konsentrasi sukrosa dan BAP hormon BAP pada setiap perlakuan
berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas sehingga persentase muncul tunas juga
dari eksplan C. zedoaria. Meskipun berbeda. Pada pengamatan jumlah eksplan
persentase hidup eksplan 100% namun yang membentuk tunas, terlihat bahwa
tidak semua eksplan mampu untuk eksplan C. zedoaria yang ditanam pada
membentuk tunas karena respon yang media kontrol menghasilkan jumlah tunas
313
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
3(4) – Desember 2014 : 310-316 (ISSN : 2303-2162)

rendah yaitu 33% hal ini diduga karena adalah jenis dan konsentrasi zat pengatur
kandungan zat pengatur tumbuh BAP yang tumbuh yang digunakan. Pertumbuhan dan
ada didalam tumbuhan saja tidak morfogenesis secara in vitro sangat
mencukupi untuk merangsang terbentuknya tergantung pada interaksi dan
tunas dan apabila ditambahkan zat pengatur keseimbangan antara zat pengatur tumbuh
tumbuh eksogen berupa BAP terjadi yang ditambahkan dengan zat pengatur
peningkatan eksplan yang membentuk tumbuh yang dihasilkan secara BAP yang
tunas menjadi dua kali lebih banyak ada didalam tumbuhan. Keseimbangan zat
dibandingkan kontrol. Peningkatan sukrosa pengatur tumbuh BAP yang ada didalam
menjadi 5% juga terjadi peningkatan tumbuhan menunjang pertumbuhan
persentase eksplan yang membentuk tunas eksplan. Selanjutnya bila pertumbuhan
menjadi dua kali lebih banyak eksplan baik dapat meningkatkan daya
dibandingkan kontrol. Jumlah peningkatan tahan eksplan.
sukrosa 5% dan BAP 1.5 mg/L serta 4.5
mg/L maka eksplan yang membentuk tunas Hari Pertama Munculnya Tunas Baru
menjadi lebih baik yaitu tiga kali lebih Hari pertama munculnya tunas C. zedoaria
banyak dibandingkan dengan kontrol. pada medium MS dengan penambahan
Menurut Wattimena (1988), bahwa beberapa konsentrasi BAP dan sukrosa
salah satu faktor yang menentukan ditampilkan pada Tabel 2. dibawah ini.
keberhasilan dalam menginduksi tunas

Tabel 2. Hari munculnya tunas eksplan C. zedoaria pada medium MS dengan penambahan berbagai
konsentrasi BAP dan sukrosa.
No Perlakuan Hari Munculnya Tunas (hst*)
1. MS + sukrosa 3% (Kontrol) 33
2. MS + sukrosa 3% + BAP 1.5 mg/L 30
3. MS + sukrosa 3% + BAP 3 mg/L 7
4. MS + sukrosa 3% + BAP 4.5 mg/L 6
5. MS + sukrosa 5% 5
6. MS + sukrosa 5% + BAP 1.5 mg/L 12
7. MS + sukrosa 5% + BAP 3 mg/L 7
8. MS + sukrosa 5% + BAP 4.5 mg/L 5
Keterangan: *) hari setelah tanam

35
30
25
hari

20
15
10
5
0
MS + MS + MS + MS + MS + MS + MS + MS +
sukrosa sukrosa sukrosa sukrosa sukrosa sukrosa sukrosa sukrosa
3% 3% + 3% + 3% + 5% 5% + 5% + 5% +
(Kontrol) BAP 1.5 BAP 3 BAP 4.5 BAP 1.5 BAP 3 BAP 4.5
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Gambar 1. Grafik hari pertama munculnya tunas baru C. zedoaria dengan penambahan berbagai
konsentrasi BAP dan sukrosa
314
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
3(4) – Desember 2014 : 310-316 (ISSN : 2303-2162)

