Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

Tekanan darah di tentukan oleh dua faktor utama, yaitu curah

jantung (cardiac output) dan resistensi vascular perifer (peripheral vascular

resistance). Curah jantung merupakan hasil kali antara frekuensi denyut

jantung dengan isi sekuncup (stroke volume). Sedangkan isi sekuncup

ditentukan oleh aliran balik vena (vencus retura) dan kekuatan kontraksi

miokard. Resistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah,

elastisitas dinding pembuluh darah dan viskositas darah. Semua parameter di

atas di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sistem saraf simpatis dan

arasimpatis. Sistem rennin- antigiostensin. Aldosteron (SRAA) dan faktor

lokal berupa bahan – bahan vasoaktif yang di produksi oleh sel endotel

pembuluh darah. (farmakologi dan terapi 2009, hal.341)

Sistem saraf simpatis bersifat presif yaitu cenderung meningkatkan

tekanan darah dengan meningkatkan frekuensi denyut jantung, SRAA juga

bersifat presif berdasarkan efek vasokonteriksi agiontensin II dan

perangsangan aidosteron yang menyebabkan retensi air dan natrium di ginjal

sehingga meningkatkan volume darah. Selain itu terdapat sinergisme antara


sistem simpatis dan SRAA yang saling memperkuat efek masing-masing

jantung terutama atrium kanan memproduksi hormon yang disebut antripeptin

catrial natriuratik dan vasedilator yang cenderung menurunkan tekanan

darah. (Farmakologi dan Terapi 2009, Hal. 342)

Obat-obat antihipertensi bekerja dengan berbagai mekanisme atau

yang berbeda, namun berakhir pada penurunan curah jantung atau resistensi

perifer atau keduanya. (farmakologi dan Terapi 2009, hal.342)

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui efek

antihipertensi dari suatu sediaan obat terhadap hewan uji mencit

(Mus muscullus).

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengamati efek

antihipertensi suatu sediaan obat yang diberikan secara oral pada hewan uji

mencit dan juga mengamati tekanan darah pada probandus sebelum dan

sesudah minum kopi.

Prinsip dari percobaan ini adalah penentuan efek antihipertensi dari

obat propanolol, klonidin dan captopril dengan membandingkan warna telinga

mencit serta menentukan faktor yang menaikkan tekanan darah di dalam kopi

terhadap probadus.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan dengan meningkatnya tekanan darah arteri

yang persisten. Penderita dengan tekanan darah diastolik kurang dari 90

mmHg dan tekanan darah sistolik lebih besar sama dengan 140 mmHg

mengalami hipertensi sistolik terisolasi. Krisis hipertensi (tekanan darah

diatas 180/120 mmHg) dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat

(meningkatkan tekanan darah akut atau di sertai kerusakan organ) atau

hipertensi gawat (beberapa tekanan darah meningkat tidak akut). (ISO

Farmakoterapi, 2008 Hal.119)

Hipertensi merupakan penyakit heterogen yang dapat disebabkan oleh

penyebab yang spesifik (hipertensi sekunder) atau mekanisme

patofisiologi yang tidak di ketahui penyebabnya (hipertensi primer atau

esensial). Hipertensi sekunder bernilai kurang dari 10% kasus hipertensi

pada umumnya kasus tersebut disebabkan oleh penyakit ginjal kionok

atau renovascular. Kondisi lain yang dapat menyebabkan hipertensi

sekunder antara lain pheocrhromocytomo, sindrom cushing, hipertiroid,


beberapa obat yang dapat meningkatkan tekanan darah adalah

kortikosteroid, estrogen, AINS (Anti Inflamasi Non Sterold) amphetamia,

sibutramin, siklosporin, dan venlafaxine. (ISO FARMAKOTERAPI 2008

Hal. 119).

Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi dikenal dengan dua jenis

klasifikasi, diantaranya hipertensi primary dan hipertensi secondary :

1. Hipertensi primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan

darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan

faktor keturunan

2. Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya

peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang

mengalami atau menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung,

gagal ginjal, atau kerusakan system hormone tubuh.

Penyebab hipertensi diketahui hanya lebih kurang 10% dari semua

kasus, antara lain akibat penyakit ginjal dan penciutan aoata/arteri ginjal.

