Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

RUMAH SAKIT UMUM PURI RAHARJA

OLEH :

1. NI GUSTI AYU DIAH CHANDRA KIRANA (15.013)

2. I KOMANG DITSA TARUNA (15.014)

3. NI MADE DWI KARTIKAYANTI (15.015)

4. A.A DWI YUDA BELADHARMA P (15.016)

SMK FARMASI SARASWATI 3 DENPASAR

2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes RI, 2009).
Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat memerlukan
pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu. Salah satu tempat
dimana masyarakat dapat memperoleh suatu pelayanan
kesehatan adalah rumah sakit.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1
Rumah Sakit adalahinstitusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat. Untuk menjalankan tugas, Rumah Sakit
mempunyai fungsi yang terdapat dalam UU No.44 tahun 2009
:

1. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan


kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis.
3. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan.
4. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan (Anonim, 2013).

Rumah sakit adalah salah salah satu institusi yang melayani


pelayanan kefarmasian. Pekerjaan Kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisional. Rumah sakit sebagai salah satu
fasilitas penyedia layanan kesehatan wajib untuk melakukan
pelayanan kefarmasian yang baik dan bermutu. Pelayanan
kefarmasian itu sendiri merupakan suatu pelayanan langsung
dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Apoteker di rumah sakit dibantu oleh Asisten Teknis
Kefarmasian atau Asisten Apoteker (ATK). Asisten Teknis
Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana
farmasi, ahli madya farmasi, analisis farmasi, dan tenaga
menengah farmasi atau disebut asisten apoteker, sedangkan
Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundang – undangan yang berlaku berhak melakukan
pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker.
Untuk mendukung tercapainya tugas tersebut , maka SMK
Farmasi Saraswati Tiga Denpasar bekerja sama dengan beberapa
Rumah Sakit. Apotek mengadakan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) untuk memberikan gambaran nyata kepada calon asisten
tenaga kesehatan tentang pekerjaan kefarmasian di rumah sakit.
Melalui Praktek Kerja Lapangan di Rumah Sakit, calon asisten
tenaga kesehatan dapat secara langsung mengamati, melatih diri
dan memahami aktifitas kefarmasian di rumah sakit, agar
mampu mengatasi masalah yang timbul dalam instalasi farmasi
di suatu rumah sakit serta mampu melakukan tugas dan fungsi
sebagai tenaga teknis kefarmasian di rumah sakit.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan


1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum PKL calon asisten tenaga kesehatan di rumah


sakit adalah untuk mempelajari peran dan fungsi asisten tenaga
kesehatan dalam aspek administrasi, dan aspek pekerjaan
kefarmasian.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Memperkenalkan calon asisten tenaga kesehatan kepada dunia
kerja di instalasi farmasi rumah sakit.
2. Membekali calon asisten tenaga kesehatan agar memiliki
wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis
untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit.
3. Mempersiapkan calon asisten tenaga kesehatan dalam memasuki
dunia kerja sebagai tenaga teknis kefarmasian yang professional.

1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan

1. Mendapatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan


pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di rumah
sakit.
2. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di rumah sakit.
3. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi asisten tenaga
kesehatan yang professional.

BAB II
PROSES DAN HASIL BELAJAR DI INSTITUSI
PASANGAN/DU-DI

Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Rumah Sakit Puri


Raharja yang dilaksanakan dari tanggal 3 juli – 28 juli 2017,
yang berlangsung pada hari Senin – Sabtu selama masing-
masing 6 jam yang terbagi menjadi duashift (Pagi Pukul 07.30 –
13.30 WITA dan Sore Pukul 13.30 – 19.30 WITA). Kegiatan
yang dilakukan selama PKL di Rumah Sakit Puri Raharja adalah
mengenai pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi
sediaan, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai, serta
pelayanan kefarmasian yang meliputi pelayanan resep untuk
pasien rawat inap, pasien rawat jalan, resep narkotika dan
psikotropika, pasien JKN , dan Pasien JKBM.
2.1. Pengolahan Perbekalan Farmasi di RSU Puri Raharja
2.1.1. Perencanaan Perbekalan Famasi
Merupakan suatu proses kegiatan dalam proses pemilihan
jenis, jumlah dan harga perbekalan faramasi yang sesuai dengan
kebutuhan dan anggaran untuk mengisi kekosongan obat atau
alkes dalam rangka pengadaan yang dilakukan setiap hari atau
berkala dengan metode yang dapat dipertanggung jawabkan.
Tujuan dari perencanaan antara lain :

1. Untuk memenuhi pelayanan obat atau alkes yang dibutuhkan


oeh pasien.
2. Menghindari adanya kekosongan perbekalan farmasi sehingga
pelayanan terhadap pasien tetap stabil.
3. Mendapatkan perbekalan farmasi dengan jenis dan jumlah
dengan harga yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang
ada.

