BIOFARMASI
1. Bahagian terbesar dari organ tubuh, rata-rata kulit manusia dewasa luas
permukaan 2 m2 dan berperan sbg lapisan pelindung tubuh terhadap
pengaruh luar baik secara fisik maupun kimia.
2. Sawar (barrier) fisiologik yang penting,karena mampu menahan
penembusan gas ,cairan maupun padatan dari luar tubuh maupun dari
komponen organisme
1.1 Epidermis.
Adalah permukaan paling luar dari kulit, yang merupakan tempat sediaan
obat digunakan. Menurut Montagna, Lobitz dan Jarret, epidermis merupakan
lapisan epitel dengan tebal rata-rata 200 μm, mempunyai sel-sel yang
berdiferensiasi terhadap kreatinisasi bertahap dari bagian yang lebih dalam menuju
ke bahagian sebelah luar (permukaan).
Epidermis dibedakan atas 2 bagian:
Lapisan malfigi berupa sel yang hidup, dan menempel pada dermis
2. Lapisan tanduk yang tersusun atas sekumpulan sel-sel mati yang
mengalami keratinisasi.
Secara umum epidermis terdiri atas 5 lapisan:
1. stratum corneum (lapisan tanduk)
2. stratum lucidum (zone barrier)
3. stratum granulosum (lapisan glanular)
4. stratum malpighii (lapisan sel prickle)
5. stratum germinativum (lapisan sel basal)
1.2 Bagian Kulit
Bagian kulit menurut Montagna W., dkk, 1958, terdiri dari sistem
pilosebasea dan kelenjar sudoripori.
Pada umumnya kelenjar sebasea menempel pada folikel rambut,
kecuali untuk beberapa daerah yang mempunyai rambut cukup jarang dn
terletak pada jarak sekitar 500 μm dari permukaan kulit, seperti kelenjar
eksokrin, holokrin dan getah sebum. Bagian yang mengeluarkan getah
dibentuk dari suatu membran basal yang ditutup oleh lapisan germinatif
yang berkembang ke arah pusat kelenjar disertai perubahan lipida dan
peniadaan intinya. Serpihan dari isi sel yang mati selanjutnya dikeluarkan
lewat sebuah ssaluran pembuangan yang sangat pendek.
2. BERBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES LDA OBAT PADA
PEMBERIAN SECARA PERKUTAN
2.1 PENYERAPAN (ABSORPSI)
Faktor-faktor yang dapat mengubah ketersediaan hayati zat aktif yang
terdapat dalam sediaan dioleskan pada kulit, seperti :
Kulit berfungsi sebagai sawar pasif untuk difusi molekul. Telah terbukti bahwa
impermiabilitas kulit akan berlangsung lama setelah kulit dipisahkan. Jumlah total
daya difusi (Rkulit) untuk penembusan melalui kulit dijelaskan oleh Chen sbb:
R = Rsc + Re + Rpd
Difusi juga tergantung juga pada umur subyek kulit anak – anak lelbih
permeabel dibandingkan dengan kulit dewasa (Feldmann R. T, dkk, 1970; Feiwel M,
1969).
2.2.2 Aliran Darah
Perubahan debit darah ke dalam kulit secara nyata akan mengubah
kecepatan penembusan molekul. Pada sebagian besar obat-obatan lapisan tanduk
merupakan faktor penentu pada proses penyerapan dan debit darah selalu cukup
untuk menyebabkan senyawa menyetarakan diri dalam perjalanannya (Rothmann S,
1954).
Namun, bila kulit luka atau bila dipakai cara iontoforesis untuk zat aktif
(wahlberg J, E, 1965), maka jumlah zat aktif yang menembus akan lebih banyak
dan peranan debit darah merupakan faktor yang menentukan.
Jumlah yang diserap untuk jumlah molekul yang sama, akan berbeda dan
tergantung pada susunan anatomi dari tempat pengolesan : kulit dada, punggung,
tangan atau lengan (Cronin E, dkk, 1962; wahlberg J, E, 1965). Perbedaan
ketebalan terutama disebabkan oleh ketebalan lapisan tanduk (stratum corneum)
yang berbeda pada setiap bagian tubuh, tebalnya bervariasi antara 9 μm untuk kulit
kantung zakar sampai 600 μm untuk kulit telapak tangan dan telapak kaki
Sesuai dengan hukum Ficks (Persamaan 3), maka ketebalan membran
yang bermacam-macam akan me3nyebabakan peningkatan waktu laten yang
diperlukan untuk mencapai keseimbangan konsentrasi lapisan tanduk dan di sisi lain
akan menyebabkan pengurangan pengaliran darah.
dQ = Km.D.S.(C1-C2) (persamaan 3)
dt e
Km = Koefisien partisi senyawa terhadap kulit dan pembawa
Bila molekul zat aktif dianggap bulat dan molekul di sekitarnya berukuran
yang sama, maka dengan menggunakan hukum stoke-einstein dapat ditentukan nilai
tetapan difusi.
