“ APOTEK “
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
KELAS/ TINGKAT : A / II
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Definisi apotek menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian yang dimaksud dengan apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker ( Menkes, 2009 ). Menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia yang terbaru Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotek
juga menyebutkan bahwa apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh apoteker dan tenaga kefarmasian lainnya ( Menkes, 2017 ).Pekerjaan
kefarmasian yang dimaksud diatas adalah pembuatan, termasuk pengendalian mutu sediaan
Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Dalam pelayanan kesehatan apotek sangat berperan penting untuk memberikan pengetahuan
tentang obat kepada pasien karena obat merupakan komponen yang penting karena diperlukan
dalam sebagian besar upaya kesehatan baik untuk menghilangkan gejala/symptom dari suatu
penyakit, obat juga dapat mencegah penyakit bahkan obat juga dapat menyembuhkan penyakit.
Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila penggunaannya
tidak tepat. Oleh sebab itu, penyediaan informasi obat yang benar, objektif dan lengkap akan
sangat mendukung dalam pemberian pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat
sehingga dapat meningkatkan kemanfaatan dan keamanan penggunaan obat.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut;
1. Apa pengertian dari apotek?
2. Bagaimana pengelolaan obat dan non obat di apotek?
3. Bagaimana administrasi di apotek?
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Apotek
Definisi apotek menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian yang dimaksud dengan apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker ( Menkes, 2009 ).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia yang terbaru Nomor 9 Tahun 2017
Tentang Apotek juga menyebutkan bahwa apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker dan tenaga kefarmasian lainnya ( Menkes,
2017 ).
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam;
2. Persyaratan Apotek
3. Lokasi
Lokasi apotek sangat berpengaruh terhadap maju mundurnya usaha, sehingga lokasi
apotek sebaiknya berada di daerah yang;
1. Ramai.
2. Terjamin keamanannya.
3. Dekat dengan rumah sakit / klinik.
4. Sekitar apotek ada beberapa dokter yang praktek.
5. Mudah dijangkau.
6. Cukup padat penduduknya.
4. Perlengkapan Apotek
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan dan
perbekalan lainnya. Perbekalan kesehatan dikelola dengan memperhatikan
pemenuhan kebutuhan, kemanfaatan, harga dan faktor yang berkaitan dengan pemerataan
penyediaan perbekalan kesehatan. Pemerintah ikut serta dalam mem-bantu penyediaan
perbekalan kesehatan yang menurut pertimbangan diperlukan oleh sarana kesehatan.
6. Tenaga Kesehatan
7. Struktur Organisasi
Struktur organisasi di apotek diperlukan untuk mengoptimalkan kinerja apotek dalam
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan dengan adanya struktur organisasi dalam apotek
maka setiap pegawai memiliki tugas dan tangung jawab masing-masing, sesuai dengan jabatan
yang diberikan, serta untuk mencegah tumpang tindih kewajiban serta wewenang maka dengan
adanya suatu struktur organisasi sebuah Apotek akan memperjelas posisi hubungan antar elemen
orang.
8. Personalia
Sikap karyawan yang baik, ramah dan cepat melayani pembeli, mengenal pasien di
daerah sekeliling apotek sebanyak mungkin dapat membangkitkan kesan baik, sehingga peran
karyawan sangat penting dalam laba yang diinginkan atau direncakan. Untuk mendapatkan
karyawan yang baik di dalam apotek, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan;
C. Syarat-Syarat Apotek
1. Untuk mendapatkan izin APA dan AA yang bekerjasama dengan PSA yang telah
memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan
farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
2. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan
farmasi dan dapat didirikan pada lokasi yang sama.
BAB III
PENGELOLAAN APOTEK
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 2017 tentang tujuan
didirikannya apotek adalah sebagai berikut :
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
dijelaskan bahwa tugas dan fungsi apotek adalah:
Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, Tenaga
Teknis Kefarmasian yaitu tenaga yang terdiri dari Analis Farmasi, dan Tenaga Teknis
Kefarmasian/Asisten Apoteker, Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi yang akan membantu
Apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian.
