PENDAHULUAN
1
1.2 Prinsip Percobaan
Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan
yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan
pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran
yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal).
Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi
larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama
perambatan kapiler (pengembangan). Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna
harus ditampakkan (dideteksi).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Liliflorae
Family : Liliceae
Genus : Aloe
Species : Aloe vera (Afiyanti, 2008).
3
mudah dan tidak memerlukan biaya dan perawatan yang besar. Hal ini akan
mendorong dan pertimbangan untuk menjadikan lidah buaya sebagai bahan baku
makanan ( Sudarto, 1997).
Lidah buaya (Aloe vera L) pertama kali masuk ke Indonesia sekitar abad
ke-17 dibawa oleh petani keturunan Cina. Tanaman ini dijadikan sebagai tanaman
hias yang ditanam sembarang di pekarangan rumah dan digunakan sebagai bahan
kosmetik yaitu untuk penyubur rambut. Baru pada dekade 1990-an, tanaman ini
dilirik menjadi bahan baku untuk industri makanan dan minuman yang berkhasiat
menyehatkan (Furnawanthi, 2002).
Tanaman lidah buaya dapat tumbuh di daerah kering, seperti Afrika, Asia
dan Amerika. Hal ini disebabkan bagian stomata daun lidah buaya dapat tertutup
rapat pada musim kemarau karena untuk menghindari hilangnya air daun. Lidah
buaya juga dapat tumbuh di daerah yang beriklim dingin. Lidah buaya termasuk
tanaman yang efisien dalam penggunaan air, karena dari segi fisiologi tumbuhan,
tanaman ini termasuk tanaman yang tahan kekeringan (Afiyanti, 2008).
Lidah buaya dapat tumbuh di daerah dataran rendah sampai daerah
pegunungan. Daya adaptasinya tinggi sehingga tempat tumbuhnya menyebar
keseluruh dunia mulai daerah tropika sampai ke daerah sub tropika. Tanah yang
dikehendaki lidah buaya adalah tanah subur, kaya bahan organik dan gembur.
Kesuburan tanah pada lapisan olah sedalam 30 cm sangat diperlukan, karena
akarnya yang pendek tanaman ini tumbuh baik di daerah bertanah gambut yang
pHnya rendah (Afiyanti, 2008).
4
tanaman tersebut. Di samping itu keistimewaan lidah buaya terletak pada selnya
yang mampu untuk meresap di dalam jaringan kulit, sehingga banyak menahan
kehilangan cairan yang terlalu banyak dari dalam kulit.
5
2.2 Uraian Umum
Glikosida adalah suatu senyawa bila dihidrolisis akan terurai menjadi gula
(glikon) dan senyawa lain (aglikon atau genin). Glikosida yang gulanya berupa
glukosa disebut glikosida. Gula pada umunya berupa fruktosa, laktosa, galaktosa,
dan manosa, tapi dapat juga berupa gula yang khusus seperti sarmentosa
(saremntosimarin), oleandrosa (oleandrin), simarosa (simarin), dan rutinosa
(rutin). Glikosida dibedakan menjadi a-glikosida dan b-glikosida (Sirait, 2007).
Pada tanaman, glikosida biasanya terdapat dalam bentuk beta. Pembagian
glikosida dapat dilakukan:
1. Berdasarkan glikon
2. Berdasarkan aglikon
3. Berdasarkan khasiat
Pembagian yang banyak digunakan, yakni yang berdasarkan aglikon,
namun pembagian tersebut tidak mutlak sering juga dilakukan variasi. Umumnya
glikosida mudah terhidrolisis oleh asam mineral atau enzim. Hidrolisis oleh asam
memerlukan panas. Hidrolisis oleh enzim tidak memerlukan panas. Pada tanaman,
hidrolisis oleh enzim terjadi pada proses perkecambahan, luka, dan aktivitas
fisiologis dari sel (Sirait, 2007).
Pengelompokan glikosida berdasarkan ikatan antara glikon dan aglikon
dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
1. O-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom O,
contohnya : salisin.
2. 2.S- glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom S,
contohnya : sinigrin.
3. 3.N-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom N,
Contohnya: kronotosida.