D = k’ . T
6π . rη
K’ = tetapan Boltzman
T = suhu mutlak
R = jari-jari molekul yang berdifusi
η = kekentalan lingkungan
Senyawa dengan bobot molekul yang rendah akan berdifusi lebih cepat
daripada senyawa dengan bobot molekul tinggi (Wepierre j., 1971; Tregear R., T.,
1966; Stoughton R., B., dkk., 1960), karena akan membentuk ikatan dengan
konstituen membran
Jumlah zat aktif yang di serap pada setiap satuan luas permukaan dan
satuan waktu adalah sebanding dengan konsentrasi senyawa dalam media
pembawa. Bila zat aktif dengan konsentrasi tinggi dioleskan pada permukaan kulit,
maka hukum Ficks tidak dapat lagi diterapkan, karena terjadinya perubahan struktur
membran sebagai akibat konsentrasi molekul yang tinggi, mungkin terjadi perubahan
koefisien partisi antara pembawa dan sawar kulit.
3.1.3 Koefisien Partisi
Koefisien partisi pada umumnya ditentukan dari percobaan dengan
menggunakan campuran dua fase,m yaitu air dan pelarut organik yang tidak
bercampur dengan air. Keseimbangan pembagian senyawa diantara kedua fase
yang ada, yaitu koefisien partisi dinyatakan dengan persamaan 10 :
Cp = Cs
Ce
Cs dan Ce adalah konsentrasi molekul dalam pelarut organik dan dalam air
3.2.4. Iontoforesis
Saat ini penyerapan perkutan senyawa kimia yang dapat terdisosiasi dapat
ditingkatkan secara iontoforesis, artinya dengan sedikit pengaliran listrik terus
menerus melintasi kulit yang diolesi (Malkinson F., D., dkk., 1963).Seperti diketahui
kulit mengandung air dalam jumlah sedikit, sehingga kulit dapat dianggap sebagai
kapasitor. Aliran yang dipakai cukup lemah, antara 0,5 – 1 mA/cm2 dengan maksud
agar tidak terjadi kerusakan kulit. Elektroda aktif yang diletakkan pada daerah
pengolesan adalah anoda untuk molekul bermuatan positif dan katoda untuk molekul
bermuatan negatif.
Meskipun teknik iontoforesis telah terbukti dapat meningkatkan absorpsi
perkutan obat-obat yang dapat terionisasi atau obat dalam bentuk ion (meliputi
lidokain, salisilat dan peptida serta protein, misalnya insulin), namun keamanan
secara klinis dan efikasi sistem penyampaian obat mempergunakan teknik
iontoforesis masih harus dievaluasi dan diselidiki secara mendetail.
3.2.5. Interaksi Pembawa (Vesicle) dengan Model Membran Kulit pada Proses
Permiasi
Penelitian untuk menenttukan efek dari pelarut pada absorpsi perkutan
selalu sulit untuk diinterpretasi sebab stratum corneum mempunyai sifat alamiah
yang sangat kompleks dan interaksinya dengan pembawa. Membran polimer
sederhana msmbutuhkan kondisi penanganan yang lebih baik, yang dapat diperileh
dalam bentuk dan ketebalan yang bervariasi dan digambarkan hanya mengalami
sedikit perubahan dalam permeabilitas. Keuntungan yang ditemukan pada
membran sintetik ini menyebabkan digunakannya sebagai model, mempermudah
metodologi validasi dan eksplorasi hubungan fisikokimia. Jumlah pelarut yang
menyebabkan perubahan pada sifat barrier memungkinkan penemuam secara
empiris atau model mekanistik yang mengkarakterisasi perubahan membran.
Tujuan daripada riset ini adalah menemukan metodologi yang meliputi identifikasi,
kuantitasi, dan prediksi dari efek pelarut pada sifat-sifat berrier dari membran
sintetik.
4. EVALUASI KETERSEDIAANHAYATI OBAT YANG DIBERIKAN MALALUI KULIT
Jalur senyawa yang diserap melalui jalur perkutan yang sangat sedikit adn
pada umumnya sulit diketahui, bahkan kadang tidak mungkin, hal ini karena
sensifitas dari metode yang sering digunakan sering tidak memadai.