Juga akibat tumor di anak ginjal dengan efek overproduksi hormon-

hormon tertentu yang berkhasiat meningkatkan TD (Feochromeytoma).

(Obat-Obat Penting. 2007 Hal. 541).


Kolesterol diproduksi oleh hati dan dibutuhkan untuk proses

metabolisme tubuh, seperti membantu pembentukan sel baru dan

hormon. Namun, jangan sampai berlebih. Kelebihan kolesterol dapat

mengakibatkan penumpukan lemak dalam darah yang dapat menyumbat

pembuluh darah. Pada akhirnya, jantung dan otak akan kekurangan

pasokan darah yang dapat menimbulkan risiko serangan jantung dan

stroke. Kadar kolesterol yang terlalu tinggi dalam darah disebut

hiperkolesterolemia. (Http://Id.Shvoong.Com/Medicine-And-

Health/1678583-Apa-Itu-Kolesterol/Ixzz1bevt5ql11)

Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk menurunkan mortalitas

dan morbiditas kardiovaskular. Penurunan tekanan sistolik harus menjadi

perhatian utama, karena pada umumnya tekanan diastolik akan terkontrol

bersamaan dengan terkontrolnya tekanan sistolik. Tekanan darah bila

tanpa kelainan penyerta adalah < 140/90 mmHg. Sedangkan pada

pasien dengan DM atau kelainan ginjal, tekanan darah harus diturunkan

di bawah 130/80 mmHg.

Terdapat hubungan yang nyata antara TD dengan kejadian

kardioraskular. Untuk individu berusia di atas 40 tahun, tiap peningkatan

TD sebesar 20/10 mmHg meningkatkan resiko kejadian kardiovaskular


dua kali lipat. Hal ini berlaku pada rentang TD 115/75 sampai 185/115

mmHg.

Mekanisme antihipertensi adalah hambatan reseptor CL

menyebabkan vasedilatasi diarteriol dan vemela sehingga menurunkan

resistensi perifer. Disamping itu venodilatasi ini dapat menyebabkan

hipotensi ortostatik terutama ada pemberian dosis awal (fenomena dosis

pertama) menyebabkan refleks takikardia dan peningkatan aktivitas

rennin plasma. Pada pemakaian jangka panjang refleks kompensasi ini

akan hilang, sedangkan efek antihipertensi tetap bertahan. (Farmakologi

dan Terapi, 2009).


B. Uraian Obat

1. Propanolol (Golongan β Bloker)

Beta bloker pertama ini (1964) memiliki efek lokal anestetik

kuat, tetapi tidak kardioselektif dan tidak memiliki ISA (Intrinsiesy

mpathommimetic activity). Meskipun banyak sekali derivate lain telah

dipasarkan dengan sifat farmakologi lebih baik, namun propanolol

masih merupakan beta – blocker paiting.

Resorpsinya dari usus baik, tetapi FPE (First Pass Effect)

hingga hanya 30% mencapai sirkulasi besar. Sebagian besar zat ini

diubah dalam hati menjadi derivate – hidroksinya yang aktif. PP

(persentase pengikatan) pada protein 90%, plasma –t ½ nya 3 -6

jam. Bersifat sangat lipofil, sehingga distribusinya di jaringan dan otak

baik dengan sering kali menimbulkan efek sentral.

2. Klonidin (Reserpin dan Antagonis α2 - pusat)

Derivate imidazolin ini (1966) berkhasiat hipotensif kuat

berdasarkan efek edrenerg sentralnya. Meningkat diri pada reseptor

C2. Digunakan pada hipertensi sedang sampai berat.

Penggunaannya terapi interval migraine berkat khasiat vasokonstriksi

perifernya dengan dosis kecil sekali 1/16 dari dosis hipotensif.


Reabsorpsinya dari usus lengkap dengan BA (Biovailability)

atau kesetaraan biologis hampir 100%, efek hipotensif maksimalnya

di capai dalam waktu 4 jam dan bertahan 8 jam. Plasma t ½ nya 6 –

20 jam, ekstresinya lewat kemih (60%) dan tinja (20%) sebagian

dalam bentuk metabolit.

Efek sampingnya berupa umum, sedasi terutama terjadi pada

permulaan berangsur – angsur dalam 2 – 4 hari untuk menghindari

hipertensi.

