Anda di halaman 1dari 15

TUGAS FARMASEUTIKA

SUPPOSITORIA

OLEH :

RIZKI DOLI HARTAMA HARAHAP


NIM 227014003

Dosen :
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.

\\\\\

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5

2.1 Pengertian Suppositoria .....................................................................................5

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Suppositoria ...........................................................5

2.2.1 Kelebihan Suppositoria ...................................................................................3

2.2.2 Kekurangan Suppositoria ................................................................................3

2.3 Formulasi Suppositoria ......................................................................................3

2.4 Metode pembuatan Suppositoria ........................................................................9

2.5 Evaluasi Suppositoria .........................................................................................2

2.6 Mekanisme Pelepasan Suppositoria ...................................................................2

BAB III KESIMPULAN ........................................................................................22


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan perkembangan zaman bentuk dan sediaan obat beragam, ada

yang berbentuk tablet, serbuk, kapsul, sirup, dan suppositoria. Beragamnya bentuk

sediaan tersebut didasarkan atas kebutuhan dari konsumen atau pasien. Bentuk

dan sediaan obat pun dapat diberikan dengan rute yang berbeda-beda dan

memberikan efek yang berbeda-beda. Suppositoria adalah sediaan padat dalam

berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra,

untuk suppositoria rute pemberiannya dimasukkan di dalam dubur atau lubang

yang ada di dalam tubuh. Penggunaan suppositoria ditujukan untuk pasien yang

susah menelan, terjadi gangguan pada saluran cerna, dan pada pasien yang tidak

sadarkan diri. Suppositoria dapat dibuat dalam bentuk rektal, ovula, dan uretra.

Bentuk suppositoria dapat ditentukan berdasarkan basis yang digunakan. Basis

suppositoria mempunyai peranan penting dalam pelepasan obat yang

dikandungnya (Rusmin, 2020).

Pasien dan masyarakat perlu mengetahui tentang cara penggunaan dan

pemakaian penggunaan obat khususnya penggunaan obat-obat sediaan khusus,

seperti salep mata, tetes mata, tetes telinga, suppositoria dan inhaler (Rosita dan

Eni, 2021).

Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang pemakaianya dengan

cara memasukan melalui lubang atau celah pada tubuh, dimana ia akan melebur,

melunak atau melarut dan memberikan efek lokal atau sistemik. Basis
suppositoria merupakan komponen terbesar yang sangat menentukan kecepatan

pelepasan atau aksi dari obat (Afiqoh, dkk 2017).

1.2 Perumusan Masalah

a. Apakah pengertian sediaan Suppositoria ?

b. Apakah kelebihan dan kekurangan sediaan Suppositoria?

c. Apakah Formulasi bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan

Suppositoria?

d. Bagaimanakah metode pembuatan sediaan Suppositoria?

e. Bagaimanakah mekanisme pelepasan sediaan Suppositoria?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Mengetahui pengertian sediaan Suppositoria

b. Mengetahui kelebihan dan kekurangan sediaan Suppositoria

c. Mengetahui Formulasi bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan

Suppositoria

d. Mengetahui metode pembuatan sediaan Suppositoria

e. Mengetahui mekanisme pelepasan sediaan Suppositoria

1.4 Manfaat Penulisan

a. Memberikan informasi mengenai pengertian sediaan Suppositoria

b Memberikan informasi mengenai kelebihan dan kekurangan sediaan

Suppositoria
c. Memberikan informasi mengenai Formulasi bahan yang digunakan dalam

pembuatan sediaan Suppositoria

d. Memberikan informasi mengenai metode pembuatan sediaan Suppositoria

e. Memberikan informasi mngenai mekanisme pelepasan sediaan Suppositoria


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Suppositoria

Suppositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang dirancang untuk

dimasukkan ke dalam anus/rektum (suppositoria rektal), vagina (suppositoria

vagina) atau uretra (suppositoria uretra). Suppositoria terbuat dari minyak

sayuran solid yang mengandung obat. Suppositoria rektal bertindak secara

sistemik, atau sebagai alternatif dari obat-obat oral (misalnya ketika seseorang

tidak mampu mengonsumsi obat melalui mulut).Suppositoria terbuat dari

minyak sayuran solid yang mengandung obat. Suppositoria rektal akan hancur

atau larut dalam suhu tubuh, dan akan menyebar secara bertahap ke lapisan usus

rendah (rektum), dimana disana ia akan diserap oleh aliran darah (Rosita dan Eni,

2021).