4. 4.C- glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom C,
contohnya : barbaloin (Sirait, 2007).
Glikosida Antrakuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai
kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus
karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbo-karbon. Untuk
tujuan identifikasi kuinon dapat dibagi atas empat kelompok yaitu:
6
benzokuinon,naftokuinon, antrakuinon dan kuinon isoprenoid. Tiga kelompok
pertama biasanya terhidroksilasi dan bersifat fenol serta mungkin terdapat dalam
bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentuk kuinol
(Harborne,1987).
Pada saat mengidentifikasi pigmen dari tumbuhan baru, harus diingat
bahwa hanya sedikit saja antrakuinon yang terdapat secara teratur dalam tumbuhan. Yang
paling sering dijumpai ialah emodin, sekurang-kurangnyaterdapat dalam enam
suku tumbuhan tinggi dan dalam sejumlah fungus (Harborne, 1987).
Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia
Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam
tanaman dengan cara perkolasi ekstrak potreleum eter dalam kolom gelas yang
berisi kalsium karbonat (CaCO3). Saat ini kromatografi merupakan teknik
pemisahan yang paling umum dan paling sering digunakan dalam bidang kimia
analisis dan dapat dimanfaatkan untuk analisis, baik analisis kuantitatif, kualitatif,
atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan, industri, dan sebagainya.
Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam
(stationary phase) dan fase gerak (mobile phase) (Sastrohamidjojo, 1985).
Teknik kromtografi telah berkembang Dan telah digunakan untuk
memisahkan dan mengkuantifikasi berbagai macam komponen yang kompleks,
baik komponen organik maupun komponen anorganik (Sastrohamidjojo, 1985).
Kromatografi berasal dari kata “chroma” yang berarti warna dan
“graphein” yang berarti menulis, untuk menggambarkan pekerjaan Tswett pada
pemisahan zat warna di atas. Selama penelitiannya, Tswett mengamati pengaruh-
pengaruh pada pemisahan zat warna dengan menggunakan bahan yang berbeda
dalam kolom serta dengan ukuran partikel yang berbeda (Gritter, 1991).
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian
fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa
yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia
dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu
pereaksi warna. Hal penting yang berperan penting dalam skrining fitokimia
adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi (Dewi dkk., 2013).
7
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat
Batang pengaduk, cawan porselin, gelas ukur, erlenmeyer, tabung reaksi,
lumpang, alu, aluminium foil, pisau, tisu, kertas saring, pipet tetes, kertas karkil,
pensil warna, pinset, penjepit tabung, spot plate, penyemprot, beaker glass, brush
tabung, chamber, corong, cutter, kapas, karet, koran, oven, penangas air,
penggaris, penotol, plastik, serbet, dan spatula.
3.2 Bahan
Ekstrak lidah buaya, etil asetat, metanol, akuades, n-propanol, kalium
hidroksida 10% dalam etanol.
3.3 Prosedur
3.3.1 Penyiapan Ekstrak
- Ditimbang 5 gr lidah buaya.
- Diekstraksi dengan pemanasan selama 5 menit di penangas air
menggunakan 50 ml metanol.
- Disaring.
- Diambil filtratnya.
- Dipekatkan filtrat sampai sepertiga dari volume awal.
8
- Diamkan plat KLT selama 15 menit.
- Dimasukkan plat KLT ke dalam chamber yang sudah jenuh (chamber
dikatakan jenuh apabila seluruh kertas saring telah dibasahi oleh pelarut
pengembang).
- Dikeluarkan plat KLT lalu dikeringkan.
- Disemprot plat KLT dengan larutan penampak bercak (Dragendorff).
- Diamati noda yang terjadi.
- Dihitung harga Rfnya.
9
3.4 Flowsheet
3.4.1 Penyiapan Ekstrak
5 gr lidah buaya
Disaring Filtrat
Ekstrak
Chamber
Hasil
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
11
Hasil pada pemisahan antrakuinon dan pemurnian secara kromatografi
lapis tipis juga mendapatkan hasil yang positif. Ekstrak lidah buaya yang diisolasi
pada plat dengan fase gerak etil atetat-metanol-akuades (100:17:13) sebelum
visualisasi menghasilkan Rf = 0.1875 (warna coklat). Setelah penyemprotan
dengan kalium hidroksida 10% dalam etanol plat dengan fase gerak etil atetat-
metanol-akuades (100:17:13) menghasilkan Rf1 = 0,1875 (kuning) dan Rf2 =
0,225 (coklat).