Tabel 3. Rata-rata jumlah dan panjang tunas eksplan C. zedoaria pada medium MS dengan penambahan
berbagai konsentrasi BAP dan sukrosa.
No Perlakuan Rata-rata jumlah tunas (buah) Rata-rata panjang tunas (cm)
1. MS + sukrosa 3% 0.33 a 0.66 a
(Kontrol)
2. MS + sukrosa 3% + 0.66 a 2 kali lebih banyak 0.73 a 1 kali lebih panjang
BAP 1.5 mg/L dari control dari kontrol
3. MS + sukrosa 3% + 1.00 a 3 kali lebih banyak 1.50 a 3 kali lebih panjang
BAP 3 mg/L dari control dari kontrol
4. MS + sukrosa 3% + 2.33 a 7 kali lebih banyak 2.03 a 3 kali lebih panjang
BAP 4.5 mg/L dari control dari kontrol
5. MS + sukrosa 5% 1.00 a 7 kali lebih banyak 1.26 a 2 kali lebih panjang
dari control dari kontrol
6. MS + sukrosa 5% + 2.66 a 8 kali lebih banyak 3.00 a 6 kali lebih panjang
BAP 1.5 mg/L dari control dari kontrol
7. MS + sukrosa 5% + 2.00 a 6 kali lebih banyak 2.50 a 4 kali lebih panjang
BAP 3 mg/L dari control dari kontrol
8. MS + sukrosa 5% + 1.33 a 4 kali lebih banyak 0.96 a 2 kali lebih panjang
BAP 4.5 mg/L dari control dari kontrol
Keterangan: setiap kolam yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata
pada taraf uji DNMRT 5%

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat dengan kombinasi kinetin dan BAP dengan
bahwa hari pertama munculnya tunas C. kisaran pertama munculnya tunas yaitu 6 –
zedoaria pada masing-masing perlakuan 7 minggu (1-2 kali lebih lama dibandingkan
dengan penambahan sukrosa 3% dan 5% kontrol pada penelitian ini).
apabila dikombinasikan dengan semakin Pada Tabel 2 terlihat bahwa dengan
meningkat konsentrasi BAP yang diberikan pemberian konsetrasi BAP yang tinggi (4.5
maka semakin cepat tunas yang muncul mg/L) dapat mempercepat pertumbuhan C.
yaitu dari 5 hari setelah tanam sampai zedoaria enam kali lebih cepat
dengan 33 hari setelah tanam atau dapat dibandingkan dengan kontrol apabila
mencapai enam kali lebih cepat sukrosa yang diberikan 5%. George dan
dibandingkan kontrol. Hal ini menunjukkan Sherringtong (1984), menyatakan bahwa
bahwa BAP sangat berperan dalam sitokinin yang ditambahkan ke dalam
pembentukan tunas C. zedoaria. Penelitian medium dapat merangsang partumbuhan
ini juga memperlihatkan penggunaan poliferasi tunas. Kandungan hormon
sukrosa 5% tanpa BAP sudah mampu endogen berbeda pada tiap jenis jaringan
mempercepat pertumbuhan tunas C. yang merupakan faktor pembatas untuk
zedaoria enam kali lebih cepat organogenesis.
dibandingkan dengan kontrol (Gambar 1).
Menurut George dan Sherrington (1984) hal Rata-Rata Jumlah dan Panjang Tunas
ini dikarenakan sukrosa merupakan sumber Hasil pengamatan terhadap jumlah dan
karbon yang penting sebagai penyusun sel panjang tunas pada pertumbuhan C.
dan dengan adanya sukrosa yang cukup zedoaria pada medium MS dengan
maka pembelahan sel, pembesaran sel dan penambahan berbagai konsentrasi BAP dan
diferensiasi sel dapat berlangsung dengan sukrosa dapat dilihat pada Tabel 3.
baik. Pada penelitian Bahera dkk (2010) Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa
tentang C. longa (Zingiberaceae) kisaran konsentrasi sukrosa dan BAP yang
pertama munculnya tunas yaitu 12-16 hari ditambahkan pada medium menunjukkan
setelah tanam (2-3 kali lebih cepat hasil yang tidak berbeda nyata terhadap
dibandingkan kontrol pada penelitian ini). jumlah dan panjang tunas dari eksplan C.
Anish dkk (2008) juga telah melakukan zedoaria setelah dilakukan uji statistik. Hal
penelitian Boesenbergia pulcherima ini diduga karena respon dan kemampuan
(Zingiberaceae) dengan medium MS dari masing-masing eksplan berbeda
315
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
3(4) – Desember 2014 : 310-316 (ISSN : 2303-2162)

