PEMBAHASAN
2. 1. Pengertian Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler pada prinsipnya terdiri dari jantung, pembuluh darah dan salura limfe.
Sistem ini berfungsi untuk mengangkut oksigen, nutrisi dan zat-zat lain untuk didistribusikan ke
seluruh tubuh serta membawa bahan-bahan hasil akhir metabolism untuk dikeluarkan dari
tubuh (Fikriana, 2018).
Sistem Kardiovaskuler ini juga merupakan suatu sistem transport tertutup yang terdiri atas
beberapa komponen berikut :
1. Jantung : Sebagai pemompa darah
2. Komponen darah : sebagai pembawa O2 dan nutrisi
3. Pembuluh darah : Sebagai media/jalan dari komponen darah
Sistem kardiovaskuler dikendalikan oleh sistem saraf otonom melalui nodus SA, nodus AV,
berkas His, dan serabut Purkinye. Pembuluh darah juga dipengaruhi sistem saraf otonom
melalui saraf simpatis dan parasimpatis. Setiap gangguan dalam sistem tersebut akan
mengakibatkan kelainan pada sistem kardiovaskuler. Sebagai salah satu dari tim medis perawat
seyogyanya telah paham betul akan pemanfaatan obat yang bertujuan memberikan manfaat
maksimal dengan tujuan minimal.
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama mortalitas di dunia. Prevalensi penyakit
kardiovaskular cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Angka kematian akibat penyakit
kardiovaskular di seluruh dunia adalah 29,3% dari semua penyebab kematian (Putri dan Saputri,
2018).
2.2. Pengertian Obat Kardiovaskuler dan Jenis Obat Kardiovaskuler
Obat kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang mempengaruhi & memperbaiki sistem
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah ) secara langsung ataupun tidak langsung.
Ada beberapa jenis obat pada sistem kardiovaskuler, yaitu (1) Obat Anti angina; (2) Obat Anti
aritmia; (3) Obat Glikosida; (4) Obat Anti hipertensi; (5) anti hipotensi; (6) anti anemia; (6) anti
pembekuan darah (koagulansia); (7) anti pendarahan (hemostatis); (8) obat syok; (9) deuritika;
(10) anti migrain
1. Obat anti hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit kronis dengan karakteristik tekanan darah cenderung naik
turun sehingga diperlukan pengobatan yang lama bahkan seumur hidup. Gangguan sistem
peredaran darah ini menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi
140/90 mmHg. Berdasarkan etiologi, hipertensi dibedakan menjadi 2, yaitu: hipertensi primer
dan hipertensi sekunder (Pratiwi, 2017).
Guideline terbaru dari European Hypertension Society/European Society of Cardiology
(EHS/ESC) tahun 2007,19 tetap menggunakan klasifikasi tahun 2003 (Tabel 3),19 dengan
menekankan pada risiko kardiovaskuler total. Nilai batas hipertensi derajat 1 dibuat sebagai
TDS 140-159 mmHg dan TDD 90-99 mmHg. Pertimbangan pengobatan bersifat fleksibel, tidak
hanya mengacu pada nilai batas hipertensi tetapi juga profil risiko kardiovaskuler total.
Misalnya, pengobatan dapat diberikan pada level tekanan darah tinggi disertai dengan risiko
kardiovaskuler tinggi, namun masih perlu dipertimbangkan pada pasien dengan risiko rendah.
(Lim, 2013)
Tujuan terapi hipertensi adalah menurunkan morbiditas dan mortalitas dengan cara yang paling
nyaman. Berdasarkan alogaritma yang disusun JNC VII, terapi paling dini adalah mengubah gaya
hidup. Jika hasil yang dinginkan tak tercapai maka diperlukan terapi dengan obat. Secara
umum, golongan obat antihipertensi yang dikenal yaitu, diuretik, ACE
inhibitor, Angiotensin Resptor Bloker, Canal Calsium Bloker, dan Beta Bloker (Fitrianto et al.,
2014)
Obat Antihipertensi dibedakan:
1. Diuretik, bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dan
menyebabkan ginjal meningkatkan ekskresi garam dan air. Contoh obat :
a. Furosemide
o Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix, Lasix, salurix, uresix.
o Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi.
o Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen tubuli ke dalam intersitium
pada ascending limb of henle.
o Indikasi : Edema paru akut, edema yang disebabkan penyakit jantung kongesti, sirosis hepatis,
nefrotik sindrom, hipertensi.
o Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui
o Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare.
o Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek ototoksit meningkat bila
diberikan bersama aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama asam etakrinat. Toksisitas
silisilat meningkat bila diberikan bersamaan.
o Dosis : Dewasa 40 mg/hr Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr b. HCT (Hydrochlorothiaside)
o Sediaan obat : Tablet
o Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium sehingga volume darah,
curah jantung dan tahanan vaskuler perifer menurun.
o Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi keseluruh ruang
ekstrasel dan hanya ditimbun dalam jaringan ginjal.
o Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal jantung, cirrhosis hati, gagal ginjal
kronis, hipertensi.
o Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia, hipertensi pada kehamilan.
o Dosis : Dewasa 25 – 50 mg/hr Anak 0,5 – 1,0 mg/kgBB/12 – 24 jam
2. Beta bloker, bekerja pada reseptor Beta jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan
curah jantung.
a. Asebutol (Beta bloker)
o Nama Paten : sacral, corbutol,sectrazide.
o Sediaan obat : tablet, kapsul.
o Mekanisme kerja : menghambat efek isoproterenol, menurunkan aktivitas renin, menurunka
outflow simpatetik perifer.
o Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia,feokromositoma, kardiomiopati obtruktif
hipertropi, tirotoksitosis.
o Kontraindikasi : gagal jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes mellitus, bradikardia, depresi.
o Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu
o Interaksi obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi bersama insulin. Diuretic
tiazid meningkatkan kadar trigleserid dan asam urat bila diberi bersaa alkaloid ergot. Depresi
nodus AV dan SA meningkat bila diberikan bersama dengan penghambat kalsium
o Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).
b. Atenolol (Beta bloker)
o Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin, internolol.
o Sediaan obat : Tablet
o Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi perifer, efek pada reseptor
adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor di ginjal.
o Indikasi : hipertensi ringan – sedang, aritmia
o Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung tersembunyi, bradikardia, syok
kardiogenik, anuria, asma, diabetes.
o Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan tidur, kulit kemerahan,
impotensi.
o Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersama insulin. Diuretik tiazid
meningkatkan kadar trigliserid dan asam urat. Iskemia perifer berat bila diberi bersama alkaloid
ergot.
o Dosis : 2 x 40 – 80 mg/hr
c. Metoprolol (Beta bloker)
o Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok
o Sediaan obat : Tablet
o Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti vasodilatasi perifer, efek pada
reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor beta 1 di
ginjal.
o Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan
dapat diberikan beberapa kali sehari
o Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik,
sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus
barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.
o Indikasi : hipertensi, miokard infard, angina pektoris
o Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III, syok kardiogenik, gagal
jantung tersembunyi
o Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, diare o Interaksi obat :
reserpine meningkatkan efek antihipertensinya o Dosis : 50 – 100 mg/kg
d. Propranolol (Beta bloker)
o Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral
o Sediaan obat : Tablet
o Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan curah jantung, menghambat
pelepasan renin di ginjal, menghambat tonus simpatetik di pusat vasomotor otak.
o Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan
dapat diberikan beberapa kali sehari. Sangat mudah berikatan dengan protein dan akan
bersaing dengan obat – obat lain yang juga sangat mudah berikatan dengan protein.
o Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik,
sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus
barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.
o Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren, stenosis subaortik hepertrofi,
miokard infark, feokromositoma
o Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan blok jantung tingkat II dan
III, gagal jantung kongestif. Hati – hati pemberian pada penderita biabetes mellitus, wanita
haminl dan menyusui.
o Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah, bronkospasme, agranulositosis, depresi.
o Interaksi obat : hati – hati bila diberikan bersama dengan reserpine karena menambah berat
hipotensi dan kalsium antagonis karena menimbulkan penekanan kontraktilitas miokard. Henti
jantung dapat terjadi bila diberikan bersama haloperidol. Fenitoin, fenobarbital, rifampin
meningkatkan kebersihan obat ini. Simetidin menurunkan metabolism propranolol. Etanolol
menurukan absorbsinya.
o Dosis : dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis pemeliharaan.
Beta bloker menghambat efek obat adrenergik, baik NE dan epi endogen maupun obat
adrenergik eksogen
Beta bloker kardioselektif artinya mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap reseptor
beta-1 daripada beta-2
Beta bloker larut lemak (propanolol, alprenolol, oksprenolol, labetalol dan metoprolol)
diabsorbsi baik (90%)
Beta bloker larut air (sotolol, nadolol, atenolol) kurang baik absorbsinya
Sediaan
2. Oxprenolol (Trasicor) adalah derivat dengan khasiat dan sifat mirip alprenolol (1968).
Dosisnya :2-3 dd 20 mg
3. Propranolol Inderal, Inderatic. Beta blocker pertama ini (1964) memiliki efek lokal-anestetik
kuat, tetapi tidak kardioselektif dan tak memiliki ISA. Meskipun banyak sekali derivat lain telah
dipasarkan dengan sifat farmakologi lebih baik, namun propranolol masih merupakan beta-
blocker penting. Resorpsinya dari usus baik, tetapi FPE besar, hingga hanya 30% mencapai
sirkulasi besar. Sebagian besar zat ini diubah dalam hati menjadi derivat-t1/2-nya 3-6 jam.
Bersifat sangat lipofil, sihingga distribusinya di jaringan dan otak baik dengan sering kali
menimbulkan efek sentral. Dosisnya: diberikan secara oral perhari 2-3 mg bersamaan pada
waktu makan, bila perlu dinaikan dengan interval 1 minggu sampai 320 mg sehari (Rendayu dan
Sukohar, 2018).
4. Obat glikosida
Glikosida jantung merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tanaman yang
telah digunakan sejak dahulu sebagai obat untuk aritmia dan gagal jantung. Glikosida jantung
sering disebut steroid jantung. Contoh senyawa tersebut ialah digoksin merupakan cardenolide
yang diisolasi dari tumbuhan dan berperan dalam aktivitas kardiotonik (Suwanditya et al., 2020)
Glikosida Jantung
Digitalis menghambat kerja Na-K-ATP-ase → ion K didalam sel menurun → aritmia (diperberat
jika dikombinasi dengan HCT) Farmakodinamik
Efek pada payah jantung: menurunya tekanan vena, hilangnya edema, meningkatnya diuresis,
ukuran jantung mengecil
Konstriksi vaskuler, sal cerna (mual, muntah, diare), nyeri pada tempat suntukan (iritasi
jaringan) Farmakokinetik
Absorbsi dipengaruhi makanan dalam lambung, obat (kaolin, pectin) serta pengosongan
lambung Distribusi glikosida lambat