SKRIPSI
OLEH
DEBBY MARSALINA R
NPM. 142114073
SKRIPSI
OLEH
DEBBY MARSALINA R
NPM. 142114073
Pembimbing I Pembimbing II
(Anny Sartika Daulay, S.Si., M.Si) (Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt)
Diuji Pada Tanggal :
Judisium :
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
(H. Hardi Mulyono, SE. M. AP) (Dr. M. Pandapotan Nst, MPS., Apt)
SURAT PERNYATAAN
DEBBY MARSALINA R
PENETAPAN KADAR SENYAWA KURKUMIN DALAM EKSTRAK INDUK
KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DAN KUNYIT BERDASARKAN
PELARUT AIR DAN ETANOL DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE
ABSTRAK
DEBBY MARSALINA R
142114073
Kunyit (Curcuma dometica Val.) merupakan salah satu dari rempah yang
sudah dikenal oleh masyarakat sebagai rempah yang memiliki banyak khasiat
untuk kesehatan. Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut
kurkuminoid. Kurkuminoid memiliki berbagai aktivitas antara lain antivirus,
antijamur, antioksidan, antikanker antibiotik dan antiseptik, antiinflamasi,
antidiabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masing-masing kadar
kurkumin pada induk kunyit dan kunyit dalam sediaan simplisia dan segar
menggunakan pelarut air dan etanol.
Penentuan kadar dilakukan dengan spektrofotometri visible dengan pelarut
air dan etanol. Sampel yang digunakan adalah ekstrak dari simplisia maupun segar
dari induk kunyit dan kunyit.
Hasil penelitian diperoleh kadar kurkumin dari simplisia induk kunyit
menggunakan pelarut etanol dan air berturut-turut (168,38 ± 30,2) mg/g; (21,55 ±
2,51) mg/g; induk kunyit segar pelarut etanol dan air berturut-turut (166,4 ±
33,25) mg/g; (8,77 ± 0,68) mg/g; simplisia kunyit pelarut etanol dan air berturut-
turut (157,9 ± 6,814) mg/g; (10,2 ± 0,885) mg/g; kunyit segar pelarut etanol dan
air berturut-turut (14,32 ± 0,55) mg/g; (8,90 ± 0,123) mg/g. Kadar kurkumin yang
lebih besar terdapat pada induk kunyit simplisia pelarut etanol, sedangkan pada
kunyit terdapat pada simplisia pelarut etanol.
ABSTRACT
DEBBY MARSALINA R
142114073
Turmeric (Curcuma dometica Val.) Is one of the herbs that have been
known by the public as a spice that has many health benefits. Turmeric contains
compounds that have medicinal properties, called curcuminoids. Curcuminoids
have various activities including antiviral, antifungal, antioxidant, anticancer
antibiotics and antiseptic, anti-inflammatory, antidiabetic. This study aims to
determine each level of curcumin in the parent turmeric and turmeric in simplicia
and fresh preparations using water and ethanol solvents.
Determination of the content was carried out by visible spectrophotometry
with water and ethanol solvents. The sample used was extract from simplicia and
fresh from the mother of turmeric and turmeric.
The results of the study showed that curcumin levels from turmeric
mother's simplicia using ethanol and water solvent (168.38 ± 30.2) mg / g,
respectively; (21.55 ± 2.51) mg / g; mother of fresh turmeric ethanol and water
solvent (166.4 ± 33.25) mg / g; (8.77 ± 0.68) mg / g; simplicia of turmeric for
ethanol and water solvent (157.9 ± 6.814) mg / g; (10.2 ± 0.885) mg / g; fresh
turmeric ethanol and water solvent (14.32 ± 0.55) mg / g; (8.90 ± 0.123) mg / g.
The greater level of curcumin is found in turmeric mother simplicia ethanol
solvent, whereas in turmeric there is in simplicia ethanol solvent.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu
jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu,
Domestica Val.) Dan Kunyit Berdasarkan Pelarut Air Dan Etanol Dengan
Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
Washliyah Medan.
penelitian ini tidak dapat berjalan dengan lancar dan dengan segala kerendahan
hati penulis mengucapakan terima kasih yang tulus yang tiada terhingga kepada:
i
1. Ayahanda Rusliyanto, S.K.H dan ibunda Roslina AMK, yang telah
memberikan dorongan moril, materi, motivasi dan doa yang tiada hentinya
diberikan kepada penulis selama ini, serta kepada Adinda Fadilla Nisa dan
Anny Sartika Daulay, S.Si., M.Si., Selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak
Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt., Selaku Dosen Pembimbing II yang
3. Bapak Drs. H. Hardi Mulyono SE, M.AP selaku Rektor Universitas Muslim
Al-Washliyah Medan.
5. Pembantu Dekan I, II, III dan Ibu Minda Sari Lubis, S.farm., M.si., Apt.,
ii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan bahan skripsi ini. Akhir kata yang penulis ingin sampaikan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta menambahi ilmu pengetahuan
Penulis
DEBBY MARSALINA R
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR..................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................. iv
DAFTAR TABEL.......................................................... ix
DAFTAR GAMBAR...................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.3 Hipotesis.................................................................................. 2
2.1.5 Morfologi....................................................................... 5
iv
2.1.6 Kandungan Senyawa Kunyit
2.1.6.1 Kurkumin.......................................................... 8
2.2 Ekstraksi................................................................................. 12
v
3.5.2 Larutan Pereaksi Bouchardat........................................... 26
3.7.1 Alkaloid........................................................................ 29
3.7.2 Flavonoid...................................................................... 30
3.7.3 Tanin.............................................................................. 30
3.7.4 Saponin.......................................................................... 30
vi
3.12.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Kurkumin................. 32
vii
4.6 Kurva Kalibrasi Baku Kurkumin............................................ 39
5.1 Kesimpulan.............................................................................. 42
5.2 Saran........................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 43
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
..................................................................................................
36
37
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Spektrofotometri............................. ....................................... 22
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xi
Kurkumin.................................................................................. 65
xii
Lampiran 30. Analisa Data Secara Statistic Untuk Menentukan Rentang
Kadar Kunyit Segar Pelarut Etanol........................................... 93
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam
dan salah satunya adalah tanaman obat, pengobatan dengan tanaman dilakukan
secara turun temurun, hal ini disebabkan karena disamping harganya murah dan
mudah didapat, juga mempunyai efek samping yang relatif sedikit. (Nugroho,
1998).