Glikosida antrakuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai
kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus
karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbo-karbon. Untuk
tujuan identifikasi kuinon dapat dibagi atas empat kelompok yaitu:
benzokuinon,naftokuinon, antrakuinon dan kuinon isoprenoid. Tiga kelompok
pertama biasanya terhidroksilasi dan bersifat fenol serta mungkin terdapat dalam
bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentuk kuinol
(Harborne,1987).
Antrakuinon merupakan golongan dari senyawa glikosida termasuk
turunan kuinon. Antrakuinon merupakan senyawa kristal bertitik leleh tinggi, dan
larut dalam pelarut organik dan basa. Antrakuinon mudah terhidrolisis. Senyawa
antrakuinon dan turunannya seringkali berwarna kuning sampai merah sindur
(oranye). Untuk identifikasi senyawa antrakuinon digunakan reaksi Borntraeger.
Semua antrakuinon memberikan warna reaksi yang khas dengan reaksi
Borntraeger. Jika larutan ditambah dengan ammonia maka larutan tersebut akan
berubah warna menjadi merah untuk antrakuinon dan kuning untuk antron dan
diantron. Antron adalah bentuk antrakuinon yang kurang teroksigenasi dari
antrakuinon, sedangkan diantron terbentuk dari dua unit antron.
BAB V
12
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Dalam percobaan skrining glikosida antrakuinon menggunakan lidah
buaya didapatkan lapisan warna merah pada lapisan air setelah di
tambahkan 2 ml FeCl3 + 8 ml air + 5 ml HCl + 2 ml NaOH sedangkan
lapisan benzen nya tidak berwarna. Hal ini menunjukkan adanya senyawa
kimia golongan antrakuinon glikosida pada lidah buaya.
- Hasil pada pemisahan antrakuinon dan pemurnian secara kromatografi
lapis tipis juga mendapatkan hasil yang positif. Ekstrak lidah buaya yang
diisolasi pada plat dengan fase gerak etil atetat-metanol-akuades
(100:17:13) sebelum visualisasi menghasilkan Rf = 0.1875 (warna coklat).
Setelah penyemprotan dengan kalium hidroksida 10% dalam etanol plat
dengan fase gerak etil atetat-metanol-akuades (100:17:13) menghasilkan
Rf1 = 0,1875 (kuning) dan Rf2 = 0,225 (coklat).
5.2 Saran
- Pada praktikum selanjutnya sebaiknya digunakan sampel yang berbeda
seperti daun mengkudu dan tanaman kopi-kopian.
- Pada praktikum selanjutnya dilakukan uji senyawa yang lain misalnya uji
senyawa antrasena.
DAFTAR PUSTAKA
13
Afriyanti. (2008). Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Jakarta: Salemba
Medika. Halaman 75-80.
Dewi dkk. 2013. Skrining Fitokimia dan Identifikasi Komponan Utama Ekstrak
Metanol Kulit Durian Varietas Petruk. Surakarta: FMIPA FKIP UNS.
Furnawanthi, I. (2002). Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya si Tanaman Ajaib.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Gritter, R. J. 1991. Pengantar Kromatografi. Bandung: Penerbit ITB.
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Terjemahan K. Padmawinatadan I. Soediro. Bandung. ITB
Press.Herbert, R.B. (1989). The Biosynthesis of Secondary Metabolism.
New York Campman and Hall 29 West 35th Street.
Rohyani dkk,. (2015). Kandungan Fitokimia Beberapa Jenis Tumbuhan Lokal
yang Dimanfaatkan Sebagai Bahan Baku Obat. Indonesia. Vol 1, No. 2:
388-391.
Sastrohamidjojo, H. 1985. Kromatografi. Yogyakarta: Liberty.
Sudarto, Y. (1997). Lidah Buaya. Yogyakarta: Kanisius.
Sirait, M. (2007). Penuntun Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB.
14