I. NARKOTIKA
a. Pengadaan
1. Pengadaan Narkotika hanya dapat dilakukan berdasarkan Surat Pesanan (SP)
khusus Narkotika (rangkap 4) yang ditandatangani oleh Kepala Instalasi
Farmasi (Apoteker yang memiliki SIPA dan ditunjuk sebagai penanggung
jawab).
2. Pengadaan Narkotika hanya dapat dilakukan dengan mengajukan SP ke
Pedagang Besar Farmasi yang memiliki ijin khusus penyaluran Narkotika.
3. SP Narkotika hanya dapat berlaku untuk 1 jenis Narkotika dan terpisah dari
pesanan barang lain. Sekurang-kurangnya mencantumkan:
- Nama sarana disertai nomor izin
- Alamat, nomor telepon, dan stempel sarana
- Nama Kepala Instalasi Farmasi, alamat, dan nomor SIPA
- Nama fasilitas pemasok beserta alamat lengkap
- Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam angka dan huruf),
isi kemasan
- Nomor urut SP, nama kota dan tanggal dengan penulisan yang jelas
4. SP yang diserahkan ke PBF adalah 3 rangkap, sedangkan sisanya 1 rangkap
sebagai arsip di Instalasi Farmasi.
5. Arsip SP dan surat penolakan pesanan dari pemasok harus disimpan sekurang-
kurangnya selama 5 tahun berdasarkan tanggal dan nomor urut SP.
6. Faktur pembelian harus disimpan bersatu dengan arsip SP.
b. Penerimaan
1. Penerimaan Narkotika harus dilengkapi dengan SP dan faktur. Faktur paling
sedikit memuat nama obat, bentuk sediaan, kekuatan, kemasan, jumlah, tanggal
kadaluarsa, dan nomor batch.
2. Penerimaan Narkotika harus dilakukan oleh Kepala Instalasi Farmasi. Bila
Kepala Instalasi Farmasi berhalangan hadir, penerimaan obat dapat
didelegasikan kepada Apoteker dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang
ditunjuk oleh Kepala Instalasi Farmasi. Surat delegasi menggunakan Formulir
9 pada Peraturan BPOM Nomor 4 Tahun 2018.
3. Pada saat penerimaan, harus dilakukan pemeriksaan:
- Kondisi kemasan termasuk segel dan label dalam keadaan baik
- Kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan obat dan isi kemasan
- Kesesuaian antara fisik obat dengan Faktur dan SP meliputi kebenaran
nama pemasok, nama obat, jumlah, bentuk, kekuatan sediaan obat, dan isi
kemasan.
4. Apabila hasil pemeriksaan ditemukan obat yang diterima tidak sesuai dengan
pesanan, maka harus segera dikembalikan pada saat itu juga. Jika terdapat
ketidaksesuaian nomor batch atau tanggal kadaluarsa harus dibuat koreksi dan
dikonfirmasi ketidaksesuaian dimaksud kepada pihak pemasok.
5. Apabila hasil pemeriksaan telah sesuai antara fisik obat dengan faktur dan SP,
maka penerima wajib menandatangani faktur disertai nama lengkap dan nomor
SIPA / SIKTTK serta stempel fasilitas.
d. Pendistribusian
1. Distribusi Narkotika dapat dilakukan dari unit Gudang Farmasi ke depo-depo
pelayanan farmasi; distribusi antar unit depo pelayanan farmasi di RSU
Ganesha.
2. Mutasi Narkotika antar unit-unit Farmasi harus tercatat dengan disertai bukti
serah terima obat pada buku pencatatan Narkotika.
e. Pelayanan
1. Apoteker dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang diberikan delegasi wajib
bertanggung jawab terhadap penyerahan obat
2. Penyerahan obat Narkotika kepada pasien hanya dapat dilakukan berdasarkan
resep dokter
3. Resep yang diterima dalam rangka penyerahan obat wajib dilakukan skrining
4. Resep yang dilayani harus asli, ditulis dengan jelas dan lengkap; tidak
dibenarkan dalam bentuk fotokopi, faksimili, termasuk kopi blanko resep.
