Anda di halaman 1dari 5

NAMA : LUH KOMANG ARI TRISNA JAYANTI

NIM : 18031001

MATA KULIAH : FARMAKOLOGI

Hipertensi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang


mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkan (Lanny Sustrani, 2004: 12).

Hipertensi atau sering disebut dengan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana
terjadi peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target
organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan
berdampak pada kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada
kerusakan pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri atau bilik kiri
(terjadi pada otot jantung).

Dari definisi di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi merupakan


keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90
mmHg yang dapat mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan, sehingga memberi gejala
berlanjut pada suatu target organ tubuh yang menimbulkan kerusakan lebih berat pada
target organ bahkan kematian.

Berdasarkan penyebabnya hipertensi di bagi menjadi dua golongan yaitu:

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem reninangiotensin, defek
dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular dan faktor-faktor yang
meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain (Arif Mansjoer, 2001: 518)
Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal mungkin
menurunkan gangguan terhadap kualitas hidup penderita. Pengobatan hipertensi dimulai
dengan obat tunggal , masa kerja yang panjang sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat
berikutnya mungkin dapat ditambahkan selama beberapa bulan pertama perjalanan
terapi. Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok bergantung pada keparahan penyakit
dan respon penderita terhadap obat anti hipertensi. Beberapa prinsip pemberian obat anti
hipertensi sebagai berikut :

1. Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab hipertensi.


2. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan
harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.
3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi.
4. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan pengobatan
seumur hidup.

Jenis-jenis Obat Anti Hipertensi (OAH):

1. Angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor)


ACE inhibitor bekerja dengan cara menghambat produksi hormon angiotensin,
yakni hormon yang dapat menyempitkan pembuluh darah. Dengan obat ini, otot
dinding pembuluh darah akan menjadi rileks dan sedikit melebar, sehingga tekanan
pada pembuluh darah berkurang.
ACE inhibitor biasanya diberikan pada pasien berusia di atas 65 tahun atau
pasien hipertensi yang memiliki kondisi medis lain, seperti penyakit jantung, gagal
jantung, kelainan ginjal, dan diabetes.
Contoh obat ACE inhibitor yang sering digunakan adalah captopril, enalapril,
lisinopril, perindopril, dan ramipril. Efek samping dari obat ACE inhibitor antara lain
batuk kering, sakit kepala, pusing, hiperkalemia, dan ruam kulit.
Obat tekanan darah tinggi yang satu ini juga dapat meningkatkan risiko
terjadinya kelainan atau cacat pada janin jika dikonsumsi oleh ibu hamil.
2. Angiotensin II receptor blocker (ARB)
ARB memiliki efek yang hampir sama dengan ACE inhibitor, namun cara kerja
kedua golongan obat ini berbeda. ARB menghalangi kerja hormon angiotensin yang
menyempitkan pembuluh darah, sehingga pembuluh darah bisa diperlebar agar
sirkulasi darah berjalan lancar sekaligus menurunkan tekanan darah.
Biasanya dokter akan meresepkan obat ini kepada pasien yang tidak cocok
dengan obat hipertensi golongan ACE inhibitor. Contoh obat ARB adalah
candesartan, irbesartan, losartan, valsartan, dan olmesartan.
Obat tekanan darah tinggi golongan ARB memiliki beberapa efek samping,
seperti pusing, sakit kepala, dan peningkatan risiko kematian janin di dalam
kandungan.
3. Beta blockers
Beta blockers bekerja dengan cara menghambat efek hormon epinefrin atau
adrenalin, yaitu hormon yang berperan dalam meningkatkan aliran dan tekanan
darah. Karena efek tersebut, obat golongan beta blockers dapat membuat jantung
berdenyut lebih lambat dan tekanan darah menurun.
Selain untuk menurunkan tekanan darah, obat golongan ini juga dapat digunakan
untuk mengobati kelainan irama jantung (aritmia), gagal jantung, penyakit jantung,
dan hipertiroidisme.
Contoh obat beta blockers atau penghambat beta adalah atenolol, bisoprolol, dan
metoprolol. Efek samping yang sering dialami setelah mengonsumsi obat ini adalah
pusing, sakit kepala, mual, kelelahan, susah tidur, serta sesak napas.
Oleh karena itu, penggunaan obat beta blockers mungkin perlu dihindari oleh
penderita hipertensi yang memiliki asma.
4. Calcium channel blocker (CCB)
Kalsium adalah mineral yang memiliki peran untuk meningkatkan kekuatan otot
jantung dan pembuluh darah. CCB bekerja dengan cara menghambat jalan masuk
kalsium ke dalam otot jantung dan dinding pembuluh darah, sehingga membuat sel-
sel jantung dan pembuluh darah otot mengendur dan rileks. Efek ini membuat
tekanan darah menurun.
Obat ini biasanya diberikan bersamaan dengan beta blockers. Contoh obat CCB
adalah amlodipine, nicardipine, diltiazem, verapamil, dan nifedipine.
Sama seperti jenis obat tekanan darah tinggi lainnya, CCB juga menimbulkan
efek samping. Beberapa efek samping yang dapat muncul akibat penggunaan CCB
adalah sakit kepala, kaki yang membengkak, dada berdebar, dan sembelit.
5. Diuretik
Diuretik bekerja dengan cara membuang kelebihan air dan natrium dalam tubuh,
sehingga jumlah cairan dan garam yang mengalir dalam pembuluh darah menurun.
Efek ini dapat menimbulkan penurunan tekanan darah.
Contoh obat diuretik adalah furosemide, torsemide, spironolactone, dan
hydrochlorothiazide. Obat diuretik dapat menimbulkan efek samping berupa pusing,
sering merasa haus, lebih sering buang air kecil, kram otot, dehidrasi, ruam kulit, dan
munculnya gejala asam urat.
6. Nitrat
Nitrat berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah, sehingga aliran darah ke
jantung meningkat dan jantung tidak memompa darah lebih kuat. Biasanya, dokter
baru akan meresepkan obat ini ketika obat beta blockers dan CCB tidak bekerja
dengan efektif atau pada pasien hipertensi yang mengalami serangan jantung.
Jenis obat-obatan nitrat adalah isosorbide dinitrate, isosorbide mononitrate, dan
glyceryl trinitrate. Obat tekanan darah tinggi golongan nitrat ini dapat menimbulkan
efek samping berupa pusing, wajah kemerahan, mual, hipotensi, dan rasa tidak
nyaman di mulut.
7. Alpha blockers
Obat tekanan darah tinggi ini bekerja dengan cara menghambat kerja hormon
norepinefrin yang dapat menyempitkan aliran darah dan membuat otot mengalami
kontraksi. Obat golongan alpha blockers dapat membuat otot pembuluh darah
menjadi rileks, sehingga tekanan darah menurun.
Obat-obatan golongan alpha blockers umumnya bukan merupakan pilihan obat
tekanan darah tinggi yang utama. Obat ini biasanya diberikan pada pasien hipertensi
yang juga memiliki kondisi medis lain, seperti pembesaran prostat jinak (BPH) dan
penyakit arteri perifer.
Contoh obat yang termasuk dalam golongan alpha blockers adalah terazosin,
prazosin, dan tamsulosin. Efek samping obat golongan alpha blockers adalah pusing
dan hipotensi ortostatik, yaitu penurunan tekanan darah saat posisi tubuh berubah.
Pemilihan jenis dan dosis obat tekanan darah tinggi perlu disesuaikan dengan
kondisi masing-masing penderita. Itulah sebabnya, penderita hipertensi
perlu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu guna menentukan jenis obat darah
tinggi mana yang cocok dan aman digunakan sesuai dengan kondisinya.

Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektifitas dan keamanan dalam


pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat antihipertensi juga dipengaruhi beberapa
faktor yaitu: (1) Faktor sosio ekonomi; (2) Profil faktor kardiovaskular; (3) Ada
tidaknya kerusakan organ target; (4) Ada tidaknya penyakit penyerta. Dengan
memahami pedoman tata laksana hipertensi ini, maka dapat dipahami bahwa yang
menjadi dasar utama adalah pola hidup sehat.

Dalam penatalaksaan fisioterapi dengan pasien hipertensi dan mengkonsumsi


obat antihipertensi jenis beta blockers, dimana efek samping dari obat ini yaitu berupa
pusing, sakit kepala, mual, kelelahan, susah tidur, serta sesak napas, maka bisa
diberikan intervensi berupa difragmatic breathing exercise. Latihan pernapasan
diafragma dimaksudkan untuk melatih cara bernapas yang benar. Karena ketika terjadi
sesak napas pasien cenderung tegang yang membuat pasien tidak dapat mengatur
pernapasannya sehingga mengakibatkan bertambah penyempitan pernapasan di
bronkus. Melenturkan dan memperkuat otot pernapasan bertujuan untuk 5
mempertahankan pasien asma terkontrol dan melatih penderita untuk pernapasan
difragma jika terasa serangan mendadak.

Anda mungkin juga menyukai