Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas karunia-Nya Buku
Petunjuk Praktikum Farmasetika Tahun Ajaran 2016/2017 untuk mahasiswa semester III
Jurusan Farmasi UIN Maliki Malang dapat diselesaikankan tepat waktu. Buku ini disusun
untuk memberi panduan mahasiswa dalam praktikum supaya mampu melaksanakan
dengan lancar.Setelah menyelesaikan praktikum Farmasetika mahasiswa diharapkan
mampumengetahui, memahami dasar-dasar formulasi,menganalisis permasalahan yang
ada dalam formulasi dan pemecahannya, serta terampil meracik formula obat.

Menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Buku Petunjuk


Praktikum Farmasetika ini, penyusun sangat mengharapkan kritik maupun saran dari
berbagai pihak untuk perbaikan yang akan datang.

Malang, Agustus 2016

Tim Penyusun

1
PERATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM FARMASETIKA

A. Peraturan Praktikum

1. Waktu praktikum dan responsi

Praktikum dilakukan seminggu sekali dengan alokasi waktu selama 4 jam dengan
rincian kegiatan sebagai berikut:

 Pretest : 20 menit

 Praktikum 3 resep : 180 menit

 Diskusi : 30 menit

2. Peserta praktikum adalah mahasiswa yang telah :

a) Menempuh kuliah dan ujian mata kuliah Pengantar Farmasetika di semeter I,


mata kuliah Farmasetika I dan sedang atau telah mengambil matakuliah farmasetika
II.
b) Mendaftar dan mengisi Kartu Rencana Studi secara manual dan online

3. Praktikan harus mengikuti seluruh materi praktikum. Jika tidak mengikuti praktikum
tanpa alasan yang jelas, dianggap mengundurkan diri dan mendapatkan nilai E.

4. Evaluasi praktikum

Evaluasi praktikum dilakukan melalui hasil:

- Praktikum harian :60 % dari nilai total, terdiri dari nilai :

 Pretest : 20 %

 Jurnal : 40 %

 Cara kerja-sediaan : 40 %

- Ujian akhir praktikum : 40 % (jurnal, cara kerja, sediaan)

2
1. Peraturan Ujian Praktikum

Praktikan berhak mengikuti ujian praktikum bila telah:

1. Menyelesaikan minimal 80 % jumlah sediaan yang diprogramkan.

2. Mengganti alat-alat praktikum yang hilang atau pecah

3. Mendaftarkan diri dan mengikuti nomor undian di meja praktikum.

2. Tata Tertib Praktikum

1. Praktikan wajib mengumpulkan jurnal praktikum pada saat akan atau setelah melakukan
praktikum. Jurnal tidak lengkap atau tidak mengerjakan dianggap TIDAK MENGIKUTI
PRAKTIKUM!

2. Praktikan wajib sudah berada di laboratorium 10 menit sebelum praktikum dimulai untuk
mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan.

3. Praktikan yang terlambat lebih dari 10 menit sesudah praktikum dimulai tidak
diperkenankan mengikuti praktikum, kecuali ada alasan yang sah dan dapat diterima, dan
tidak mendapatkan kesempatan pretest.

4. Praktikan yang meninggalkan praktikum sebelum selesai waktunya harus meminta


izin kepada pembimbing yang bertugas.

5. Praktikan harus menggunakan jas laboratorium dan bekerja dengan tenang, jujur, rapi,
serta bersih.

6. Praktikan harus menyediakan sendiri peralatan praktikum yang tidak disediakan oleh
laboratorium di antaranya sudip, wadah sediaan, etiket, serbet, penara dsb.

7. Praktikan diwajibkan memelihara peralatan laboratorium, menghemat bahan, dan


memelihara kebersihan laboratorium.

8. Setiap mulai praktikum, praktikan diwajibkan memeriksa/ mencocokkan masing-masing


alat dengan daftarnya.Bila ada yang tidak cocok segera melapor kepada dosen/laboran.

9. Praktikan harus bekerja sendiri dan tidak diperkenankan bercakap-cakap dengan


sesama praktikan.

10. Pada waktu menimbang bahan, hanya diperkenankan mengambil satu botol bahan obat
dan setelah selesai menimbang, praktikan harus mengembalikan botol tesebut ke
tempatnya semula.

3
11. Bahan yang telah ditimbang di atas kertas timbang atau wadah lain harus segera
dikerjakan. Tidak diperkenankan menyimpan lebih dari 2 macam bahan hasil
penimbangan.

12. Praktikan tidak diperkenankan mengerjakan sediaan berikutnya sebelum sediaan


yang dikerjakan selesai sempurna, kecuali dalam hal ini telah mendapat persetujuan
dari pembimbing.

13. Kotoran yang padat dan berlemak harus dibuang dalam bak sampah, tidak
diperkenankan membuang dalam bak pencuci.

Lain-lain

1. Hal-hal yang belum diatur dan ditetapkan dalam peraturan ini akan diatur tersendiri
kemudian.

2. Peraturan dan tata tertib ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Malang, Agustus 2016

4
CARA MEMBUAT JURNAL PRAKTIKUM

Dalam membuat jurnal praktikum farmasetika hendaknya diperhatikan hal hal berikut ini

I. R/

Pada kolom ini disalin atau ditempelkan resep/kopi resep yang akan dikerjakan

II. FORMULA BAKU

Jika terdapat formula baku pada resep/kopi resep yang akan dikerjakan, tuliskan
komposisi formula tersebut beserta sumber pustakanya.

III. NARKOTIKA

Apabila ada golongan narkotika, tuliskan nama obat tersebut

IV. KELENGKAPAN RESEP (KR)

Periksalah apakah resep/kopi resep yang akan dikerjakan sudah lengkap dan benar
sesuai persyaratan yang berlaku.

V. PERMASALAHAN PERACIKAN

Tuliskan secara singkat dan jelas apabila ada permasalahan seperti OTT baik secara
fisika, kimia maupun farmasetika.