3. Kaptopril (Golongan ACE)

Diabsorpsi dengan baik pada pemberian oral dengan

biovailaibilitas 70-75%. Pemberian bersama makanan akan

mengurangi absorpsi sekitar 30%, oleh karena itu obat ini harus

diberikan 1 jam sebelum makan.

Sebagian besar ACE – inhibitor mengalami metabolisme di hati,

kecuali lisinopril yang tidak dimetabolisme. Eliminasi umumnya

melalui ginjal, kecuali fosinopsil yang mengalami eliminasi di ginjal

dan bilier.

Pemberian bersama diurotik hemat kalium dapat menimbulkan

hiperkalemia. Pemberian bersama antasida akan mengurangi


absorpsi, sedangkan kombinasi dengan AINS akan mengurangi efek

antihipertensinya dan menambah resiko hiperkalemia.

1. Golongan Obat Hipertensi yaitu :

a. Diuretik

Mekanisme kerjanya : Khasiat antihipertensi diuretic berawal

dari efeknya meningkatkan ekskresi

natrium, mengurangi volume plasma dan

cairan ekstrasel. Tekanan darah turun

akibat berkurangnya curah jantung,

sedangkan resistensi perifer tidak

berubah pada awak terapi.

b. Penghambat adrenoseptor (β – bloker)

Mekanisme Kerjanya : Mekanisme kerja β – bloker sebagai anti

hipertensi masih belum jelas –

diperkirakan ada beberapa cara yaitu :

pengurangan denyut jantung dan

kontrabilitas miokard menyebabkan

curah jantung berkurang, hambatan


pelepasan Ne melalui hambatan reseptor

β2 prasinaps, hambatan sekresi rennin

melalui hambatan reseptor β1, di ginjal

dan efek sentral.

Contoh obat : Propanolol

c. Vasodilator

Mekanisme kerjanya : Merelaksasi secara langsung otot polos

arteriol dengan mekanisme yang masih

belum dapat di pastikan. Salah satu

kemungkinan mekanisme kerjanya

adalah sama dengan kerja nitrat organik

dan natrium nitroprosid, yaitu dengan

melepaskan nitrogen oksida (No) yang

mengaktifkan guanilat siklase dengan

hasil akhir defosforilasi berbagai protein,

termasuk protein kontraktif, dalam sel

otot polos.
d. Penghambat enzim konversi angiotensin (kuptopril)

Mekanisme kerjanya : Penghambat ACE mengurangi

pembentukan ALL sehingga terjadi

vosodilatasi dan penurunan sekresi

aldosteron yang menyebabkan terjadinya

sekresi natrium dan air, serta retensi

kalium – akibatnya terjadi penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi

esensial maupun hipertensi renovaskuler.

e. Antagonis kalsium

Mekanisme kerjanya : Antagonis kalsium mengurangi

kebutuhan oksigen miokard melalui

vasodilatasi perifer (terutama arteriol)

sehingga menurunkan afterload dan

penurunan frekuensi denyut jantung.


C. Uraian Bahan

1. Aquadest (Depkes RI 1979 Hal. 96)

Nama Resmi : Aqua Destillata

Nama lain : Air Suling

Rumus Molekul : H2O

Berat Molekul : 18,02

Pemerian : Cairah jenih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. Adrenalin (Depkes RI 1978 Hal. 238)

Nama Resmi : EPINEHRINUM

Nama Lain : Epinefrina, adrenalina

Rumus Molekul : C9 H13 NO3

Berat Molekul : 183, 21

Pemerian : Serbuk hablur renik, putih atau putih kuning

gading

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, tidak larut dalam

etanol (95%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat berisi nitrogen

Kegunaan : Simpatomtikum

3. Na.CMC (Depkes RI 1979 Hal. 401)

Nama resmi : NATRII CARBOXYMETIHYCELULOSUM

Nama lain : Natrium karboksimetil selulosa

Pemerian : Serbuk atau butiran putih ,berbau

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk

suspensi koloidal.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

4. Kaptopril (Depkes RI 1995 Hal. 167)

Nama resmi : CAPTOPRILUM

Nama lain : Kaptopril

Rumus Molekul : C9 H15 NO3 S

Berat Molekul : 217, 28

Pemerian : Serbuk hablur putih, atau hampir putih

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam methanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


