efek sinergis. Selain dapat menurunkan tekanan darah, bisoprolol juga memiliki efek yang
menguntungkan pada berbagai parameter metabolik, seperti penurunan LDL, peningkatan
HDL, penurunan trigliserida, serta penurunan CRP. Penggunaan bisoprolol dihubungkan
dengan terjadinya beberapa efek samping, misalnya pusing, nyeri kepala, mual, muntah,
disfungsi ereksi, serta peningkatan berat badan.
Kata kunci : efikasi, bisoprolol, terapi tunggal, terapi kombinasi
that the use of bisoprolol can lower blood pressure as effectively as nebivolol. Besides that,
bisoprolol can also be combined with HCTZ in lowering blood pressure more effectively
because of synergistic effect. In addition to lowering blood pressure, bisoprolol also has
beneficial effects on various metabolic parameters, such as decrease in LDL,
triglycerides, ,CRP, and increase in HDL. The use of bisoprolol associated with the
occurrence of some side effects, such as dizziness, headache, nausea, vomiting, erectile
dysfunction, and weight gain.
Key words : efficacy, bisoprolol, monotherapy, combination therapy
PENDAHULUAN
Sampai saat ini hipertensi merupakan suatu keadaan yang menjadi masalah karena
beberapa hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, meningkatnya jumlah pasien
yang masih belum mendapatkan pengobatan yang adekuat, serta adanya penyakit penyerta
yang memperburuk kondisi penderita hipertensi.1 Selain itu, hipertensi juga dikenal sebagai
salah satu faktor pencetus berbagai macam penyakit kardiovaskular, seperti stroke, gagal
jantung, serta penyakit ginjal.
Diperkirakan 600 juta penduduk diseluruh dunia menderita hipertensi. Suatu studi
di Amerika menunjukan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa
adalah sekitar 29-31%.1 Data itu menunjukan bahwa terdapat 58-65 juta orang hipertensi di
Amerika.1 Hipertensi essensial merupakan 95% dari kasus.1 Sedangkan studi di India
menyatakan bahwa prevalensi hipertensi adalah sebanyak 20%, dimana 70% dari penderita
tersebut menderita hipertensi stage 1.2
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), hipertensi
digolongkan menjadi beberapa bagian, antara lain normal, prehipertensi, hipertensi stage 1,
dan hipertensi stage 2. Pasien dikategorikan memiliki tekanan darah normal jika memiliki
tekanan darah sistolik <120 mmHg dan diastolik sebesar <80 mmHg. Dikategorikan
sebagai prehipertensi jika tekanan darah sistolik sebesar 120-139 mmHg dan diastolik
sebesar 80-89 mmHg. Penderita dikategorikan sebagai hipertensi stage 1 jika memiliki
tekanan darah sistolik 140-159 mmHg atau tekanan darah diastolik 90-99 mmHg.
Dikategorikan sebagai hipertensi stage 2 jika tekanan darah sistoliknya 160 atau tekanan
darah diastoliknya 100.3
Selain dikategorikan menurut JNC 7, hipertensi juga dapat dikategorikan menurut
penyebabnya, antara lain hipertensi primer atau hipertensi esensial dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang penyebab pastinya belum diketahui,
sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang telah diketahui penyebabnya.
Penyebab hipertensi sekunder misalnya penyakit pada ginjal, kelainan kelenjar adrenal,
kelainan neurogenik, pengaruh obat-obatan, dan lain sebagainya.1
Penatalaksaan hipertensi dapat dibagi menjadi 2, yaitu dengan modifikasi gaya
hidup dan terapi farmakologis. Penderita hipertensi yang gagal mencapai target tekanan
darah hanya dengan modifikasi gaya hidup, disarankan untuk melakukan terapi
farmakologis.
Terapi
farmakologis
dilakukan
dengan
menggunakan
obat-obatan
antihipertensi yang dibagi menjadi beberapa kelas, antara lain ACE inhibitor, ARB, Beta
Blocker, Calcium Channel Blocker, dan Diuretic dengan berbagai kebaikan dan keburukan
masing-masing. Terapi ini dapat dilakukan secara monoterapi ataupun secara kombinasi.