Kunyit adalah salah satu tanaman yang sering digunakan sebagai obat.
Nama ilmiah tanaman ini adalah Curcuma domestika Val. Kunyit merupakan
tanaman dengan batang semu berwarna hijau atau keunguan (Afifah, 2003).
Kunyit tanaman tumbuh liar di hutan dan tanaman pengisi pekarangan. Tanaman
kunyit dipanen pada bulan ke-7 setelah menanaman (Yulianti, 2012). Kunyit
terdiri atas rimbang induk kunyit dan tunas rimpang yang warnanya kuning
pemberi warna kuning (Sastrapradja, 2012), dan dapat membuat makanan lebih
antidiabetes (Budi, 2008), antikoagulan dan menurunkan lipid darah (Nina, 2013).
1
2
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Namun metode ini memerlukan waktu
yang cukup lama untuk proses prepasi sampel karena adanya tahap ekstrak
Visible karena metode ini sederhana, efektif, cepat dan relative lebih murah bila
1. Berapakah kadar kurkumin dari ekstrak induk kunyit dan kunyit yang
dan kunyit yang diekstraksi menggunakan pelarut air dan etanol dalam
1.3 Hipotesis
menggunakan pelarut air dan etanol dalam sediaan simplisia dan segar
1. Untuk mengetahui kadar kurkumin dari ekstrak induk kunyit dan kunyit
dan kunyit yang diekstraksi menggunakan pelarut air dan etanol dalam
TINJAUAN PUSTAKA
Kunyit merupakan salah satu jenis tanaman obat yang banyak memiliki
terna tahunan tingginya sekitar 1 meter dan bunganya muncul dari ujung batang
semu dengan berwarna putih atau kuning muda. Daun kunyit berbentuk bulat telur
memanjang dengan permukaan agak kasar. Umbi akarnya berwarna kuning tua,
dan berbau wangi aromatis. Bagian utamanya dari tanaman kunyit adalah
membentuk rumpun. Rimpang kunyit terdiri atas rimpang induk dan tunas atau
cabang rimpang. Rimpang utama biasanya ditumbuhi tunas yang tumbuh kearah
Taiwan, Indonesia (Jawa) dan Filipina. Tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya, curah hujan yang cukup banyak 2.000 mm sampai 4.000 mm
tiap tahun, tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
ditanah lempung berpasir, baik untuk pertumbuhan rimpang (Depkes RI, 1995).
4
5
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
2009).
2.1.5 Morfologi
1. Batang
Kunyit memiliki batang semu yang tersusun dari kelopak atau pelepah
daun yang saling menutupi (Siswato, 1997). Batang kunyit bersifat basah karena
mampu menyimpan air dengan baik, berbentuk bulat dan berwarna hijau
2. Daun
Daun kunyit tersusun dari pelepah daun, gagang daun dan helai daun.
Panjang helai daun antara 31–83 cm, lebar daun antara 10–18 cm. Daun kunyit
berbentuk bulat telur memanjang dengan permukaan agak kasar, pertulangan daun
rata dan ujung meruncing atau melengkung menyerupai ekor, permukaan daun
berwarna hijau muda (Said, 2007) dan setiap tanaman berdaun 3–8 daun
(Dalimartha, 2009).
6
3. Bunga
Bunga kunyit berbentuk kerucut runcing berwarna putih atau kuning muda
dengan pangkal berwarna putih (Adiguna, 2014). Setiap bunga mempunyai tiga
lembar kelopak bunga tiga lembar tajuk bunga dan empat helai benang sari. Salah
satu dari keempat benang sari itu berfungsi sebagai alat pembiakan. Sementara itu,
ketiga benang sari lainnya berubah bentuk menjadi helai mahkota bunga (Said,
2007).
4. Rimpang
Rimpang berbentuk bulat panjang dan membentuk cabang rimpang berupa batang
yang berada didalam tanah. Rimpang kunyit terdiri dari rimpang induk atau umbi
kunyit dan tunas atau cabang rimpang. Rimpang utama ini biasanya ditumbuhi
tunas yang tumbuh kearah samping, mendatar, atau melengkung. Tunas berbuku–
buku pendek, lurus atau melengkung. Jumlah tunas umunya banyak (Sudarnadi,
1996).
Tinggi anakan mencapai 10,85 cm. Warna kulit rimpang jingga kecoklatan
atau berwarna terang agak kuning kehitaman (Sugeng, 1993), warna daging
rimpangnya jingga kekuningan dilengkapi dengan bau khas yang rasanya agak
pahit dan pedas. Rimpang cabang tanaman kunyit akan berkembang secara terus
sebuah rumpun. Lebar rumpun mencapai 24,10 cm, panjang rimpang biasa
mencapai 22,5 cm, tebal rimpang yang tua 4,06 cm dan rimpang muda 1,61 cm.
Rimpang kunyit yang sudah besar dan tua merupakan bagian yang dominan
lemak, pati, protein, beberapa mineral seperti Ca, P, Fe, dan Vitamin C (Jaelani,
intensitas cahaya matahari mencapai 70%. Naungan sekitar 30% cukup untuk
8% protein, dan kandungan kalium dalam rimpang kunyit cukup tinggi, 1,3-5,5%
minyak atsiri yang terdiri 60% keton seskuiterpen, 25% zingiberina dan 25%
Table 2.1 Kandungan Kimia dalam RimpangKunyit per 100 Gram Bahan yang
dapat Dimakan
3 Karbohidrat 64,9 g
4 Protein 7,8 g
5 Lemak 9,9 g
6 Serat 6,7 g
7 Abu 6,0 g
8 Kalsium 0.182 g
9 Fosfor 0,268 g
10 Besi 41 g
11 Vitamin C 26 mg
12 Minyak Atsiri 3%
13 Kurkumin 3%
14 Vitamin A -
15 Vitamin B 5 mg
(Nugroho,1998).
2.1.6.1 Kurkumin
lebur 183°C. Tidak larut dalam air dan eter, larut dalam etil asetat, metanol,
dan bisdemetoksi-kurkumin.