Pelayanan Kefarmasian merupakan suatu bentuk pelayanan dan bentuk tanggung jawab secara
langsung oleh apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk menigkatkan kualitas hidup pasien
(Menkes RI,2004) Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 pelayanan kefarmasian
yaitu merupakan suatu pelayanan yang bertanggung jawab langsung kepada pasien berkaitan
dengan sediaan farmasi yang bertujuan untuk mencapai hasil yang pasti dan untuk menigkatkan
mutu kehidupan pasien. Pekerjaan kefarmasian yang harus dilaksanakan oleh seorang Tenaga
Teknis Kefarmasian (menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MENKES/X/2002
adalah sebagai berikut:
1. Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standart profesi masing-
masing.
2. Memberi informasi kepada pasien yang berkaitan dengan penggunaan atau pemakaian
obat.
3. Menghormati hak setiap pasien dan menjaga kerahasiaan identitas serta data kesehatan
pasien.
4. Melakukan pengelolaan pada apotek.
5. Pelayanan informasi obat mengenai sediaan farmasi.
BAB IV
A. Obat Bebas
Obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Misalnya ; Oralit, Glisery Guaicolate,
dan lain-lain.
Obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dengan penyerahan dalam
bungkus asli da nada tanda peringatan P1-P6. Misalnya ; Paracetamol, Anti Histamin,
Isonidazid, dan lain-lain.
C. Obat Keras
Semua obat yang berbahaya bila pemakaiannya tanpa resep dokter, yaitu obat
yang ;
Obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter. Misalnya; pil KB, obat
cacing, dan lain-lain.
E. Obat Narkotik
F. Obat Psikotropik
Alat kesehatan; bahan, instrument, mesin implant yang tidak mengandung obat
digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan penyakit.
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga; alat, bahan, atau campuran bahan untuk
memelihara dan perawatan kesehatan manusia, hewan, rumah tangga, dan lain-lain.
Misalnya;
1. Alkes berupa PKRT; kapas, kasa pembalut, sikat gigi, sabun cuci, insektisida, dan
lain-lain.
2. Alkes bukan PKRT; pengeriting rambut, peralatan gigi, peralatan kimia, dan ;ain-
lain.
BAB V
ADMINISTRASI PEMBELIAN
A. Perencanaan
B. Pemesanan
1. Petugas pembelian membuat surat pesanan (SP) dan Bon Permintaan Barang
Apotek (BPBA) ke PBF yang ditunjuk dan disahkan oleh APA.
2. SP dan BPBA dibuat rangkap 2; Lembar 1 untuk PBF, lembar 2 untuk apotek dan
disimpan sebagai arsip.
C. Penyimpanan
1. Bagian gudang menerima kiriman barang dari PBF
2. Bagian gudang memeriksa keadaan fisik barang, kesesuaian dengan faktur dan SP.
3. Barang disimpan di gudang secara alfabetis, dicatat pada kartu stock
dan melakukan entri pada komputer sesuai dengan barang yang diterima.
4. Bagian gudang mengeluarkan barang ke ruang peracikan sesuai dengan permintaan
bagian pelayanan untuk penjualan.
1. Bahan baku disusun secara abjad dan dipisahkan antara serbuk, cairan, setengah padat,
dan lain-lain.
2. Obat jadi disusun menurut abjad atau menurut bentuk sediaan.
3. Obat yang mudah rusak atau meleleh disimpan di almari es.
4. Obat narkotik dan psikotropik dalam almari terkunci.
5. Penyusunan obat dapat diatur secara pabrik
6. Obat antibiotik diberi kartu kadaluarsa.
D. Pelaporan Pembelian
1. Kartu stok, untuk mencatat ketersediaan obat.
2. Buku defecta, untuk mencatat barang yang hampir atau habis.
3. AP dan BPBA, untuk mencatat permintaan barang dari peracikan yang kemudian
diserahkan pada bagian pemberian (PBF).
E. Pelaporan Penggunaan Pengeluaran
1. Laporan penjualan harian (LPH)
Laporan seluruh hasil penjualan yang berasal dari laporan tiga shift kerja yang
disetorkan koordinasi penanggung jawab keuangan.