Rumus Bangun :H CH3

H5 CH3 C =0

N COOH

5. Klonidin Hidroklorida (Depkes RI 1995 Hal. 244)

Nama resmi : CLONIDINI HYDROCHLORIDUM

Nama lain : Klonidin hidroklorida

Rumus Molekul : C9 H9 CL2 H3 HCL

Berat Molekul : 266,6

Pemerian : Serbuk hablur

Kelarutan : Larut dalam 13 bagian air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Rumus Bangun : H CL

N H HCL

CL
H
6. Propanolol Hidroklorida (Depkes RI 1995 Hal. 709)

Nama Resmi : PROPRANOLOL HYDROCHLORIDUM

Nama Lain : Propanolol Hidroklorida

Rumus Molekul : C16 H21 NO2 HCL

Berat Molekul : 295,81

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih

Kelarutan : Larut dalam air dan dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Rumus Bangun : OH
OCH2 CH CH2 NHCH (CH3)2
D. Uraian Hewan Uji

1. Klasifikasi Mencit (Mus musculus) (Anonim, 2010)

Kerajaan : Animalia

Fillum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Superfamily : Murinae

Family : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

2. Karakteristik Mencit (Mus musculus) (Anonim, 2010)

Lama Hidup : 1 – 2 tahun

Lama Bunting : 19 – 21 hari

Umur Disapin : 21 hari

Umur Dewasa : 35 hari

Siklus Kehamilan : Foliestrus

Siklus Estrus : 4 – 5 hari

Lama Estrus : 12 – 24 jam


Berat dewasa : 20 – 40 gr (jantan)

: 18 – 35 gr (betina)

Berat lahir : 0,5 – 1,0 gr

Jumlah anak : 6 – 15 anak

Suhu rectal : 350C – 390C (Rata – rata 37,40C)

Perkawinan : 4 betina 1 jantan

Aktifitas : Malam hari

Pernapasan : 94 – 163 napas / menit

Denyut jantung : 325 – 780 denyut / menit

Life span : 1,5 – 3 tahun

3. Morfologi Mencit (Mus musculus) (Anonim, 2010)

Mencit (Mus musculus) adalah anggota meridae (tikus-tikusan)

yang berukuran kecil. Mencit merupakan binatang asli Asia, India,

dan Eropa Barat, jenis ini ditemukan di seluruh dunia karena

pengenalan oleh manusia. Mencit pelihara memiliki periode kegiatan

selama siang dan malam. Hewan ini di duga sebagai mamalia

terbanyak kedua di dunia, perubahan yang dibuat manusia bahkan


jumlahnya yang hidup liar di hutan barangkali lebih sedikit dari pada

yang ada di permukaan masyarakat.


BAB III

METODE KERJA

A. Alat Yang Digunakan

1. Batang pengaduk

2. Botol obat

3. Erlenmeyer

4. Gelas kimia

5. Gelas ukur

6. Tabu ukur Spignomanometer

7. Stethoscope

8. Stopwatch

9. Spoit oral

10. Timbangan analitik

11. Penangas air

B. Bahan Yang Digunakan

1. Adrenalin 1%

2. Aluminium foil

3. Aquadest

4. Captopril 87,75 mg
5. Hewan uji mencit (Mus musculus)

6. Klonidin 83,4 mg

7. Kapas

8. Kopi bubuk

9. Na. CMC 1%

10. Propanolol 96,915 mg

C. Prosedur Kerja

1. Pembuatan suspensi Na CMC 1%

a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

b. Ditimbang 1gr Na. CMC dan dilarutkan dalam 100 ml aquadest

yang sebelumnya telah dididihkan

c. Diaduk hingga homogen dan dimasukkan ke dalam botol lalu di

beri etiket

2. Pembuatan suspensi propanolol 40 mg

a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

b. Di timbang propanol sebanyak 96,915 mg, kemudian di larutkan

dengan Na. CMC 100 ml


c. Di kocok hingga homogen, dimasukkan ke dalam botol lalu di beri

etiket

3. Pembuatan suspensi klonidin 0,15 mg

a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

b. Ditimbang klonidin sebanyak 0,834 mg, kemudian dilarutkan

dengan Na.CMC 100 ml

c. Di kocok hingga homogen, dimasukkan ke dalam botol lalu di beri

etiket

4. Pembuatan suspensi kaptopril 50 mg

a. Disiapkan alat dan bahan yang di gunakan

b. Ditimbang kaptopril 87,75 mg, kemudian di larutkan dengan 100

ml Na.CMC

c. Di kocok hingga homogen, dimasukkan ke dalam botol lalau di

beri etiket

5. - Perlakuan terhadap hewan uji mencit

a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

b. Disiapkan hewan uji mencit

c. Ditimbang berat badan


d. Diberi perlakuan pada hewan uji mencit yang sebelumnya di

suntik adrenalin, lalu didiamkan selama 15 menit.