Sifat kimia kurkumin yang menarik adalah sifat perubahan warna akibat
suasana asam, sedangkan dalam suasana basa berwarna merah. Kurkumin dalam
suasana basa atau pada lingkungan pH 8,5-10,0 dalam waktu yang relatif lama
kurkumin lain yang penting adalah ketidak stabilannya terhadap cahaya. Adanya
ini karena adanya gugus metilen aktif 5(-CH2-) diantara dua gugus keton pada
senyawa tersebut. Kurkumin mempunyai aroma yang khas dan tidak bersifat
toksik bila dikonsumsi oleh manusia dengan jumlah tertentu. Jumlah kurkumin
Rimpang kunyit merupakan obat dalam pengobatan herbal, sudah banyak jenis
penyakit yang dapat disembuhkan dengan rimpang kunyit seperti demam, pilek
dengan hidung tersumbat, rematik, diare, disentri, gatal-gatal pada kulit, bengkak,
bau badan, malaria, panas dalam atau sariawan usus atau sariawan mulut
(Soeryoko, 2013).
10
(dispepsia), rasa begal dibahu, terlambat haid karena darah tidak lancar, haid tidak
teratur, sakit perut sehabis melahirkan, radang hidung, radang telinga, radang
gusi, radang rahim, keputihan, radang usus buntu, radang amandel (tonsilitis),
2.1.8 Simplisia
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan alam yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan atas simplisia nabati,
ekstrak, baik sebagai bahan obat atau sebagai produk. Ekstrak tumbuhan obat
dapat berfungsi sebagai bahan baku obat tradisional atau sebagai produk yang
bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman pada saat
panen, lingkungan tempat tumbuh. Waktu panen sangat erat hubungannya dengan
pembentukkan senyawa aktif didalam bagian tanaman yang akan panen. Waktu
panen yang tepat pada saat tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam
b) Sortasi basah
c) Pencucian
yang lengket pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih,
misalnya air dari mata air atau air sumur. Bahan simplisia yang mengandung zat
yang mudah larut dicuci dengan air mengalir, pencucian dilakukan dengan waktu
sesingkat mungkin.
d) Perajangan
sehingga diperoleh rajangan tipis atau dengan potongan ukuran yang dikehendaki,
semakin tipis bahan yang dikeringkan semakin cepat penguapan air, sehingga
mempercepat proses pengeringan simplisia. Tetapi irisan yang terlalu tipis juga
e) Pengeringan
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan
mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatis akan dicegah penurunan
f) Sortasi kering
lainnya yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Tahap ini dilakukan
faktor luar dan dalam antara lain: cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, dehidrasi,
syarat yang ditentukan. Oleh karena itu pada penyimpanan simplisia yaitu
gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu serta cara pengawetannya.
Penyebab kerusakan pada simplisia yang utama adalah air dan kelembapan
(Cahyo, 2015).
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahan
dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain (Depkes, 2000).
aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
digunakan. Tingkat ekstraksi bahan ditentukan oleh ukuran partikel dari bahan
tersebut, dan ukuran bahan yang diekstrak harus homogen agar kontak antara
material dengan pelarut berjalan dengan mudah, dan ekstraksi berlangsung baik
(Harborne, 1987).
a. Cara Dingin
i. Maserasi
ii. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai semua
b. Cara Panas
i. Refluks
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
ii. Sokletasi
kontinu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin
balik.
iii. Digesti
lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40 - 50°C.
iv. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 96-98°C selama
15 - 20 menit.
v. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (>30 menit) dan
dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-800 nm. Spectrum
analit didalam larutan bias ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang
disebut kromofor, dan terdiri atas ikatan rangkap dua atau rangkap tiga, terutama
jika ikatan rangkap tersebut terkonjugasi (ikatan rangkap dan ikatan tunggal pada
absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi
tertentu, dan panjang gelombang dengan serapan (A) yang besar disebut λ maks
2008).
sebagai geseran batokromik atau geseran merah, karena merah adalah yang lebih
panjang. Geseran λ maks menuju panjang gelombang yang lebih pendek disebut
dengan efek hipsokromik atau geseran biru, dan biasanya terjadi jika senyawa
dengan auksokrom basa terion, dan pasangan elektron menyendirinya tidak lagi
Auksokrom adalah gugus fungsi yang menempel pada kromofor yang tidak
cahaya yang diserap, sedangkan efek hipsokromik biasanya terjadi dengan adanya
Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat
cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang
mengubah suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya
yang diserap (diabsibsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan
ini kemudian diterima oleh detector. Detector kemudian akan cahaya yang diserap
(diansorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian
diterima oleh detector. Detector kemudian akan menghitung cahaya yang diterima
dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding
dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui
berwarna, maka larutan tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi larutan
perubahan absorbansi untuk tiap satuan kosentrasi adalah yang paling besar.
dipancarkan dan cahaya yang diabsorbsi. Hal ini bergantung pada spektrum
elektromagnetik yang diabsorbsi oleh benda. Tiap media akan menyerap cahaya
pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa yang terbentuk. Oleh
karena itu perlu dilakukan kalibrasi dan absorban pada spektrofotometri agar
(larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur intensitasnya.
sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap, jika tidak ada spesies
Serapan dapat terjadi jika foton atau radiasi yang mengenai cuplikan
penghamburan dan pemantulan cahaya, akan tetapi penurunan karena hal ini
A = ε .b. c
Dimana :A = absorbansi
b = tebal kuvet
c = konsentrasi ( M)
ε = absorptivitas molar
konsentrasi, tebal kuvet, dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel.
dalam molar (M) maka absorptivitasnya disebut ε dengan absorptivitas molar dan
disimbolkan dengan ε dengan satuan M −1 cm−1 atau liter mol−1 cm−1 . Jika c
19
ditulis dengan E11 %cm dan juga sering kali ditulis A11 %cm.
Hubungan antar E11 %cm dengan absorptivitas molar (ε) adalah sebagai berikut
BM
ε = E11 %cm x
10
yang sama.