Misalnya : - ZnO mudah bereaksi dengan CO2 sehingga membentuk ZnCO3


yang akan menggumpal

VI. PENYELESAIAN MASALAH

Tuliskan penyelesaian masalah diatas secara singkat, bila perlu disertai


penimbangannya, misalnya :

- ZnO sebelum ditimbang diayak dulu dengan ayakan B40

VII. DOSIS LAZIM dan DOSIS MAKSIMUM

Tuliskan dosis lazim dan dosis maksimum berdasarkan FI serta hitunglah dosis yang
ada sesuai dengan aturan rumus yang berlaku.

VIII. PENIMBANGAN/PENIPISAN/PENGENCERAN

Tuliskan jumlah bahan yang akan digunakan beserta perhitungannya. Apabila bahan
perlu pengenceran maka sertakan juga cara perhitungannya.

5
IX. CARA PEMBUATAN (CP)

Susunlah cara pembuatan dengan tepat, singkat, jelas dan sistematik. Di dalam cara
pembuatan juga harus mencakup :

 Jumlahbobot bahan yang ditimbang

 Cara pengenceran bila dilakukan pengenceran

 Cara penimbangan bahan bahan tertentu, misalnya bila


mengunakan gelas arloji, diambil dengan sendok porselen dll

X. ETIKET

Tempelkan etiket dengan ketentuan sbb

BIRU : Obat Luar

PUTIH : Obat Dalam

Pada etiket tertulis : Nama Apoteker Nama pasien

Tempat dan tanggal pembuatan Cara pemakaian

Untuk obat luar, dibawah ditulis : OBAT LUAR

XI. LABEL

Pada sediaan tertentu perlu diberi label “NI” atau KOCOK DAHULU

XII. KIE (KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI)

Tuliskan apa yang akan diberikan informasi kepada pasien terkait sediaan. Misal:
kontraindikasi, khasiat obat, peringatan, dll.

6
MATERI DASAR

PENGENALAN RESEP

Dilihat dari arti kata resep berasal dari kata “Recipe” bahasa latin artinya
“Ambillah”. Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap. Jika resep tidak jelas atautidak
lengkap, apoteker harus menanyakannya kepada dokter penulis resep tersebut. Resep
yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Nama, alamat, dan no.izin prakter dokter, dokter gigi, atau dokter hewan.

2. Tanggal penulisan resep (inscription)

3. Tanda “R/” pada bagian kiri setiap penulisan resep (Invocatio)

4. Nama setiap obat dan komposisinya (Praescriptio/ordonatio)

5. Aturan pemakaian obat yang tertulis (Signatura)

6. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturanperundang-
undangan yang berlaku (Subscriptio)

7. Jenis hewan serta nama dan alamat pemilliknya untuk resep dokter hewan;

8. Tanda seru dan/paraf dokter untuk resep yang melebihi dosis maksimalnya.

COPIE RESEP (SALINAN RESEP)

Copie resep ialah salinan tertulis dari suatu resep yang dibuat oleh apotek. Istilah
lain dari copie resep (salina resep) ialah “apograph”, “Exemplum”, “afschrift”. Selain
memuat semua keterangan yang termuat dalam resep asli, copie resepharus memuat
pula:

1. Nama dan alamat apotek

2. Nama dan Nomor SIPA APA

3. Tanda tangan atau paraf APA

4. Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan, atau tanda nedet (nedetur)
untuk obat yang belum diserahkan.

5. Nomor resep dan tanggal pembuatan.

7
Copie resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep,penderita yang
bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yangberwenang menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Copie resepdiberikan jika :

- Pasien memintanya atau menginginkannya

- Pasien baru mengambil sebagian obatnya, atau dokter menuliskan petunjukda in


dimidio/d.i.d atau da in duplo/d.i.2.pl

- Dalam resep tercantum iter yang artinya pasien tersebut harus mengulangipenembusan
obat setelah resep pertama habis dikonsumsi

Apotek Maliki
Jl. Gajayana 50 Telp 0341 776532
Apoteker Sugi P Apt
SIPA 22445/Mal-21/3314
Malang 23-08-2014
Salinan Resep
Resep untuk : Andi M Tgl R/ : 23-08-2014
Resep Dari : dr Tri Tgl dibuat: 25-08-2014

R/ Acetosal 500 mg
Codein Hcl 20 mg
CTM 4 mg
S.L qs
Mf pulv.dtd. no.XV
da.in caps
s.tdd caps 1 -det-

pcc
CAP yang menyalin
APOTEK
Sugi Apt

Opium Resep

Opium Resep ialah resep dimana salah satu obat/bahan obatnya tergolong
narkotika. Resep yang mengandung obat narkotika tidak boleh diulangi penyerahan
obatnya atas dasar resep yang sama, kecuali dengan resep baru daridokter, dan setiap
resep yang mengandung narkotika alat penderita harus diketahui dengan jelas. Untuk
menghindari kekeliruan, resep ini diberi tanda khusus.

8
Cito Resep

Cito resep ialah resep dimana dokter menginginkan pengobatan dengan segera, karena
keadaan penderita. Resep semacam ini harus didahulukan penyelenggaraannya dari resep
lain.Tanda-tanda yang biasa digunakan dan ditulis pada bagian kanan sebelah atas blanko
resep yang terdiri dari:

(1) Cito = segera

(2) Urgent = penting

(3) Statim = penting

(4) P.I.M = Periculum in mora = berbahaya bila ditunda

Cito resep juga termasuk oba-obat tertentu yang penggunaannya segera dilakukan yaitu
obat yang digunakan untuk antidotum penawar racun dan obat untuk luka bakar.

