Istilah ini mulai dikenal pada akhir 1950an dan permulaan tahun
1960an.Masalah yang menyebabkan terhambatmya arus udara tersebut bisa
terletak pada saluran pernapasan maupun pada parenkim paru.Kelompok
penyakit yang dimasksud adalah Bronkitis Kronik (masalah dalam saluran
pernapasan), emfisema (masalah dalam parenkim).
Etiologi
Obstruksi aliran udara merupakan gangguan fisiologis terpenting pada asma akut.
Gangguan ini akan menghambat aliran udara selama inspirasi dan ekspirasi dan dapat
dinilai dengan tes fungsi paru yang sederhana seperti peak expiratory flow rate (PEFR)
dan FEV1 (Forced Expiration Volume). Ketika terjadi obstruksi aliran udara saat
ekspirasi yang relatof cukup berat akan menyebabkan pertukaran aliran udara yang kecil
untuk mencegah kembalinya tekanan alveolar terhadap tekanan atmosfer maka akan
terjadi hiperinflasi dinamik. Besarnya hiperinflasi dapat dinilai dengan derajat
penurunan kapasitas cadangan fungsional dan volume cadangan. Fenomena ini dapat
pula dapat terlihat pada foto thoraks, yang memperlihatkan gambaran volume paru yang
membesar dan diafragma yang mendatar.
Patofisiologi
Perubahan patologis pada PPOK terjadi di saluran pernapasan,
bronkiolus dan parenkim paru. Peningkatan jumlah leukosit
polimorfonuklear yang diaktivasi dan makrofag yang melepaskan
elastase tidak dapat dihalangi secara efektif oleh antiprotease.Hal ini
mengakibatkan destruksi paru. Peningkatan tekanan oksidatif yang
disebabkanoleh radikal-radikal bebas di dalam rokok dan pelepasan
oksidan oleh fagosit, dan leukosit polimorfonuklear menyebabkan
apoptosis atau nekrosis sel yang terpapar.Penurunan usia dan
mekanisme autoimun juga mempunyai peran dalam pathogenesis
PPOK.
•Bronkitis kronik
Pembesaran kelenjar mucus, perubahan
struktur pada saluran pernafasan termasuk
atrofi, metaplasia sel squamous, abnormalitas
silia, hiperplasia otot lurik, prosesinflamasi, dan
penebalan dinding bronkiolus adalah tanda-
tanda bronkitis kronik.Neutrofilia terjadi di
lumen saluran pernafasan dan infiltrasi neutrofil
berkumpul di submukosa.
•Emfisema
Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminaldan
disertai kerusakan dinding alveoli.Terdapat 3 jenis emfisema menurut
morfologinya:
•Centriacinar emphysema dimulai dengan destruksi pada bronkiolus dan
meluaske perifer, mengenai t
•erutamanya bagian atas paru. Tipe ini sering terjadi akibatkebiasaan merokok
yang telah lama.
•Panacinar emphysema (panlobuler) yang melibatkan seluruh alveolus distal
dan bronkiolus terminal serta paling banyak pada bagian paru bawah. Emfisema
tipeini adalah tipe yang berbahaya dan sering terjadi pada pasien dengan
defisiensi al- antitrypsin.
•Paraseptal emphysema yaitu tipe yang mengenai saluran napas distal, duktus
dansakus. Proses ini terlokalisir di septa fibrosa atau berhampiran pleura.
1.dan gejala PPOK
Tanda dan gejala adalah sebagai berikut brunner& Suddarth (2005):
•Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.
•Sputum putih.
•Sesak, sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan untuk bernapas.
•Nafas pendek dan cepat (Takipnea).
•Anoreksia.
•Penurunan berat badan dan kelemahan.
•Takikardia, berkeringat.
•Hipoksia, sesak dalam dada.
Pemeriksaan Diagnostik
•Anamnesa (keluhan)
•Umumnya dijumpai pada usia tua (>45tahun)
•Riwayat perokok /bekas rokok
•Riwayat terpajan zat iritan di tempat kerja (waktu lama)
•Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
•Ada faktor predisposisi pada masa bayi /anak (infeksi nafas berulang, lingkungan asap
rokok)
•Batuk berulang dengan /tanpa dahak
•Sesak dengan / tanpa bunyi mengi
•Sesak nafas bila aktivitas berat
Pemeriksaan fisik
•Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shapped chest (diameter
anteroposterior dada meningkat)
•Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada.
•Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati
lebihrendah, pekak jantung berkurang.
•Suara nafas berkurang.
Pemeriksaan radiologi
•Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow berupa
bayangan garis-garisyang pararel keluar dari hilus menuju ke apeks paru
dancorakan paru yang bertambah.
•Pada emfisema paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan
gambaran diafragma yang rendah yang rendah dan datar, penciutan pembuluh
darah pulmonal, dan penambahan corakan kedistal.
•Tes fungsi paru
Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea untuk menentukan penyebab
dyspnea, untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstimulasi
ataurestriksi,untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek
terapi, misalnya bronkodilator.
•Pemeriksaan gas darah.
•Pemeriksaan EGK
•Pemeriksaan Laboratorium darah:hitung sel darah putih.
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan :
•Mengurangi gejala
•Mencegah eksaserbasi berulang
•Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
•Meningkatkan kualiti hidup penderita
Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK
stabil.Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma.Karena PPOK adalah
penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan
keterbatasan aktiviti dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru.Berbeda dengan
asma yang masih bersifat reversibel, menghindari pencetus dan memperbaiki derajat
adalah inti dari edukasi atau tujuan pengobatan dari asma. Tujuan edukasi pada pasien
PPOK :
•Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan
•Melaksanakan pengobatan yang maksimal
•Mencapai aktiviti optimal
•Meningkatkan kualiti hidup
Edukasi PPOK diberikan sejak ditentukan diagnosis dan berlanjut secara berulang pada
setiap kunjungan, baik bagi penderita sendiri maupun bagi keluarganya.Edukasi dapat
diberikan di poliklinik, ruang rawat, bahkan di unit gawat darurat ataupun di ICU dan di
rumah.Secara intensif edukasi diberikan di klinik rehabilitasi atau klinik konseling, karena
memerlukan waktu yang khusus dan memerlukan alat peraga.Edukasi yang tepat diharapkan
dapat mengurangi kecemasan pasien PPOK, memberikan semangat hidup walaupun dengan
keterbatasan aktivitas. Penyesuaian aktivitas dan pola hidup merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kualiti hidup pasien PPOK.
Bahan dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat penyakit,
tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kultural dan kondisi ekonomi penderita. Secara umum
bahan edukasi yang harus diberikan adalah
Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan ditentukan skala priority
bahan edukasi sebagai berikut :
1. Berhenti merokok
Disampaikan pertama kali kepada penderita pada waktu diagnosis PPOK ditegakkan
2. Pengunaan obat - obatan
- Macam obat dan jenisnya
- Cara penggunaannya yang benar ( oral, MDI atau nebuliser )
- Waktu penggunaan yang tepat ( rutin dengan selang waku tertentu atau kalaperlu
saja)
- Dosis obat yang tepat dan efek sampingnya
3. Penggunaan oksigen
- Kapan oksigen harus digunakan
- Berapa dosisnya
- Mengetahui efek samping kelebihan dosis oksigen
4. Mengenal dan mengatasi efek samping obat atau terapi oksigen
5. Penilaian dini eksaserbasi akut dan pengelolaannya
Tanda eksaserbasi :
- Batuk atau sesak bertambah
- Sputum bertambah
- Sputum berubah warna
6. Mendeteksi dan menghindari pencetus eksaserbasi
7. Menyesuaikan kebiasaan hidup dengan keterbatasan aktiviti
Edukasi diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah diterima, langsung ke
pokok permasalahan yang ditemukan pada waktu itu.Pemberian edukasi sebaiknya diberikan
berulang dengan bahan edukasi yang tidak terlalu banyak pada setiap kali pertemuan.