1. Aspek kualitatif
Pada umumnya spektrofotometri ultraviolet digunakan dalam analisis
kualitatif sangat terbatas, karena rentang daerah radiasi yang relative sempit hanya
absorpsivitas (a), nilai absorpsivitas molar (ε), atau nilai ekstingsi E11 %cm yang
spesifik untuk suatu senyawa yang dilarutkan dalam suatu pelarut dan pH tertentu.
Pada zat yang memberikan lebih dari satu puncak absorpsi maksimum,
puncak II merupakan nilai yang konstan yang dapat dipakai untuk karakteristik
(Satiadarma, 2004).
2. Aspek Kuantitatif
detektor. Parameter kekuatan energi radiasi khas yang diabsorpsi oleh molekul
adalah absorban (A) yang batas konsentrasinya rendah nilainya sebanding dengan
larutan analit umumnya 10 sampai 20 μg/ml, tetapi untuk senyawa yang nilai
dengan spektrofotometri sinar tampak, apabila ada reaksi kimia yang dapat
a. Metode Regresi
persamaan regresi yang didasarkan pada harga serapan dan konsentrasi standar
diplot menghasilkan suatu kurva yang disebut kurva kalibrasi. Kemudian dihitung
b. Metode Pendekatan
As . Cb
C=
Ab
As = serapan sampel
Ab = serapan baku
Cb = konsentrasi baku
22
fotometer sebagai alat pengukur intesitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
1. Sumber Cahaya
gelombang 200-370 nm. Untuk sinar tampak, digunakan lampu tungsen yang
untuk kalorimetri.
2. Monokromator
monokromatik, yakni sinar dengan satu panjang gelombang tertentu. Hal ini
23
3. Kuvet (sel)
Kuvet digunakan sebagai wadah untuk sampel yang akan dianalisis. Pada
pengukuran didaerah sinar tampak, kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat
menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.
Umumnya tebal kuvet adalah 1 cm, namun tersedia kuvet dengan ketebalan yang
lebih.
4. Detektor
listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk angka
digital.
5. Recorder
METODE PENELITIAN
etanol sedangkan penentuan kadar kurkumin pada induk kunyit dan kunyit
24
25
kurkumin, induk kunyit (dengan masa panen 11-12 bulan), kunyit (dengan masa
panen 7-8 bulan), etanol 96%, aquades, kloroform, asam klorida, pereaksi mayer,
asam klorida 2 N, pereaksi bouchardat, besi (III) klorida 1%, pereaksi dragendorf,
rimpang induk kunyit (Curcuma domestica Val), dan kunyit, yang diambil dari
Darussalam.
Bahan baku induk kunyit (Curcuma domestica Val.) dan kunyit, sebanyak
dan dilakukan perajangan induk kunyit dan kunyit, dengan cara pemotongan
bahan baku secara melintang dengan ketebalan kira-kita 5-7 mm. kemudian induk
kunyit dan kunyit, dikeringkan dengan matahari selama 5-8 hari. Selanjutnya
induk kunyit dan kunyit, yang sudah kering lalu diblander hingga menjadi serbuk
diaduk sampai larut. Ditambahkan air suling secukupnya hingga 100 ml (Depkes
RI, 1980).
Bismuth (II) nitrat 0,85 g dilarutkan dalam 10 ml asam asetat glasial dan 8
g kalium iodida dalam 20 ml air suling. Campur kedua larutan dan diamkan
sampai memisah sempurna. Ambil larutan jernih dan encerkan dengan air
Asam asetat anhidrat 20 bagian dicampur dengan 1 bagian asam sulfat (P)
Pada wadah lain larutan 5 g larutan kalium iodida dilarutkan dalam 10 ml air
penetapan kadar sari yang larut air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol,
28
penetapan kadar abu total dan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam
a. Penjenuhan Toluen
kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.
telah ditimbang seksama, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit, setelah toluen
mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik sampai sebagian besar
air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes tiap detik.
Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen.
mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume
air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang terdapat
dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (Depkes RI,1995).
jam dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 L)
dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian
sampai kering dalam cawan penguap berdasar rata yang telah dipanaskan dan
ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen
sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara
(Depkes RI,1995).
selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok
sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring
sampai kering dalam cawan penguap berdasar rata yang telah dipanaskan dan
ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen
sari yang larut dalam etanol 96% dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
porselin yang telah dipijar dan ditara. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang
30
didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung
Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu, didihkan dengan asam
klorida encer selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam,
disaring melalui kertas saring bebas abu, kemudian dicuci dengan air panas,
dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Hitung kadar abu yang tidak larut dalam
asam terhadap bahan yang sudah dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995).
3.7.1 Alkaloid
9 ml air suling, lalu dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit, didinginkan
Jika terjadi endapan atau kekeruhan pada paling sedikit 2 tabung reaksi pada
3.7.2 Flavonoid
suling panas, didihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, kedalam
alkohol, dikocok kuat dan biarkan memisah. Adanya flavonoid ditandai dengan
adanya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol (Depkes RI,
1995).
3.7.3 Tanin
filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Larutan diambil
sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes larutan pereaksi besi (III) klorida 1 %.
Jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin
3.7.4 Saponin
selama 10 menit. Jika terbentuk busa dengan ketinggian 1-10 cm yang stabil tidak
32
kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes HCl 2 N
maserat disaring, lalu filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisanya
ungu atau merah yang kemudian berubah menjadi biru atau biru hijau
96% sebanyak 3,75 L disaring dan ampas dimaserasi selama 2 hari menggunakan
maserat seluruhnya 5 L dari rimpang induk kunyit dan kunyit, kemudian maserat
dipekatkan dengan rotary evaporator dengan suhu ± 40°C sampai pelarut habis
evaporator dengan suhu ± 40°C sampai pelarut habis menguap dan diperoleh
3.10 Pembuatan Ekstrak Induk Kunyit Segar dan Kunyit dengan Pelarut
Etanol
etanol 96% sebanyak 3,75 L disaring dan ampas dimaserasi selama 2 hari
diperoleh maserat seluruhnya 5 L dari rimpang induk kunyit dan kunyit, kemudian
maserat dipekatkan dengan rotary evaporator dengan suhu ± 40°C sampai pelarut
3.11 Pembuatan Ekstrak Induk Kunyit Segar dan Kunyit dengan Pelarut
Air
evaporator dengan suhu ± 40°C sampai pelarut habis menguap dan diperoleh
tentukur 100 ml ditambahkan etanol 96%, dikocok sampai larut dan diencerkan
dengan etanol 96% sampai garis tanda (C=200 µg/ml)~LIB I. Dipipet 2,5 ml dari
LIB I dan dimasukan ke dalam labu tentukur 50 ml, diencerkan dengan etanol
diencerkan dengan etanol 96% sampai garis tanda (C= 4 µg/ml), kemudian larutan
gelombang yang telah diperoleh. Dari data serapan yang diperoleh dapat diketahui
dimasukan ke dalam labu tentukur 100 ml, diencerkan dengan etanol 96% sampai
garis tanda (C= 200 µg/ml). Kemudian dipipet 5 ml dari larutan tersebut dan
35
dimasukan ke dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan etanol 96% sampai
dimasukan kedalam labu tentukur 100 ml, diencerkan dengan etanol 96% sampai
garis tanda (C=200 µg/ml). Kemudian dipipet 1 ml dari larutan tersebut dan
dimasukan ke dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan etanol 96% sampai
dimasukan ke dalam labu tentukur 100 ml, diencerkan dengan etanol 96% sampai
garis tanda (C=200 µg/ml). Kemudian dipipet 5 ml dari larutan tersebut dan
dimasukan ke dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan etanol 96% sampai
dimasukan ke dalam labu tentukur 100 ml, diencerkan dengan etanol 96% sampai
garis tanda (C=200 µg/ml). Kemudian dipipet 1 ml dari larutan tersebut dan
36
dimasukan ke dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan etanol 96% sampai
dimasukan ke dalam labu tentukur 100 ml, diencerkan dengan etanol 96% sampai
garis tanda (C=200 µg/ml). Kemudian dipipet 0,5 ml dari larutan tersebut dan
dimasukan ke dalam labu tentukur 10ml, diencerkan dengan etanol 96% sampai
ke dalam labu tentukur 100 ml, diencerkan dengan etanol 96% sampai garis tanda
dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan etanol 96% sampai garis tanda
ke dalam labu tentukur 100 ml, diencerkan dengan etanol 96% sampai garis tanda
dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan etanol 96% sampai garis tanda
dalam labu tentukur 100 ml, diencerkan dengan etanol 96% sampai garis tanda
dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan etanol 96% sampai garis tanda
bahwa sampel yang diteliti adalah induk kunyit (Curcuma domestica Val.) dan
Induk kunyit dan kunyit yang sudah dibersihkan diperoleh berat basah 5
kg, kemudian dikeringakan dan dihaluskan lalu diperoleh berat induk kunyit 1,2
Hasil karakterisasi simplisia induk kunyit dan kunyit dapat di lihat pada
38
39
kunyit pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. Dari hasil penetapan karakterisasi simplisia
Hasil pemeriksaan skrining fitokimia dari serbuk induk kunyit dan kunyit
Tabel 4.3 Hasil Skrining Fitokimia Serbuk Induk Kunyit Dan Kunyit
Serbuk induk
No Golongan senyawa kimia Serbuk kunyit
Kunyit
+ +
1 Alkaloid
+ +
2 Flavonoid
+ +
3 Tanin
+ +
4 Saponin
+ +
5 Steroida/Triterpenoid
Keterangan:
40
dan kunyit pada Tabel 4.3 mengandung senyawa metabolit alkaloid, flavonoid,
maksimum yang diperoleh ini dapat diterima, karena berada pada rentang panjang
gelombang warna komplementer dari warna kuning yaitu 400-435 nm. Gambar
kurva serapan dapat dilihat pada gambar 4.1 dan tabel 4.4 berikut :
absorbansi dari larutan baku kurkumin pada pada rentang konsentrasi 1μ g/ml;
2 μ g/ml; 3 μ g/ml; 4 μ g/ml; dan 5 μ g/ml panjang gelombang 419 nm. Dari
Gambar 4.2 Kurva kalibrasi kurkumin pada panjang gelombang 419,00 nm.
garis regresi dari kurva kalibrasi. Konsentrasi kurkumin dalam sampel harus
berada pada rentang kurva kalibrasi, maka untuk itu dilakukan pengenceran yang
pelarut etanol, 2 kali untuk simplisia induk kunyit dengan pelarut air, 10 kali
untuk simplisia induk kunyit dengan pelarut etanol, 2 kali untuk induk kunyit
segar pelarut air, 2 kali untuk kunyit segar pelarut etanol, 2 kali untuk kunyit segar
pelarut air, 20 kali untuk simplisia kunyit pelarut etanol dan 2 kali untuk simplisia
kunyit pelarut air. Analisis dilanjutkan dengan perhitungan statistik Data dan
Ekstraksi
Nama
Sediaan
Sempel Etanol Air
(mg/g) (mg/g)
kurkumin yang terkandung dari kedelapan sampel. Perbedaan kadar kurkumin ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu perbedaan pelarut yang
digunakan, dalam pelarut etanol lebih besar kadar kurkumin dari pada pelarut air,
karena kurkuminoid larut dalam etanol (Kiso 1985). Selain itu juga disebabkan
oleh waktu ekstraksi, pada pelarut air waktu ekstraksi dilakukan lebih singkat dari
pada pelarut etanol. Keadaan sampel juga mempengaruhi kadar kurkumin seperti
simplisia atau segar, pada simplisia kadar kurkumin lebih besar karena kandungan
air didalam sampel lebih sedikit dari pada keadaan sampel yang segar. Perlakuan
dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan, dan untuk menentukan data ditolak atau
5.1 Kesimpulan
30,2) mg/g; simplisia induk kunyit pelarut air berturut-turut (21,55 ± 2,51)
mg/g; induk kunyit segar pelarut etanol berturut-turut (166,4 ± 33,25) mg/g;
induk kunyit segar pelarut air berturut-turut (8,77 ± 0,68) mg/g; simplisia
pelarut air berturut-turut (10,2 ± 0,885) mg/g; kunyit segar pelarut etanol
berturut-turut (14,32 ± 0,55) mg/g; dan kunyit segar pelarut air berturut-turut
2. Terdapat perbedaan kadar kurkumin pada induk kuyit dan kunyit. Kadar yang
paling tinggi pada induk kunyit adalah simplisia induk kunyit dengan pelarut
etanol sedangkan kadar kurkumin yang paling tinggi pada kunyit adalah
5.2 Saran
rimpang kunyit dengan menggunakan metode yang lain dan dengan pelarut aseton
44
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, E., dkk. (2003). Tanaman Obat untuk Mengatasi Hepatitis. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Budi, S. (2008). Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Jakarta: Agro Media
Pustaka. Hal: 65.