ETIKET

Setelah obatnya selesai dibuat dan telah diperiksa kembali kemudian dimasukkan
kedalam wadah yang telah ditempeli etiket sesuai dengan aturan pemakaian yang
tertera dalam resep. Etiket obat berdasarkan resep dokter terdiridari:

a. Etiket berwarna putih; untuk obat yang digunakan sebagai obat dalam (peroral)

b. Etiket warna biru; untuk obat yang digunakan sebagai obat luar.

Pada sebuah etiket obat berdasarkan resep dokter harus memuat hal – halsbb:

a. Nama,alamat,dan No.SIA apotek

b. Nama/SIPA apoteker pengelola apotek.

c. No.resep, nama kota, tanggal pembuatan obat.

d. Nama penderita

e. Aturan pakai yang jelas

f. Paraf pembuatan obat

DOSIS

Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan
atau diberikan kepada seorang penderita, baik untuk obat dalam maupun obat luar.
Menurut FI ed III, ada beberapa jenis dosis yaitu:

9
1. Dosis Maksimum (DM), Dosis ini berlaku untuk pemakaian satu kali dan satuhari.
Penyerahan obat yang dosisnya melebihi dosis maksimum dapat dilakukan dengan cara
membubuhkan tanda seru dan paraf dokter penulis resep; memberi garis bawah nama
obat tersebut; dan menuliskan banyak obat dengan hurufsecara lengkap.

2. Dosis Lazim, dosis ini merupakan petunjuk yang tidak mengikat, tetapi digunakan
sebagai pedoman umum.

PERHITUNGAN DOSIS

1. Perhitungan dosis berdasarkan umur


(a) YOUNG ( anak dibawah 8 tahun)

n (tahun)
Dosis =
X dosis dewasa
n (tahun)+12

(b) FRIED ( bayi dalam bulan)


n (bulan)
Dosis = X dosis dewasa
150

(c) DILLING ( anak diatas 8 tahun)


n (tahun)
Dosis = X dosis dewasa
20
(d) COWLING
n (tahun)
Dosis = X dosis dewasa
24

(e) DILLING
0-1 tahun = 1/12 x dosis dewasa

1-2 tahun = 1/8 x dosis dewasa

2-3 tahun = 1/6 x dosis dewasa

3-4 tahun = 1/4 x dosis dewasa

4-7 tahun = 1/3 x dosis dewasa

14-20 tahun = 2/3 x dosis dewasa

21-60 tahun = dosis dewasa


10
2. Perhitungan dosis berdasarkan berat badan
(a) CLARK ( Amerika)
Berat badan (pon)
Dosis = X dosis dewasa
150

(b) THREMICH-FIER ( Jerman)


Berat badan (Kg)
Dosis = X dosis dewasa
70

(c) BLACK ( Belanda)


Berat badan (Kg)
Dosis = X dosis dewasa
68

11
PENGENALAN ALAT-ALAT FARMASETIKA

Dalam praktikum farmasetika (meracik obat) alat-alat yang digunakan pada


umumnya berbeda. Untuk mendukung pengerjaan dalam membuat suatu resep,
diperlukan pengenalan alat-alat yang sering digunakan dalam praktikum Farmasetika
Dasar seperti timbangan, mortir dan stamper, pengisi kapsul (filling capsule) dan
sebagainya.

1. Timbangan

Dalam mengerjakan suatu resep, bahan-bahan yang tertera pada resep tersebut harus
ditimbangan sesuai jumlah yang diinginkan. Ada 3 jenis timbangan obat:

a. Timbangan kasar

Timbangan kasar memiliki daya beban 250 gram hingga 1000 gram dengan kepekaan
200 mg

b. Timbangan gram halus

Timbangan gram halus memiliki daya beban 100 gr hingga 200 gr dengan kepekaan 50 mg

c. Timbangan milligram

Timbangan milligram memiliki daya beban 10 gram hingga 50 gram kepekaan 5 mg.

Daya beban adalah bobot maksimum yang boleh ditimbang. Kepekaan adalah
tambahan bobot maksimum yang diperlukan pada salah satu piring timbangan, setelah
keduanya diisi muatan maksimum menyebabkan ayunan jarum timbangan tidak kurang dari
2 mm tiap dm panjang jarum. Apabila bobot bahan yang ditimbang kurang dari 50 mg,
maka harus dilakukan pengenceran terlebihdahulu.

Cara Penimbangan:

1. Diperiksa apakah semua komponen


timbangan/neraca sudah sesuai pada tempatnya.

2. Periksa kedudukan timbangan sudah


sejajar/rata, dapat dilihat dari posisi anting (3)
dengan alas anting harus tepat. Bila belum tepat
kita putar skrup pengatur tinggi (2) papan landasan.

3. Sekali lagi kita periksa apakah posisi pisau (7)


dan (8) sudah pada tempatnya. Bila sudah maka
tuas (6) kita putar maka timbangan akan

12
terangkat dan akan kelihatan apakah piringnya seimbang atau berat sebelah. Bila tidak
seimbang kita dapat memutar mur (10) kiri atau kanan sesuai dengan keseimbangannya,
sehingga neraca seimbang.

4. Setelah itu baru kita letakkan kertas perkamen/alas timbangan diatas kedua piring
timbangan, angkat tuas (6) untuk memeriksa apakah timbangan sudah seimbang. Bila
sudah seimbang, maka penimbangan bahan-bahan bisa dimulai.

5. Proses penimbangan hendaknya dilakukan secara efisien, tangan kanan untuk


mengambil bahan yang akan ditimbang, sedangkan tangan kiri untuk memutar tuas (6).
Demikian juga untuk posisi anak timbangan dan tarrer
Keterangan:
hendaknya di neraca kiri dan bahan di neraca kanan. 1. Papan landasan timbangan
2. Tombol pengatur tegak berdirinya
6. Anak timbangan (khususnya anak timbangan milli gram)
timbangan
diambil menggunakan pinset. 3. Anting penunjuk tegaknya
timbangan
7. Setiap selesai menimbang, hendaknya anak timbangan dan (waterpas)
tarreran diturunkan dari piringan timbangan. 4. Jarum timbangan
5. Skala
2. Mortir dan Stamper 6. Tuas penyangga timbangan
7. Pisau tengah/pisau pusat
Mortir dan stamper merupakan
8. Pisau tangan
wadah atau peralatan yang terbuat 9. Tangan timbangan
dari porselen yang digunakan untuk 10. Tombol/mur pengatur
menggerus atau mencampur bahan- keseimbangan
bahan obat. Dalam menggerus atau 11. Piring timbangan
mencampur bahan obat (terutama obat
keras), lebih baik dipilih lumpang yang
lebih halus dan pori-pori lumpang sangat kecil. Alu diletakkan di
samping lumpang dengan posisi kepala alu menghadap ke kita. Hal ini untuk mencegah
alu berputar dengan diameter lebih luas dan memungkinkan jatuh dari meja kerja.

3. Penangas Air (waterbath)

Penangas air (water bath) adalah alat yang digunakan untuk


memanaskan atau melebur suatu bahan dengan suhu maksimal
100°C. Pemanasan dilakukan dengan uap panas yang dihasilkan
dari pemanasan air. Suhu penangas air dapat diatur sesuai dengan
suhu yang diinginkan. Penangas air biasa digunakan untuk

13
melebur basis, menguapkan ekstrak atau tingtur, pemanasan untuk mempercepat
kelarutan dan lain-lain.

4. Alat Pengisi Kapsul (Filling capsule)

Ada beberapa metode pengisian kapsul, yaitu dengan


independent (bantuan mesin) dan dependent (bukan mesin dan
metode tangan). Metode independent biasa digunakan untuk produksi
skala besar atau pabrik. Sedangkan metode dependent biasa digunakan
pada industri rumah tangga dan apotek. Metode bukan mesin
menggunakan alat pengisi kapsul (Filling capsule). Alat yang dimaksudkan
disini adalah alat yang menggunakan tangan manusia. Dengan
menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih seragam
dan pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat
dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri dari 2 bagian, yaitu
bagian yang tetap dan bagian yang bergerak.

Cara pengisiannya yaitu

a. Buka bagian-bagian kapsul

b. Badan kapsul dibuka dan dimasukkan ke dalam lubang bagian alat yang
tidakbergerak/tetap

c. Taburkan serbuk yang akan dimasukkan ke dalam kapsul

d. Ratakan dengan bantuan alat sudip/kertas film

e. Tutup kapsul dengan cara merapatkan ata menggerakan bagian alat yangbergerak.

Gambar alat pengisi kapsul (Filling capsule)

14
PENGENALAN dan PENIMBANGAN BAHAN OBAT TERTENTU

Obat

“Semua obat adalah racun, tetapi tidak semua racun adalah obat”. Dalam SK Menkes RI
No.244/Menkes/SK/V/1990, yang dimaksud denganobat jadi adalah sediaan atau paduan
bahan – bahan yang siap untuk digunakanuntuk mempengaruhi atau menyelidiki system
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnose, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan,peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.Obat dapat dibagi
berdasarkan tujuan dan cara pemakaiannya.

Berdasarkan tujuan pemakaian obat dapat dibagi atas:

a. Prophylactis; yaitu pemakaian obat untuk pencegahan terhadap suatu penyakit.

b. Therapeutics; yaitu pemakaian obat untuk menyembuhkan terhadap suatupenyakit.

Bila dilihat dari cara pemakaiannya obat dapat dibagi atas:

a. Medicamentum ad usum internum = untuk pemakaian dalam ; yaitu obat dengan cara
pemakaian melalui mulut, tenggorokan sampai ke lambung (peroral) misalnya obat
dalam bentuk tablet, pill, kapsul, serbuk dll.

b. Medicamentum ad usum externum = untuk pemakaian luar ; yaitu obat dengan cara
pemakaian selain dengan cara peroral. Misalnya: obat dalam bentukinjeksi, clysma,
salep, suppositoria dll.

Penggolongan obat

Obat atau bahan obat termasuk barang yang berbahaya dan merupakan barang yang
mempunyai potensi untuk disalah gunakan. Untuk memudahkan dalam pengawasannya
maka obat yang beredar di Indonesia digolongkan menurut daftar yang meliputi:

a. Narkotika, biasa disebut daftar O (opium)

Yaitu obat-obatan yang umumnya mendatangkan ketagihan dan ketergantungan secara


mental dan fisik yang sangat merugikan masyarakat dan individu apabila digunakan tanpa
pembatasan dan pengawasan dokter. Misalnya candu/opium, morfin, petidin, metadon
dan kodein.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada resep yang mengandung narkotika.

- Tidak boleh di ulang (N.I/ne iter/ne iteretur)

15
- Tidak boleh ditulis m.i. (mihi ipsi) atau u.p. (usum propium) atau pemakaiansendiri

- Alamat pasien dan aturan pakai harus jelas

- Hanya boleh diberikan jika resep asli dari dokter dan ada tanda tangan dokter

- Copy resep dapat diberikan apabila obat belum diberikan semuanya (d.i.d/da in)
namun harus ditembus di apotek yang mengeluarkan copyresep tersebut

- Bahan narkotik yang terdapat pada resep, harus digaris bawah merah.

b. Obat Psikotropika merupakan obat yang mempengaruhi proses mental (psikis),


merangsang atau menenangkan, mengubah pikiran/perasaan/kelakuan seseorang.
Misalnya golongan ekstasi, diazepam, barbital/luminal.

c. Obat keras adalah obat-obatan daftar G, yaitu obat yang didaftar pada daftar obat
berbahaya (Geverlijk) dan harus diserahkan dengan resep dokter. Obat keras adalah
semua obat- memiliki takaran/DM atau tercantum dalam daftar obat keras yang ditetapkan
pemerintah- diberi tanda khusus lingkaran bula berwarna merah dengan garis tepi hitam
dan huruf “K” yang menyentuh garis tepinya- semua obat baru, kecuali dinyatakan oleh
pemerintah (Depkes RI) tidakmembahayakan

d. Obat keras daftar W (Obat bebas terbatas), yaitu obat yang didaftar padadaftar
peringatan (Warschuwing) dengan tanda khusus lingkaran biru dengangaris pinggir
hitam. Dapat diserahkan tanpa resep dokter , namun harus tetapdalam pengawasan.Obat
ini memiliki penandaan khusus peringatan (P No.1 s/dP No.6)

e. Obat bebas yaitu obat dengan tanda khusus lingkaran hijau garis pinggir hitamdan dapat
diserahkan tanpa resep dokter dalam batas dosis yang telahdianjurkan.