Suppositoria adalah sediaan berbentuk torpedo dimana secara umum basis

yang digunakan sebagai pembawa adalah oleum kakao. Basis oleum kakao

merupakan basis yang ideal dan sangat cocok digunakan sebagai pembawa untuk

penghantaran bahan obat pada sediaan suppositoria dikarenakan memiliki rentang

titik leleh dan beku yang sempit. Namun, inti kristal oleum kakao sangat rentan

rusak terhadap suhu tinggi yang akan mempengaruhi titik lelehnya tergantung

jenis inti kristal yang terbentuk (Ardana, dkk 2022).

Supositoria juga dapat digunakan untuk pengobatan baik lokal maupun

sistemik. Beberapa obat bahkan diabsorpsi lebih cepat dibandingkan dengan bila

digunakan secara oral. Selain itu pengaruh sistem hepatik terhadap obat yang

bersifat sistemik relatif lebih kecil dibandingkan dengan obat secara oral, dan
besarnya pengaruh sistem hepatik tergantung dari kedalaman letak supositoria di

dalam rektum. Dosis yang digunakan secara rektal tidak selalu sama dengan dosis

yang digunakan secara oral, dan ini tergantung pada sifat kimia-fisika obat,

koefisien partisi, kelarutan dari obatnya serta sifat fisika dari sediaan supositoria

itu sendiri (Marchaban, 2004).

2.2 Keuntungan dan Kekurangan Suppositoria

2.2.1 Kelebihan Suppositoria

Keuntungan penggunaan suppositoria dibanding penggunaan obat per oral

adalah :

1. dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung

2. dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan

3. obat dapat masuk langsung dalam saluran darah dan berakibat obat dapat

memberi efek lebih cepat dari pada penggunaan obat per oral.

4. baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar (Anief,2006).

Sediaan obat bentuk supositoria mempunyai beberapa keuntungan karena dapat

diberikan kepada orang yang karena alasan tertentu tidak dapat

menggunakannya secara oral atau karena sifat obatnya yang tidak dapat diberikan

secara oral (Marchaban, 2004).

2.2.2 Kekurangan Suppositoria

Kekurangan penggunaan Suppositoria adalah

1. Penggunaan suppositoria yang terlalu dalam dapat mengalami first pass effect.

2. Suppositoria mudah meleleh pada suhu yang hangat (> 300C) sehingga perlu

penanganan khusus.
3. Struktur basis yang lembek menyebabkan penggunaan suppositoria menjadi

kurang nyaman.

4. Efektifitas suppositoria tergantung kondisi fisiologi rektal, misal adanya lesi

yang dapat mempengaruhi absorpsi.

5. Area permukaan absorpsi dan jumlah cairan pada rektal yang lebih kecil dari

usus akan mempengaruhi disolusi obat. 6. Buang air besar dapat mempengaruhi

absorpsi dari obat (Ansel, 1989).

2.3 Formulasi Suppositoria

Sediaan suppositoria terdiri dari bahan aktif dan basis atau bahan dasar,

Bahan dasar yang umum digunakan adalah :

1. Lemak coklat (oleum cacao)

Lemak coklat (oleum cacao) merupakan trigliserida, bewarna kekuningan

dan mempunyai bau yang khas. Jika dipanaska sekitar 30 o mulai mencair dan

biasanya meleleh sekitar 34o-35o C, tetapi pada suhu dibawah 30o merupakan

masa semi padat, mengandung banyak kristal dari trigliserida padat dan

merupakan bagian nyata dari cairan. Dan yang cair diikat dengan tenaga tegangan

muka. Sering dilupakan dalam melelehkan lemak coklat terdapat kondisi

pemanasan, karea akan memperoleh hasil yang kurang menyenangkan dengan

adanya modifikasi sifat fisika yag karakteristik dari lemak coklat. Jika

pemanasannya tinggi lemak coklat akan mencair sempurna seperti minyak dan

kehilangan semua inti kristal yang stabil dan berguna untuk memadat. Bila

didinginkan dibawah 15oC akan mengkristal dalam bentuk kristal meta stabil.