Beta blocker pada mulanya dianggap memiliki efikasi yang lebih rendah
dibandingkan dengan obat antihipertensi golongan lain. Akan tetapi setelah dilakukan
beberapa penelitian, ditemukan bahwa ternyata beta blocker mampu menurunkan tekanan
darah, baik sistolik maupun diastolik. Walaupun tidak semua obat pada golongan ini dapat
menurunkan tekanan darah secara signifikan, obat golongan beta blocker memiliki manfaat
pada pasien penyakit kardiovaskular. Bisoprolol merupakan salah satu obat golongan beta
blocker. Terdapat beberapa studi yang menyimpulkan bahwa bisoprolol dapat digunakan
secara efektif dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.4
Mekanisme kerja bisoprolol
Bisoprolol merupakan salah satu obat dari kelas beta blocker yang selektif terhadap
reseptor 1.5 Cara kerja bisoprolol sebagai terapi hipertensi masih belum banyak dapat
dimengerti. Terdapat beberapa hipotesis mengenai mekanisme bisoprolol dalam
menurunkan tekanan darah, antara lain dalam kaitannya dengan penurunan denyut dan
curah jantung, menghambat pelepasan renin, dan menghambat sistem saraf simpatis.5
Katekolamin dapat mengaktivasi reseptor 1 yang ada pada jantung yang akan
mengakibatkan peningkatan denyut dan kontraktilitas otot jantung. Peningkatan denyut dan
kontraktilitas jantung akan mengakibatkan peningkatan curah jantung yang berujung pada
peningkatan tekanan darah. Bisoprolol bekerja dengan cara memblok reseptor 1 sehingga
akan mengakibatkan terjadinya penurunan kontraktilitas otot dan denyut jantung, yang
selanjutnya akan berakibat pada penurunan curah jantung dan juga tekanan darah.6
Renin merupakan suatu substansi yang dilepas oleh ginjal yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Renin akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I yang
selanjutnya akan diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II merupakan suatu
vasokonstriktor yang kuat. Pelepasan renin dimediasi oleh sistem saraf simpatis melalui
reseptor 1 yang ada pada sel juxtaglomelural yang terdapat pada ginjal. Bisoprolol dapat
memblok reseptor 1 pada ginjal, sehingga dapat menghambat pelepasan renin yang akan
mengakibatkan penurunan tekanan darah.6
Bisoprolol juga dapat menghambat sistem saraf simpatis pada sistem saraf pusat
dengan cara memblokade area presinap. Blokade ini mengakibatkan terhambatnya
pelepasan katekolamin. Seperti yang telah disebutkan, katekolamin dapat merangsang
reseptor 1 pada jantung dan ginjal, sehingga penghambatan pelepasan katekolamin akan
berefek pada penurunan curah jantung dan pelepasan renin. Penurunan curah jantung dan
penurunan pelepasan renin akan mengakibatkan penurunan tekanan darah secara
signifikan.6
Selain itu terdapat pula beberapa mekanisme bisoprolol dalam mengurangi tekanan
darah, antara lain mengurangi aliran balik vena dan volume plasma, meningkatkan NO
sehingga mengurangi tahanan vaskuler, mengurangi tonus vaskuler dan vasomotor,
meningkatkan compliance vaskuler, serta me-reset level baroreseptor. Akan tetapi belum
terdapat studi yang menjelaskan mekanisme ini secara lebih terperinci.6
supinasi dari 172,6 menjadi 140,1 mmHg pada tekanan sistolik dan penurunan 102,18
menjadi 83,10 mmHg pada tekanan diastolik.9
darah arteri sentral retina, sehingga efek dari bisoprolol ini dapat berakibat kurang baik
pada pasien hipertensi dengan gangguan mata.11
Tabel 4. Efek bisoprolol pada arteri sentral retina dikutip dari Madej A dkk.11
Efek bisoprolol pada berbagai parameter metabolik
beta blocker yang tidak selektif menurut penelitian dapat meningkatkan trigliserida
dan low-density lipoprotein (LDL), serta dapat menurunkan kadar high-density lipoprotein
(HDL), khususnya HDL2. Sedangkan beta blocker selektif seperti bisoprolol menurut
Drexel et al tidak meningkatkan LDL dan trigliserida, serta tidak menurunkan kadar HDL.11
Penelitian ini diikuti oleh 86 pasien (46 pria dan 40 wanita). Sebelum dilakukan terapi,
profil lipid diperiksa pada masing-masing pasien, yang mencangkup : konsentrasi
trigliserida, kolesterol, HDL, LDL, Apo A1, dan Apo B. Bisoprolol diadministrasikan sekali
sehari dengan dosis 5 mg. jika tekanan darah tidak mencapai 155/90 mmHg selama 2
minggu, maka dosis bisoprolol dinaikan menjadi 10 mg.12
Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa terjadi penurunan tekanan darah diastolik
sebesar 15 mmHg dari tekanan darah semula dan penurunan tekanan darah sistolik sebesar
20 mmHg dari tekanan darah semula. Pada profil lipid ditemukan terjadi sedikit penurunan
pada kadar trigliserida dan LDL, serta peningkatan yang tidak signifikan pada kadar HDL 2
dan HDL3.12
Tabel 5. Efek bisoprolol pada profil lipid dikutip dari Drexel H dkk.12
Selain penelitian oleh Drexel dkk. pada tahun 2001, penilitian BRIGHT juga
menguji efek dari bisoprolol pada parameter metabolik. Pada penelitian ini diuji parameter
gula darah puasa, gula darah post prandial, kolesterol total, trigliserida, LDL, HDL, serum
creatinin, creatinin clearance. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
kolesterol total dan trigliserida masing-masing sebesar 18,5 mg/dl dan 13 mg/dl. Selain itu
terdapat peningkatan kadar HDL sebesar 2,6 mg/dl dan penurunan LDL sebesar 10,1 mg/dl.