Bahan Tambahan

Obat tambahan (Rimidium adjuvantia/ajuvans/corrigens) yaitu bahan atau obatyang


menunjang kerja bahan obat utama. Dapat berupa:

a. Corrigens actionis, yaitu obat yang memperbaiki atau menambah efek obatutama.
Misalnya, pulvis doveri yang terdiri atas kalium sulfat, Ipecacuanhae Radix, dan pulvis
opii. Pulvis opii sebagai bahan khasiat utama menyebabkano rang sukar buang air besar,
sedangkan kalium sulfat bekerja sebagai pencaha rsekaligus memperbaiki kerja pulvis opii
tersebut.

b. Corrigens saporis (memperbaiki rasa). Contohnya: sirup auratiorum,


tincturecinamomi, aqua menthae piperithae.

16
c. Corrigen odoris (memperbaiki bau). contohnya: oleum rosarum, oleum bergamottae,
dan oleum cinnamomi.

d. Corrigens coloris (memperbaiki warna). Contohnya: tincture croci (kuning), caramel


(cokelat) dan karminum (merah).

e. Corigen solubilis untuk memperbaiki kelarutan obat utama. Misalnya, tidaklarut air,
tetapi dengan penambahan KI menjadi mudah larut.

Selain itu juga dikenal bahan tambahan yang dipakai sebagai bahan pengisi dan pemberi
bentuk untuk memperbesar volume obat yang disebut constituens/vehiculum/exipient.
Misalnya: laktosa sebagai serbuk serta amilumdan talk pada bedak tabur

Interaksi obat merupakan suatu keadaan saling mempengaruhi antar obatatau bahan-
bahan obat. Terjadi jika dua atau lebih macam obat digunakan bersama-sama dalam
suatu obat.

Alasan kombinasi obat sering dilakukan:

- Meningkatkan efek pengobatan


- Mengurangi efek toksik dan efek samping
- Mengobati beberapa penyakit atau keluhan yang timbul pada waktu bersamaan
- Memperlambat terjadinya resistensi
- Memperluas spectrum bagi antibiotika
- Terapi awal suatu infeksi berat yang diagnosanya belum jelas

Selain itu, dalam ilmu farmasetika interaksi antara bahan dapat terjadi
padasaat pengerjaan atau lebih dikenal dengan inkompabilitas (Obat Tak
Tercampurkan). OTT atau obat tak tercampurkan dapat terjadi akibat reaksi kimia,
perubahan fisika atau kerja farmakologis.

Pada OTT yang tidak dapat diatasi, dapat diusulkan untuk mengeluarkan salah satu obat
dari campuran jika

1. Terjadi reaksi kimia

(a) Campurannya berupa racun. Contoh: Kalomel + iodium sublimat

(b) Campurannya menimbulkan ledakan. Contoh: campuran bahan pengoksidasi


dengan bahan yang mudah dioksidasi (K-klorat + sulfur),(KMnO4 + gliserin)

(c) Terjadi perubahan warna. Contoh: antipirin + nitrit hijau

17
2. Terjadi perubahan fisika obat

Misalnya golongan alkaloid akan diserap oleh norit

3. Terjadi kerja farmakologis yang merugikan

Namun tidak semua OTT dari suatu bahan itu merugikan, ada juga OTT yang diharapkan
terjadi dan menguntungkan dalam pengerjaan, antara lain:

a. Terjadi penurunan titik eutektikum (titik lebur)

Misalnya: pada campuran mentol, timol, salol, asam salisilat, resorsinol.

b. Meningkatkan kelarutan suatu bahan

Misalnya: Coffein yang ditambahkan dengan natrium benzoat, natrium salisilat akan
memperbesar kelarutan coffein tersebut

18
PULVIS

Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk
pemakaian dalam secara oral atau untuk pemakaian luar. Pulvis adalah serbuk yang
tidak terbagi–bagi. Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu atau dua nomor pengayak.
Halini dimaksudkan bahwa untuk menentukan derajat halus suatu serbuk harus
dilakukan dengan pengayak.Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan 1 nomor
pengayak, dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan tersebut.
Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan dua nomor pengayak, dimaksudkan bahwa
semua serbuk dapat melalui/lolos pada pengayak dengan nomor terendah dan tidak
lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor tertinggi.

Contoh: serbuk 10/40 dimaksudkan bahwa serbuk tersebut semuanya melalui pengayak
no 10 dan tidak lebih dari 40% dapat melalui pengayak no. 40.Dalam beberapa hal
digunakan istilah umum untuk menyatakan derajat halusserbuk yang disesuaikan dengan
nomor pengayak

I.1 Pulvis (Serbuk Tak Terbagi)

Pulvis dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain

1. Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak). Umumnya, serbuk tabur harus melewati


ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi.

Pulvis adsperius harus memenuhi persyaratan berikut:

a. Harus halus, tidak boleh ada butiran – butiran kasar.

b.Talk, kaolin, dan bahan mineral lainnya harus bebas dari bakteri Clostridium tetani,
C. welchii, dan Bacillus anthracis serta disterilkan dengan cara D (cara kering).

c.Tidak boleh digunakan untuk luka terbuka

2. Pulvis dentrificius (serbuk gigi) biasanya mengandung karmin sebagai pewarna yang
dilarutkan lebih dahulu dalam kloroform atau etanol 90%.