e. Disuntik obat, propanolol, klonidin, captopril dan Na.CMC 1%

f. Diamati warna telinga mencit pada interval waktu 15, 30, 45, 60

g. Dicatat dan dilakukan perhitungan.

- Pelakuan terhadap probandus

a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

b. Disiapkan 2 orang probandus yang suka minum kopi dan tidak

suka minum kopi.

c. Diukur tekanan darah awal

d. Diminum kopinya, kemudian diukur kembali tekanan darah

pada menit 15, 30, 45 dan 60

e. Dicatat data

6. Pembuatan larutan adrenalin 1%

a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

b. Di pipet adrenalin 1ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur

dan tambahkan aquadest hingga 10 ml (pengenceran 1)


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan Terhadap Hewan Uji Mencit

Berat badan Perubahan warna vena marginalis


Suspensi Oral Hewan Uji
Mencit 151 301 451 601

Na – CMC 1% 28 g + + + +
Propanolol 25 g + ++ ++ +++
Klonidin 26 g + + + +
Captopril 25 g + + + +

Tabel Pengamatan Untuk Probandus

Nama Tekanan Darah (mm/Hg)


Perlakuan
Probandus Awal Prahipertensi

Yang suka minum kopi Marsel 100/70 100/70

Yang tidak suka minum kopi Alan 100/70 110/70

Keterangan :

+++ = Merah sekali

++ = Merah

+ = Pucat

B. Pembahasan
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah dengan melalui

terbentuknya angiontensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I

converting enzim (ACE). ACE memegang peranan fisiologis yang sangat

penting terutama dalam mengatur tekanan darah dalam tubuh. Darah

mengandung angiotensinogen yang di produksi oleh hati. Selanjutnya,

oleh adanya hormon rennin (yang diproduksi oleh ginjal) akan diubah

menjadi angiotensin I. angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh

ACE yang ada di paru-paru. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan

kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aktivitas utama.

Aktivitas pertama adalah meningkatkan sekresi hormon hati di euretik

(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi dihipotalamus (kelenjar pituitari)

dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urine.

Dengan meningkatkan ADH sangat sedikit urin yang diekskresikan keluar

tubuh (antidiuresis) sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya

untuk mengencerkan volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan

dengan cara menarik cairan dari berbagai instraseluler. Akibatnya,

volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan

tekanan darah. Aktivitas kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron

dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang


memiliki peranan penting terutama pada ginjal. Untuk mengatur volume

cairan ekstraseluler, aldosteron akan bekerja mengurangi ekskresi NaCL

(garam) dengan cara mereabsorpsinya dalam tubulus ginjal. Naiknya

konsentrasi NaCL akan di encerkan kembali dengan meningkatkan

volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan

volume dan tekanan darah.

Hipertensi tidak memberikan gejala khas, baru setelah beberapa

tahun ada kalanya pasien merasakan nyeri kepala di pagi hari sebelum

bangun tidur, nyeri biasanya hilang setelah bangun. Gangguan hanya

dapat di kenali dengan pengukuran tensi dan ada kalanya melalui

pemeriksaan tambahan terhadap ginjal dan pembuluh. Pencegahan

hipertensi, meskipun faktor keturunan memegang peranan penting

namun cara dan pola hidup sangat esensial dalam menjauhi hipertensi.

Misalnya, makan berlebihan dengan terlalu banyak lemak serta garam

(fan gula), terlampau sedikit gerak badan dan merokok, dapat mendorong

terjadinya hipertensi.

Pada percobaan ini digunakan 2 variabel, yaitu obat anti hipertensi

terhadap hewan uji mencit dengan melihat tingkat kepucatan pada vena

marginalis mencit dan pengaruh kopi terhadap kardiovascular pada


probandus manusia dengan mengukur tekanan darah sebelum dan

sesudah minum kopi dengan menggunakan alat sphygmomanometer.

