Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji kami panjatkan kehadirat Allah


SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Makalah ini berjudul
“Spektrofotometri Inframerah (Infra Red/ IR)” sebagai salah satu tugas mata
kuliah Analisis Fisiko Kimia oleh Bapak Melvia Sundalian, M.Si., Apt.
Keberhasilan penyusunan makalah ini adalah berkat bantuan dari semua pihak,
khususnya Bapak Melvia Sundalian, M.Si., Apt selaku dosen pengajar yang telah
memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam melaksanakan dan
penyelesaian makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun diperlukan demi
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila dalam penyelesaian makalah ini terdapat kekurangan dan
kesalahan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bandung, 15 Maret 2019

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3

1.1 Teori ......................................................................................................... 3


1.1.1. Definisi Anemia ............................................................................ 3
1.1.2. Gejala Anemia .............................................................................. 4
1.1.3. Etiologi ........................................................................................ 5
1.1.4. Macam-macam Anemia .............................................................. 6
1.1.5. Faktor Resiko Anemia ................................................................. 12

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 14

3.1 Tujuan Terapi Anemia ............................................................................. 14


3.2 Terapi Non Farmakologi ........................................................................... 14
3.3 Terapi Farmakologi ................................................................................... 14
3.3.1. Anemia Defisiensi Besi ................................................................. 14
3.3.2. Besi Parenteral ................................................................................ 16
3.3.3. Anemia Defisiensi Asam Folat ....................................................... 17
3.3.4. Anemia Defisiensi Sianokobalamin ................................................ 18
3.3.5. Anemia Gagal Ginjal Kronis ........................................................... 19
3.3.6. Anemia pada Ibu Hamil .................................................................. 20
3.3.7. Anemia pada Bayi ........................................................................... 21
3.4 Algoritma Terapi Anemia ......................................................................... 22
3.5 Studi Kasus ............................................................................................... 22
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian
Spektroskopi infra merah (IR) merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada
pada daerah panjang gelombang 0,75 – 1.000 µm pada bilangan gelombang
13.000 – 10 cm-1. Spektroskopi infra merah atau spektroskopi IR merupakan
spektroskopi vibrsional (getaran) yang karena dalam penggunaannya
melibatkan cahaya maka metode ini juga di sebut spektofotometri IR.
Salah satu keunggulan utama dari spektrofotometer IR ini adalah
sifatnya yang sidik jari, dimana tidak ada dua buah senyawa atau sampel
berbeda yang memiliki spektrum yang sama. Spektrum IR suatu senyawa
dengan spektrum IR senyawa lain dapat dibedakan dari jumlah puncaknya,
atau bilangan gelombang tiap-tiap puncak. Oleh karena itu spektrum IR
kebanyakan di gunakan untuk identifikasi senyawa kimia atau melakukan
konfirmasi senyawa kimia melalui gugus fungsionalnya. Sebagai contoh jika
kita melakukan identifikasi atau konfirmasi bahwa analit kita adalah
Paracetamol, maka spektrum IR harus membuktikan adanya gugus-gugus
yang terkandung dalam struktur Paracetamol seperti gugus –OH, C-O, C=C
aromatis, karbonil, -NH, dan CH3. Spektrofotometer IR sudah bisa di
gunakan untuk analisa kwantitatif, terutama untuk senyawa-senyawa yang
tidak mempunyai gugus kromofor dan auksukrom.
Gambar di bawah ini merupakan kisaran panjang gelombang, frekuensi,
dan spektrum elektromagnetik.
Gambar 1.1 (sumber: Spektroskopi Infra Red, 2014)
Spektrofotometer IR melibatkan interaksi radio elektromagnetik (REM)
dengan sampel di daerah yang bersesuaian dengan daerah IR pada daerah
REM. REM atau cahaya atau foton merupakan bentuk energy yang
digambarkan sebagai sifat gelombang dan partikel. Interaksi yang terjadi di
daerah vibra IR adalah antara senyawa dan REM adalah vibrasional
(getaran). Berbagai jenis transisi yang terjadi dalam hubungan dengan
spektrum radiasi ditunjukkan oleh table di bawah ini.

