Anda di halaman 1dari 19

LABORATORIUM FARMASI FISIKA

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA


MIKROMERITIK

DISUSUN OLEH :

A. FIRNA AINUN LATIFAH (PO713251191.001)


AINUN SALSABILA .S (PO713251191.003)
EGA SARINI AMANAH (PO713251191.005)
HASNI (PO713251191.010)
HILDAYANTI SIJAYA (PO713251191.011)
INDA MAYA SARI (PO713251191.014)
IRA ARMAWANTI (PO713251191.015)
KRISTINA RINI LUMME (PO713251191.016)
MUH. SUKRI (PO713251191.017)
MULPI ALPIA ANNISA PUTRI (PO713251191.021)
NAHDATUL AULIA ARIFIN (PO713251191.023)

KELOMPOK : 1/A
HARI PRAKTIKUM : Kamis
PEMBIMBING : MIFTAHUL JANNAH ,Amd.Farm

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FARMASI
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Maksud dan Tujuan ........................................................................... 2
C. Prinsip Percobaan .............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 3
A. Teori Umum....................................................................................... 3
B. Uraian Bahan ..................................................................................... 6
BAB III METODE KERJA ................................................................. 7
A. Alat yang Digunakan ......................................................................... 7
B. Bahan yang Digunakan ...................................................................... 7
C. Cara Kerja .......................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................... 8
A. Hasil.................................................................................................... 8
B. Pembahasan ....................................................................................... 8
BAB V PENUTUP.................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................
B. Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
LAMPIRAN ..........................................................................................

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam meracik suatu bentuk sediaan obat, tentunya ada beberapa faktor
atau aspek yang perlu diperhatikan agar sediaan yang dihasilkan bisa sesuai,
salah satunya adalah bentuk keseragaman ukuran partikel.Ukuran partikel dari
bahan obat merupakan penentu untuk beberpa sifat zat. Hal ini berlaku baik
untuk bahan yang berada dalam kondisi berbentuk serbuk atau bubuk maupun
yang diracik dalam bentuk sediaan tablet, granular, salep,suppositoria dan
emulsi.
Pada tahun-tahun terakhir ini, perhatian lebih banyak tercurah pada aspek
biofarmasi.Ukuran partikel misalnya, pengaruh kecepatan melarut obat sukar
larut melalui ukuran partikelnya, yang berkaitan erat dengan kerja pembebasan
obat dan reabsorbsi.
Ukuran partikel inilah yang nantinya bisa menentukan suatu efek dari
obat tersebut melalui beberapa tahap perjalanannya mulai dari fase
farmakokinetik, khususnya pada proses disolusi atau pelepasan obat dari bentuk
sediaan dan pada proses absorbsi dari obat itu sendiri, fase farmakodinamik dan
fase biofarmasi. Maka dari itu diperlukan ilmu yang mempelajari tentang ukuran
partikel itu sendiri, ilmu tersebut dinamakan mikromeritik oleh  Dalla Valle.
Dalam mikromeritik, metode yang digunakan adalah, metode mikroskopis optik,
metode ayakan dan metode sedimentasi atau pengendapan. Metode yang akan
digunakan dalam praktikum kali ini adalah metode ayakan. Dalam pembahasan
kali ini akan membahas tentang mikromeritik dengan menggunakan metode
ayakan (Alfren, 1990)

1
Dengan adanya mikromeritik setidaknya seorang ahli farmasi bisa
memahami bagaimana cara mengukur diameter partikel dari suatu sediaan,
apalagi jika ukuran partikelnya sangat mikroskopis setelah memalui proses
pengayakan tentunya akan  sangat susah untuk mengukur diameter partikelnya.

B. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan ukuran partikel ZnO dan Talkum dengan menggunakan
metode ayakan.
C. Prinsip Percobaan
Pengukuran partikel dari serbuk berdasarkan atas penimbangan residu yang

tertinggal pada ayakan yaitu dengan melewatkan serbuk pada ayakan dari nomor

mesh terendah ke nomor mesh tertinggi.

BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Ilmu pengetahuan dan teknologi tentang partikel-partikel kecil oleh
Dalla Valle dinamakan ”Mikromeritik”. Dispersi koloid mempunyai sifat
karakteristik yaitu partikel-partikelnya tidak dapat dilihat di bawah mikroskop
biasa, sedangkan partikel- partikelnya dari emulsi dan suspensi farmasi serta
serbuk halus ukurannya berada dalam jarak penglihatan mikroskop. Partikel-
partikel yang ukurannya sebesar serbuk kasar, granulat tablet atau granulat
garam, ukurannya berada dalam jarak pengayakan (Moechtar, 1990).
Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang
partikel yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara.
Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume
rata-rata dan sebagainya. Pengertian ukuran partikel adalah kuran diameter
rata-rata (Sudjaswati, 2002).
Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis
tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik,
bertambah sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti.
Dalam keadaan seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya harus
dicari jalan untuk menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen,
yang menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang
mempunyai luas permukaan, volume, dan garis tengah yang sama. Jadi,
garis tengah permukaan adalah garis tengah suatu bulatan yang
mempunyai luas permukaan yang sama seperti partikel yang diperiksa (Parrot,
1970).
Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran ukuran partikel
sangat penting dalam farmasi. Jadi ukuran, dan karenanya juga luas
permukaan, dari suatu partikel dapat dihubungkan secara berarti pada sifat
fisika, kimia dan farmakologi dari suatu obat. Secara klinik ukuran
partikel suatu obat dapat mempengaruhi penglepasannya dari bentuk-
bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral, rektal dan topikal.
Formulasi yang berhasil dari suspensi, emulsi dan tablet, dari segi kestabilan

3
fisik dan respon farmakologis, juga bergantung pada ukuran partikel yang
dicapai dalam produk tersebut. Dalam bidang pembuatan tablet dan
kapsul, pengendalian ukuran partikel penting sekali dalam mencapai
sifat aliran yang diperlukan dan pencampuran yang benar dari granul dan
serbuk. Hal ini membuat seorang farmasis kini harus mengetahuhi
pengetahuan mengenai mikromimetik yang baik (Martin, 1990).
Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari
umumnya jumlah bahan besar (ditandai dengan jumlah dasar) suatu contoh
yang representatif. Karenanya suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh
karena dari suatu pemisahan, contoh yang diambil berupa bahan halus atau
bahan kasar. Untuk pembagian contoh pada jumlah awal dari 10-1000 g
digunakan apa yang disebutp, contoh piring berputar. Pada jumlah dasar
yang amat besar harus ditarik beberapa contoh dimana tempat pengambilan
contoh sebaiknya dipilih menurut program acak (Voigt, 1994).
Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya
perlu untuk mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi
juga berapa banyak partikel-partikel dengan ukuran yang sama ada dalam
sampel. Jadi kita perlu sutau perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada dan
banyaknya atau berat fraksi dari tiap - tiap ukuran partikel, dari sini kita bisa
menghitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut (Martin, 1990).
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam
farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan
sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya (Moechtar, 1990).

Pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu (Parrot, 1970) :


1. Menghitung luas permukaan
2. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat
3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral,
suntikan dan topical
4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi
5. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel).

4
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel :
1. Mikroskopik Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan
atau tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas
mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat,
diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut.
Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana
partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan
dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur .
Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dari
dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada
perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel
dengan memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus
dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari
distribusi, menjadikan metode tersebut memakan waktu dan jelimet. Namun
demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus selalu dilaksanakan,
bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya,
karena adanya gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu
komponen seringkali bias dideteksi dengan metode ini (Martin, 1990).

2. Dengan cara sedimentasi


Metode yang digunakan dalam penentuan partikel cara sedimentasi ini
adalah metode pipet, metode hidrometer dan metode malance. Partikel dari
serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran kurang lebih
10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus mencapai
ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuran partikel serbuk ini
mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu batasan dengan istilah
“very coarse, coarse, moderately coarse, fine and very fine”, yang
dihubungkan dengan bagian serbuk yang mempunyai melalui lubang- lubang
ayakan yang telah distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu

5
periode waktu tertentu ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat
pengaduk ayakan secara mekanis (Voigt, 1994).