Percobaan ini menggunakan Na. CMC 1% sebagai kontrol negatif untuk

membandingkan efek obat klonidin, captopril dan propanolol terhadap

hewan uji mencit sedangkan untuk probandus manusia di pilih dua orang,

yaitu yang suka minum kopi dan tidak suka minum kopi. Dari hasil yang

diperoleh memperlihatkan bahwa pada menit 15’ 30’ 45’ 60’ pasca

perlakuan telinga mencit menjadi pucat setelah pemberian obat klonidin,

captopril dan propanolol secara oral untuk setiap hewan uji. Sebelum

diberikan anti hipertensi semua hewan uji di suntikan adrenalin terlebih

dahulu untuk memicu naiknya tekanan darah akibat pasikontriksi pada

pembuluh darah.

Perubahan warna vena marginalis mencit menjadi lebih pucat

setelah pemberian obat anti hipertensi (klonidin, captopril dan propanolol)

karena pembuluh darah telah mengalami vasodilatasi. Sedangkan untuk

mencit yang diberikan Na. CMC 1% hasilnya juga sama. Untuk

percobaan yang menggunakan probandus. Yang suka minum kopi tidak

mengalami kenaikan darah pasca perlakuan, sedangkan probandus yang

tidak suka minum kopi mengalami kenaikan tekanan darah yakni dari
100/70 mmHg menjadi 110/90 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa kopi

dapat menaikkan tekanan darah, karena kandungan kofein yang dapat

menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah, sehingga terjadinya

kenaikan tekanan darah.

Kofein dalam kopi berkhasiat menciutkan pembuluh yang secara

akut dapat meningkatkan TD dengan terjadinya gangguan ritme

(sementara). Kopi tubruk ternyata dapat meningkatkan kolesterol darah

akibat kandungan lemak jenuhnya, kopi ekstrak / larut tanpa lemak tidak

memperlihatkan efek buruk ini minum lebih dari 5 cangkir sehari

meningkatkan resiko infark dampai 70%, terutama pada wanita dengan

angina peetoris atau hipertensi. Pada jangka lama minum terlalu banyak

kopi juga mengakibatkan meningkatnya LDL.

Adrenalin dapat menaikkan tekanan darah karena adrenalin

merangsang sistem saraf simpatis, dengan melepaskan adrenergic yang

menyebabkan vasokontriksi. Dimana terjadi penyempitan pembuluh

darah.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Obat-obat hipertensi (klonidin, captopril, dan propanolol) dapat

memberikan efek penurunan tekanan darah, walaupun didalam

percobaan yang dilakukan hasil yang diperoleh sama untuk masing-

masing obat termasuk Na.CMC 1%. Tapi propanolol merupakan

golongan obat B, blocker digunakan sebagai obat tahap pertama

pada hipertensi.

2. Untuk percobaan yang menggunakan probandus , menunjukkan

bahwa kopi dapat meningkatkan tekanan darah karena terjadi

vasokontriksi pembuluh darah.

3. Sediaan obat hipertensi yang paling efektif memberikan efek

penurunan TD terhadap hewan uji mencit (Mus muscullus) adalah

propanolol.

B. Saran
Kami sebagai praktikan sangat mengharapkan kelengkapan alat-

alat laboratorium, serta arahan dan bimbingan dari para asisten selama

praktikum berjalan.

DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”. Depkes RI : Jakarta

Departemen Farmakologi dan Terapi. 2009. “Farmakologi dan Terapi Edisi V”


Gaya Baru : Jakarta. 341, 342

Isfi. 2008. “ISO Farmakoterapi Edisi I” PT. ISFI : Jakarta. 119

Tan Hoan Tjay. 2007. “Obat-obat penting” PT. Elex Media : Jakarta. 541

Irianto Kus. 2007. “Gizi dan Pola Hidup Sehat” CV. Vrama Widya : Bandung

Ganiswara. S.G. 1995. “Farmakologi dan Terapi Edisi IV”. FKUI : Jakarta.

Soetedjo. 2008. “Mengenal Obat-obatan Secara Mudah”. Amara Books :


Jakarta.

Wiryowidaydo Sudjaswadi. 2010 “Tanaman Obat Untuk Penyakit Jantung,


Darah Tinggi dan Kolesterol”. Agromedia Pustaka : Jakarta.