3. Pulvis sternutotarius (serbuk bersin) digunakan untuk dihisap melalu ihidung.

4. Pulvis effervescent adalah serbuk biasa yang sebelum diminum dilarutkan dahulu
dalam air dingin atau air hangat. Merupakan campuran dari senyawa asam (as. Sitrat,
as. Tartrat,) dengan basa (Na.bikarbonat).

Aturan pembuatan serbuk tabur:

19
1. Serbuk tabur yang tidak mengandung lemak diayak dengan ayakan no.100

2. Serbuk tabur yang mengandung zat berlemak diayak dengan ayakan no.44

3. Seluruh serbuk harus terayak semuanya, yang tertinggal diayakan dihaluskan lagi
sampai seluruhnya terayak.

Contoh resep

R/ Ichtyoli 0,5 Penyelesaian :

Talc. 10 - Ichtyoli dilarutkan dalam etanol 96% atau eter

Sol. Formaldehide 0,5 dan ditambah bolus.alba.

Bol.alba 3 - Sol.Formaldehide diganti 1/3 bobotnya paraformald

m.f.pulv.adsp. ad 20

s.u.e

Selain pulvis untuk penggunaan luar, juga dikenal pulvis untuk penggunaan dalam
(peroral). Penentuan dosis untuk pulvis penggunaan dalam menggunakan takaran sendok
makan (C), sendok the (cth), sendok bubur (cp). Penentuan dosis tiaptakaran
menggunakan serbuk coba.
Dalam Resep Pulvis (Serbuk Tak Terbagi), khususnya untuk pemakaian dalam (ditandai
dengan adanya petunjuk pemakaian Cth, C, C.p.) pehitungan dosis sekali pakai untuk
setiap sendok teh/sendok makan/sendok bubur harus dilakukan perhitungan serbuk
coba. Sebagai contoh:

R/ Natrri carbonas 10

Nitras subnitras

NaBr aa 5 (DM 2 g/6 g)

Magnesium Oxyd. 10

Rhei Radix Pulv 5

SL ad 40

S.t.d.d cth I

Pro: Sultan (20 thn)

Penyelesaian:

20
- Hitung dulu serbuk coba

Campur dan gerus halus natrium karbonat, NBB, MgO dan rhei radix sampai homogen.
Untuk menghemat bahan dan mempercepat pengerjaan, dapat diperkecil jumlah bahan
dalam resep dengan perbandingan yang sama (Natrium karbonas 2 g, NBB 1 g, NabR 1 g,
MgO 2, rhei radix 1 g dan SL ad 8 g).

- Ambil 3 sendok teh (jika petunjuk dalam resep Cth, kalau C ambil sendok makan)
kemudian timbang dan rata-ratakan sehingga didapat rata-rata satu sendok teh = X gram
(Misalnya = 2,2 gram)

Sehingga dalam resep yang memiliki DM ialah NaBr

Dosis sekali pakai NaBr = 2,3/40= 0,055x5 = 0,275

Dosis sehari pakai NaBr = 3 0,275 = 0,825

Berdasarkan perhitungan tidak ada dosis yang melampaui dosis sekali pakai dan sehari
dari NaBr (DM = 2 g/ 6 g). Jika melebihi, serbuk tersebut tidak dapat dikerjakan

21
PULVERES

Pulveres/chartulae (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.
Penulisan resep serbuk oleh seorang dokter dapat dilakukan dengan cara yaitu:

1. Ditulis jumlah obat untuk seluruh serbuk/bungkus, kemudian dibagi


sebanyakserbuk/bungkus yang diminta. Misalnya:

R/ Asam asetilsalisilat 2,5

Paracetamol 2

Coffein 0,5

m.f.pulv.divide in partes aequales no.X

2. Ditulis jumlah untuk setiap bungkus serbuknya dan membuat berapa bungkus yang
dikhehendaki, misalnya:

R/ Asam asetilsalisilat 0,25

Paracetamol 0,2

Coffein 0,05

m.f.pulv.dtd no.X

Apa perbedaan diantara 2 resep diatas???

Gula berminyak = Elaeosacchara adalah campuran 2 gram saccharum lactis dengan 1


tetes minyak eteris, yang sering digunakan adalah Oleum Anisi, OleumFoeniculi, dan Oleum
Menthae Piperitae. Gula berminyak tidak boleh disimpan sebagai persediaan, dan
dikemas dalam kertas perkamen, jangan dengan kertas paraffin sebab minyak eterisnya
akan diserap. Gula berminyak harus dibuat dengan tetes minyak eteris penuh tidak
pecahan, bila dalam hitungan diperoleh pecahan, dibuat dengan tetes penuh, sisa gula
minyak disisihkan (disimpan).

Campuran serbuk yang basah atau mencair karena disebabkan karena terbebasnya
sebagian atau seluruh air kristal dari tiap bahan, hal ini dapat diatasi dengan mengambil
bahan yang sudah dikeringkan (exsicatus), bila sekiranya bahan tersebut mempunyai
garam exsicatur dengan perbandingan. Perbandingan zat yang kering dengan zat yang
mengandung air Kristal adalah :

22
1) Ferrosi sulfat: eksikatur = 100:67 (3:2)
2) Magnesium sulfat: eksikatus = 100:67 (3:2)
3) Natrii sulfas: eksikatus = 100:50 (2:1)
4) Natrii karbonas: eksikatus = 100:50 (2:1)
5) Tawas: eksikatus = 100:67 (3:2)

Serbuk terbagi dikemas kedalam wadah kertas perkamen (puyer) sesuai banyaknya
permintaan dalam resep. Pada dasarnya langkah-langkah melipat ataumembungkus kertas
pembungkus serbuk adalah sebagai berikut :

1. Letakkan kertas rata diatas permukaan meja dan lipatkan sekitar 1–1,5 cm kearah
kita pada garis memanjang pada kertas untuk menjaga keseragaman,langkah ini harus
dilakukan bersamaan dengan lipatan pertama sebagaipetunjuk. Penyusunan kertas
hendaknya secara proporsional, jangan terlalumemanjangkan kesamping, maksimal 5-6
kertas kesamping.

2. Letakkan serbuk baik yang ditimbang atau dibagi-bagi ke tengah kertas yangtelah
dilipat satu kali lipatannya mengarah keatas disebelah seberang dihadapanmu.

3. Tariklah sisi panjang yang belum dilipat keatas dan letakkanlah pada kira kiragaris
lipatan pertama, lakukan hati-hati supaya serbuk tidak berceceran.

4. Peganglah lipatan dan tekanlah sampai menyentuh dasar kertas dan lipatlah
kehadapanmu setebal lipatan pertama.

5. Lipatlah ujung kanan kiri kertas sehingga bisa saling dimasukkan. Pastikan tidak ada
serbuk yang terjatuh maupun berada di siku lipatan.

6. Kertas pembungkus yang telah terlipat rapi masukkan satu persatu dalam dosatau
plastik klip. Pada lipatan kertas pembungkus tidak boleh ada serbuk dantidak boleh ada
ceceran serbuk.

1 2 3

6
5 4

723
KAPSUL

Kapsul adalah sediaan berupa serbuk yang diisikan dalam cangkang kapsul atau berupa
sediaan cairan, setengah padat yang dibungkus dengan kapsul dasar. Dalam FI Ed.III. Kapsul
adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. Cangkang
kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lain.

Ukuran cangkang kapsul

Cara pengisian kapsul

Ada tiga cara pengisian cangkang kapsul yaitu dengan:

1. Tangan; merupakan cara yang paling sederhana karena menggunakan tangan langsung
tanpa menggunakan bantuan alat lain. Untuk memasukkan obat ke dalam kapsul, dapat
dilakukan dengan cara membagi serbuk sesuai jumlah kapsul yang diminta. Selanjutnya,
tiap bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam badan kapsul lalu ditutup.

2. Alat bukan mesin; alat yang dimaksud ini adalah alat dengan menggunakan tangan
manusia. Dengan pengerjaan ini, dapat diperoleh kapsul yang seragandan lebih cepat.

3. Alat mesin; digunakan untuk memproduksi kapsul secara besar – besaran dan menjaga
keseragaman kapsul, perlu digunakan alat otomatis mulai dari membuka, mengisi,
sampai menutup kapsul.

24
Daftar Pustaka

Anief, M. 1997. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ansel, H.C.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat, Jakarta : UI – Press

Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan R.I

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia IV,. Penerbit Dirjen POM : Jakarta.

Gaur, R., Azizi, M., Gan, J., Hansal, P., Harper, K., Mannan, R., Panchal, A., Patel, K., Patel,
M., Patel, N., Rana, J., Rogowska, A.,2008. British Pharmacopoeia 2009.(Electronic
version).

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Weller, P.J. 2003. Hand Book of Pharmaceutical Excipient 4th
Edition. London: Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical Association

Voight. R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press

25
LAMPIRAN 1

Materi Praktikum

Kegiatan 1. Pengenalan alat praktikum dan latihan penimbangan

Kegiatan 2. Materi Resep No. 1, 2, dan 3

Kegiatan 3. Materi Resep No. 4, 5, dan 6

Kegiatan 4. Materi Resep No. 7, 8, dan 9

Kegiatan 5. Materi Resep No. 10,11, dan 12

Kegiatan 6. Materi Resep No. 13, 14, dan 15

Kegiatan 7. Materi Resep No. 16, 17, dan 18

Kegiatan 8. Ujian Responsi Praktikum

26
Resep No. 1
dr. Ganang Dwi
S.I.P. 1987090854/765/K/12.15
Jl. Gajayana No.22 Malang
Telp. 0341 – 234567
Malang,

R/ Salicyl talk 2% 100


m.f.d.s. Pulvis adsperious
s.u.e.
da 20

Pro: Si Jin
Alamat: Jl. Sukarno Hatta No.90 Malang

Resep No. 2
APOTEK BHAGAWAN
JL. Ijen X No. 5 Malang, Telp. 0341 756645
APA : Weka Sidha Bhagawan, M.Farm., Apt.
SIPA : 19881124/SIPA_35.19/2012/2028
SALINAN RESEP
No. : 115
Dari Dokter : dr. Ganang
Ditulis
tanggal : 1 Sept 2016
Pro : An. Reza Rahardian
Usia / BB : 11 th / 35Kg
Alamat :
Dilayani Tgl : 10 Sept 2016
R/ Paracetamol 1/4 tab
Codein HCl 1/2 tab
SL
m.f. Pulv. Dtd no. XX
stdd. Pulv I
det X

Malang, 10 Sept 2016


p.c.c.
Weka S.B. M.Farm., Apt.

27
Resep No. 3
dr. Ganang Dwi
S.I.P. 1987090854/765/K/12.15
Jl. Gajayana No.22 Malang
Telp. 0341 - 234567
Malang,

R/ Potio nigra contra tussim 100 mL


S.3dd.CI

Pro: An. Muji / 4th


Alamat:

Resep No. 4
dr. Ganang Dwi
S.I.P. 1987090854/765/K/12.15
Jl. Gajayana No.22 Malang
Telp. 0341 - 234567
Malang,

R/ acyd salycill 2
Bals. Peruvianum 2
Adeps lanae 4
Magnesii Oxydum 10
Zincii Oxydum 10
Talk ad 100
m.f.d.s. Pulvis adsperious
s.u.e.
da 15

Pro : Lynda
Usia / BB:
Alamat :

28
Resep No. 5
APOTEK BHAGAWAN
JL. Ijen X No. 5 Malang
Telp. 0341 756645
APA : Weka Sidha Bhagawan, M.Farm., Apt.
SIPA : 19881124/SIPA_35.19/2012/2028
SALINAN RESEP
No. : 115
Dari Dokter : dr. Adinda Putri
Ditulis tanggal : 1 Sept 2016
Pro : An. Adam Lavigne
Usia / BB : 11 th / 35Kg
Alamat :
Dilayani Tgl : 10 Sept 2016

R/ Antalgin 0,25
Ephedrin HCl 0,01
Coffein 0,05
Theophyllin 0,1
m.f.l.a. Pulv. dtd no. XXX
det XX

Malang, 10 Sept 2016


p.c.c.

Weka S.B. M.Farm., Apt.

29
Resep No. 6
dr. Yuli Astuti, Sp.K.K.
S.I.P. 1887090888/765/K/12.15
Jl. Wilis No.115 Malang
Telp. 0341 - 999887
Malang,

R/ Acid steararinici 15
Cerae albi 2
Vaselini albi 8
TEA 1,5
Propilen glikol 8
Aquades ad 100
m.f.d.s. Pulvis adsperious
S.basis krim 20

Pro : Angel
Usia / BB:
Alamat :

Resep No. 7
dr. Agung Hercules
S.I.P. 188709/K/245
Jl. Merbabu No.9 Malang
Telp. 0341 - 223423
Malang,

R/ Kalamin 10
ZnO 2
Kamfer 0,5
Mentol 0,5
Talk ad 100
m.f.d.s. Pulvis adsperious
s.u.e.
da 15

Pro : Cici
Usia / BB:
Alamat :

30
Resep No. 8
dr. Gayatri Musdalifah
S.I.P. 19894477/765/K/12.16
Jl. Jawa No.03 Malang
Telp. 0341 - 235785
Malang,

R/ Kreosot 0,275
Ol. Olivae qs
Da in caps. Dtd No V
S. B.d.d. Cap. I

Pro: Tulus
Usia/BB: 15 th/30 kg
Alamat: Jl. Semeru no 5, Malang

Resep No. 9
dr. Huda Ahsyani
S.I.P. 19864478/765/K/12.12
Jl. Surabaya No.45 Malang
Telp. 0341 - 476821
Malang,

R/ Tinctur Opii 1
S.L. qs
m.f. Pulv. No X
S. b.d.d. I pulv.

Pro: An. Bebi Romeo


Usia/BB: 8 th/25 kg
Alamat: Jl. Semarang no 07, Malang

31
Resep No. 10
dr. Sujiwo Tedjo Sp. KK.
S.I.P. 19766899/765/K/12.11
Jl. Besar Ijen No.03 Malang
Telp. 0341 - 245679
Malang,

R/ Salep 2-4 10
s.u.e.

Pro: Agus
Alamat: Jl. Sukarno Hatta No.09 Malang

Resep No. 11
dr. Bambang Sumantri
S.I.P. 19870098/765/K/12.10
Jl. Sengkaling No.60 Malang
Telp. 0341 - 783498
Malang,

R/ Calamine lotion 60
s.u.e.

Pro: Ny. Agnes Monica


Alamat:

Resep No. 12
Klinik Sejahtera Mandiri
Jl. Kalimantan No.70 Malang, Telp. 0341 - 785798
dr. Komeng Mahendra
Telp. 0341 - 785437
Malang,

R/ Loco Tiger Balm Putih 15


s.u.c.

Pro: Ny. Maya Estianti


Alamat:

32
Resep No. 13
dr. Raissa Ivanova
S.I.P. 190098098/765/K/12.23
Jl. Jeruk No.12 Malang
Telp. 0341 - 799877
Malang,

R/ Ambroxol tab I
GG tab I
CTM mg 4
m.f.pulv. Da in caps. D.t.d. No.X
Stdd cap 1

Pro: Afgan
Usia / BB :
Alamat:

Resep No. 14
dr. Farhat Abas
S.I.P. 19870098/765/K/12.10
Jl. Bendungan Sutami No.40 Malang
Telp. 0341 - 386378
Malang,

R/ Lotio Kummerfeldi 100


s.u.e.

Pro: Ahmad Dhani


Alamat:

33
Resep No. 15
dr. Faturozi
S.I.P. 190098098/765/K/12.23
Jl. Salak No.12 Malang
Telp. 0341 - 799877
Malang,

R/ Na Bicarbonas 1,5
Asam citrat qs
Luminal Na 0,5
aqua ad 100
m.f. Potio effervescent
S.3.d.d.C I

Pro: Rina Nose


Usia / BB : 10 th /
Alamat:

Resep No. 16
dr. Ucup Kelik
S.I.P. 19870098/765/K/12.10
Jl. Bendungan Lahore No.40 Malang
Telp. 0341 - 386378
Malang,

R/ Pasta Zinci Oxydi Salicylata 10


s.u.e.

Pro: Cak Lontong


Alamat:

34
Resep No. 17
Poliklinik Moro Sehat
Jl. Jambu No.116 Malang, Telp. 0341 - 785798
dr. Katon Bagaskara
SP KP 51.32.V.876 SID 029/DU/VII/2016
Malang,

R/ ol. Ricini 3,5


PGA qs
Sir Simplex 6
Papaverin HCl 0,25
Aquae ad 60
S.tdd CI

Pro: Ny. Isyana Saraswati (12 th)


Alamat:

Resep No. 18
dr. Syahrini
S.I.P. 19870098/765/K/12.10
Jl. Apel Matang No.40 Malang
Telp. 0341 - 386378
Malang,

R/ Unguentum leniens rosatum 10


s.u.e.

Pro: Ahsanti
Alamat:

35

Anda mungkin juga menyukai