Kegiatan perencanaan meliputi :

1. Pencatatan obat maupun alkes yang stoknya sedikit atau habis


dalam buku defecta.
2. Menentukan suplier atau PBF yang akan digunakan dalam
pemasaran.

Perencanaan dilakukan oleh Kepala Gudang atau petugas


gudang farmasi dan berkoordinasi dengan kepala instalasi
farmasi RSU Puri Raharja. Pedoman perencanaan berdasarkan
formularium RSU Puri Raharja adalah metode konsumsi
(berdasarkan kebutuhan dalam pemakaian perbekalan farmasi).
Dasar perencanaan perbekalan farmasi adalah berdasarkan
permintaan dari masing-masing unit pelayanan kesehatan RSU
Puri Raharja, pemakaian sebelumnya, stok barang yang ada, dan
cepat tidaknya barang yang dijual.

2.1.2. Pengadaan Perbekalan Farmasi

Pengadaan Perbekalan farmasi adalah suatu proses


penyediaan obat dan alkes yang diperlukan dalam pelayanan
kesehatan. Tujuan dari pengadaan adalah agar tersedianya obat
dan alkes dengan jenis dan jumlah yang cukup dan sesuai
dengan kebutuhan serta memiliki mutu yang terjamin serta dapat
diperoleh pada saat yang diperlukan.
Pengadaan Perbekalan Farmasi di RSU Puri Raharja
dilakukan oleh Kepala Instalasi (Apoteker) dan tim pengadaan,
serta diketahui oleh manajer penunjang medis. Pengadaan
dilakukan dengan menggunakan surat pesanan dengan
persetujuan dari apoteker. Untuk obat narkotika dan
psikotropika dilakukan pengorderan khusus guna menjamin
keamanan obat tersebut.
Prosedur pengadaan perbekalan farmasi di RSU Puri
Raharja adalah sebagai berikut :

1. Setiap unit-unit rumah sakit melakukan permintaan barang ke


bagian gudang farmasi, kemudian gudang farmasi melakukan
analisis antara kebutuhan dan persediaan.
2. Kemudian bagian gudang farmasi akan dilakukan pemilihan
obat-obat yang bersifat urgent, cito, atau tidak.
3. Gudaang farmasi dengan persetujuan Apoteker
Penanggungjawab diberi ke distributor.

Contoh surat pesanan dapat dilihat di (Lampiran I).

2.1.3. Penerimaan Perbekalan Farmasi

Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan


farmasi yang telah diadakan sesuai aturan kefarmasian, melalui
pembelian langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan
(Depkes RI, 2008). Barang yang dikirim rekanan/penyuplai
diterima oleh tim penerima barang dan diperiksa oleh bagian
logistik/gudang farmasi menyangkut kualitas dan kuantitas
barang serta mencocokan dengan faktur pengiriman dan surat
pesanan barang.
Apabila sudah sesuai, faktur ditanda tangan oleh penerima
barang/ Apoteker / ATK dan diberi cap stampel rumah sakit
untuk kemudian di simpan dan didistribusikan. Faktur barang
segera dilaporkan ke bagian keuangan. Contoh faktur dapat
dilihat di (Lampiran II).
2.1.4. Penyimpanan Perbekalan Farmasi
Penyimpanan perbekalan farmasi adalah teknik atau cara
penempatan barang untuk persediaan yang dapat menjamin,
dapat mencegah kehilangan isi dari wadahnya, perubahan sifat
kimia dan fisika obat, dan mencegah kerusakan obat yang
disimpan dan dapat mencegah penyimpangan bahan.
Penyimpanan bertujuan untuk memelihara mutu perbekalan
farmasi yang disimpan agar terhindar dari cemaran, kerusakan
dan menurunnya mutu produk. Penyimpanan juga bertujuan
untuk menjaga kelangsungan persediaan agar tidak terjadinya
kekosongan obat dan perbekalan farmasi, serta untuk
memudahkan pengecekan atau pengawasan obat serta pencarian
atau pengambilan obat, alkes maupun bahan habis pakai.
Penyimpanan perbekalan farmasi di RSU Puri Raharja
dilakukan dengan cara:
1. Obat di simpan di rak sesuai dengan bentuk sediaan.
2. Masing-masing bentuk sediaan di simpan secara alfabetis dan
disimpan dengan rapi.
3. Obat-obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan pada
lemari khusus dan dilengkapi dengan rapi.
4. Obat dengan bentuk sediaan suppositoria dan obat-obatan
tertentu yang memerlukan suhu dingin disimpan di lemari es.
5. Alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) disimpan
sesuai kegunaannya dan disimpan dengan sistem FIFO (First In
First Out) serta sistem FEFO (First Expired First Out).
6. Setiap obat yang masuk dan keluar ditulis dalam kartu stok dan
dicantumkan tanggal expiried dan no batch.
2.1.5. Pendistribusian Perbekalan Farmasi
Pendistribusian perbekalan farmasi di rumah sakit untuk
pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap
dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis
(Menkes RI, 2004). Tujuan ditribusi perbekalan farmasi adalah
agar kebutuhan obat, alat kesehatan, dan BMHP untuk pasien
dapat terpenuhi dengan baik.
Prosedur atau tata cara distribusi obat, alat kesehatan dan
BMHP di RSU Puri Raharja adalah sebagai berikut :
1. Masing – masing unit membuat permintaan obat, alat kesehatan,
dan BMHP untuk kebutuhan tiga sampai tujuh hari dengan
mengisi blangko permintaan.
2. Blangko permintaan yang sudah dibuat diajukan ke gudang
farmasi.
3. Blangko permintaan yang sudah dibuat rangkap dua, yaitu
warna putih untuk gudang farmasi dan warna merah atau kuning
untuk arsip.
4. Petugas gudang farmasi segera menyiapkan obat, alat kesehatan
dan BMHP yang disesuaikan dengan permintaan (blangko
permintaan).
5. Setelah amprahan selesai disiapkan, petugas gudang farmasi
memberikan paraf pada blangko amprahan dan pada buku
ekspedisi.
6. Obat, alat kesehatan, dan BMHP yang diamprah segera dibawa
oleh petugas ke unit masing – masing.

2.1.6. Pencatatan dan Pelaporan Perbekalan Farmasi


A. Pencatatan
Pencatatan perbekalan farmasi yang dilakukan di RSU Puri
Raharja bertujuan untuk memonitor transaksi perbekal farmasi
yang masuk dan keluar, baik secara manual dan komputerisasi.
Adapun pencatatan yang dilakukan di RSU Puri Raharja
meliputi:
a. Kartu Stok
Kartu stok memuat nama sediaan/alat kesehatan, satuan,
asal (sumber), dan diletakkan bersama obat pada lokasi
penyimpanan. Pada akhir bulan sedapat mungkin kartu stok di
tutup, sekaligus untuk memeriksa kesesuaian antara catatan
dengan keadaan fisik. Untuk melakukan hal ini maka pada
setiap akhir bulan diberi tanda atau garis dengan warna yang
berbeda dengan yang biasa digunakan, misalnya warna merah.
Pada bagian judul pada kartu stok diisi nama obat dan
kemasannya. Kolom-kolom pada kartu stok diisi sebagai
berikut :
1. Tanggal penerimaan atau pengeluaran.
2. Sumber asal obat atau kepada siapa obat dikirim.
3. No.Batch/No.Lot.
4. Tanggal kadaluwarsa.
5. Jumlah penerimaan.
6. Jumlah pengeluaran.
7. Sisa stok.
8. Paraf petugas.
Contoh buku stock dapat di lihat pada (lampiran III).
Pencatatan pada kartu stok berfungsi untuk :
1. Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat (penerimaan,
pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluarsa). Tiap lembar kartu
stok hanya diperuntukan mencatat data mutasi satu jenis obat
yang berasal dari satu sumber dana.
2. Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat satu kejadian
mutasi obat.
3. Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan,
perencanaan pengadaan-distribusi dan sebagai pembandingan
terhadap keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanannya.
Kegiatan yang harus dilakukan :

