Anda di halaman 1dari 24

Kelompok 4:

1. Agnes Nesa Umpain


2. Ludifina Korain
3. Nurhikmah Tunnazilah
4. Reza Ramadani
5. Veny Zafi Arni
Hubungan Struktur-
Aktivitas Antihipertensi
Kelompo
k 4
Mata Kuliah: Kimia Medisinal
Dosen Pengampu: A. Muslihin M. Farm
Pendahuluan
 Antihipertensi: Kelompok obat yang digunakan untuk
menurunkan tekanan darah akibat hipertensi.

 Hipertensi: Menurut WHO hipertensi adalah kondisi dimana


pembuluh darah tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
atau tekanan darah sistolik ≥90 mmHg) (Sunarwinadi 2017).
Penggolongan Hipertensi
 Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tingginya TD dan
berdasarkan etiloginya. Berdasarkan tingginya TD seseorang
dikatakan hipertensi bila TD > 140/90 mmHg (Farmakologi dan
Terapi 2016).
 Pada JNC V (1992) hipertensi dibagi menjadi 4 tingkat yaitu:
ringan sedang, berat, dan sangat berat (lihat Farmakologi dan
Terapi edisi 4 hal. 316).
 Pada JNC VI (1997) hipertensi dibagi tingkat 1, 2 dan 3 ditambah
satu kelompok hipertensi sistolik.
 Sedangkan kualifikasi terbaru (JNC 2003) hanya membagi
hipertensi menjadi tingkat 1 dan tingkat 2.
 JNC VIII (2014) juga menggunakan sistem klasifikasi yang sama.

Sumber: Farmakologi dan Terapi, 2016


JNC VII mengeluarkan standar normal tekanan darah berdasarkan
sistolik maupun diastolik. Sistolik < 120 mmHg dan diastolik < 80 mmHg

01 Prahipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah sistolik 120


– 139 mmHg dan diastolik mencapai 80 – 89 mmHg.

02 Hipertensi tingkat 1 adalah kondisi tekanan darah sistolik 140 –


159 mmHg dan diastolik 90 – 99 mmHg.

Hipertensi tingkat 2, kondisi ini ditandai dengan tekanan sistolik


03 > 160 mmHg dan diastolik > 100 mmHg. Penderita biasanya
sudah mulai mengalami kerusakan organ tubuh dan kelainan
kardiovaskular.

Sumber: Farmakologi dan Terapi, 2016


Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Untuk Usia 18
Tahun atau Lebih Berdasarkan JNC VII, 2003

Klasifikasi Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Normal < 120 < 80


Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi
Tingkat 1 140-159 90-99
Tingkat 2 > 160 > 100

Menurut etiloginya hipertensi


dibagi menjadi dua:
Sumber: Farmakologi dan Terapi, 2016
Hipertensi Esensial Hipertensi Sekunder

● Atau hipertensi primer atau


idopatik adalah hipertensi tanpa ● Meliputi 5-10% kasus hipertensi.
kelainan dasar patologi yang jelas. ● Diakibatkan oleh penyakit ginjal
● > 90% kasus merupakan hipertensi (hipertensi renal), hipertensi
esensial. endokrin, kelainan saraf pusat,
● Penyebabnya multifaktorial obat-obatan, dan lain-lain.
meliputi faktor genetik dan
lingkungan.
Sumber: Farmakologi dan Terapi, 2016
Komplikasi Hipertensi dan Faktor Resiko Kardiovaskular
Hipertensi ringan atau berat dapat menimbulkan komplikasi berupa:
Kerusakan organ (target organ damage) pada jantung, otak, ginjal, mata,
Dan pembuluh darah kapiler

Pada jantung dapat terjadi hipertrofi ventrikel kiri


sampai gagal jantung.

Pada otak dapat tejadi stroke karena pecahnya pembuluh


darah selebral dan pada ginjal dapat menyebabkan
penyakit ginjal kronik dan gagal ginjal.

Sumber: Farmakologi dan Terapi, 2016


Pada mata dapat terjadi retinopati hipertensif
berupa bercak-bercak perdarahan pada retina dan
edema papil nerveus optikus.

Hipertensi juga merupakan faktor resiko terjadinya


aterosklerosis dengan akibat penyakit jantung
koroner dan stroke iskemik.

Hipertensi yang sangat berat juga dapat menimbulkan


aneurisma aorta dan robeknya lapisan intima aorta.
Sumber: Farmakologi dan Terapi, 2016
Faktor Resiko

Tidak Dapat Diubah Dapat Diubah


Faktor Risiko yang melekat pada Faktor Risiko yang diakibatkan perilaku
penderita hipertensi: tidak sehat dari penderita: tekanan
• Umur darah, kelainan metabolik (diabetes
• Jenis Kelamin melitus, lipid darah, asam urat dan
• Genetik obesitas), merokok, alkohol dan
inaktivitas.

Sumber: Farmakologi dan Terapi, 2016


Tujuan dan Strategi Pengobaatn

• Tujuan pengobatan adalah untuk menurunkan


mortalitas dan morbiditas kardiovaskular.
• Strategi pengobatan hipertensi harus dimulai dengan
perubahan gaya hidup (lifestyle modification) berupa
diet rendah garam, berhenti merokok, mengurangi
konsumsi alkohol, aktivitas fisik yang teratur, dan
penurunan berat badan bagi pasien dengan berat badan
lebih.
Hubungan
Struktur,
Ikatan Kimia
Dan Aktivitas
Antihipertensi
Obat antihipertensi dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu:
1.Antihipertensi yang mekanisme
kerjanya pada Saraf
2.Antihipertensi yang mekanisme
kerjanya pada Vaskular
3.Antihipertensi yang mekanisme
kerjanya pada Humoral
1.Antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada
Saraf, dibagi menjadi 4 kelompok yaitu:
a. Senyawa dengan efek sentral
Bekerja sebagai antihipertensi
dengan merangsang pusat
adrenoreseptor pada pusat
vasomotor medula dan
menyebabkan hambatan tonus
simpatetik sehingga terjadi Gambar 1. struktur molekul klonidin dan guanfasin
penurunan tekanan darah
 Contoh: Klonidin HCI, guanfasin
HCI
1.Antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada
Saraf, dibagi menjadi 4 kelompok yaitu:

b. Senyawa dengan efek sentral


dan perifer
Terutama bekerja dengan cara
mengosongkan katekolamin,
norefinefrindan serotonin dari
tempat penyimpanan pada saraf
perifer dan pusat simpatetik.
Contoh : reserpin Gambar 2. struktur molekul reserpine
1.Antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada
Saraf, dibagi menjadi 4 kelompok yaitu:
c. Senyawa yang memblok
transmisi saraf efektor
Bekerja dengan mengosongkan
norepinefrin dari tempat
penyimpanan perifer, terjadi
pemblok aktivitas adrenergik pada
adrenoreseptor buluh darah,
yang menghasilkan penurunan Gambar 3. struktur molekul guanetidin dan
tekanan darah. Contoh: bretilium debrisokuin

tosilat, debrisokuin sulfat,


guanetidin monosulfat
1.Antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada
Saraf, dibagi menjadi 4 kelompok yaitu:
d. Senyawa penghambat monoamin
oksidase
Efektif untuk menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolik tanpa menimbulkan efek
depresi. Penghambat enzim monoamin oksidase
akan menurunkan metabolisme katekolamin
dalam saraf dan hati, terjadi penimbunan
oktopamin, suatu transmiter dengan efek
presor yang lebih rendah dibandingkann
Gambar 4. struktur molekul pagilin dan
orepinefrin. Contoh: pargilin HCI
oktopamin
2. Antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada
Vaskular, dibagi dalam 5 kelompok yaitu:

a. Senyawa pemblok β-adrenergik


Mekanisme kerja antihipertensinya
disebabkan oleh antagonis kompetitif
dengan katekolamin pada β-
adrenoseptor khas, terjadi pemblokan
efek rangsangan β reseptor sehingga
mengurangi daya tahan vaskular Gambar 5. struktur molekul acebutolol dan
atenolol
perifer dan menyebabkan penurunan
tekanan darah. Contoh: asebutolol,
atenolol, metoprolol, pindolol
2. Antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada
Vaskular, dibagi dalam 5 kelompok yaitu:

b. Senyawa pemblok α-adrenergik


Mekanisme kerja antihipertensi α-bloker disebabkan
oleh antagonis kompetitif dengan katekolamin pada α-
adrenoseptor khas, terjadi pemblokan efek
rangsangan α-reseptor dan penurunan daya tahan
(menimbulkan vasodilatasi) vaskular perifer, sehingga
tekanan darah menurun. Struktur kimia golongan ini
sangat bervariasi, salah satu yang banyak digunakan
sebagai antihipertensi adalah turunan kuinazolin Gambar 6. struktur umum molekul senyawa
pemblok α-adrenergik
Contoh: doksazosin mesilat, prozasin HCI, terazosin
Struktur umum senyawa pemblok α-adrenergik
2. Antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada
Vaskular, dibagi dalam 5 kelompok yaitu:

c. Vasodilator arteri
Mekanisme kerjanya adalah secara langsung mengadakan relaksasi
otot polos arteriola sehingga terjadi vasodilatasi buluh arteri
perifer yang menyebabkan penurunan tekanan darah. Contoh:
hidralazin HCI, dihidralazin sulfat
d. Vasodilator vena dan arteriola
Mekanisme kerjanya adalah secara langsung mengadakan relaksasi
otot polos vena dan arteriola sehingga terjadi vasodilatasi buluh
vena dan arteri perifer yang menyebabkan penurunan tekanan
darah. Contoh: natrium nitroprusida
2. Antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada
Vaskular, dibagi dalam 5 kelompok yaitu:

e. Antagonis kalsium selektif


Bekerja secara selektif pada otot polos vaskular, yaitu
menurunkan tonus otot polos arteriola sehingga terjadi
vasodilatasi buluh arteri perifer yang menyebabkan penurunan
tekanan darah. Contoh: diltiazem, felodipin, nikardipin,
nifedipin, verapamil
3. Antihipertensi yang mekanisme kerjanya
pada humoral, dibagi dalam 2 kelompok yaitu:
a. Senyawa penghambat ACE
Senyawa penghambat ACE seperti kaptopril, enalapril, lisinopril
merupakan antihipertensi yang kuat dengan efek samping relatif ringan,
seperti kelesuan, sakit kepala, diare, batuk dan mual.
Kaptopril mengandung gugus SH yang dapat berinteraksi membentuk
kelat dengan ion Zn dalam tempat aktif ACE, terjadi hambatan secara
kompetitif ACE sehingga peredaran angiotensin II dan kadar aldosteron
menurun. Akibatnya, tidak terjadi vasokonstriksi dan retensi Na,
sehingga tekanan darah menurun. Mekanisme yang lain dari senyawa
penghambat ACE adalah menghambat pemecahan bradikinin menjadi
fragmen tidak aktif, sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat,
menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah
3. Antihipertensi yang mekanisme kerjanya
pada humoral, dibagi dalam 2 kelompok yaitu:
b. Senyawa antagonis reseptor angiotensin II
Kelompok obat ini merupakan obat antihipertensi baru yang
bekerja secara selektif sebagai antagonis reseptor AT1 angiotensin
II, dengan memblok sumber atau jalur sintesis angiotensin II,
menurunkan kadar rennin, angiotensin II dan aldosteron dalam
plasma, sehingga terjadi penurunan tekana darah. Obat tidak
bekerja sebagai penghambat ACE, dan tidak mempengaruhi
kecepatan konstraksi jantung. Contoh losartan, irbestan,
kandesartan, valdastran Struktur obat antihipertensi yang bekerja
sebagai antagonis reseptor angiotensin II
Terima Kasih
Do you have any questions?
It”s bette
rl
than nev ate
er ;-)

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and it includes icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai