SUPPOSITORIA
OLEH :
Dosen :
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.
\\\\\
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
PENDAHULUAN
yang berbentuk tablet, serbuk, kapsul, sirup, dan suppositoria. Beragamnya bentuk
sediaan tersebut didasarkan atas kebutuhan dari konsumen atau pasien. Bentuk
dan sediaan obat pun dapat diberikan dengan rute yang berbeda-beda dan
berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra,
yang ada di dalam tubuh. Penggunaan suppositoria ditujukan untuk pasien yang
susah menelan, terjadi gangguan pada saluran cerna, dan pada pasien yang tidak
sadarkan diri. Suppositoria dapat dibuat dalam bentuk rektal, ovula, dan uretra.
seperti salep mata, tetes mata, tetes telinga, suppositoria dan inhaler (Rosita dan
Eni, 2021).
cara memasukan melalui lubang atau celah pada tubuh, dimana ia akan melebur,
melunak atau melarut dan memberikan efek lokal atau sistemik. Basis
suppositoria merupakan komponen terbesar yang sangat menentukan kecepatan
Suppositoria?
Suppositoria
Suppositoria
c. Memberikan informasi mengenai Formulasi bahan yang digunakan dalam
TINJAUAN PUSTAKA
Suppositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang dirancang untuk
sistemik, atau sebagai alternatif dari obat-obat oral (misalnya ketika seseorang
minyak sayuran solid yang mengandung obat. Suppositoria rektal akan hancur
atau larut dalam suhu tubuh, dan akan menyebar secara bertahap ke lapisan usus
rendah (rektum), dimana disana ia akan diserap oleh aliran darah (Rosita dan Eni,
2021).
yang digunakan sebagai pembawa adalah oleum kakao. Basis oleum kakao
merupakan basis yang ideal dan sangat cocok digunakan sebagai pembawa untuk
titik leleh dan beku yang sempit. Namun, inti kristal oleum kakao sangat rentan
rusak terhadap suhu tinggi yang akan mempengaruhi titik lelehnya tergantung
sistemik. Beberapa obat bahkan diabsorpsi lebih cepat dibandingkan dengan bila
digunakan secara oral. Selain itu pengaruh sistem hepatik terhadap obat yang
bersifat sistemik relatif lebih kecil dibandingkan dengan obat secara oral, dan
besarnya pengaruh sistem hepatik tergantung dari kedalaman letak supositoria di
dalam rektum. Dosis yang digunakan secara rektal tidak selalu sama dengan dosis
yang digunakan secara oral, dan ini tergantung pada sifat kimia-fisika obat,
koefisien partisi, kelarutan dari obatnya serta sifat fisika dari sediaan supositoria
adalah :
3. obat dapat masuk langsung dalam saluran darah dan berakibat obat dapat
memberi efek lebih cepat dari pada penggunaan obat per oral.
4. baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar (Anief,2006).
menggunakannya secara oral atau karena sifat obatnya yang tidak dapat diberikan
1. Penggunaan suppositoria yang terlalu dalam dapat mengalami first pass effect.
2. Suppositoria mudah meleleh pada suhu yang hangat (> 300C) sehingga perlu
penanganan khusus.
3. Struktur basis yang lembek menyebabkan penggunaan suppositoria menjadi
kurang nyaman.
5. Area permukaan absorpsi dan jumlah cairan pada rektal yang lebih kecil dari
usus akan mempengaruhi disolusi obat. 6. Buang air besar dapat mempengaruhi
Sediaan suppositoria terdiri dari bahan aktif dan basis atau bahan dasar,
dan mempunyai bau yang khas. Jika dipanaska sekitar 30 o mulai mencair dan
biasanya meleleh sekitar 34o-35o C, tetapi pada suhu dibawah 30o merupakan
masa semi padat, mengandung banyak kristal dari trigliserida padat dan
merupakan bagian nyata dari cairan. Dan yang cair diikat dengan tenaga tegangan
adanya modifikasi sifat fisika yag karakteristik dari lemak coklat. Jika
pemanasannya tinggi lemak coklat akan mencair sempurna seperti minyak dan
kehilangan semua inti kristal yang stabil dan berguna untuk memadat. Bila
didinginkan dibawah 15oC akan mengkristal dalam bentuk kristal meta stabil.
Maka pemanasan lemak coklat sebaiknya dilakukan sampai cukup meleleh yang
dapat dituang, tetap mengandung inti kristal dari bentuk stabil, dan suppositoria
yang dibuat dengan cara ini akan merupakan suppositoria yang stabil. (Anief,
2006)
Untuk meninggikan titik lebur lemak coklat digunakan tambahan Cera atau
cepat membeku dan pada pendinginan terjadi susut volume hingga terjadi lubang
diatas masa, maka pada pengisian cetakan harus diisi lebih, baru setelah dingin
2. Polietilenglikol (PEG)
Polietilen glikol (PEG) merupakan polimer yang memiliki wujud dan titik
leleh yang berbeda-beda bergantung pada jumlah monomernya dalam satu untai
rantai polimer. Pada pembuatan sediaan suppositoria digunakan dua jenis PEG
yang berbeda untuk menghasilkan basis dengan tingkat disolusi dan titik leleh
3. Lemak keras.
supositoria yang telah mendekati sifat ideal basis supositoria.lemak keras terdiri
oleh asam laurat berwarna putih, mudah patah, tidak berbau, tidak berasa, dan
tengik (angka iod paling tinggi 3, angka iod untuk lemak coklat 35-39). Harga
viskositas leburan lemak coklat terletak sedikit lebih tinggi daripada lemak keras.
Massanya tidak larut air, melebur pada suhu 33,5-35,5ºC. Interval antara titik
Basis gelatin gliserin ini paling sering digunakan dalam Supositoria vagina
dimana yang diharapkan efek setempat yang cukup lama dari unsur obatnya. Basis
gelatin gliserin lebih lambatmelunak dan bercampur dengan cairan tubuh dari
pada oleum cacao dan oleh karena itu waktu pelepasan obatnya lebih lama. Oleh
karena basis gelatin gliserin cenderung menyerap uap air, akibat sifat gliserin
yang higroskopis, maka basis ini harus dilindungi dari lembab, supaya terjaga
bentuk dan konsistensi supositorianya. Adanya air dalam formula supositoria akan
mengurangi kerjanya, tetapi jika perlu supositoria boleh dibasahi dengan air
1. Dengan tangan
menggunakan bahan dasar oleum cacao berskala kecil dan jika bahan obat tidak
tahan terhadap panas. Metode ini kurang cocok untuk iklim panas.
Cetakan harus dibasahi lebuh dahulu dengan paraffin cair bagi yang memakai
bahan dasar gliserin tetapi oleum cacao dan PEG tidak dibasahi karena akan
mengerut pada proses pendinginan dan mudah lepas pada proses pencetakan.
3. Kompresi
1. Uji Organoleptis
Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap sediaan sudah
suatu sediaan karena dikhawatirkan zat lain yang ikut tercampur. Caranya dengan
dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen. Jika terdapat sediaan yang
Uji ini dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan
sediaan supositoria yang dibuat melebur dalam tubuh. Dilakukan dengan cara
Bentuk suppositoria juga perlu diperhatikan karena jika dari bentuknya tidak
seperti sediaan suppositoria pada umunya, maka seseorang yang tidak tahu akan
mengira bahwa sediaan tersebut bukanlah obat. Untuk itu, bentuk juga sangat
mendukung karena akan memberikan keyakinan pada pasien bahwa sediaa
Uji waktu lebur ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama sediaan tersebut
dapat hancur dalam tubuh. Cara uji waktu lebur dengan dimasukkan dalam air
yang di set sama dengan suhu tubuh manusia, kemudian pada sediaan yang
KESIMPULAN
Suppositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang dirancang untuk
kerusakan obat oleh enzim pencernaan, obat dapat masuk langsung dalam saluran
darah dan berakibat obat dapat memberi efek lebih cepat dari pada penggunaan
obat per oral dan baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.
mengalami first pass effect, suppositoria mudah meleleh pada suhu yang hangat
(> 300C) sehingga perlu penanganan khusus, struktur basis yang lembek
suppositoria tergantung kondisi fisiologi rektal, misal adanya lesi yang dapat
mempengaruhi absorpsi, area permukaan absorpsi dan jumlah cairan pada rektal
yang lebih kecil dari usus akan mempengaruhi disolusi obat, buang air besar
Sediaan suppositoria terdiri dari bahan aktif dan basis atau bahan dasar,
Bahan dasar yang umum digunakan adalah lemak coklat, Polietilenglikol, lemak
Afikoh, N., Heru N., Susiyarti. 2017. Pengaruh Konsentrasi PEG 400 dan PEG
4000 terhadap Formulasi dan Uji Sifat Fisik Suppositoria Ekstrak Sosor
Press : Jakarta .
Ardana, M., Wilujeng C.A., Sabaniah I.G. 2022. Pengaruh Penambahan Ekstrak
Masyarakat 1(2).
Rusmin. 2020. Formulasi dan Uji Stabilitas Sediaan Suppositoria Dengan Bahan
4(2).