Maka pemanasan lemak coklat sebaiknya dilakukan sampai cukup meleleh yang

dapat dituang, tetap mengandung inti kristal dari bentuk stabil, dan suppositoria
yang dibuat dengan cara ini akan merupakan suppositoria yang stabil. (Anief,

2006)

Untuk meninggikan titik lebur lemak coklat digunakan tambahan Cera atau

Cetacceum. Pada pengisian masa suppositoria ke dalam cetakan, lemak coklat

cepat membeku dan pada pendinginan terjadi susut volume hingga terjadi lubang

diatas masa, maka pada pengisian cetakan harus diisi lebih, baru setelah dingin

kelebihannya dipotong. (Anief, 2006).

2. Polietilenglikol (PEG)

Polietilen glikol (PEG) merupakan polimer yang memiliki wujud dan titik

leleh yang berbeda-beda bergantung pada jumlah monomernya dalam satu untai

rantai polimer. Pada pembuatan sediaan suppositoria digunakan dua jenis PEG

yang berbeda untuk menghasilkan basis dengan tingkat disolusi dan titik leleh

tertentu (Ardana, dkk 2022).

3. Lemak keras.

Lemak keras banyak dimuat dalam farmakope-farmakope sebagai masa

supositoria yang telah mendekati sifat ideal basis supositoria.lemak keras terdiri

dari mono-, di-, dan trigleserida asam-asam jenuh C10H21COOH sampai

C10H10COOH. Lemak keras merupakan produk semi sintesis yang di dominasi

oleh asam laurat berwarna putih, mudah patah, tidak berbau, tidak berasa, dan

mempunyai kecenderungan yang sangat rendah untuk menjadi untuk menjadi

tengik (angka iod paling tinggi 3, angka iod untuk lemak coklat 35-39). Harga

viskositas leburan lemak coklat terletak sedikit lebih tinggi daripada lemak keras.

Massanya tidak larut air, melebur pada suhu 33,5-35,5ºC. Interval antara titik

lebur dan titik bekunya lebih rendah daripada lemak coklat.


4. . Gelatin gliserin

Basis gelatin gliserin ini paling sering digunakan dalam Supositoria vagina

dimana yang diharapkan efek setempat yang cukup lama dari unsur obatnya. Basis

gelatin gliserin lebih lambatmelunak dan bercampur dengan cairan tubuh dari

pada oleum cacao dan oleh karena itu waktu pelepasan obatnya lebih lama. Oleh

karena basis gelatin gliserin cenderung menyerap uap air, akibat sifat gliserin

yang higroskopis, maka basis ini harus dilindungi dari lembab, supaya terjaga

bentuk dan konsistensi supositorianya. Adanya air dalam formula supositoria akan

mengurangi kerjanya, tetapi jika perlu supositoria boleh dibasahi dengan air

sebelum pemakaiannya, untuk mengurangi kecenderungan basis tersebut menarik

air dari membran mukosa dan merangsang jaringan tubuh.

2.4 Metode pembuatan Suppositoria

Metode pembuatan suppositoria :

1. Dengan tangan

Pembuatan dengan tangan hanya dapat dikerjakan untuk suppositoria yang

menggunakan bahan dasar oleum cacao berskala kecil dan jika bahan obat tidak

tahan terhadap panas. Metode ini kurang cocok untuk iklim panas.

2. Dengan mencetak hasil leburan

Cetakan harus dibasahi lebuh dahulu dengan paraffin cair bagi yang memakai

bahan dasar gliserin tetapi oleum cacao dan PEG tidak dibasahi karena akan

mengerut pada proses pendinginan dan mudah lepas pada proses pencetakan.

3. Kompresi

Penuangan pendinginan dan pelepasan suppositoria dilakukan dengan mesin

secara otomatis. Kapasitas bias mecapai 3500-3600 suppositoria per jam .


2.5 Evaluasi Suppositoria

Evaluasi Suppositoria yaitu :

1. Uji Organoleptis

Uji organoleptis meliputi bau, warna, dan bentuk dari sediaan.

2. Uji Keseragaman Bobot

Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap sediaan sudah

sama atau belum. Keseragaman bobot akan mempengaruhi terhadap kemurnian

suatu sediaan karena dikhawatirkan zat lain yang ikut tercampur. Caranya dengan

ditimbang seksama sediaan suppositoria, satu persatu kemudian dihitung berat

rata-ratanya. Hitung jumlah zat aktif dari masing-masing sejumlah suppositoria

dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen. Jika terdapat sediaan yang

beratnya melebihi rata-rata maka suppositoria tersebut tidak memenuhi syarat

dalam keseragaman bobot. Karena keseragaman bobot dilakukan untuk

mengetahui kandungan yang terdapat dalam masing-masing suppositoria tersebut

sama dan dapat memberikan efek terapi yang sama pula.