Dilakukan tiap awal bulan selambatnya tanggal 10. Laporan dibuat berdasarkan
stock opname, bila ada ketidaksesuian ditelusuri lewat komputer. Khusus petidin dan
morphin, injeksi resep harus dilampiri KTP pembeli. Membuat laporan tembusan
kepada : kepala Dinkes propinsi Jawa Timur,kepala BPOM Jawa Timur, kepala Dinkes
kota yang bersngkutan, Penanggung jawab narkotik dan OKT,arsip Apotek.
3. Stock Opname
Tujuan Stock Opname;
F. Pembelian
Pembelian dalam jumlah lebih besar dari kebutuhan dengan harapan ada
kenaikan harga dalam waktu dekat aatau karena ada diskon / bonus.
c. Pembelian berencana
ADMINISTRASI PENJUALAN
A. Penjualan Narkotik
1. Dilayani bila ada resep asli dan sah.
2. Jumlah narkotik yang keluar dipotong di kartu stok dan di entri di komputer.
3. Pasien membubuhkan paraf dibalik resep.
B. Penjualan Tunai
Penerimaan uang tunai dicatat oleh kasir kecil pada laporan penjualan harian dan
kemudian diserahkan pada kasir besar untuk dicatat dalam buku penjualan kasir besar membuat
bukti penerimaan kas dan mencatat dalam buku kas lalu direkap menjadi laporan penjualan
bulanan.
C. Penjualan Kredit
D. Penjualan Bebas / HV
Pelayanan non resep meliputi ; obat bebas, obat bebas terbatas dan alkes.
E. Laporan Penjualan
Masing-masing ditulis; nama barang, jumlah barang, dan harga. Semua transaksi dientri
dalam komputer sebagai Laporan Penjualan Harian. Total omzet LPH harus sama dengan nota
dan fisik uang yang ada. LPH diserahkan pada kasir besar beserta uangnya. Bila yang tidak
sesuai dengan LPH mungkin untuk kegiatan lain seperti beli bensin, foto copy dilampiri dengan
tanda bukti LPH yang direkap per bulan diserahkan pada kantor TU.
BAB VII
ADMINISTRASI PERSONALIA
Secara Umum
Bidang Administrasi
Bidang Komersial
AA Bagian Kasir
AA Bagian Pelayanan
Dipimpin AA senior
a. Koordinasi dan pengawasan kerja bawahannya, mengatur jadwal dinas dan bembagian
tugas harian.
b. Mengatur dan mengawasi kelengkapan obat sesuai persyaratan farmasi.
c. Membina dan memberi pengarahan tentang pelaksanaan teknis farmasi kepada
bawahannya.
d. Mengatur dan mengawasi penyediaan dan penyimpanan obat / non obat.
e. Memeriksa ulang resep yang telah dilayani.
f. Membuat laporan narkotik-psikotropik
BAB VIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.
Manajemen Apotek, adalah manajemen farmasi yang diterapkan di apotek. Sekecil apapun
suatu apotek, sistem manajemennya akan terdiri atas setidaknya beberapa tipe manajemen,
yaitu :
a. Manajemen keuangan
b. Manajemen pembelian
c. Manajemen penjualan
d. Manajemen Persediaan barang
e. Manajemen pemasaran
f. Manajemen khusus
g. Struktur Organisasi yang ada di apotek terdiri dari;
h. Direktur / Pemilik Apotek
i. Kepala / Pengelola Apotek
j. Tenaga Teknis Kefarmasian (Asisten Apoteker)
k. Bagian Penjualan
l. Bagian Gudang
m. Bagian pembelian
Koordinator Kepala bertugas Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk
meningkatkan atau mengembangkan hasil usaha apotek, mengatur dan mengawasi penyimpanan
serta kelengkapan obat sesuai dengan teknis farmasi terutama di ruang peracikan.
B. Saran
Semoga makalah ini bisa memberi pengetahuan yang mendalam kepada para
mahasiswa.Semoga makalah ini bisa dimanfaatkan dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. Apt. 2005. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Cetakan ke -12. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Hartono HDW, Drs. 1998 . Manaiemen Apotik. Depot Informasi Obat. Jakarta
Umar. Apt. M.M. 2004. Manaiemen Apotek Praktis. Caraka Nusantara. Jakarta