Anda di halaman 1dari 2

Menurut Gamborg dan Shyluk, 1981 dalam Gunawan, 1992, sel-sel tanaman membutuhkan

pH yang sedikit asam berkisar antara 5,5–5,8. Pengaturan pH, biasa dilakukan dengan dengan
menggunakan NaOH (atau kadang-kadang KOH) atau HCL pada waktu semua komponen sudah
dicampurkan (Gunawan, 1992)

Auksin digunakan secara luas dalam kultur jaringan untuk merangsang pertumbuhan kalus,
akar, suspensi sel dan organ (Gunawan, 1992) Contoh hormon kelompok auksin adalah 2,4
Dikloro Fenoksiasetat (2,4-D), Indol Acetid Acid (IAA), Naftalen Acetid Acid (NAA), atau Indol
Buterik Asetat (IBA). Golongan sitokinin berperan untuk menstimulus pembelahan sel dan
merangsang pertumbuhan tunas pucuk. Menurut Gunawan (1992), golongan ini sangat
penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis. Sitokinin yang biasa
digunakan dalam kultur jaringan adalah kinetin, ziatin, benzilaminopurine (BAP). Dan
giberelin untuk diferensiasi atau perbanyakan fungsi sel, terutama pembentukan kalus.
Hormon kelompok giberelin adalah GA3, GA2, dan GA1.

Gula digunakan sebagai sumber energi dalam media kultur, karena umumnya bagian
tanaman atau eksplan yang dikulturkan tidak autotrof dan mempunyai laju fotosintesis yang rendah.
Oleh sebab itu tanaman kultur jaringan membutuhkan karbohidart yang cukup sebagai sumber
energi. Menurut Gautheret dalam Gunawan (1992), sukrosa adalah sumber karbohidrat penghasil
energi yang terbaik melebihi glukosa, maltosa, rafinosa. Namun jika tidak terdapat sukrosa, sumber
karbohidrat tersebut dapat digantikan dengan gula pasir. Gula pasir cukup memenuhi syarat untuk
mendukung pertumbuhan kultur. Selain sebagai sumber energi, gula juga berfungsi sebagai tekanan
osmotik media.

Eksplan yang dikulturkan harus selalu bersinggungan atau terkena dengan medianya. Bahan
pemadat media yang paling banyak digunakan adalah agar-agar. Agar-agar adalah campuran
polisakarida yang diperoleh dari beberapa spesies algae. Dalam analisa unsur, diperoleh data
bahwa agar-agar mengandung sedikit unsur Ca, Mg, K, dan Na (Debergh, 1982 dalam
Gunawan, 1992). Keuntungan dari pemakaian agar-agar adalah :

1. Agar-agar membeku pada suhu 45° C dan mencair pada suhu 100° sehingga dalam
kisaran suhu kultur, agar-agar akan berada dalam keadaan beku yang stabil.
2. Tidak dicerna oleh enzim tanaman.
3. Tidak bereaksi dengan persenyawaan-persenyawaa penyusun media.

Eksplan yang dikulturkan harus selalu bersinggungan atau terkena dengan medianya. Bahan
pemadat media yang paling banyak digunakan adalah agar-agar. Agar-agar adalah campuran
polisakarida yang diperoleh dari beberapa spesies algae. Dalam analisa unsur, diperoleh data
bahwa agar-agar mengandung sedikit unsur Ca, Mg, K, dan Na (Debergh, 1982 dalam
Gunawan, 1992). Keuntungan dari pemakaian agar-agar adalah :

1. Agar-agar membeku pada suhu 45° C dan mencair pada suhu 100° sehingga dalam
kisaran suhu kultur, agar-agar akan berada dalam keadaan beku yang stabil.
2. Tidak dicerna oleh enzim tanaman.
3. Tidak bereaksi dengan persenyawaan-persenyawaa penyusun media.
12.3. Persiapan Media
Media yang paling banyak digunakan adalah Murashige dan Skoog (1962). Cara yang
paling mudah untuk menyiapkan media MS adalah dengan membeli prepacked media
yang banyak dijual secara komersial.
Berikut adalah hal – hal penting yang mendasar dalam pembuatan media :
1. Sebelum memulai, siapkan lembar media dan tentukan media apa dan berapa
banyak yang akan anda buat. Tulis informasi ini pada lembar kerja dan periksa
setiap langkah sambil anda bekerja. Tanda tangani dan tulis tanggal pada
lembar kerja dan letakkan pada notebook. Anda dapat menuliskan komentar
tentang apa saja yang tidak biasa atau penting yang terjadi pada saat anda
membuat media.
2. Cuci alat gelas dengan air destilata sebelum mulai menyiapkan media.
3. Ukur kira – kira 90% dari volume akhir air destilata, misalnya 900 ml untuk
volume akhir 1 liter, lalu masukkan ke dalam beaker.
4. Jika anda akan memanaskan larutan, pastikan anda menggunakan alat tahan
panas.
5. Sambil mengaduk air, perlahan masukkan bubuk MS dan aduk hingga benar –
benar larut. Cuci bagian dalam paket MS dengan air destilata untuk mengambil
sisa – sisa bubuk dan masukkan ke larutan media.
6. Masukkan bahan tahan panas lainnya – stok GM,myo-inositol, sucrose, BA, aduk
rata.
7. Atur pH media menggunakan NaOH, HCl, or KOH.
8. Buat volume akhir media dengan menggunakan labu takar
9. Jika menggunakan agar, masukkan ke dalam campuran media sebelum
diautoklaf.
10. Media harus selalu diautoklaf dalam wadah dengan ukuran 1 1/2 x atau 2x lebih
besar dari volume media agar media tidak tumpah.
11. Tuangkan media sesuai kebuthan sebelum diautoklaf atau sesudah diautoklaf,
tergantung kebutuhan.
12. Tutp wadah pada saat diautoklaf, tapi jangan terlalu erat, agar ada pertukaran
udara.
13. Media disterilisasi dengan mengautoklaf pada 1 kg/cm2 (15 psi), 121º C selama
kurang lebih 30 menit. Volume yang lebih besar (200 ml atau lebih) mungkin
memerlukan waktu yang lebih lama. Gunakan exhaust yang lambat.
14. Biarkan media mendingin hingga 55º C sebelum menambahkan bahan – bahan
yang tidak tahan panas (acetosyringone, claforan, kanamycin).
15. Media dituangkan ke petri dish biasanya dengan volume 25 ml per petri. Ini
akan menghasilkan sekitar 40 petri per liter media.
16. Dinginkan media di dalam laminar. Jangan pindahkan petri yang telah diisi
media sampai petri tersebut dingin.
17. Simpan media yang sudah dingin di refrigerator.

Anda mungkin juga menyukai