Tabel 1.2 (sumber: Spektroskopi Infra Red, 2014)


Dari gambar 2.1 dinyatakan bahwa daerah spektrum infrared berada
dalam kisaran panjang gelombang 0,8 – 1000 mikron. Dan untuk daerah
panjang gelombang ini di bagi menjadi 3 kisaran sebagaimana yang di
tunjukkan pada di bawah ini.
Tabel 1.3 (sumber: Spektroskopi Infra Red, 2014)
Daerah yang paling penting untuk analisa kualitatif sistem organik
adalah IR tengah dimana kebanyakan vibrasi-vibrasi dasar ditemukan pada
daerah ini. Sementara untuk daerah IR dekat pada umumnya di gunakan
untuk konfirmasi struktur kimia.
Perubahan energi yang terjadi saat penyerapan radiasi sinar IR
dinyatakan dengan persamaan Planck yaitu ΔE = h υ , dimana h merupakan
tetapan Planck (6,6242 x 10-27 erg det) dan υ menyatakan tetapan frekuensi
dalam Hertz (Hz). Hubungan diantara frekuensi dan panjang gelombang (λ).
Interaksi antara radiasi IR dengan materi menyebabkan perubahan momen
dipol molekul yang berkaitan dengan vibrasi. Atom-atom dalam molekul juga
dapat bergerak relative satu sama lain, karena panjang ikatan satu atom
dengan atom lain dapat bervariasi. Bentuk vibrasi tersebut yaitu stretching
(uluran) dan bending (tekukan).

Gambar 1.4 Bentuk-bentuk vibrasi molekul

2.1 Instrumentasi
Ada dua jenis instrumen yang digunakan untuk memperoleh spektrum
IR, yaitu spektrofotometer dispersive dan spektrofotometer fourier transform
infrared (FTIR). Keduanya mampu menjangkau spektra senyawa-senyawa
pada kisaran bilngan gelombang 4000 – 400 cm-1 ( bilangan gelombang
spektrum IR daerah tengah). Pada awal di temukan, spektrofotometer
dispersif menggunakan monokromator untuk memilih tiap panjang
gelombang dengan tujuan untuk memantau intensitasnya setelah sumber
radiasi melewati sampel, sementara FTIR menggunakan interferometer.
Seiring bertambahnya waktu FTIR lebih banyak di gunakan karena lebih
cepat yang bisa di dapatkan data dalam waktu milidetik. Untuk interferometer
yang paling sering di gunakan adalah interferometer Michelson.
2.1.1 Spektrofotometer Dispersif
Terdapat 2 penataan pada spektrofotometer inframerah dispersive, yaitu
berkas tunggal (single beam) dan berkas ganda (double beam).
Spektrofotometer berkas tunggal digunakan pada system spektroskopi emisi,
sedangkan berkas ganda digunakan pada system spektroskopi absorpsi.
Pada spektrofotometer berkas ganda, instrument menghasilkan suatu
berkas sinar radiasi inframerah, yang mana dengan adanya cermin, berkas
sinar ini akan terbagi menjadi 2 berkas sinar yang paralel, dengan intensitas
radiasi yang sementara. Sampel ditempatkan dalam salah satu berkas sinar,
dan berkas sinar yang lain digunakan sebagai tempat reference (pelarut atau
lainnya). Berkas sinar selanjutnya dilewatkan ke dalam monokromator; yang
terdiri atas bagian yang berputar secara cepat yang melewatkan dua berkas
sinar secara bergantian ke prisma atau kisi difraksi (grating). Kisi difraksi
atau prisma yang bergerak secara lambat akan melakukan variasi panjang
gelombang radiasi yang sampai ke detektor. Detektor selanjutnya akan
merekam perbedaan antara berkas sinar dari sampel dan dari reference dalam
suatu pencatat (rekorder).
Keuntungan speKtrometer berkas ganda adalah bahwa spektrum IR
yang diperoleh sudah berupa spektrum net, artinya spektrum yang diperoleh
setelah mengurangkannya dengan spektrum uap atmosferik, karena
sebagaimana kita ketahui uap air dapat menyerap sinar IR (bersifat IR aktif).
Masalah utama terkait dengan spektrofotometer dispersif terletak pada
monokromatornya. Monokromator mengandung celah-celah masuk dan
keluar yang sangat sempir yang membatasi kisaran bilangan gelombang
radiasi yang mencapai ke detektor.
Untuk sampel yang memerlukan pengukuran cepat seperti eluat yang
keluar dari kromatografi, maka akan menyulitkan untuk di analisis dengan
spekttrofotometer dispersive karena spektrofotometer dispersive mempunyai
sensitifitas rendah dan kecepatan yang lambat.

Gambar 1.5 (sumber: Spektroskopi Infra Red, 2014)


2.1.2 Spektrofotometer FTIR
Spektrofotometer FTIR didasarkan pada ide adanya interferensi radiasi
antara dua berkas sinar untuk menghasilkan suatu interferogram.
Interferogram merupakan sinyal yang dihasilkan sebagai fungsi perubahan
pathlength antara dua berkas sinar. Dua domain (jarak dan frekuensi) dapat
ditukar balikkan dengan metode matematik yang disebut transformasi fourier.
Pada FTIR radiasi yang berasal dari sumber sinar di lewatkan melalui
interferometer ke sampel sebelum mencapai detektor. Selama penguatan atau
amplifikasi sinyal dimana frekuensi tinggi telah di hilangkan dengan filter,
maka data di ubah ke bentuk digital dengan suatu converter dan dipindahkan
ke komputer untuk menjalani transformasi Fourier seperti yang di tunjukkan
dalam skema gambar berikut yang menggambarkan seluruh komponen dari
FTIR.
Berikut adalah bagian-bagian dan fungsi spektrofotometer FTIR.
1. Sumber sinar
FTIR menggunakan sinar Globar atau Nerst untuk daerah IR tengah.
Jika spektra IR jauh juga akan di ukur, jika spektra IR jauh juga akan di
ukur, maka lampu merkuri tekanan tinggi dapat di gunakan. Untuk IR
dekat, lampu-lampu tungsten-hidrogen dan dapat di gunakan sebagai
sumber sinar.
2. Interferometer Michelson
Tujuan di buat interferometer adalah untuk membawa berkas sinar,
lalu memecahnya kedalam satu berkas sinar, dan membuat salah satu sinar
berjalan dengan jarak berbeda dengan yang lain. Perbedaan jarak yang
berbeda tadi di sebut perbedaan celah optik atau penghambatan optik yang
di simbolkan dengan delta kecil.
Interferometer Michelson memiliki 2 cermin, ada yang selalu
bergerak dan ada juga yang statis atau tetap. Diantara dua cermin ini
terdapat pemecah berkas sinar (beam splitter), yang di rancang untuk
mentransmisikan setengah radiasi yang mengenai dan memantulkan yang
setengahnya. Hasilnya, sinar yang di transmisikan oleh (beam splitter)
yang akan mengenai cermin static, sementara sinar yang di pantulkan akan
mengenai cermin bergerak. Dua berkas sinar ini akan di pantulkan dari
cermin-cermin ini, kembali ke (beam splitter) dan keduanya akan
bergabung dan membentuk interferensi. Setengah berkas sinar yang di
pantulkan dari cermin static di transmisikan melalui beam splitter
sementara setengahnya dipantulkan kembali kea rah sumber sinar. Berkas
sinar yang muncul di interferometer pada sudut 90º ke berkas isnar yang
masuk disebut dengan berkas sinar yang di transmisikan dan ini
merupakan berkas sinar yang terdetekdi dalam FTIR.
3. Detektor
Ada dua jenis detektor yang umumnya digunakan dalam FTIR.
Detektor normal pada penggunan rutin adalah alat piroelektrik yang di
dalamnya terdapat deuterium triglisin sulfat (DTGS) pada jendela alkali
halide yang tahan panas. Untuk pekerjaan yang memerlukan sensitifitass
lebih dapat menggunakan detektor merkuri cadmium telluride (MCT),
akan tetapi detektor ini harus di dinginkan pada suhu nitrogen cair. Untuk
pengukuran spektrum IR jarak dekat (NIR), detektor yang digunakan
adalah fotokondukktor timbal sulfide.
4. Komputer
Merupakan komponen krusial dalam FTIR karena mengendalikan
instrumen baik secara kecepatan, batas, serta awal dan akhir scanning.
Komputer akan membaca spektrum dari instrumen begitu spektrum di
scanning. Komputer juga dapat digunakan untuk manipulasi spektrum
ketika kita menginginkan derivatisasi, pengurangan, dan penjumlahan
spektra.

2.2 Mekanisme Pemisahan


Molekul-molekul yang menyerap REM akan di eksitasi ketingkat yang
lebih tinggi, demikian pula senyawa yang menyerap radiasi IR maka molekul
akan mengalami transisi vibrasional. Absorbsi radiasi IR oleh suatu melokul
hanya akan di serap pada bilangan gelombang tertentu yang berkesuaian
dengan kisaran frekuensi vibrasi ulur (stretching vibration) dan vibrasi tekuk
(bending vibration) ikatan dalam kebanyakan ikatan kovalen molekul.
Supaya molekul menyerap radiasi IR, maka molekul tersebut harus
memiliki gambaran spesifik, yakni momen dipol molekul harus berubah
selama vibrasi. Ini adalah aturan dalam spektroskopi IR dimana akan ada
molekul yang bersifat ”IR aktif” berupa diatomik heterointi yang momen
dipolnya berubah ketika ikatannya mengembang dan mengkerut, da nada
yang bersifat “IR tidak aktif” dalam suatu molekul diatomic homointi karena
tidak memiliki momen dipol tanpa memperdulikan sepanjang apapun ikatan
molekul ini. Hanya ikatan-ikatan yang memiliki momen dipol yang mampu
menyerap sinar IR, sedang ikatan-ikatan homointi seperti H2 atau Cl2 tidak
akan meyerap sinar IR.

2.3 Spektrum Inframerah


Setelah penanganan sampel yang sesuai, selanjutnya adalah interpretasi
spektrum. Interpretasi spektrum IR dapat disederhanakan dengan adanya pita-
pita yang muncul biasanya dapat ditandai sebagai gugus-gugus fungsional
yang terdapat dalam suatu molekul, dan menghasilkan frekuensi-frekuensi
kelompok.
Spektrum IR merupakan gambaran 2 dimensi yang mana sebagai
sumbu X adalah bilangan gelombang (frekuensi), sementara sumbu Y adalah
intensitas, baik absorbansi atau transmitan. Jika ditujukan untuk analisa
kualitatif, maka analisis dapat menggunakan bentuk intensitas absorbansi atau
transmitan karena yang menjadi pokok perhatian utamanya adalah bilangan
gelombangnya, karena bilangan ini tidak berubah ketika spektrum IR direkam
dalam mode absorbans atau transmitans.
Meskipun demikian, kebanyakan analis menggunakan transmitans
untuk tujuan analisis kualitatif atau untuk interpretasi spektra. Sementara itu
jika ditujukan untuk analisis kuantitatif, maka spektrum IR sebaiknya
direkam dalam bentuk absorbansi karena yang mempunyai hubungan linier
dengan konsentrasi adalah absorbansi, seperti dalam hukum Lambert-Beer.
Daerah gugus fungsi utama pada spektrum inframerah ada pada 4000 -
1500 cm-1 dan daerah sidik jari sekitar 1000-1500 cm-1 biasanya mempunyai
penyerapan yang sangat beragam dan bermacam-macam dan spesifik untuk
setiap senyawa organik. Misalnya seperti gambar 2.4.

Gambar 1.6 Spektrum inframerah heksanol

Jumlah peak pada spektrum IR menunjukkan jumlah teoretis vibrasi


ikatan suatu molekul. Namun tidak semua akan teramati dalam spektrum. Hal
ini dikarenakan beberapa faktor, antara lain :

1. Frekuensi yang berada diluar range bilangan gelombang teramati


2. Pita serapan yang terlalu lemah sehingga tidak teramati
3. Beberapa peak yang berdekatan sehingga tampak bergabung
4. Molekul yang cukup simetris
5. Kurangnya perubahan momen dipol pada suatu ikatan

2.4 Analisa Kualitatif dan Kuantitatif


Adapun sejumlah teknik yang dapat digunakan untuk membantu
interpretasi spektrum secara kualitatif dan kuantitatif.
1. Baseline
Metode ini menghubungkan titik absorbansi terendah pada suatu
puncak, sehingga pita absorbansi yang dianalisa tidak jatuh kembali pada
pita komponen yang dianalisis.

Gambar 1.7 Salah satu koreksi Baseline

Pada metode baseline, sebuah garis (DE) ditarik diantara maksima


transmitan pada kedua sisi pita. Kemudian digambar garis lurus ABC
paralel terhadap sumbu y. Titik B merupakan puncak absorbansi
maksimum. Titik C merupakan titik tengah antara garis DE. Absorbansi
pada bilangan gelombang ini:

A=log (T0/T)=log (AC/AB)

Untuk determinasi yang lebih akurat dapat dilakukan pengukuran pada


seluruh area yang terdapat pada spektra. Umumnya, area yang diukur
hanya pada pita dengan absorbansi maksimum, namun hasil yang
didapatkan menjadi kurang akurat apabila terjadi tumpang tindih pita.
2. Penghalusan (smoothing) spektrum IR
Derau (noise) dalam spektrum IR dapat dikurangi dengan proses
penghalusan. Setelah spektrum dihaluskan maka spektrum akan menjadi
serupa dengan hasil-hasil percobaan sprektrum yang lebih rendah.
Kerugian dalam metode ini adalah pemrosesan ini dapat mendegradasi
spektrum dengan menyebabkan puncak-puncak melebar. Jika puncak
mengalami over-smoothing, maka bentuk puncak dapat terdistorsi, dan
puncak-puncak dapat bergabung bersama-sama sehingga menyebabkan
mis-interpretasi spektrum IR.

Gambar 1.8 Bawah: Spektrum Benzonitril yang banyak noise. Atas: setelah
spektrum dilakukan proses smoothing

3. Spektra Perbedaan
Metode ini paling umum digunakan untuk spektrum yang kompleks,
dan dilakukan dengan mengurangkan spektrum IR salah satu komponen
dalam suatu system dari gabungan spektrum komponen yang ada. Misal,
untuk analisis senyawa aspirin yang dilarutkan dalam air, maka dilakukan
pengurangan spektrum aspirin-air dengan spektrum air sehingga didapat
spektrum aspirin. Dalam kondisi tertentu, spektrum pelarut dapat sangat
intens, yang menyebabkan pengurangan sederhana menjadi tidak mungkin
untuk dilakukan karena pita-pita pelarut dapat tumpang tindih dengan
daerah yang akan diamati.
4. Penurunan
Spektrum IR juga dapat dilakukan diferensiasi (penurunan).
Keuntungan derivatisasi akan lebih nyata untuk spektrum yang lebih
kompleks. Dalam proses ini, spektrum pertama kali diubah kedalam
interferogram, selanjutnya dikalikan dengan fungsi yang sesuai dan
akhirnya ditransformasikan ulang untuk menghasilkan turunannya.

Gambar 1.9 Pita serapan kompleks (a); Turunan pertamanya (b); Turunan
keduanya (c)
2.4.1 Analisa Kualitatif
Sebagai pelengkap untuk memperoleh informasi struktur dari senyawa
melalui interpretasi. Spektrum IR dapat dipakai tabel korelasi IR (Tabel 2.2)
yang memuat informasi dimana gugus fungsional menyerap. Ini umumnya
berguna untuk mengklasifikasi seluruh daerah kedalam tiga sampai empat
daerah yang lebar. Salah satu cara ialah dengan mengkategorikan sebagian
daerah IR dekat (0,7-2,5 μ); daerah fundamental (2,5-5,0 μ); dan daerah IR
jauh (50-500 μ). Cara yang lain adalah dengan mengklasifikasikannya sebagai
daerah sidik jari (6,7-14 μ). Dari kedua klasifikasi ini tampak bahwa dalam
kategori kedua semua daerahnya adalah fundamental, dan ini paling banyak
digunakan.
a. Daerah ulur hidrogen (3700-2700 cm-1). Puncak terjadi karena vibrasi
ulur dari atom hidrogen dengan atom lainnya. Frekuensinya jauh lebih
besar sehingga interaksi dapat diabaikan. Puncak absorpsi timbul pada
daerah 3700-3100 cm-1 karena vibrasi ulur dari O-H atau N-H. Ikatan
hidrogen menyebabkan puncak melebar dan terjadi pergeseran kearah
bilangan gelombang yang lebih pendek. Sedangkan vibrasi C-H alifatik
timbul pada 3000-2850 cm-1. Perubahan struktur dari ikatan C-H akan
menyebabkan puncak bergeser kearah yang maksimum. Ikatan C=H
timbul pada 3300 cm-1. Hidrogen pada gugus karbonil aldehid
memberikan puncak pada 2745-2710 cm-1. Puncak vibrasi ulur CH dapat
didefinisikan dengan mengamati atom H oleh deuterium.
b. Pada daerah ikatan rangkap tiga (2700-1850 cm-1), gugus-gugus yang
mengabsorpsi terbatas, seperti untuk vibrasi ulur ikatan rangkap terjadi
pada daerah 2250-2225 cm-1 (Misal : untuk –C=N pada 2120 cm-1, -C-
=N- pada 2260 cm-1). Puncak untuk SH adalah pada 2600-2550 cm-1
untuk pH pada 2240-2350 cm-1 dan SiH pada 2260-2090 cm-1.
c. Pada daerah ikatan rangkap dua (1950 – 1550 cm-1), vibrasi ulur dari
gugus karbonil dapat dikarakteristikkan di sini, seperti aldehid, asam,
aminola, karbonat, semuanya mempunyai puncak pada 1700 cm-1. Ester,
halida-halida asam, anhidrida-anhidida asam, mengabsorpsi pada 1770-
1725 cm-1. Konjugasi menyebabkan puncak absorpsi menjadi lebih
rendah sampai 1700 cm-1. Puncak yang disebabkan oleh vibrasi ulur dari
–C=C- dan C=N terletak pada 1690-1600 cm-1, berguna untuk
identifikasi olefin. Cincin aromatik menunjukkan puncak dalam daerah
1650-1450 cm-1, yang dengan derajad substitusi rendah (low degree of
substitution) menunjukkan puncak pada 1600, 1580, 1500, dan 1450 cm-1
d. Daerah sidik jari berada pada 1500-1700 cm-1, dimana sedikit saja
perbedaan dalam struktur dan susunan molekul, akan menyebabkan
distribusi puncak absorpsi berubah. Dalam daerah ini, untuk memastikan
suatu senyawa organik adalah dengan cara membandingkan dengan
perbandingannya. Pita absorpsi disebabkan karena bermacam-macam
interaksi, sehingga tidak mungkin dapat menginterpretasikan dengan
tepat.

Tabel 1.2 Korelasi antara Jenis Vibrasi Gugus Fungsional dan Frekuensi
Vibrasinya (Pavia, dkk. 2009)

Gugus Jenis Vibrasi Frekuensi Intensitas


(cm-1)
Alkana (ulur) 3000 – 2850 Kuat
- CH3 1450 dan 1375 Medium
- CH2 - 1465 Medium
Alkena (ulur) 3100 – 3000 Medium
Alkena (tekuk, keluar 1000 – 650 Kuat
C-H bidang)
Aromatis (ulur) 3150 – 3050 Kuat
Aromatis (tekuk, keluar 900 – 690 Kuat
bidang)
Alkuna (ulur) ± 3300 Kuat
2900 – 2800 Lemah
Aldehid
2800 - 2700 Lemah
C-C Alkana 1200 Sedang
Alkena 1680 – 1600 Medium-lemah
C=C
Aromatis 1600 dan 1475 Medium-lemah
C≡C Alkuna 2250 – 2100 Medium-lemah
Aldehid 1740 – 1720 Kuat
Keton 1725 – 1705 Kuat
C=O
Asam Karboksilat 1725 – 1700 Kuat
Ester 1750 – 1730 Kuat
Amida 1680 – 1630 Kuat
Anhidrida 1810 dan 1760 Kuat
Asil klorida 1800 Kuat
Alkohol, eter, ester, asam
C-O 1300 – 1000 Kuat
karboksilat, anhidrida
Fenol
Medium
Bebas 3650 – 3600
O-H Medium
Terikat hydrogen 3400 – 3200
Medium
Asam-asam karboksilat 3400 – 2400
Amin primer, amin
sekunder, amida
N-H
Ulur 3500 – 3100 Medium
Tekuk 1640 – 1550 Medium sampai kuat
C-N Amina 1350 – 1000 Medium sampai kuat
C=N Imina dan oksim 1690 – 1640 Medium sampai kuat
C≡N Nitril Medium
Alena, Ketena, Isosianat,
X=C=Y 2270 – 1940 Medium sampai kuat
isotiosianat
N=O Nitro (R-NO2) 1550 dan 1350 Kuat
S-H Merkaptan 2250 Lemah
Sulfoksida 1050 Kuat
S=O Sulfon, sulfonil klorida, 1375 – 1300 dan
sulfat, sulfonamid 1350 – 1140 Kuat
Fluorida 1400 – 1000 Kuat
C-X Klorida 785 – 540 Kuat
Bromida, Iodida <667 Kuat

2.4.2 Analisa Kuantitatif


Dalam penentuan analisis kuantitatif dengan IR digunakan hukum Beer.
Kita dapat menghitung absortivitas molar (ε) pada panjang gelombang
tertentu, dimana salah satu komponennya mengabsorpsi dengan kuat sedang
komponen lain lemah atau tidak mengabsorpsi. Absorbansi zat yang tidak
diketahui jumlahnya ditentukan pada panjang gelombang ini secara simultan.
Hukum Lambert-Beer tidak dapat digunakan pada nilai absorbansi yang
tinggi.
1. Analisis Kuantitatif Sederhana (Komponen Tunggal)
Analisis komponen tunggal merupakan penggunaan hukum Lambert-
Beer paling sederhana. Tahap-tahap analisis yang dilakukan, yaitu:
a. Siapkan standar. Dilakukan seakurat mungkin.
b. Ukur spektrum standar dalam urutan random secara diplo (2 kali)
c. Kurangkan 2 spektrum standar yang sama dengan menggunakan
faktor pengurangan satu, sehingga akan memberikan suatu hasil
residual. 2 spektrum dari sampel yang sama harus identic, dan harus
memberikan residual yang bersifat garis datar yang hanya
mengandung noise.
d. Uji spektrum dan pilih suatu puncak yang tingginya atau luasnya
berubah dengan berubahnya konsentrasi.
e. Ukur absorbansi yang sesuai dan buat suatu plot garis kalibrasi. Uji
plot dan hitung slope-nya.
f. Ukur spektrum sampel yang tidak diketahui, dan hitung
konsentrasinya dengan menggunakan slope kurva kalibrasi dan
absorbansi sampel yang akan ditentukan konsentrasinya. Maka akan
diperoleh analit tunggal yang akurat.
2. Analisis Multikomponen
Analisis kuantitatif multikomponen digunakan untuk mengukur
konsentrasi beberapa komponen dalam satu waktu dalam campuran yang
kompleks. Semua analisis multikomponen didasarkan pada suatu sifat
penambahan (aditif). Sifat ini berarti bahwa absorbansi pada bilangan
gelombang tertentu sama dengan jumlah absorbansi semua spesies kimia
pada bilangan gelombang tersebut.
Untuk sistem 3 spesies, yang mana spesies ditandai dengan a, b, dan
c, maka total absorbansi pada bilangan gelombang tertentu diberikan oleh:
At = Ax + Ay + Az

Yang mana At, absorbansi total pada bilangan gelombang tertentu, Ax


(absorbansi komponen x), Ay (absorbansi komponen y), dan Az
(absorbansi komponen z). Jika tiap spesies mengikuti hukum Lambert-
Beer’s, maka ungkapan untuk tiap spesies dapat dituliskan dengan
mensubstitusikan persamaan A = εbc untuk memperoleh persamaan
berikut:

At = εxbcx + εybcy + εzbcz

Dimana εx, y, z adalah absorptivitas komponen x, y, atau z; b adalah


tebal sel; cx, y, z adalah konsentrasi komponen x, y, z. Namun penentuan
konsentrasi 3 komponen cx, cy, dan cz tidak dapat diselesaikan hanya
dengan satu persamaan. Maka pada metode penentuan konsentrasi dalam
campuran secara simultan, diperlukan pengukuran absorbansi pada 3
bilangan gelombang yang berbeda sehingga memungkinkan dituliskan 3
persamaan yang berbeda. Persamaan tersebut dapat ditulis seperti berikut.

A1 = ε1xbcx + ε1ybcy + ε1zbcz

A2 = ε2xbcx + ε2ybcy + ε2zbcz

A3 = ε3xbcx + ε3ybcy + ε3zbcz

Sistem persamaan tersebut dinamakan persamaan simultan karena


persamaan ini menggunakan variabel tidak tergantung satu sama lain.
Dalam kasus tersebut, 3 konsentrasi analit yang dituju muncul di seluruh 3
persamaan. Secara teoretis, 3 persamaan ini dapat diselesaikan secara
aljabar. Meskipun demikian, ketiga persamaan ini secara mudah dapat
digambarkan dan disusun dengan menggunakan suatu matriks dan
penyelesaiannya dapat dengan mudah dilakukan dengan bantuan perangkat
lunak statistika untuk penyelesaian analisis multivariate dalam komputer.