Cairns, D. (2008). Intisari Kimia Farmasi. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal: 150
Cahyo, K.A. (2015). Teknologi Ekstrak Senyawa Bahan Aktif Dari Tanaman
Obat. Yogyakarta: Plantaxia. Hal: 14-43.
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Cetakan Keenam.
Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat Dan Makanan.
Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Hal: 10-11.
Depkes RI. (1980). Materia Medika Indonesia Jilid IV. Jakarta: Direktorat
Pengawasan Obat Dan Makanan.
Day, R.A., dan Underwood, A.L. (1999). Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi
Empat. Jakarta: Erlangga. Hal: 393.
45
46
Nina, S., dan Barokati, A. (2013). Standarisasi Parameter Non Spesifik Dan
Perbandingan Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol Dan Ekstrak Terpurifikasi
Rimpang Kunyit. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol.3, No.1, Hal: 21-30.
Prasetyo, S. (1998). Pengaruh Jenis Pelarut Dan Bentuk Irisan Rimpang Kunyit
Terhadap Ekstrak Kurkumin Kunyit Dengan Metode Soxhlet. Skripsi
Jurusan Teknik Kimia. Universitas Katolik Parahyangan Bandung.
Soeryoko, H. (2013). 20 Tanaman Obat Terbaik untuk Maag, Typus, dan Liver.
Yogyakarta: Rapha Publishing. Hal: 69–75.
47
Winarti, C., dan Nurjanah U.N. (2005). Peluangan Tanaman Rempah Dan Obat
Sebagai Pangan Fungsional. Jurnal Litbang pertanian, 24 (2). Hal: 47-
55.
Rimpang Kunyit
Tanaman Kunyit
49
Lampiran 1. (Lanjutan)
Lampiran 1. (Lanjutan)
Karakterisasi
Sortasi basah
Pencucian
Pengeringan
Sortasi kering
Penggilingan
Pengayakan
Ditimbang 20 mg Baku
Kurkumin
LIB I Konsentrasi
200 µg/ml
LIB II konsentrasi
10 µg/ml
Hasil
65
Serapan λ maks
= 419 nm
66
Larutan sampel
No Konsentrasi Serapan
(µg/ml)(X) (Y) X2 Y2
XY
1. 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
2. 1,000 0,133 0,133 1 0,017689
3. 2,000 0,269 0,538 4 0,072361
4. 3,000 0,403 1,209 9 0,162409
5. 4,000 0,552 2,208 16 0,304704
6. 5,000 0,669 3,345 25 0,447561
∑ 15 2,026 7,433 55 1,004724
X́ = 2,5 Ý = 0,33766
Y = aX + b
a = ∑ XY −¿ ¿ ¿
7,433−( 15 ) (2,026)/6
=
55 – (15)2 /6
7,433−5,065/6
=
55−225/6
2,368
= = 0,13537
17,5
b = Ý - a X́
= 0, 33766 – 0,3384
= 0,00074
Koefisien korelasi :
r = ∑ XY −¿ ¿ ¿
7,433−( 15 ) (2,026)/6
r= 2 2
√[ 55−(15) /6 ][ 1,00472−(2,026) /6 ]
2,368
r=
√ [ 17,5 ][ 0,32060 ]
2,368
r=
√ 5,61062
2,368
r=
2,368676
r = 0,99938
69
Lampiran 13. Contoh Perhitungan Kadar Induk Kunyit Segar dengan Pelarut
Air
Absorbansi = 0,121
Y = 0,13537x + 0,00074
0,121−0,00074
X =
0,13537
=089931 µg/ml
Konsentrasi induk kunyit segar dengan pelarut air dalam larutan sebelum
Absorbansi = 0,509
Y = 0,13537x + 0,00074
0,509−0,00074
X =
0,13537
= 3,76553 µg/ml
sebelum diencerkan (Fp= 10 kali) dalam labu awal (labu tentukur 100 ml)
Absorbansi = 0,322
Y = 0,13537x + 0,00074
0,322−0,00074
X =
0,13537
= 2,38413 µg/ml
sebelum diencerkan (Fp= 2 kali) dalam labu awal (labu tentukur 100 ml)
Lampiran 16. Contoh Perhitungan Kadar Induk Kunyit Segar dengan Pelarut
Etanol
Absorbansi = 0,533
Y = 0,13537x + 0,00074
0,533−0,00074
X =
0,13537
= 3,9428 µg/ml
diencerkan (Fp= 10 kali) dalam labu awal (labu tentukur 100 ml)
Absorbansi = 0,127
Y = 0,13537x + 0,00074
0.127 -0,00074
X =
0,13537
=0,94363 µg/ml
Absorbansi = 0,156
Y = 0,13537x + 0,00074
0.156−0,00074
X =
0,13537
= 1,1578 µg/ml
diencerkan (Fp= 2 kali) dalam labu awal (labu tentukur 100 ml)
Absorbansi = 0,252
Y = 0,13537x + 0,00074
0.252−0,00074
X =
0,13537
= 1,8670 µg/ml
diencerkan (Fp= 20 kali) dalam labu awal (labu tentukur 100 ml)
Absorbansi = 0,208
Y = 0,13537x + 0,00074
0.208−0,00074
X =
0,13537
= 1,5419 µg/ml