•Jika senyawa umum dalam tubuh seperti vitamin dan hormon tidak dapat ditentukan
secara langsung maka digunakan runutan radiokatif.
•Senyawa yang tidak berubah ditentukan dengan radioimunologik
• Analsis yang lain secara kromatografi gas dan imunoenzimologi.
Dengan cara in vitro dan in vivo dapat dipastikan lintasan penembusan dan
tetapan permeabilitas, serta membandingkan efektivitas dari berbagai bahan
pembawa (Wepierre j., 1979).
Absorpsi perkutan telah lama diteliti secara in vivo dengan mempergunakan
senyawa radioaktif atau dengan teknik in vitro mempergunakan sayatan kulit
manusia. Peralatan yang umum digunakan untuk penelitian in vitro dapat dilihat
pada gambar 8 dan gambar 9 pada diktat kuliah.
Sejumlah penelitian telah dilakukan. Untuk memperjelas hal tersebut, maka
prinsip metoda penyerapan perkutan dirangkum dalam tabel II, III, IV yang
mencantumkan pemakaian, kemampuan serta keterbatasan dari setiap metoda pada
diktat kuliah.
4.3. Pembuktian Mekanisme Absorpsi Perkutan dari Sifat Fisikokimia
Teknik umum untuk karakterisasi membran
Seluruh membran mahluk hidup adalah bersifat heterogenus dan disusun
dalam fase makroskopis yang berbeda, dan menentukan difusi pasif molekul
melalui total barrier pada membran sangat diperlukan, dan hal ini tergantung pada
pengaturan adn rangkaian dari fase yang dialami selama transpor. Hukum difusi
sebenarnya adalah bahwa molekul mengikuti lintasan yang bersifat diffusional
resistance yang paling sedikit.
Resistance dari setiap fase yang terdapat dalam membran dapat
dikarakterisasikan dalam istilah khusus yang berhubungan dengan difusi dalam fase,
terhadap seluruh variasi lengkap secara umum. Secara keseluruhan, membran
mungkin dianggap sebagai sejenis penghambat (resistor) rangkaian antara 2 fase.
Masing – masing fase membran menentukan aliran difusi melalui channel dalam
elemen bagian sebelah dalam (interior) membran, yang menghasilkan masing -
masing resistensinya an pengaturannya. Resistensi fase bagian dalam (interior)
diatur baik secara series, secara parlel, atau sebagai pemghambat khusus yang
terbagi rata (dispersed pariculate resistors). Bila pengaturan dalam seluruh bentuk
series, aliran massa atau ”diffusional fluks” melalui membran ditentukan dengan
perjumlahan resistensi lapisan membran. Bila dalam bentuk paralel, fase mendorong
pemisahan aliran yang terjadi, yang secara sederhana meliputi ketidak tergantungan
pada rute, sebagai tambahan terhadap pencapaian keadaan steady state dari
difusi.
Secara matematik aliran steady state (J) pada kasus barrier yang tersusun series
dijelaskan dengan :
J = A 1 (∆C) ............. (1)
R1 + R2 + ....... + Rn
Dimana P adalah koefisien permeabilitas, yaitu suatu istilah yang analog dengan
konduktivitas pada persamaan fluks secara listrik.
Difusi melalui membran isotropik, P dinyatakan dalam bentuk yang lebih umum berupa
:
P = DK .............. (4)
h
Dimana D adalah koefisien difusi membran, K adalah koefisien partisi difusant antara
membran dan medium eksternal dan h adalah ketebalan membran.
J = -D dC ................. (5)
A dx
6. MODEL IN NUMERO
Saat ini dianjurkan model in numero atau simulasi komputer dari absorpsi
sebagai penghubung (Link) dari penelitian in vivo dan in vitro. Sebagai contoh
adalah pemakaian model dermatofarmakokinetik, yang mirip dengan model
farmokinetik yang digunakan untuk memperlajari uptake dan disposisi Obat.
7. PENUTUP
Sawar kulit terutama dibentuk oleh lapisan tanduk (stratum corneum), yang
merupakan struktur kulit yang mati, serta mampu menghambat penembusan
senyawa kimia. Walaupun demikian kulit bersifat permeabel dan dapat melewatkan
senyawa-senyawa yang penyerapannya terjadi secara difusi pasif. Molekul yang
diserap dengan baik adalah molekul yang larut dalam lemak dan sedikit larut dalam
air.
Daftar Pustaka
Dapat dilihat di diktat kuliah Biofarmasi Sediaan Yang Diberikan Melalui Kulit
Terima kasih