5. Resep harus memuat:
- Nama dokter yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Direktur
tentang dokter yang berhak menulis resep obat khusus
- Tanggal penulisan resep
- Nama, potensi, dosis, dan jumlah obat
- Aturan pemakaian yang jelas
- Nama, alamat, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis pasien
- Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep.
6. Instalasi Farmasi hanya dapat melayani penyerahan Narkotika untuk pelayanan
resep intern RSU Ganesha.
7. Resep obat dengan permintaan iter dilarang diserahkan sekaligus.
II. PSIKOTROPIKA
a. Pengadaan
1. Pengadaan Psikotropika hanya dapat dilakukan berdasarkan Surat Pesanan (SP)
khusus Psikotropika (rangkap 2) yang ditandatangani oleh Kepala Instalasi
Farmasi (Apoteker yang memiliki SIPA dan ditunjuk sebagai penanggung jawab).
2. Pengadaan Psikotropika hanya dapat dilakukan dengan mengajukan SP ke
Pedagang Besar Farmasi.
3. SP Psikotropika dapat berlaku untuk 1 jenis atau lebih dan terpisah dari pesanan
barang lain. Sekurang-kurangnya mencantumkan:
- Nama sarana disertai nomor izin
- Alamat, nomor telepon, dan stempel sarana
- Nama Kepala Instalasi Farmasi, alamat, dan nomor SIPA
- Nama fasilitas pemasok beserta alamat lengkap
- Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam angka dan huruf),
isi kemasan
- Nomor urut SP, nama kota dan tanggal dengan penulisan yang jelas
4. SP yang diserahkan ke PBF adalah 1 rangkap, sedangkan sisanya 1 rangkap
sebagai arsip di Instalasi Farmasi.
5. Arsip SP dan surat penolakan pesanan dari pemasok harus disimpan sekurang-
kurangnya selama 5 tahun berdasarkan tanggal dan nomor urut SP.
6. Faktur pembelian harus disimpan bersatu dengan arsip SP.
b. Penerimaan
1. Penerimaan Psikotropika harus dilengkapi dengan SP dan faktur. Faktur paling
sedikit memuat nama obat, bentuk sediaan, kekuatan, kemasan, jumlah, tanggal
kadaluarsa, dan nomor batch.
2. Penerimaan Psikotropika harus dilakukan oleh Kepala Instalasi Farmasi. Bila
Kepala Instalasi Farmasi berhalangan hadir, penerimaan obat dapat didelegasikan
kepada Apoteker dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang ditunjuk oleh Kepala
Instalasi Farmasi. Surat delegasi menggunakan Formulir 9 pada Peraturan BPOM
Nomor 4 Tahun 2018.
3. Pada saat penerimaan, harus dilakukan pemeriksaan:
- Kondisi kemasan termasuk segel dan label dalam keadaan baik
- Kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan obat dan isi kemasan
- Kesesuaian antara fisik obat dengan Faktur dan SP meliputi kebenaran
nama pemasok, nama obat, jumlah, bentuk, kekuatan sediaan obat, dan isi
kemasan.
4. Apabila hasil pemeriksaan ditemukan obat yang diterima tidak sesuai dengan
pesanan, maka harus segera dikembalikan pada saat itu juga. Jika terdapat
ketidaksesuaian nomor batch atau tanggal kadaluarsa harus dibuat koreksi dan
dikonfirmasi ketidaksesuaian dimaksud kepada pihak pemasok.
5. Apabila hasil pemeriksaan telah sesuai antara fisik obat dengan faktur dan SP,
maka penerima wajib menandatangani faktur disertai nama lengkap dan nomor
SIPA / SIKTTK serta stempel fasilitas.
d. Pendistribusian
1. Distribusi Psikotropika dapat dilakukan dari unit Gudang Farmasi ke depo-depo
pelayanan farmasi; distribusi antar unit depo pelayanan farmasi di RSU Ganesha.
2. Mutasi Psikotropika antar unit-unit Farmasi harus tercatat dengan disertai bukti
serah terima obat.
e. Pelayanan
1. Apoteker dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang diberikan delegasi wajib
bertanggung jawab terhadap penyerahan obat
2. Penyerahan obat Psikotropika kepada pasien hanya dapat dilakukan berdasarkan
resep dokter
3. Resep yang diterima dalam rangka penyerahan obat wajib dilakukan skrining
4. Resep yang dilayani harus asli, ditulis dengan jelas dan lengkap; tidak dibenarkan
dalam bentuk fotokopi, faksimili, termasuk kopi blanko resep.
5. Resep harus memuat:
- Nama dokter yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Direktur
tentang dokter yang berhak menulis resep obat khusus
- Tanggal penulisan resep
- Nama, potensi, dosis, dan jumlah obat
- Aturan pemakaian yang jelas
- Nama, alamat, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis pasien
- Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep.
6. Resep obat dengan permintaan iter dilarang diserahkan sekaligus.
b. Penerimaan
1. Penerimaan harus dilengkapi dengan SP dan faktur. Faktur paling sedikit memuat
nama obat, bentuk sediaan, kekuatan, kemasan, jumlah, tanggal kadaluarsa, dan
nomor batch.
2. Penerimaan harus dilakukan oleh Kepala Instalasi Farmasi, Apoteker, dan atau
Tenaga Teknis Kefarmasian.
3. Pada saat penerimaan, harus dilakukan pemeriksaan:
- Kondisi kemasan termasuk segel dan label dalam keadaan baik
- Kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan obat dan isi kemasan
- Kesesuaian antara fisik obat dengan Faktur dan SP meliputi kebenaran
nama pemasok, nama obat, jumlah, bentuk, kekuatan sediaan obat, dan isi
kemasan.
4. Apabila hasil pemeriksaan ditemukan obat yang diterima tidak sesuai dengan
pesanan, maka harus segera dikembalikan pada saat itu juga. Jika terdapat
ketidaksesuaian nomor batch atau tanggal kadaluarsa harus dibuat koreksi dan
dikonfirmasi ketidaksesuaian dimaksud kepada pihak pemasok.
5. Apabila hasil pemeriksaan telah sesuai antara fisik obat dengan faktur dan SP,
maka penerima wajib menandatangani faktur disertai nama lengkap dan nomor
SIPA / SIKTTK serta stempel fasilitas.
c. Penyimpanan dan Pengendalian
1. Tempat penyimpanan obat adalah di Gudang Farmasi, Depo Pelayanan Sentral,
Depo Farmasi Lantai 1, dan Depo Farmasi Lantai V.
2. Lemari penyimpanan obat diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum.
3. Penyimpanan harus memperhatikan system FEFO dan atau FIFO.
4. Dilakukan pemantauan suhu tempat penyimpanan selama 2 kali sehari.
5. Penyimpanan obat harus dilengkapi dengan kartu stok.
6. Dilakukan stock opname secara rutin 1 kali setiap bulannya.
7. Jika ada selisih stok saat stock opname, dilakukan investigasi dan
mendokumentasikan hasil investigasi dalam bentuk Berita Acara.
d. Pendistribusian
1. Distribusi dapat dilakukan dari unit Gudang Farmasi ke depo-depo pelayanan
farmasi; distribusi antar unit depo pelayanan farmasi di RSU Ganesha.
2. Mutasi antar unit-unit Farmasi harus tercatat dengan disertai bukti serah terima
obat.
e. Pelayanan
1. Apoteker dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang diberikan delegasi wajib
bertanggung jawab terhadap penyerahan obat
2. Penyerahan obat kepada pasien hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter
3. Resep yang diterima dalam rangka penyerahan obat wajib dilakukan skrining
4. Resep yang dilayani harus asli, ditulis dengan jelas dan lengkap; tidak dibenarkan
dalam bentuk fotokopi, faksimili, termasuk kopi blanko resep.
5. Resep harus memuat:
- Nama dokter yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Direktur
tentang dokter yang berhak menulis resep obat
- Tanggal penulisan resep
- Nama, potensi, dosis, dan jumlah obat
- Aturan pemakaian yang jelas
- Nama, alamat, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis pasien
- Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep.
Ditetapkan di : Gianyar
Pada tanggal : 01 Januari 2019