Pemberian edukasi berdasar derajat penyakit :
Ringan:
- Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel
- Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara lain berhenti
merokok
- Segera berobat bila timbul gejala
Sedang:
- Menggunakan obat dengan tepat
- Mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini
- Program latihan fisik dan pernapasan
Berat:
- Informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi
- Penyesuaian aktiviti dengan keterbatasan
- Penggunaan oksigen di rumah
2. Obat - obatan
a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikan
dengan klasifikasi derajat berat penyakit ( lihat tabel 2 ). Pemilihan bentuk obat diutamakan
inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat
diutamakan pemberian obat lepas lambat (slow release ) atau obat berefek panjang (long
acting).
Macam - macam bronkodilator :
- Golongan antikolinergik
Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator juga
mengurangi sekresi lendir ( maksimal 4 kali perhari ).
- Golongan xantin
Dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang,
terutama pada derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer untuk
mengatasi sesak ( pelega napas ), bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasi
eksaserbasi akut. Penggunaan jangka panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah.
b. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena,
berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau
prednison.Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji
kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20%
dan minimal 250 mg.
c. Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :
- Lini I : amoksisilin, makrolid
- Lini II :amoksisilin dan asam klavulanat, sefalosporin, kuinolon, makrolid
Perawatan di Rumah Sakit dapat dipilih
- Amoksilin dan klavulanat
- Sefalosporin generasi II & III /IV injeksi
- Kuinolon per oral ditambah dengan yang anti pseudomonas
- Aminoglikose per injeksi
- Kuinolon per injeksi
d. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N -
asetilsistein.Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan
sebagai pemberian yang rutin.
e. Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan
eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi
eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.
f. Antitusif
Diberikan dengan hati – hati
3. Terapi Oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan
kerusakan sel dan jaringan.Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ -
organ lainnya.
Manfaat oksigen:
- Mengurangi sesak
- Memperbaiki aktiviti
- Mengurangi hipertensi pulmonal
- Mengurangi vasokonstriksi
- Mengurangi hematokrit
- Memperbaiki fungsi neuropsikiatri
- Meningkatkan kualiti hidup
Indikasi:
- Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%
- Pao2 diantara 55-59 mmHg atau Sat O2>89% disertai Kor
Pulmonal,perubahanpullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda
gagal jantung kanan penyakit paru lain.
Macam terapi oksigen :
- Pemberian oksigen jangka panjang
- Pemberian oksigen pada waktu aktiviti
- Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak
- Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal napas
5. Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya kebutuhan energy
akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni
menyebabkan terjadi hipermetabolisme.
Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK karena berkolerasi dengan derajat
penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah
Malnutrisi dapat dievaluasi dengan :
- Penurunan berat badan
- Kadar albumin darah
- Antropometri
- Pengukuran kekuatan otot (MVV, tekanan diafragma, kekuatan otot pipi)
- Hasil metabolisme (hiperkapni dan hipoksia)
Mengatasi malnutrisi dengan pemberian makanan yang agresis tidak akan mengatasi
masalah, karena gangguan ventilasi pada PPOK tidak dapat mengeluarkan CO2 yang terjadi
akibat metabolisme karbohidrat.
Tetapi pada PPOK dengan gagal napas kelebihan pemasukan protein dapat
menyebabkan kelelahan.Gangguan keseimbangan elektrolit sering terjadi pada PPOK
karena berkurangnya fungsi muskulus respirasi sebagai akibat sekunder dari gangguan
ventilasi. Gangguan elektrolit yang terjadi adalah :
- Hipofosfatemi
- Hiperkalemi
- Hipokalsemi
- Hipomagnesemi
Gangguan ini dapat mengurangi fungsi diafragma.Dianjurkan pemberian nutrisi dengan
komposisi seimbang, yakni porsi kecil dengan waktu pemberian yang lebih sering.
Rehabilitasi