terhadap perlakuan yang diberikan Kesimpulan


tergantung kandungan zat pengatur tumbuh
endogen yang terdapat dalam eksplan Dari penelitian yang telah dilakukan
tersebut. Diperkirakan bahwa kandungan terhadap pertumbuhan kunyit putih (C.
zat pengatur tumbuh endogen saja tidak zedoaria Roscoe) pada media MS dengan
mencukupi untuk merangsang terbentuknya penambahan beberapa konsentrasi BAP dan
tunas dan apabila ditambahkan zat pengatur sukrosa secara in vitro dapat disimpulkan
eksogen berupa BAP masih tidak mampu bahwa semua perlakuan BAP dan sukrosa
menginduksi tunas C. zedoaria. mampu mempercepat pertumbuhan C.
Akan tetapi, pada Tabel 3 dapat zedoaria mencapai enam kali lebih cepat
dilihat bahwa peningkatan jumlah dan dibandingkan kontrol dan jumlah
panjang tunas apabila dibandingkan dengan pembentukan tunas tiga kali lebih banyak
kontrol didapatkan hasil bahwa rata-rata dibandingkan kontrol, namun tidak
jumlah tunas terbaik adalah pada perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap
MS + sukrosa 5% + BAP 1.5 mg/L yaitu jumlah dan panjang tunas.
delapan kali lebih banyak dibandingkan
dengan control. Hal ini diduga karena BAP Ucapan Terima Kasih
yang diberikan sudah mampu menunjang
pertumbuhan tunas C. zedoaria. Ucapan terima kasih ditujukan kepada Dr.
Penambahan sitokinin BAP ke dalam media Nurainas, Solfiyeni, MP. dan Dr. Tesri
kultur dapat menstimulasi sintesis protein Maideliza yang telah memberikan saran
di dalam jaringan tanaman, sehingga untuk sempurnanya artikel ilmiah ini.
mampu mendorong organogenesis kultur
tunas in vitro (Salisbury & Ross, 1995). Daftar Pustaka
Sedangkan rata-rata panjang tunas yang
terbaik adalah pada perlakuan MS + Abidin, Z. 1985. Dasar-Dasar
sukrosa 5% + BAP 1.5 mg/L yaitu enam Pengetahuan Tentang Zat Pengatur
kali lebih panjang dibandingkan dengan Tumbuh. Angkasa. Bandung.
kontrol. Hal ini juga disebabkan oleh BAP Anish, N. P., M. Dan dan M. Bejoy. 2008.
tidak berfungsi untuk memacu pertambahan Conservation Using In Vitro
panjang tunas atau elongasi tunas tetapi Progenies of the Threatened Ginger-
lebih berperan untuk mengatur pembelahan Boesenbergia pulcherima (Wall.)
sel dengan merangsang pembentukan tunas Kuntze. International Journal of
dan memacu pertumbuhan tunas lateral Botany. 4 (1): 93 – 98.
sehingga akan menghambat terjadinya Bahera, K. K., D. Pani dan S. Sahoo. 2010.
dormansi apikal dan pemanjangan sel dari Effect of Plant Growth Regulator on
tanaman sehingga tunas yang dihasilkan In Vitro Multiplication of Tumeric
memiliki panjang yang hampir sama. (Curcuma longa L. cv. Rangga).
Bhojwani dan Razdan (1983) International Journal of Biological
menyatakan bahwa semakin tinggi Technology. 1 (1): 16 – 23.
konsentrasi sitokinin maka jumlah tunas Bhojwani, S.S. dan M.K. Rajdan. 1983.
yang tumbuh semakin banyak tetapi Plant Tissue Culture, Theory and
pertumbuhan masing-masing tunas Practise. Elsevier Scientific Pub
terhambat. Pertumbuhan dan perkembangan Amsterdam.
eksplan yang dikultur secara in vitro akan Collin, H. A. dan S. Edward. 1998. Plant
meningkat seiring bertambahnya Cell Culture. BIOS Scientific
konsentrasi sukrosa sampai tercapainya Publisher. United Kingdom.
kondisi yang optimum dan kemudian akan Dixon, R. A and R. A Gonzales. 1985.
menurun pada konsentrasi yang tinggi Plant Cell Culture A Practical
(Pierik, 1987). Approach Second Edotion. Oxford
University Press. New York.
316
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
3(4) – Desember 2014 : 310-316 (ISSN : 2303-2162)

. 1995. Teknik Kultur In Vitro Dalam Santoso, U. dan F. Nursandi. 2003. Kultur
Hortikultura. PT. Penebar Swadaya. Jaringan Tanaman. UMM Pres.
Jakarta. Malang.
George, E. F. and P.D. Sherington. 1984. Syukur, C. 2004. Temu Putih Tanaman
Plant Propagation by Tissue Culture. Obat Anti Kanker. PT. Penebar
Exegetics Ltd. England. Swadaya. Jakarta.
Hendaryono, D. P. S. dan A. Wijayani. Syukur, C. dan Hernani. 2001. Budidaya
1994. Teknik Kultur Jaringan. Tanaman Obat Komersial. PT.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pierik, R. L. M. 1987. In Vitro Culture of Yusnita. 2003. Kultur jaringan Cara
Higher Plants. Martinus Nijhoff Memperbanyak secara Efisien.
Publisher. Dodrecht. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai