Penyusun,
DAFTAR ISI
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian
Spektroskopi infra merah (IR) merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada
pada daerah panjang gelombang 0,75 – 1.000 µm pada bilangan gelombang
13.000 – 10 cm-1. Spektroskopi infra merah atau spektroskopi IR merupakan
spektroskopi vibrsional (getaran) yang karena dalam penggunaannya
melibatkan cahaya maka metode ini juga di sebut spektofotometri IR.
Salah satu keunggulan utama dari spektrofotometer IR ini adalah
sifatnya yang sidik jari, dimana tidak ada dua buah senyawa atau sampel
berbeda yang memiliki spektrum yang sama. Spektrum IR suatu senyawa
dengan spektrum IR senyawa lain dapat dibedakan dari jumlah puncaknya,
atau bilangan gelombang tiap-tiap puncak. Oleh karena itu spektrum IR
kebanyakan di gunakan untuk identifikasi senyawa kimia atau melakukan
konfirmasi senyawa kimia melalui gugus fungsionalnya. Sebagai contoh jika
kita melakukan identifikasi atau konfirmasi bahwa analit kita adalah
Paracetamol, maka spektrum IR harus membuktikan adanya gugus-gugus
yang terkandung dalam struktur Paracetamol seperti gugus –OH, C-O, C=C
aromatis, karbonil, -NH, dan CH3. Spektrofotometer IR sudah bisa di
gunakan untuk analisa kwantitatif, terutama untuk senyawa-senyawa yang
tidak mempunyai gugus kromofor dan auksukrom.
Gambar di bawah ini merupakan kisaran panjang gelombang, frekuensi,
dan spektrum elektromagnetik.
Gambar 1.1 (sumber: Spektroskopi Infra Red, 2014)
Spektrofotometer IR melibatkan interaksi radio elektromagnetik (REM)
dengan sampel di daerah yang bersesuaian dengan daerah IR pada daerah
REM. REM atau cahaya atau foton merupakan bentuk energy yang
digambarkan sebagai sifat gelombang dan partikel. Interaksi yang terjadi di
daerah vibra IR adalah antara senyawa dan REM adalah vibrasional
(getaran). Berbagai jenis transisi yang terjadi dalam hubungan dengan
spektrum radiasi ditunjukkan oleh table di bawah ini.
2.1 Instrumentasi
Ada dua jenis instrumen yang digunakan untuk memperoleh spektrum
IR, yaitu spektrofotometer dispersive dan spektrofotometer fourier transform
infrared (FTIR). Keduanya mampu menjangkau spektra senyawa-senyawa
pada kisaran bilngan gelombang 4000 – 400 cm-1 ( bilangan gelombang
spektrum IR daerah tengah). Pada awal di temukan, spektrofotometer
dispersif menggunakan monokromator untuk memilih tiap panjang
gelombang dengan tujuan untuk memantau intensitasnya setelah sumber
radiasi melewati sampel, sementara FTIR menggunakan interferometer.
Seiring bertambahnya waktu FTIR lebih banyak di gunakan karena lebih
cepat yang bisa di dapatkan data dalam waktu milidetik. Untuk interferometer
yang paling sering di gunakan adalah interferometer Michelson.
2.1.1 Spektrofotometer Dispersif
Terdapat 2 penataan pada spektrofotometer inframerah dispersive, yaitu
berkas tunggal (single beam) dan berkas ganda (double beam).
Spektrofotometer berkas tunggal digunakan pada system spektroskopi emisi,
sedangkan berkas ganda digunakan pada system spektroskopi absorpsi.
Pada spektrofotometer berkas ganda, instrument menghasilkan suatu
berkas sinar radiasi inframerah, yang mana dengan adanya cermin, berkas
sinar ini akan terbagi menjadi 2 berkas sinar yang paralel, dengan intensitas
radiasi yang sementara. Sampel ditempatkan dalam salah satu berkas sinar,
dan berkas sinar yang lain digunakan sebagai tempat reference (pelarut atau
lainnya). Berkas sinar selanjutnya dilewatkan ke dalam monokromator; yang
terdiri atas bagian yang berputar secara cepat yang melewatkan dua berkas
sinar secara bergantian ke prisma atau kisi difraksi (grating). Kisi difraksi
atau prisma yang bergerak secara lambat akan melakukan variasi panjang
gelombang radiasi yang sampai ke detektor. Detektor selanjutnya akan
merekam perbedaan antara berkas sinar dari sampel dan dari reference dalam
suatu pencatat (rekorder).
Keuntungan speKtrometer berkas ganda adalah bahwa spektrum IR
yang diperoleh sudah berupa spektrum net, artinya spektrum yang diperoleh
setelah mengurangkannya dengan spektrum uap atmosferik, karena
sebagaimana kita ketahui uap air dapat menyerap sinar IR (bersifat IR aktif).
Masalah utama terkait dengan spektrofotometer dispersif terletak pada
monokromatornya. Monokromator mengandung celah-celah masuk dan
keluar yang sangat sempir yang membatasi kisaran bilangan gelombang
radiasi yang mencapai ke detektor.
Untuk sampel yang memerlukan pengukuran cepat seperti eluat yang
keluar dari kromatografi, maka akan menyulitkan untuk di analisis dengan
spekttrofotometer dispersive karena spektrofotometer dispersive mempunyai
sensitifitas rendah dan kecepatan yang lambat.
Gambar 1.8 Bawah: Spektrum Benzonitril yang banyak noise. Atas: setelah
spektrum dilakukan proses smoothing
3. Spektra Perbedaan
Metode ini paling umum digunakan untuk spektrum yang kompleks,
dan dilakukan dengan mengurangkan spektrum IR salah satu komponen
dalam suatu system dari gabungan spektrum komponen yang ada. Misal,
untuk analisis senyawa aspirin yang dilarutkan dalam air, maka dilakukan
pengurangan spektrum aspirin-air dengan spektrum air sehingga didapat
spektrum aspirin. Dalam kondisi tertentu, spektrum pelarut dapat sangat
intens, yang menyebabkan pengurangan sederhana menjadi tidak mungkin
untuk dilakukan karena pita-pita pelarut dapat tumpang tindih dengan
daerah yang akan diamati.
4. Penurunan
Spektrum IR juga dapat dilakukan diferensiasi (penurunan).
Keuntungan derivatisasi akan lebih nyata untuk spektrum yang lebih
kompleks. Dalam proses ini, spektrum pertama kali diubah kedalam
interferogram, selanjutnya dikalikan dengan fungsi yang sesuai dan
akhirnya ditransformasikan ulang untuk menghasilkan turunannya.
Gambar 1.9 Pita serapan kompleks (a); Turunan pertamanya (b); Turunan
keduanya (c)
2.4.1 Analisa Kualitatif
Sebagai pelengkap untuk memperoleh informasi struktur dari senyawa
melalui interpretasi. Spektrum IR dapat dipakai tabel korelasi IR (Tabel 2.2)
yang memuat informasi dimana gugus fungsional menyerap. Ini umumnya
berguna untuk mengklasifikasi seluruh daerah kedalam tiga sampai empat
daerah yang lebar. Salah satu cara ialah dengan mengkategorikan sebagian
daerah IR dekat (0,7-2,5 μ); daerah fundamental (2,5-5,0 μ); dan daerah IR
jauh (50-500 μ). Cara yang lain adalah dengan mengklasifikasikannya sebagai
daerah sidik jari (6,7-14 μ). Dari kedua klasifikasi ini tampak bahwa dalam
kategori kedua semua daerahnya adalah fundamental, dan ini paling banyak
digunakan.
a. Daerah ulur hidrogen (3700-2700 cm-1). Puncak terjadi karena vibrasi
ulur dari atom hidrogen dengan atom lainnya. Frekuensinya jauh lebih
besar sehingga interaksi dapat diabaikan. Puncak absorpsi timbul pada
daerah 3700-3100 cm-1 karena vibrasi ulur dari O-H atau N-H. Ikatan
hidrogen menyebabkan puncak melebar dan terjadi pergeseran kearah
bilangan gelombang yang lebih pendek. Sedangkan vibrasi C-H alifatik
timbul pada 3000-2850 cm-1. Perubahan struktur dari ikatan C-H akan
menyebabkan puncak bergeser kearah yang maksimum. Ikatan C=H
timbul pada 3300 cm-1. Hidrogen pada gugus karbonil aldehid
memberikan puncak pada 2745-2710 cm-1. Puncak vibrasi ulur CH dapat
didefinisikan dengan mengamati atom H oleh deuterium.
b. Pada daerah ikatan rangkap tiga (2700-1850 cm-1), gugus-gugus yang
mengabsorpsi terbatas, seperti untuk vibrasi ulur ikatan rangkap terjadi
pada daerah 2250-2225 cm-1 (Misal : untuk –C=N pada 2120 cm-1, -C-
=N- pada 2260 cm-1). Puncak untuk SH adalah pada 2600-2550 cm-1
untuk pH pada 2240-2350 cm-1 dan SiH pada 2260-2090 cm-1.
c. Pada daerah ikatan rangkap dua (1950 – 1550 cm-1), vibrasi ulur dari
gugus karbonil dapat dikarakteristikkan di sini, seperti aldehid, asam,
aminola, karbonat, semuanya mempunyai puncak pada 1700 cm-1. Ester,
halida-halida asam, anhidrida-anhidida asam, mengabsorpsi pada 1770-
1725 cm-1. Konjugasi menyebabkan puncak absorpsi menjadi lebih
rendah sampai 1700 cm-1. Puncak yang disebabkan oleh vibrasi ulur dari
–C=C- dan C=N terletak pada 1690-1600 cm-1, berguna untuk
identifikasi olefin. Cincin aromatik menunjukkan puncak dalam daerah
1650-1450 cm-1, yang dengan derajad substitusi rendah (low degree of
substitution) menunjukkan puncak pada 1600, 1580, 1500, dan 1450 cm-1
d. Daerah sidik jari berada pada 1500-1700 cm-1, dimana sedikit saja
perbedaan dalam struktur dan susunan molekul, akan menyebabkan
distribusi puncak absorpsi berubah. Dalam daerah ini, untuk memastikan
suatu senyawa organik adalah dengan cara membandingkan dengan
perbandingannya. Pita absorpsi disebabkan karena bermacam-macam
interaksi, sehingga tidak mungkin dapat menginterpretasikan dengan
tepat.
Tabel 1.2 Korelasi antara Jenis Vibrasi Gugus Fungsional dan Frekuensi
Vibrasinya (Pavia, dkk. 2009)
3. Kemometrika
Kemometrika didefinisikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang
mengaplikasikan teori-teori matematika dan statistika untuk mengolah data
kimia. Metode analisis kemometrika dapat digunakan dalam spektroskopi
inframerah yang mampu memberikan sejumlah data beberapa komponen
secara simultan dalam satu kali pembacaan sampel. Jenis kemometrika
metode pengelompokkan yang sering digunakan yaitu pengelompokkan
yang tidak disupervisi (unsupervised pattern recognition) seperti analisis
komponen utama (principle component analysis, PCA) dan analisis
cluster; pengelompokkan yang disupervisi atau supervised pattern
recognition seperti analisis diskriminan (discriminant analysis).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan, mohon
dimaafkan dan dimaklumi.
DAFTAR PUSTAKA
Edward J. Dompeipen. 2017. Isolasi Dan Identifikasi Kitin Dan Kitosan Dari
Kulit Udang Windu (Penaeus Monodon) Dengan Spektroskopi Inframerah.
Dalam http://ejournal.kemenperin.go.id/bpbiam/article/view/3120. Diakses
pada 15 Maret 2019 pukul 18.33 WIB
Pavia D.L, Lampman G.M., and Kriz-Jr G.S. 2009. Introduction to Spectroscopy:
A Guide for Students of Organic Chemistry. W.B. Saunders Company.
Philadelphia, USA.