3. Pengayakan

Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah


menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat dengan ukuran
lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang
tiap inchi linear (Parrot, 1970). Pada metode ini digunakan suatu seri ayakan
standar yang dikalibrasi oleh The National Bureau of Standard.
Ayakan umumnya digunakan untuk memilih partikel-partikel yang lebih
kasar; tetapi jika digunakan dengan sangat hati-hati, ayakan-ayakan tersebut
bisa digunakan untuk mengayak bahan sampai sehalus 44 mikrometer
(ayakan no.325). Menurut metode U. S. P untuk menguji kehalusan serbuk
suatu massa sampel tertentu ditaruh suatu ayakan yang cocok dan
digoyangkan secara mekanik. Serbuk tersebut digoyang-goyangkan selama
waktu tertentu, dan bahan yang melalui satu ayakan ditahan oleh ayakan
berikutnya yang lebih halus serta dikumpulkan, kemudian ditimbang. Jika
diinginkan analisis yang lebih rinci, ayakan bisa disusun lima berturut-turut
mulai dari yang kasar di atas, sampai dengan yang terhalus di bawah. Satu
sampel serbuk yang ditimbang teliti ditempatkan pada ayakan paling atas, dan
setelah ayakan tersebut digoyangkan untuk satu periode waktu tertentu, serbuk
yang tertinggal di atas tiap saringan ditimbang. Kesalahan pengayakan
akan timbul dari sejumlah variable termasuk beban ayakan dan lama serta
intensitas penggoyangan (Moechtar, 1990).

B. Uraian bahan

1. Talk (Farmakope Indonesia Edisi III ; 591)


Nama Resmi : Talcum
Nama Lain : Talk
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada

6
kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih kelabu.
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai sampel

2. ZnO (Famakope Indonesia Edisi III ; 636)


Nama Resmi : Zinci Oxydum
Nama Lain : Seng Oksida
Pemerian : Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih
kekuningan, tidak berbau, tidak berasa, lambat laun
menyerap karbon dioksida dari udara. 
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)
P, larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan
alkali hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Antiseptikum local
Kegunaan : Sebagai Sampel.

7
BAB III
METODE KERJA
A. Alat yang digunakan
1. Seperangkat alat Ayakan
2. Kuas Pembersih
3. Timbangan
B. Bahan yang digunakan
1. ZnO
2. Talkum
C. Prosedur kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang ZnO atau Talk masing – masing sebanyak 25 g
3. Setiap ayakan lebih dahulu dibersihkan dengan sikat tabung kemudian dilap
dengan tissue untuk memastikan keringnya pengayak maupun tidak
terdapatnya partikel tertinggal lagi yang dapat menghalangi proses
pengayakan.
4. Ayakan kemudian diset pemasangnya pada fibrator pengayak sesuai dengan
mesh pada ayakan (misalnya dengan nomor mesh 100 berada paling bawah
disusul secara berurutan ke atas : 80, 60, 40 dan teratas nomor mesh 20).
5. Talk yang telah ditimbang 25 g ditempatkan pada pengayak nomor mesh 20,
ditutup rapat mesin fibrator, kemudian mesin dijalankan dengan kerapatan 5
rpm (rotasi per minutes) dan diset waktu pengayakan selama 10 menit.
6. Setelah 10 menit, mesin fibrator akan berhenti secara otomatis. Ayakan
kemudian masing – masing dibuka/diambil dari mesin fibrator.
7. Fraksi serbuk yang tertinggal pada masing – masing pengayak dengan nomor
mesh berbeda ditimbang secara seksama
8. Dicatat data yang diperoleh dan dihitung nilai % tertahan serta ukuran
diameter partikel rata – rata pati jagung.
9. Dilakukan urutan kerja seperti diatas dengan sampel ZnO sebanyak 25 g.

8
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Bobot
Sampe No. Diameter % % Retained x
Tertinggal
l Mesh Retained
(mm) (G) diameter
20 0,850 0,245 1,457 1,238
40 0,425 8,600 51,142 21,735
Talk 60 0,250 1,500 8,920 2,23
80 0,212 3,594 21,373 4,531
100 0,150 2,877 17,109 2,566
Jumlah 16,816 100,001 32,3 = 0,323mm
20 0,850 0,211 0,806 0,685
40 0,425 7,600 29,049 12,345
ZnO 60 0,250 1,530 5,848 1,462
80 0,212 8,821 33,717 7,148
100 0,150 8,00 30,579 4,586
26,226 =
Jumlah 26,162 99,999
0,2622mm

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan tentang mikromeritik.
Mikromeritik biasa disebut sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel yang
kecil. Untuk menentukan partikel dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu
metode pengayakan, mikroskopi, dan sendimentasi. Namun yang dilakukan
pada praktikum ini hanyalah menggunakan metode pengayakan. Metode
pengayakan adalah alat yang digunakan untuk mengukur partikel secara kasar.
Sebelum melakukan percobaan, hal pertama yang dilakukan pada praktikum
ini adalah pembersihan ayakan terlebih dahulu menggunakan sikat tabung dan
alkohol lalu dikeringkan, hal ini dilakukan untuk menghindari
mikroorganisme yang tersimpan lama pada ayakan. Kemudian ditimbang ZnO
dan Talk sebanyak 25 gram. Dipasang pengayak dengan no mesh 100 paling
9
bawah disusun secara berurutan keatas 80, 60, dan 40. Dimasukan sampel
yang telah ditimbang pada pengayak nomor mesh 40 atau yang paling diatas
lalu dilakukan pengayakan secara searah selama 10 menit menggunakan
stopwatch. Dilakukan pengayakan secara searah dimaksudkan agar hasil yang
di peroleh dalam pengayakan lebih akurat. Cara pengayakan dalam metode
ini, sampel bergerak secara mendatar pada bidang permukaan ayakan, metode
ini baik digunakan untuk sampel yang berbentuk jarum, datar, panjang atau
berbentuk serat sehingga cocok untuk melakukan analisa ukuran partikel
aggrega. Waktu pengayakan dilakukan selama 10 menit, hal ini dikarenakan
waktu tersebut dianggap waktu optimum untuk mendapatkan keseragaman
bobot pada tiap ayakan (nomor mesh). Bila waktu lebih dari 10 menit
dikhawatirkan partikel terlalu sering bertumbukan sehingga pecah dan lolos
keayakan berikutnya, dengan begitu akan terjadi ketidakvalidan data. Jika
kurang dari 10 menit partikel belum terayak sempurna .
Terakhir ditimbang fraksi yang tertinggal pada masing – masing pengayak
dengan nomor berbeda pada timbangan, lalu dicatat hasil yang diperoleh dan
dihitung nilai persentase tertahan. Keuntungan dari metode pengayakan adalah
alat yang digunakan sangat sederhana, penggunaannya mudah dan cepat, serta
pengontrolan kecepatan dan waktu pengayakan yang konstan.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh :
1. Kesalahan penimbangan hasil ayakan
2. Ayakan yang tidak bersih sehingga mempengaruhi hasil
3. Hasil ayakan yang kurang karena terbang oleh angin
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh diameter rata – rata : ZnO = 0,323
mm, talk = 0,2622 mm. Berdasarkan literatur, jika derajat halus serbuk
dinyatakan dengan no.1, dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melewati
pengayak dengan nomor tersebut. Jika derajat serbuk dinyatakan dengan no. 2,
dimaksudkan bahwa serbuk tersebut dapat melewati pengayak dengan nomor
terendah dan tidak lebih dari 40 % dapat melalui pengayak dengan nomor
mesh tertinggi. Maka dapat dikatakan bahwa ZnO termasuk serbuk halus dan
Talk termasuk serbuk agak halus.

10
BAB V
PENUTUP
11
A. Kesimpulan

Pada praktikum  mikromeritik dapat disimpulkan sebagai berikut :


1.      Menentukan  partikel dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu mikroskop
optik, pengayakan, dan pengendapan.
2.      Dari hasil yang diperoleh nilai % tertahan sampel ZNO mesh 40 = 0,2 %,
mesh 60 = 3 %, mesh 80 = 40,16 %, mesh 100 = 57,64 % dan hasil ayakan
keseluruhan = 15,12%, sedangkan sampel talk, mesh 40 = 2,4 %, mesh 60 =
33,36 %, mesh 8
0 = 40,16 %, mesh 100 = 14,6 % dan keseluruhan = 0,4 %
3.      Setelah melakukan percobaan ini didapatkan  hasil dimeter rata-rata ZnO
sebanyak 0,2622 µm dan diameter rata – rata Talk  sebanyak 0,323 µm.

B. Saran

Sebaiknya percobaan ini dilakukan dengan metode lain agar diperoleh


perbandingan yang lebih jelas antara metode satu dengan yang lainnya. Adapun saran
untuk praktikan sebaiknya lebih teliti dalam melaksanakan praktikum.
           

12
DAFTAR PUSTAKA

Arisanty,dkk. 2015. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Poltekkes Kemenkes:


Makassar
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes: Jakarta

Munir, rahman. 2012. Laporan Praktikum Mikromeritik. Universitas Muslim


Indonesia: Makassar. From
https://www.academia.edu/7728911/Laporan_Mikromeritik (Diakses 10 Juni
2020)

Safitri, gita. 2017. Laporan Praktikum Farmasi Fisika I Mikromeritik. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Mandala Waluya: Kendari. From
http://gitaasafitri01.blogspot.com/2017/06/laporan-praktikum-farmasi-fisika-
i.html (Diakses pada 10 Juni 2020)

13
14
LAMPIRAN

A. Perhitungan

Bobot
Sampe No. Diameter % % Retained x
Tertinggal
l Mesh Retained
(mm) (G) diameter
20 0,850 0,245 1,457 1,238
40 0,425 8,600 51,142 21,735
Talk 60 0,250 1,500 8,920 2,23
80 0,212 3,594 21,373 4,531
100 0,150 2,877 17,109 2,566
Jumlah 16,816 100,001 32,3 = 0,323mm
20 0,850 0,211 0,806 0,685
40 0,425 7,600 29,049 12,345
ZnO 60 0,250 1,530 5,848 1,462
80 0,212 8,821 33,717 7,148
100 0,150 8,00 30,579 4,586
26,226 =
Jumlah 26,162 99,999
0,2622mm

a. Talk No. Mesh 20


% Retainerd × Diameter
= 1,457 × 0,850
= 1,238
b. Talk No. Mesh 40
% Retainerd × Diameter
= 51,142 × 0,425
= 21,735
c. Talk No. Mesh 60
% Retainerd × Diameter
= 8,920 × 0,250
= 2,23
d. Talk No. Mesh 80
% Retainerd × Diameter
15
= 21,375 × 0,212
= 4,531
e. Talk No. Mesh 100
% Retainerd × Diameter
= 17,109 × 0,150
= 2,566

Dav Talk ¿

a. ZnO No. Mesh 20

% Retainerd × Diameter
= 0,806 × 0,0,850
= 0,685
b. ZnO No. Mesh 40
% Retainerd × Diameter
= 29,049 × 0,425
= 12,345
c. ZnO No. Mesh 60
% Retainerd × Diameter
= 5,848 × 0,250
= 1,462
d. ZnO No. Mesh 80
% Retainerd × Diameter
= 33,717 × 0,212
= 7,148
e. ZnO No. Mesh 100
% Retainerd × Diameter
= 30,579 × 0,150
= 74,586
16
17

Anda mungkin juga menyukai