Gula darah puasa dan post prandial mengalami penurunan masing-masing sebesar 5,8
mg/dl dan 8,32 mg/dl. Serum creatinin dan creatinin clearance mengalami penurunan
sebesar 0,04 mg/dl dan 1,98 mg/dl.2
Tabel 6. Efek bisoprolol pada berbagai parameter metabolik dikutip dari Channaraya V
dkk.2
10
Terdapat beberapa studi yang menyatakan bahwa peningkatan tekanan darah diikuti
oleh peningkatan pada C-reactive protein (CRP). CRP dinilai merupakan suatu indikator
terhadap penyakit infark miokard, angina, dan stroke. Madej dkk. pada tahun 2012
melaporkan bahwa penggunaan bisoprolol dapat menurunkan kadar CRP dalam plasma.
Studi ini melibatkan 67 subjek yang dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu kelompok 1 yang
memiliki hipertensi sedang, dan kelompok 2 dan 3 yang memiliki hipertensi ringan. Pada
kelompok 1 pasien diberikan kombinasi perindopril dan bisoprolol. Sedangkan pada
kelompok 2 dan 3 masing-masing diberikan perindopril dan bisoprolol. Penelitian ini
mendapatkan hasil terdapat penurunan CRP yang signifikan di 3 kelompok penelitian. Pada
kelompok bisoprolol terjadi penurunan CRP dari 2,04 mg/L menjadi 1,35 mg/L. Penurunan
ini mencapai sebesar 35%.13
Efek samping bisoprolol
Pada penelitian yang dilakukan oleh Channaraya dkk. pada tahun 2012 ditemukan
bahwa 41 (1,9%) pasien yang menggunakan bisoprolol selama 12 minggu mengalami efek
samping ringan berupa pusing, nyeri kepala, kelelahan, mual dan muntah. Tidak ada pasien
yang mengalami efek samping yang serius yang memerlukan penghentian pengobatan pada
penelitian ini.2 Drexel dkk melaporkan sebanyak 12 pasien (14%) dari 86 pasien mengalami
efek samping minor seperti kelelahan pada pengobatan selama 8 minggu. Penelitian ini
juga tidak mendapatkan pasien dengan efek samping yang serius. 12 Selain itu, penelitian
lain juga menemukan bahwa penggunaan bisoprolol dapat meningkatkan berat badan,
terutama pada wanita.8 Mekanisme efek samping ini masih belum dapat dijelaskan secara
lebih jelas.
Czuriga dkk. Pada tahun 2003 mendapatkan hasil bahwa dari 135 pasien yang
menggunakan bisoprolol dengan dosis 5 mg, didapatkan efek samping sebanyak 12 pasien.
Efek samping ini antara lain berkeringat, depresi, palpitasi, bradikardi, dan lain sebagainya.
Terdapat 3 pasien dalam penelitian ini yang menghentikan pengobatan, karena efek
samping berupa nyeri kepala, disfungsi ereksi, serta perburukan dari hipertensi.7
11
12
13
6. Che Q, Schreiber MJ, Rafey MA. Beta-blockers for hypertension: are they going out of
style. Cleveland Clinic Journal of Medicine. 2009;76:533-42.
7. Czuriga I, Riecansky I, Bodnar J, Fulop T, Kruzsicz V, Kristof E, dkk. Comparison of the
new cardioselective beta-blocker nebivolol with bisoprolol in hypertension: the
nebivolol, bisoprolol multicenter study (NEBIS). Cardiovascular Drug and Therapy.
2003;17:257-263.
8. Simova II, Konstantinova RRT, Denchev SV. Effects of nebivolol versus bisoprolol on
endothelial function in hypertensive patients. Exp Clin Cardiol. 2009;14.
9. Neki NS. Clinical safety and efficacy of combination of bisoprolol and
hydrochlorthiazide (2.5 mg and 6.25 mg) as monotherapy in mild-to-moderate essential
hypertension. JIACM. 2002;3(2):173-6.
10. Odili AN, Adikaibe BE, Anisiuba BC, Kamdem MM, Ndiaye MB, Ijoma CK, dkk.
Progress report on the first sub-saharan trial of newer versus older antihypertensive
drug on native black patients. Biomed Central; 2012.
11. Madej A, Ciaciura SG, Haberka M, Madej JL, Basiak M, Domanska O, dkk. Effects of
bisoprolol and cizapril on the central retinal artery blood flow in patients with essential
hypertension-preliminary results. Upsala Journal of Medical Sciences. 2010;115:249252.
12. Drexel H, Schmid HR, Follath F, Amann FW. Effects of bisoprolol on lipoprotein
cholesterol subfractions and apolipoproteins in patients with hypertension. J Clin Basic
Cardiol. 2001;4:57-60.
13. Madej A, Boldys A, Buldak L, Labuzek K, Basiak M, Okopien B. Short-term
antihypertensive therapy lowers the C-reactive protein level. Postepy Hig Med Dosw.
2012;66:78-84.
14