Anda di halaman 1dari 9

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM GANESHA

TANGGAL : 01 JANUARI 2019


NOMOR : G01/003/RSUG/SK-DIR/I/2019
TENTANG : PENGELOLAAN OBAT GOLONGAN NARKOTIKA,
PSIKOTROPIKA, PREKURSOR FARMASI, DAN
OBAT-OBAT TERTENTU

I. NARKOTIKA
a. Pengadaan
1. Pengadaan Narkotika hanya dapat dilakukan berdasarkan Surat Pesanan (SP)
khusus Narkotika (rangkap 4) yang ditandatangani oleh Kepala Instalasi
Farmasi (Apoteker yang memiliki SIPA dan ditunjuk sebagai penanggung
jawab).
2. Pengadaan Narkotika hanya dapat dilakukan dengan mengajukan SP ke
Pedagang Besar Farmasi yang memiliki ijin khusus penyaluran Narkotika.
3. SP Narkotika hanya dapat berlaku untuk 1 jenis Narkotika dan terpisah dari
pesanan barang lain. Sekurang-kurangnya mencantumkan:
- Nama sarana disertai nomor izin
- Alamat, nomor telepon, dan stempel sarana
- Nama Kepala Instalasi Farmasi, alamat, dan nomor SIPA
- Nama fasilitas pemasok beserta alamat lengkap
- Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam angka dan huruf),
isi kemasan
- Nomor urut SP, nama kota dan tanggal dengan penulisan yang jelas
4. SP yang diserahkan ke PBF adalah 3 rangkap, sedangkan sisanya 1 rangkap
sebagai arsip di Instalasi Farmasi.
5. Arsip SP dan surat penolakan pesanan dari pemasok harus disimpan sekurang-
kurangnya selama 5 tahun berdasarkan tanggal dan nomor urut SP.
6. Faktur pembelian harus disimpan bersatu dengan arsip SP.

b. Penerimaan
1. Penerimaan Narkotika harus dilengkapi dengan SP dan faktur. Faktur paling
sedikit memuat nama obat, bentuk sediaan, kekuatan, kemasan, jumlah, tanggal
kadaluarsa, dan nomor batch.
2. Penerimaan Narkotika harus dilakukan oleh Kepala Instalasi Farmasi. Bila
Kepala Instalasi Farmasi berhalangan hadir, penerimaan obat dapat
didelegasikan kepada Apoteker dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang
ditunjuk oleh Kepala Instalasi Farmasi. Surat delegasi menggunakan Formulir
9 pada Peraturan BPOM Nomor 4 Tahun 2018.
3. Pada saat penerimaan, harus dilakukan pemeriksaan:
- Kondisi kemasan termasuk segel dan label dalam keadaan baik
- Kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan obat dan isi kemasan
- Kesesuaian antara fisik obat dengan Faktur dan SP meliputi kebenaran
nama pemasok, nama obat, jumlah, bentuk, kekuatan sediaan obat, dan isi
kemasan.
4. Apabila hasil pemeriksaan ditemukan obat yang diterima tidak sesuai dengan
pesanan, maka harus segera dikembalikan pada saat itu juga. Jika terdapat
ketidaksesuaian nomor batch atau tanggal kadaluarsa harus dibuat koreksi dan
dikonfirmasi ketidaksesuaian dimaksud kepada pihak pemasok.
5. Apabila hasil pemeriksaan telah sesuai antara fisik obat dengan faktur dan SP,
maka penerima wajib menandatangani faktur disertai nama lengkap dan nomor
SIPA / SIKTTK serta stempel fasilitas.

c. Penyimpanan dan Pengendalian


1. Tempat penyimpanan Narkotika adalah di Gudang Farmasi, Depo Pelayanan
Sentral, Depo Farmasi Lantai 1, dan Depo Farmasi Lantai V pada lemari
khusus yang memiliki 2 kunci yang berbeda.
2. Lemari penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk menyimpan barang
selain Narkotika.
3. Kunci lemari dan tempat penyimpanan Narkotika dikuasai oleh Apoteker dan
atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang diberikan delegasi oleh Kepala Instalasi
Farmasi.
4. Lemari penyimpanan Narkotika diletakkan di tempat yang aman dan tidak
terlihat oleh umum.
5. Tempat penyimpanan Narkotika tidak boleh dimasuki orang lain tanpa izin
Apoteker.
6. Penyimpanan Narkotika harus memperhatikan system FEFO dan atau FIFO.
7. Dilakukan pemantauan suhu tempat penyimpanan selama 2 kali sehari.
8. Penyimpanan Narkotika harus dilengkapi dengan Buku Pencatatan Narkotika.
9. Dilakukan stock opname secara rutin 1 kali setiap bulannya.
10. Jika ada selisih stok saat stock opname, dilakukan investigasi dan
mendokumentasikan hasil investigasi dalam bentuk Berita Acara sesuai contoh
Formulir 10 pada Per BPOM nomor 4 tahun 2018.

d. Pendistribusian
1. Distribusi Narkotika dapat dilakukan dari unit Gudang Farmasi ke depo-depo
pelayanan farmasi; distribusi antar unit depo pelayanan farmasi di RSU
Ganesha.
2. Mutasi Narkotika antar unit-unit Farmasi harus tercatat dengan disertai bukti
serah terima obat pada buku pencatatan Narkotika.

e. Pelayanan
1. Apoteker dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang diberikan delegasi wajib
bertanggung jawab terhadap penyerahan obat
2. Penyerahan obat Narkotika kepada pasien hanya dapat dilakukan berdasarkan
resep dokter
3. Resep yang diterima dalam rangka penyerahan obat wajib dilakukan skrining
4. Resep yang dilayani harus asli, ditulis dengan jelas dan lengkap; tidak
dibenarkan dalam bentuk fotokopi, faksimili, termasuk kopi blanko resep.
5. Resep harus memuat:
- Nama dokter yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Direktur
tentang dokter yang berhak menulis resep obat khusus
- Tanggal penulisan resep
- Nama, potensi, dosis, dan jumlah obat
- Aturan pemakaian yang jelas
- Nama, alamat, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis pasien
- Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep.
6. Instalasi Farmasi hanya dapat melayani penyerahan Narkotika untuk pelayanan
resep intern RSU Ganesha.
7. Resep obat dengan permintaan iter dilarang diserahkan sekaligus.

f. Pencatatan dan Pelaporan


1. Pencatatan dilakukan dengan Buku yang memuat sekurang-kurangnya:
- Nama obat, bentuk sediaan, dan kekuatan
- Jumlah persediaan, jumlah diterima, jumlah yang diserahkan/digunakan
- Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
- Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyerahan/penggunaan
- Nomor batch dan tanggal kadaluarsa
- Paraf atau identitas petugas.
2. Setiap mutasi baik penerimaan, pendistribusian, penyerahan, dan
pemusnahan/penghapusan wajib dicatat oleh Apoteker dan atau Tenaga Teknis
Kefarmasian yang diberikan delegasi.
3. Instalasi Farmasi membuat, menyimpan, dan menyampaikan pelaporan
Narkotika sesuai ketentuan yang berlaku, melalui Sistem Informasi Pelaporan
Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) secara rutin setiap bulannya.
4. Pelaporan Narkotika paling sedikit terdiri atas:
- Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan obat
- Jumlah persediaan awal dan akhir bulan
- Jumlah yang diterima
- Jumlah yang disalurkan
- Nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran dan
persediaan awal dan akhir.
5. Resep, faktur, dan semua bukti administrasi pengelolaan Narkotika disimpan
sekurang-kurangnya 5 tahun berdasarkan urutan tanggal dan nomor urutan

1. Pemusnahan dan Penghapusan


1. Apoteker dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memastikan kemasan
termasuk label obat yang akan dimusnahkan telah dirusak
2. Pemusnahan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan disaksikan
oleh Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten dan atau BBPOM Denpasar.
3. Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang
sesuai oleh Apoteker Penanggung Jawab dan disaksikan oleh sekurang-
kurangnya seorang petugas lain.
4. Pemusnahan obat dan resep harus dibuat Berita Acara Pemusnahan dan
dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten dan tembusan Kepala
Balai Pengawas Obat dan Makanan.

II. PSIKOTROPIKA
a. Pengadaan
1. Pengadaan Psikotropika hanya dapat dilakukan berdasarkan Surat Pesanan (SP)
khusus Psikotropika (rangkap 2) yang ditandatangani oleh Kepala Instalasi
Farmasi (Apoteker yang memiliki SIPA dan ditunjuk sebagai penanggung jawab).
2. Pengadaan Psikotropika hanya dapat dilakukan dengan mengajukan SP ke
Pedagang Besar Farmasi.
3. SP Psikotropika dapat berlaku untuk 1 jenis atau lebih dan terpisah dari pesanan
barang lain. Sekurang-kurangnya mencantumkan:
- Nama sarana disertai nomor izin
- Alamat, nomor telepon, dan stempel sarana
- Nama Kepala Instalasi Farmasi, alamat, dan nomor SIPA
- Nama fasilitas pemasok beserta alamat lengkap
- Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam angka dan huruf),
isi kemasan
- Nomor urut SP, nama kota dan tanggal dengan penulisan yang jelas
4. SP yang diserahkan ke PBF adalah 1 rangkap, sedangkan sisanya 1 rangkap
sebagai arsip di Instalasi Farmasi.
5. Arsip SP dan surat penolakan pesanan dari pemasok harus disimpan sekurang-
kurangnya selama 5 tahun berdasarkan tanggal dan nomor urut SP.
6. Faktur pembelian harus disimpan bersatu dengan arsip SP.

b. Penerimaan
1. Penerimaan Psikotropika harus dilengkapi dengan SP dan faktur. Faktur paling
sedikit memuat nama obat, bentuk sediaan, kekuatan, kemasan, jumlah, tanggal
kadaluarsa, dan nomor batch.
2. Penerimaan Psikotropika harus dilakukan oleh Kepala Instalasi Farmasi. Bila
Kepala Instalasi Farmasi berhalangan hadir, penerimaan obat dapat didelegasikan
kepada Apoteker dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang ditunjuk oleh Kepala
Instalasi Farmasi. Surat delegasi menggunakan Formulir 9 pada Peraturan BPOM
Nomor 4 Tahun 2018.
3. Pada saat penerimaan, harus dilakukan pemeriksaan:
- Kondisi kemasan termasuk segel dan label dalam keadaan baik
- Kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan obat dan isi kemasan
- Kesesuaian antara fisik obat dengan Faktur dan SP meliputi kebenaran
nama pemasok, nama obat, jumlah, bentuk, kekuatan sediaan obat, dan isi
kemasan.
4. Apabila hasil pemeriksaan ditemukan obat yang diterima tidak sesuai dengan
pesanan, maka harus segera dikembalikan pada saat itu juga. Jika terdapat
ketidaksesuaian nomor batch atau tanggal kadaluarsa harus dibuat koreksi dan
dikonfirmasi ketidaksesuaian dimaksud kepada pihak pemasok.
5. Apabila hasil pemeriksaan telah sesuai antara fisik obat dengan faktur dan SP,
maka penerima wajib menandatangani faktur disertai nama lengkap dan nomor
SIPA / SIKTTK serta stempel fasilitas.

c. Penyimpanan dan Pengendalian


1. Tempat penyimpanan Psikotropika adalah di Gudang Farmasi, Depo Pelayanan
Sentral, Depo Farmasi Lantai 1, dan Depo Farmasi Lantai V pada lemari khusus
yang memiliki 2 kunci yang berbeda.
2. Lemari penyimpanan Psikotropika dilarang digunakan untuk menyimpan barang
selain Psikotropika.
3. Kunci lemari dan tempat penyimpanan Psikotropika dikuasai oleh Apoteker dan
atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang diberikan delegasi oleh Kepala Instalasi
Farmasi.
4. Lemari penyimpanan Psikotropika diletakkan di tempat yang aman dan tidak
terlihat oleh umum.
5. Tempat penyimpanan Psikotropika tidak boleh dimasuki orang lain tanpa izin
Apoteker.
6. Penyimpanan Narkotika harus memperhatikan system FEFO dan atau FIFO.
7. Dilakukan pemantauan suhu tempat penyimpanan selama 2 kali sehari.
8. Penyimpanan Psikotropika harus dilengkapi dengan kartu stok.
9. Dilakukan stock opname secara rutin 1 kali setiap bulannya.
10. Jika ada selisih stok saat stock opname, dilakukan investigasi dan
mendokumentasikan hasil investigasi dalam bentuk Berita Acara sesuai contoh
Formulir 10 pada Per BPOM nomor 4 tahun 2018.

d. Pendistribusian
1. Distribusi Psikotropika dapat dilakukan dari unit Gudang Farmasi ke depo-depo
pelayanan farmasi; distribusi antar unit depo pelayanan farmasi di RSU Ganesha.
2. Mutasi Psikotropika antar unit-unit Farmasi harus tercatat dengan disertai bukti
serah terima obat.

e. Pelayanan
1. Apoteker dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang diberikan delegasi wajib
bertanggung jawab terhadap penyerahan obat
2. Penyerahan obat Psikotropika kepada pasien hanya dapat dilakukan berdasarkan
resep dokter
3. Resep yang diterima dalam rangka penyerahan obat wajib dilakukan skrining
4. Resep yang dilayani harus asli, ditulis dengan jelas dan lengkap; tidak dibenarkan
dalam bentuk fotokopi, faksimili, termasuk kopi blanko resep.
5. Resep harus memuat:
- Nama dokter yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Direktur
tentang dokter yang berhak menulis resep obat khusus
- Tanggal penulisan resep
- Nama, potensi, dosis, dan jumlah obat
- Aturan pemakaian yang jelas
- Nama, alamat, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis pasien
- Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep.
6. Resep obat dengan permintaan iter dilarang diserahkan sekaligus.

f. Pencatatan dan Pelaporan


1. Pencatatan dilakukan dengan kartu stok yang memuat sekurang-kurangnya:
- Nama obat, bentuk sediaan, dan kekuatan
- Jumlah persediaan, jumlah diterima, jumlah yang diserahkan/digunakan
- Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
- Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyerahan/penggunaan
- Nomor batch dan tanggal kadaluarsa
- Paraf atau identitas petugas.
2. Setiap mutasi baik penerimaan, pendistribusian, penyerahan, dan
pemusnahan/penghapusan wajib dicatat oleh Apoteker dan atau Tenaga Teknis
Kefarmasian yang diberikan delegasi.
3. Instalasi Farmasi membuat, menyimpan, dan menyampaikan pelaporan
Psikotropika sesuai ketentuan yang berlaku, melalui Sistem Informasi Pelaporan
Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) secara rutin setiap bulannya.
4. Pelaporan Psikotropika paling sedikit terdiri atas:
- Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan obat
- Jumlah persediaan awal dan akhir bulan
- Jumlah yang diterima
- Jumlah yang disalurkan
- Nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran dan
persediaan awal dan akhir.
5. Resep, faktur, dan semua bukti administrasi pengelolaan Psikotropika disimpan
sekurang-kurangnya 5 tahun berdasarkan urutan tanggal dan nomor urutan

g. Pemusnahan dan Penghapusan


1. Apoteker dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memastikan kemasan
termasuk label obat yang akan dimusnahkan telah dirusak
2. Pemusnahan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan disaksikan oleh
Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten dan atau BBPOM Denpasar.
3. Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang
sesuai oleh Apoteker Penanggung Jawab dan disaksikan oleh sekurang-kurangnya
seorang petugas lain.
4. Pemusnahan obat dan resep harus dibuat Berita Acara Pemusnahan dan dilaporkan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten dan tembusan Kepala Balai Pengawas
Obat dan Makanan.
III. PREKURSOR DAN OBAT-OBAT TERTENTU
a. Pengadaan
1. Pengadaan hanya dapat dilakukan berdasarkan Surat Pesanan (SP) khusus
(rangkap 2) yang ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi (Apoteker yang
memiliki SIPA dan ditunjuk sebagai penanggung jawab).
2. Pengadaan hanya dapat dilakukan dengan mengajukan SP ke Pedagang Besar
Farmasi.
3. SP dapat berlaku untuk 1 jenis atau lebih dan terpisah dari pesanan barang lain.
Sekurang-kurangnya mencantumkan:
- Nama sarana disertai nomor izin
- Alamat, nomor telepon, dan stempel sarana
- Nama Kepala Instalasi Farmasi, alamat, dan nomor SIPA
- Nama fasilitas pemasok beserta alamat lengkap
- Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam angka dan huruf),
isi kemasan
- Nomor urut SP, nama kota dan tanggal dengan penulisan yang jelas
4. SP yang diserahkan ke PBF adalah 1 rangkap, sedangkan sisanya 1 rangkap
sebagai arsip di Instalasi Farmasi.
5. Arsip SP dan surat penolakan pesanan dari pemasok harus disimpan sekurang-
kurangnya selama 5 tahun berdasarkan tanggal dan nomor urut SP.
6. Faktur pembelian harus disimpan bersatu dengan arsip SP.