3. Uji Titik Lebur

Uji ini dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan

sediaan supositoria yang dibuat melebur dalam tubuh. Dilakukan dengan cara

menyiapkan air dengan suhu ±37°C. Kemudian dimasukkan supositoria ke dalam

air dan diamati waktu leburnya.

4. Uji Keseragaman Bentuk

Bentuk suppositoria juga perlu diperhatikan karena jika dari bentuknya tidak

seperti sediaan suppositoria pada umunya, maka seseorang yang tidak tahu akan

mengira bahwa sediaan tersebut bukanlah obat. Untuk itu, bentuk juga sangat
mendukung karena akan memberikan keyakinan pada pasien bahwa sediaa

tersebut adalah suppositoria. Selain itu, suppositoria merupakan sediaan padat

yang mempunyai bentuk torpedo.

5. Uji Waktu lebur

Uji waktu lebur ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama sediaan tersebut

dapat hancur dalam tubuh. Cara uji waktu lebur dengan dimasukkan dalam air

yang di set sama dengan suhu tubuh manusia, kemudian pada sediaan yang

berbahan dasar gelatin waktu leburnya ±10 menit (Rusmin, 2020).


BAB III

KESIMPULAN

Suppositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang dirancang untuk

dimasukkan ke dalam anus/rektum (suppositoria rektal), vagina (suppositoria

vagina) atau uretra (suppositoria uretra).

Keuntungan penggunaan suppositoria dibanding penggunaan obat per oral

adalah dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung, dapat menghindari

kerusakan obat oleh enzim pencernaan, obat dapat masuk langsung dalam saluran

darah dan berakibat obat dapat memberi efek lebih cepat dari pada penggunaan

obat per oral dan baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.

Sedangkan kerugiannya adalah penggunaan suppositoria yang terlalu dalam dapat

mengalami first pass effect, suppositoria mudah meleleh pada suhu yang hangat

(> 300C) sehingga perlu penanganan khusus, struktur basis yang lembek

menyebabkan penggunaan suppositoria menjadi kurang nyaman, efektifitas

suppositoria tergantung kondisi fisiologi rektal, misal adanya lesi yang dapat

mempengaruhi absorpsi, area permukaan absorpsi dan jumlah cairan pada rektal

yang lebih kecil dari usus akan mempengaruhi disolusi obat, buang air besar

dapat mempengaruhi absorpsi dari obat

Sediaan suppositoria terdiri dari bahan aktif dan basis atau bahan dasar,

Bahan dasar yang umum digunakan adalah lemak coklat, Polietilenglikol, lemak

keras dan Gelatin gliserin

Metode pembuatan suppositoria yaitu dengan tangan, dengan mencetak

hasil leburan dan dengan kompresi


Evaluasi Suppositoria yaitu uji organoleptis, uji keseragaman bobot, uji titik

lebur, uji keseragaman bentuk dan uji waktu lebur


DAFTAR PUSTAKA

Afikoh, N., Heru N., Susiyarti. 2017. Pengaruh Konsentrasi PEG 400 dan PEG

4000 terhadap Formulasi dan Uji Sifat Fisik Suppositoria Ekstrak Sosor

Bebek (kalanchoe pinnata [l.] pers). Jurnal Para Pemikir 6 (2).

Anief, Moh . 2006 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : UGM Press .

Ansel, Howard C .1989 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Edisi Keempat . UI

Press : Jakarta .

Ardana, M., Wilujeng C.A., Sabaniah I.G. 2022. Pengaruh Penambahan Ekstrak

Aloe vera Terhadap Karakteristik Fisik Basis Polietilen Glikol Sediaan

Suppositoria. Jurnal Sains dan Kesehatan 4 (3).

Marchaban. 2004. Evaluasi pelepasan obat dari supositoria basis lemak:

perbedaan antara metode disolusi intrinsik dan non-intrinsik. Majalah

Farmasi Indonesia, 15(4).

Rosita, M.E., Eni K.S. 2021. Pentingnya Masyarakat Mengetahui Tentang

Pengunaan Obat Sediaan Khusus. Epmas: Edukasi dan Pengabdian

Masyarakat 1(2).

Rusmin. 2020. Formulasi dan Uji Stabilitas Sediaan Suppositoria Dengan Bahan

Dasar Gelatin Tulang Ikan Bandeng. Jurnal Kesehatan Yamasi Makassar

4(2).

Anda mungkin juga menyukai