Tim Dosen. 2011. “Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi”. UIT :


Makassar.

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1678583-apa-itu-
kolesterol/ixzz1bEVT5QL11

Http://id.wikipedia.org/wiki/mencit

SKEMA KERJA
A. Untuk Hewan Uji Mencit

Hewan Uji Mencit

Dipuaskan

Ditimbang

Dikelompokkan

Disuntik adrenalin secara subkutan


dimakan selama 15’

Perlakuan

Na CMC 1 % Propanolol Klonidin Captopril

Diamati warna vena marginalis (pembuluh darah)


dekat telinga pada menit 15’ 30’ 45’ 60’

Data

Pembahasan

Kesimpulan

B. Untuk Probandus Manusia

Disiapkan 2 orang probandus


Suka minum kopi Tidak suka minum kopi

Diukur TD Awal

Diminum kopi

Diukur TD pada menit 15’ 30’ 45’ 60’

Data

Pembahasan

Kesimpulan

FOTO PERLAKUAN
1.

Keterangan :

1. Mencit (Mus musculus)

2. Spoit

2.

Keterangan :

1. Spygnomanometer

2. Pompa

3. Lengan probandus

LAMPIRAN

1. Propanolol = 40 mg
BB mencit = 25 grm

FK = 0,0026

- Dosis untuk mencit = 40 x 0,0026

= 0,104 mg / 20 g BB

30 g
- Dosis untuk mencit 30 grm = x 0,104 mg
20 g

= 0,156 mg / 30 g BB

= 0,000156 g

- Untuk sediaan % b/v = 100 ml x 1 ml x 0,000156 g

= 0,0156 %

= 0,000156 grm = 0,156 mg

- Berat 20 tab propanolol = 4,97 g

- Berat rata-rata tab = 0,2485 g

248,5
- Berat serbuk yang di timbang = x 0,156 mg
40 mg

= 0,96915 mg

100 ml
- Sediaan dalam 100 ml = x 0,96915 mg
1 ml

= 96,915 mg

BBM
VP = x 1 ml
BBS
= 25/30 x 1 ml

= 0,83 ml

2. Klonidin 0,15 mg

Berat rata-rata 20 tab = 0,2085 g

Berat 20 Tab = 4,17 g

- Dosis untuk mencit = 0,15 mg x 0,0026

= 0,00039 mg / 20 g BB

30 g
- Dosis untuk mencit 30 grm = x 0,00039 mg
20 g

= 0,000585 mg / 30 g BB

= 0,0000006 g

- Untuk sediaan % b/v = 100 ml x 1 ml x 0,0000006 g

= 0,00006 %

= 0,0000006 grm = 0,0006 mg

208,5 mg
- Berat serbuk yang di timbang = x 0,0006 mg
0,15 mg

= 0,834 mg

100 ml
- Sediaan dalam 100 ml = x 0,834 mg
1 ml
= 83,4 mg

BBM
VP = x 1 ml
BBS

= 25/30 x 1 ml

= 0,83 ml

3. Kaptopril 50 mg

Berat rata-rata 20 tab = 0,225 g

Berat 20 Tab = 4,5 g

- Dosis untuk mencit = 50 mg x 0,0026

= 0,13 mg / 20 g BB

30 g
- Dosis untuk mencit 30 grm = x 0,13 mg
20 g

= 0,195 mg / 30 g BB

= 0,000195 g

- Untuk sediaan % b/v = 100 ml x 1 ml x 0,000195 g

= 0,0195 %

= 0,000195 grm = 0,195 mg

225 mg
- Berat serbuk yang di timbang = x 0,195 mg
50 mg

= 0,8775 mg

100 ml
- Sediaan dalam 100 ml = x 0,08775 mg
1 ml

= 87,75 mg

BBM
VP = x 1 ml
BBS

= 25/30 x 1 ml

= 0,83 ml

4. Na. CMC 1%

BBM
VP = x 1 ml
BBS

= 28/30 x 1 ml

= 0,9 ml

5. Adrenalin 1 mg/ml
Dosis untuk Mencit = 0,0026 x 1 mg

= 0,0026

30
Dosis Untuk BB Mencit = x 0,0026
20

= 0,0039

1 : 0,0039

256,41

20 12,82

Dipipet 1 ml kemudian di adkan dengan aquadest sampai 20 ml.

Anda mungkin juga menyukai