diencerkan (Fp= 2 kali) dalam labu awal (labu tentukur 100 ml)
Lampiran 23. Analisa Data Secara Statistik untuk Menentukan Rentang Kadar
Induk kunyit Segar dengan Pelarut Air
∑ (X − X́ )2 = 0,8686 0,8686
SD =
√ n−1 √ 6−1
=
√ 5
= √ 0,17372 = 0,416 mg/g
Dasar penolakan data adalah apabila t tabel ≤t h itung dengan tingkat kepercayaan
| X− X́|
t h itung =
SD/ √ n
79
t hitung1 =
| X− X́| 0,22
1. = = 1,301
SD/ √ n 0,169
t hitung2 =
| X− X́| 0,12
2. = = 0,710
SD/ √ n 0,169
t hitung3 =
| X− X́| 0,38
3. = = 2,24
SD/ √ n 0,169
t hitung 4 =
| X− X́| 0 , 43
4. = = 2,54
SD/ √ n 0,169
t hitung5 =
| X− X́| 0 , 43
5. = = 2,54
SD/ √ n 0,169
t hitung6 =
| X− X́| 0,54
6. = = 3,19
SD/ √ n 0,169
Semua data dari keenam pengulangan diterima karena t tabel >t hitung
SD
[
µ = X́ ± t ( α / 2) dk X (
√n
)
]
0,416
[
= 8,77 ± 4,0321 x(
√6
)
]
= 8,77 ± [ 4,0321 x 0,169 ]
Lampiran 24. Analisa Data Secara Statistik untuk Menentukan Rentang Kadar
Simplisia Induk Kunyit Pelarut Etanol
∑ (X − X́ )2 = 1702,086 1702,086
SD =
√ n−1 √ 6−1
=
√ 5
= √ 340,4172 =18,4 mg/g
Dasar penolakan data adalah apabila t tabel ≤t hitung dengan tingkat kepercayaan
t hitung =
| X− X́|
SD/ √ n
t hitung1 =
| X− X́| 23,56
1. = = 3,14
SD/ √ n 7,5
t hitung2 =
| X− X́| 25,91
2. = = 3,4546
SD/ √ n 7,5
t hitung3 =
| X− X́| 0,09
3. = = 0,012
SD/ √ n 7,5
t hitung 4 =
| X− X́| 16,57
4. = = 2,2093
SD/ √ n 7,5
t hitung5 =
| X− X́| 6,27
5. = = 0,836
SD/ √ n 7,5
81
t hitung6 =
| X− X́| 12,72
6. = = 1,696
SD/ √ n 7,5
SD
[
µ = X́ ± t ( α / 2) dk X (
√n
)
]
18,4
[
= 168,38 ± 4,0321 x(
√6
)
]
= 168,38 ± [ 4,0321 x 7,5 ]
Lampiran 25. Analisa Data Secara Statistik untuk Menentukan Rentang Kadar
Simplisia Induk Kunyit Pelarut Air
∑ (X − X́ )2 = 11,8079 11,8079
SD =
√ n−1 √ 6−1
=
√ 5
= √ 2,36158 = 1,53
Dasar penolakan data adalah apabila t tabel ≤t hitung dengan tingkat kepercayaan
t hitung =
| X− X́|
SD/ √ n
t hitung1 =
| X− X́| 0,12
1. = = 0,1935
SD/ √ n 0.62
t hitung2 =
| X− X́| 1,7
2. = = 2,7419
SD/ √ n 0.62
t hitung3 =
| X− X́| 1,77
3. = = 2,8548
SD/ √ n 0,62
t hitung 4 =
| X− X́| 0,63
4. = = 1,0161
SD/ √ n 0,62
t hitung5 =
| X− X́| 0,76
5. = = 1,2258
SD/ √ n 0,62
t hitung6 =
| X− X́| 2,19
6. = = 3,5322
SD/ √ n 0,62
83
SD
[
µ = X́ ± t ( α / 2) dk X (
√n
)
]
1,53
[
= 21,55 ± 4,0321 x(
√6
)
]
= 21,55 ± [ 4,0321 x 0.62 ]
Lampiran 26. Analisa Data Secara Statistik untuk Menentukan Rentang Kadar
Induk Kunyit Segar Pelarut Etanol
∑ (X − X́ )2 = 2056,97 2056,97
SD =
√ n−1 √ 6−1
=
√ 5
= √ 411,394 = 20,2
Dasar penolakan data adalah apabila t tabel ≤t hitung dengan tingkat kepercayaan
t hitung =
| X− X́|
SD/ √ n
| X− X́| 14,8
1. t hitung1 = = = 1,796
SD/ √ n 8,24
| X− X́| 25,1
2. t hitung2 = = = 3,046
SD/ √ n 8,24
| X− X́| 27,4
3. t hitung3 = = = 3,325
SD/ √ n 8,24
| X− X́| 18,8
4. t hitung 4 = = = 2,281
SD/ √ n 8,24
| X− X́| 3,4
5. t hitung5 = = = 0,412
SD/ √ n 8,24
| X− X́| 9,6
6. t hitung6 = = = 1,165
SD/ √ n 8,24
85
20,2
[
= 166,4 ± 4,0321 x(
√6
)
]
= 166,4 ± [ 4,0321 x 8,24 ]
Lampiran 27. Analisa Data Secara Statistik untuk Menentukan Rentang Kadar
Kunyit Segar Pelarut Air
∑ (X − X́ )2 = 0,7579 0,7579
SD =
√ n−1 √ 6−1
=
√ 5
= √ 0,15158 = 0,38
Dasar penolakan data adalah apabila t tabel ≤t hitung dengan tingkat kepercayaan
t hitung =
| X− X́|
SD/ √ n
| X− X́| 0,08
1. t hitung1 = = = 0,5333
SD/ √ n 0,15
| X− X́| 0,79
2. t hitung2 = = = 5,2666 ( Ditolak)
SD/ √ n 0,15
| X− X́| 0,22
3. t hitung3 = = = 1,4666
SD/ √ n 0,15
| X− X́| 0,09
4. t hitung 4 = = = 0,6
SD/ √ n 0,15
| X− X́| 0,15
5. t hitung5 = = =1
SD/ √ n 0,15
| X− X́| 0,22
6. t hitung6 = = = 1,4666
SD/ √ n 0,15
87
Untuk itu perhitungan di ulangi dengan cara yang sama tanpa mengikut sertakan
data ke-2