b. Penerimaan
1. Penerimaan harus dilengkapi dengan SP dan faktur. Faktur paling sedikit memuat
nama obat, bentuk sediaan, kekuatan, kemasan, jumlah, tanggal kadaluarsa, dan
nomor batch.
2. Penerimaan harus dilakukan oleh Kepala Instalasi Farmasi, Apoteker, dan atau
Tenaga Teknis Kefarmasian.
3. Pada saat penerimaan, harus dilakukan pemeriksaan:
- Kondisi kemasan termasuk segel dan label dalam keadaan baik
- Kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan obat dan isi kemasan
- Kesesuaian antara fisik obat dengan Faktur dan SP meliputi kebenaran
nama pemasok, nama obat, jumlah, bentuk, kekuatan sediaan obat, dan isi
kemasan.
4. Apabila hasil pemeriksaan ditemukan obat yang diterima tidak sesuai dengan
pesanan, maka harus segera dikembalikan pada saat itu juga. Jika terdapat
ketidaksesuaian nomor batch atau tanggal kadaluarsa harus dibuat koreksi dan
dikonfirmasi ketidaksesuaian dimaksud kepada pihak pemasok.
5. Apabila hasil pemeriksaan telah sesuai antara fisik obat dengan faktur dan SP,
maka penerima wajib menandatangani faktur disertai nama lengkap dan nomor
SIPA / SIKTTK serta stempel fasilitas.
c. Penyimpanan dan Pengendalian
1. Tempat penyimpanan obat adalah di Gudang Farmasi, Depo Pelayanan Sentral,
Depo Farmasi Lantai 1, dan Depo Farmasi Lantai V.
2. Lemari penyimpanan obat diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum.
3. Penyimpanan harus memperhatikan system FEFO dan atau FIFO.
4. Dilakukan pemantauan suhu tempat penyimpanan selama 2 kali sehari.
5. Penyimpanan obat harus dilengkapi dengan kartu stok.
6. Dilakukan stock opname secara rutin 1 kali setiap bulannya.
7. Jika ada selisih stok saat stock opname, dilakukan investigasi dan
mendokumentasikan hasil investigasi dalam bentuk Berita Acara.

d. Pendistribusian
1. Distribusi dapat dilakukan dari unit Gudang Farmasi ke depo-depo pelayanan
farmasi; distribusi antar unit depo pelayanan farmasi di RSU Ganesha.
2. Mutasi antar unit-unit Farmasi harus tercatat dengan disertai bukti serah terima
obat.

e. Pelayanan
1. Apoteker dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang diberikan delegasi wajib
bertanggung jawab terhadap penyerahan obat
2. Penyerahan obat kepada pasien hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter
3. Resep yang diterima dalam rangka penyerahan obat wajib dilakukan skrining
4. Resep yang dilayani harus asli, ditulis dengan jelas dan lengkap; tidak dibenarkan
dalam bentuk fotokopi, faksimili, termasuk kopi blanko resep.
5. Resep harus memuat:
- Nama dokter yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Direktur
tentang dokter yang berhak menulis resep obat
- Tanggal penulisan resep
- Nama, potensi, dosis, dan jumlah obat
- Aturan pemakaian yang jelas
- Nama, alamat, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis pasien
- Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep.

f. Pencatatan dan Pelaporan


1. Pencatatan dilakukan dengan kartu stok yang memuat sekurang-kurangnya:
- Nama obat, bentuk sediaan, dan kekuatan
- Jumlah persediaan, jumlah diterima, jumlah yang diserahkan/digunakan
- Tanggal dan sumber penerimaan
- Tanggal dan tujuan penyerahan/penggunaan
- Nomor batch dan tanggal kadaluarsa
- Paraf atau identitas petugas.
2. Setiap mutasi baik penerimaan, pendistribusian, penyerahan, dan
pemusnahan/penghapusan wajib dicatat oleh Apoteker dan atau Tenaga Teknis
Kefarmasian yang diberikan delegasi.
3. Resep, faktur, dan semua bukti administrasi pengelolaan disimpan sekurang-
kurangnya 5 tahun berdasarkan urutan tanggal dan nomor urutan

g. Pemusnahan dan Penghapusan


1. Apoteker dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memastikan kemasan
termasuk label obat yang akan dimusnahkan telah dirusak
2. Pemusnahan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang
sesuai oleh Apoteker Penanggung Jawab dan disaksikan oleh sekurang-kurangnya
seorang petugas lain.
4. Pemusnahan obat dan resep harus dibuat Berita Acara Pemusnahan dan dilaporkan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten dan tembusan Kepala Balai Pengawas
Obat dan Makanan.

Ditetapkan di : Gianyar
Pada tanggal : 01 Januari 2019

(drg. Chandra Purnama H., M. Kes.)


Direktur RSU Ganesha

Anda mungkin juga menyukai