3. Kemometrika
Kemometrika didefinisikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang
mengaplikasikan teori-teori matematika dan statistika untuk mengolah data
kimia. Metode analisis kemometrika dapat digunakan dalam spektroskopi
inframerah yang mampu memberikan sejumlah data beberapa komponen
secara simultan dalam satu kali pembacaan sampel. Jenis kemometrika
metode pengelompokkan yang sering digunakan yaitu pengelompokkan
yang tidak disupervisi (unsupervised pattern recognition) seperti analisis
komponen utama (principle component analysis, PCA) dan analisis
cluster; pengelompokkan yang disupervisi atau supervised pattern
recognition seperti analisis diskriminan (discriminant analysis).

2.5 Jurnal Analisis Spektroskopi Inframerah

Analisis senyawa menggunakan spektroskopi inframerah telah umum


digunakan. Salah satunya pada penelitian Edward J. Dompeipen berjudul “Isolasi
Dan Identifikasi Kitin Dan Kitosan Dari Kulit Udang Windu (Penaeus Monodon)
Dengan Spektroskopi Inframerah”. Penelitian bertujuan untuk mengekstraksi kitin
dan kitosan dari kulit udang windu melalui reaksi deproteinisasi, demineralisasi,
dekolorisasi dan deastilasi. Rendemen kitin dan kitosan yang dihasilkan secara
berturut turut adalah 60,5% dan 63,0%. Derajat deasetilasi kitosan dari kulit
udang windu adalah 37,88 % untuk kitin dan 53,25 % untuk kitosan. Hasil analisis
terhadap spektrum FTIR kitin memperlihatkan beberapa puncak utama pada
bilangan gelombang 3554,45 cm-1 yang menunjukkan vibrasi pembengkokan
amida sekunder dan amina (NH) sekunder pada bilangan gelombang 1670,35 cm-
1 serta 1427,32cm-1 menunjukkan adanya vibrasi peregangan CH. Hasil analisis
spektrum FTIR kitosan menunjukkan adanya vibrasi peregangan simetris pada
3302,20 cm-1 akibat adanya tumpang tindih OH dan amina (NH), vibrasi
peregangan 1577,71 cm-1 disebabkan oleh perambatan C = O peregangan (amida
I) dan vibrasi peregangan 1666,30 cm-1 yang menunjukkan amida sekunder. Hasil
karakterisasi dengan spektroskopi inframerah menunjukkan bahwa senyawa hasil
ekstraksi adalah kitin dan kitosan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Spektrofotometer inframerah berguna untuk mendeteksi adanya gugus fungsi


dalam senyawa organik, dengan rentang bilangan gelombang 4000 cm-1 – 400 cm-
1
. Daerah di bawah frekuensi 650 cm-1 dinamakan infra merah jauh,
sedangkan daerah di atas frekuensi 4000 cm-1 dinamakan infra merah dekat.
Bagian-bagian spektrofotometer inframerah, yaitu sumber sinar, interferometer
Michelson, detektor, dan komputer. Penggunaan spektrofotometer inframerah
dapat ditujukan sebagai analisa kuantitatif, berdasarkan jumlah komponen yang
terdapat pada sample.

3.2 Saran

Instrumen dengan spektrofotometer IR merupakan instrumen yang paling


banyak digunakan dalam metode analisis kualitatif maupun kuantitatif karena
metodenya yang cukup sederhana. Untuk pengembangan lebih lanjut pada
makalah ini, terdapat beberapa saran yang sesuaidengan informasi mengenai
spektrofotometer IR, yaitu seperti pembuatan standar untuk kalibrasi dan
penentuan panjang frekuensi haruslah tepat, kalibrasi alat harus diupayakan rutin
agar mengurangi kesalahan yang terjadi ketika analisa.

Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan, mohon
dimaafkan dan dimaklumi.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rohman. 2014. Spektroskopi Inframerah dan Kemometrika Untuk Analisis


Farmasi. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Edward J. Dompeipen. 2017. Isolasi Dan Identifikasi Kitin Dan Kitosan Dari
Kulit Udang Windu (Penaeus Monodon) Dengan Spektroskopi Inframerah.
Dalam http://ejournal.kemenperin.go.id/bpbiam/article/view/3120. Diakses
pada 15 Maret 2019 pukul 18.33 WIB

Larry G Hargis. (1988). Analytical Chemistry. Principles And Techniques. New


Jersey : Prentice Hall Inc.

Pavia D.L, Lampman G.M., and Kriz-Jr G.S. 2009. Introduction to Spectroscopy:
A Guide for Students of Organic Chemistry. W.B. Saunders Company.
Philadelphia, USA.

Anda mungkin juga menyukai