∑ (X − X́ )2 = 0,0186 0,0186
SD =
√ n−1 √ 5−1
=
√ 4
= √ 0,00465 = 0,06
Dasar penolakan data adalah apabila t tabel ≤t hitung dengan tingkat kepercayaan
t hitung =
| X− X́|
SD/ √ n
| X− X́| 0,08
1. t hitung1 = = =4
SD/ √ n 0,02
| X− X́| 0,06
2. t hitung2 = = =3
SD/ √ n 0,02
| X− X́| 0,07
3. t hitung3 = = = 3,5
SD/ √ n 0,02
| X− X́| 0,01
4. t hitung 4 = = = 0,5
SD/ √ n 0,02
| X− X́| 0,06
5. t hitung5 = = =3
SD/ √ n 0,02
88
SD
[
µ = X́ ± t ( α / 2) dk X (
√n
)
]
0,06
[
= 8,90 ± 4,0321 x(
√5
)
]
= 8,90 ± [ 4,0321 x 0.02 ]
Lampiran 28. Analisa Data Secara Statistik untuk Menentukan Rentang Kadar
Simplisia Kunyit Pelarut Etanol
∑ (X − X́ )2 = 86,03 86,03
SD =
√ n−1 √ 6−1
=
√ 5
= √ 17,206 = 4,14
Dasar penolakan data adalah apabila t tabel ≤t hitung dengan tingkat kepercayaan
t hitung =
| X− X́|
SD/ √ n
| X− X́| 2,4
1. t hitung1 = = = 1,4201
SD/ √ n 1,69
| X− X́| 1,7
2. t hitung2 = = = 1,0059
SD/ √ n 1,69
| X− X́| 4,4
3. t hitung3 = = = 2,6035
SD/ √ n 1,69
| X− X́| 6,1
4. t hitung 4 = = = 3,6035
SD/ √ n 1,69
| X− X́| 2
5. t hitung5 = = = 1,1834
SD/ √ n 1,69
| X− X́| 4,1
6. t hitung6 = = = 2,4260
SD/ √ n 1,69
90
4,14
[
= 157,9 ± 4,0321 x(
√6
)
]
= 157,9 ± [ 4,0321 x 1,69 ]
Lampiran 29. Analisa Data Secara Statistik untuk Menentukan Rentang Kadar
Kunyit Simplisia Pelarut Air
∑ (X − X́ )2 = 2,0449 2,0449
SD =
√ n−1 √ 6−1
=
√ 5
= √ 0,40898 = 0,63
Dasar penolakan data adalah apabila t tabel ≤t hitung dengan tingkat kepercayaan
t hitung =
| X− X́|
SD/ √ n
| X− X́| 0,6
1. t hitung1 = = = 2,4
SD/ √ n 0,25
| X− X́| 0,3
2. t hitung2 = = = 1,2
SD/ √ n 0,25
| X− X́| 0,2
3. t hitung3 = = = 0,8
SD/ √ n 0,25
| X− X́| 0,4
4. t hitung 4 = = = 1,6
SD/ √ n 0,25
| X− X́| 0,43
5. t hitung5 = = = 0,68
SD/ √ n 0,25
| X− X́| 1,1
6. t hitung6 = = = 4,4 (Ditolak)
SD/ √ n 0,25
92
Untuk itu perhitungan di ulangi dengan cara yang sama tanpa mengikut sertakan
data ke-6
∑ (X − X́ )2 = 0,7429 0,7429
SD =
√ n−1 √ 5−1
=
√ 4
= √ 0,185725 = 0,43
Dasar penolakan data adalah apabila t tabel ≤t hitung dengan tingkat kepercayaan
t hitung =
| X− X́|
SD/ √ n
| X− X́| 0,08
1. t hitung1 = = = 4,2105
SD/ √ n 0,19
| X− X́| 0,1
2. t hitung = = = 0,5263
SD/ √ n 0,19
| X− X́| 0
3. t hitung3 = = =0
SD/ √ n 0,19
| X− X́| 0,2
4. t hitung 4 = = = 1,0526
SD/ √ n 0,19
| X− X́| 0,23
5. t hitung5 = = = 0,0121
SD/ √ n 0,19
93
SD
[
µ = X́ ± t ( α / 2) dk X (
√n
)
]
0,43
[
= 10,2 ± 4,0321 x(
5
) ]
= 10,2 ± [ 4,0321 x 0,19 ]
Lampiran 30. Analisa Data Secara Statistik untuk Menentukan Rentang Kadar
Segar Kunyit Pelarut Etanol
∑ (X − X́ )2 = 1,32 1,32
SD =
√ n−1 √ 6−1
=
√ 5
= √ 0,264 = 0,51
Dasar penolakan data adalah apabila t tabel ≤t hitung dengan tingkat kepercayaan
t hitung =
| X− X́|
SD/ √ n
| X− X́| 0,9
1. t hitung1 = = = 4,5 (Ditolak)
SD/ √ n 0,20
| X− X́| 0,3
2. t hitung2 = = = 1,5
SD/ √ n 0,20
| X− X́| 0,4
3. t hitung3 = = =2
SD/ √ n 0.20
| X− X́| 0,4
4. t hitung 4 = = =2
SD/ √ n 0,20
| X− X́| 0,1
5. t hitung5 = = = 0,5
SD/ √ n 0,20
| X− X́| 0,3
6. t hitung6 = = = 1,5
SD/ √ n 0,20
95
Untuk itu perhitungan di ulangi dengan cara yang sama tanpa mengikut sertakan
data ke-1
X́ = 14,32
∑ (X − X́ )2 = 0,34224 0,34224
SD =
√ n−1 √ 5−1
=
√ 4
= √ 0,08556 = 0,29
Dasar penolakan data adalah apabila t tabel ≤t hitung dengan tingkat kepercayaan
t hitung =
| X− X́|
SD/ √ n
| X− X́| 0,48
1. t hitung1 = = =4
SD/ √ n 0,12
| X− X́| 0,22
2. t hitung2 = = = 1,8333
SD/ √ n 0,12
| X− X́| 0,22
3. t hitung3 = = = 1,8333
SD/ √ n 0,12
| X− X́| 0,08
4. t hitung 4 = = = 0,666
SD/ √ n 0,12
| X− X́| 0,12
5. t hitung5 = = =1
SD/ √ n 0,12
96
SD
[
µ = X́ ± t ( α / 2) dk X (
√n
)
]
0,29
[
= 14,32 ± 4,0321 x(
5
) ]
=14,32 ± [ 4,0321 x 012 ]