1. Kartu stok diletakkan bersamaan /berdekatan dengan obat


bersangkutan
2. Pencatatan dilakukan secara rutin setiap hari.
3. Setiap terjadi mutasi obat (penerimaan, pengeluaran ,hilang,
rusak/kadaluarsa) langsung dicatat di dalam kartu stok.
4. Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir
bulan.
b. Amprahan dan Mutasi (Catatan Amprahan Obat dari Unit ke
Gudang)
Pencatatan ini dibuat oleh masing-masing unit pelayanan
kesehatan ke gudang farmasi. Tujuan pencatatan ini untuk
mengetahui sisa stok obat pada masing-masing unit dan
mencegah terjadinya kekosongan obat. Dalam pencatatan
tersebut memuat tanggal, nomer amprahan, unit yang
mengamprah, kode, nama barang, quantity (jumlah amprahan)
dan satuan serta ditanda tangani oleh yang menyerahkan dan
yang menerima. Mutasi adalah perpindahan obat dan alat
kesehatan dari gudang ke masing-masing unit atau dari unit satu
ke unit yang lain. Misalnya dari farmasi utara ke poliklinik.
Contoh surat amprahan dapat di lihat pada (lampiran IV).
c. Pecatatan Penggunaan Obat Kemoterapi
Pencatatan penggunaan obat kemoterapi di RSU Puri
Raharja, melayani kemoterapi untuk pasien yang menderita
kanker. Untuk memudahkan rumah sakit dalam melayani
pengobatannya perlu dibuat pencatatan mengenai pemakaian
obat kemoterapi. Sehingga dengan pencatatan ini dapat
diketahui jumlah pasien perbulannya, jenis kanker yang paling
sering muncul serta jumlah penggunaan obat yang paling sering
digunakan. Dalam form untuk bahan pembuatan laporannya
biasanya dibuat berbeda dengan CPO (Catatan Pemesanan Obat)
pasien biasa. Form ini berisi identitas lengkap pasien yang
meliputi : Nomor RM, nama obat, jumlah obat, harga obat,
tanggal masuk dan tanggal keluarnya obat, jenis kanker, seri
pengobatan dan nama dokter yang menangani. Terdapat juga
protokol yang digunakan mencatat diagnosa pasien, protokol
yang digunakan,siklus,rencana kemoterapi berikutnya dan
catatan mengenai nama obat, dosis, cara pemberian serta paraf
dokter. Satu lembar protokol kemoterapi ini digunakan sebagai
peresepan satu siklus kemoterapi. Kemudian laporan ini
ditujukan ke manager rumah sakit bagian pelayanan dan
penunjang medis serta sebagai arsip untuk IFRS dan pengajuan
klaim khusus untuk pasien yang ditanggung oleh pemerintah.
d. Pencatatan Surat Pesanan
Surat pesanan merupakan kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan. Pembelian farmasi
berbedoman pada :
1. Surat pesanan yang ditanda tangani oleh apoteker
2. Barang harus berasal dari sumber dan alur yang resmi
3. Perjanjian pembayaran
4. Kualitas barang
Surat pesanan pada instalasi farmasi ada empat jenis
yaitusurat pesanan etichal, narkotik, psikotropika, dan prekusor
narkotika.
1) Surat Pesanan Obat Etichal
Dalam surat pesanan obat etichal terdapat kolom : nama
barang, jumlah barang yang dipesan dan keterangan serta
ditanda tangani oleh apoteker penanggung jawab instalasi
farmasi rumah sakit, mengetahui manager pelayanan medis dan
penunjang rumah sakit. Dibuat sebanyak dua rangkap, saatu
lembar surat ke PBF yang bersangkutan dan satu lembar sebagai
arsip. Contoh surat pesanan obat ethical dapat dilihat pada
(lampiran V).
2) Surat Pesanan Narkotika
Surat ini ditanda tangani oleh apoteker penanggung jawab
instalasi farmasi rumah sakit dilengkapi dengan surat ijn praktek
apoteker (SIPA) dan stempel rumah sakit. Pemesanan dilakukan
ke PBF misalnya, PT. Kimia Farma Trade and Distribution yang
merupakan satu–satunya PBF narkotika legal di Indonesia atau
PBF yang mendapat ijin dari pemerintah untuk menyalurkan
narkotika, dengan membuat surat pesanan khusus narkotika
rangkap empat, satu lembar surat pesanan asli dan dua lembar
surat pesanan kepada PBF yang bersangkutan, sedangkan satu
lembar Salinan surat pesanan sebagai arsip rumah sakit. Satu
lembar surat pesanan hanya boleh memuat pemesanan satu jenis
(item) obat narkotik misalnya pemesanan pethidine satu surat
pesanan dan pemesanan kodein satu surat pesanan, begitu juga
untuk item narkotika lainnya. Contoh surat pesanan
narkotikadapat di lihat pada (lampiran VI).
3) Surat Pesanan Psikotropika
Di surat pesanan psikotropika tercantum nama, alamat dan
jabatan apoteker penanggung jawab instalasi farmasi rumah
sakit, nama dan alamat rumah sakit serta nama dan alamat PBF.
Surat pesanan psikotropika terdiri dari dua rangkap, rangkap
pertama berwarna putih, untuk PBF, dan rangkap kedua
berwarna merah muda untuk arsip rumah sakit. Surat pesanan
ditanda tangani oleh apoteker penanggung jawab disertai nomor
SIPA dan stampel rumah sakit. Contoh surat pesanan
psikotropika dapat di lihat pada (lampiran VII).
4) Surat Pesanan Prekusor
Untuk memesan barang atau obat yang merupakan zat
atau bahan pemula yang dapat digunakan untuk pembuatan
narkotika dan psikotropika, yang ditanda tangani oleh apoteker
penanggung jawab instalasi farmasi rumah sakit dengan
mencantumkan nomor SIPA, nama, alamat dan jabatan apoteker
penanggung jawab serta nama, alamat, nomor telepon dan
nomor ijin rumah sakit. Mencantumkan nama, dan alamat PBF,
mencantumkan nama obat prekusor farmasi, bentuk dan
kekuatan sediaan, besar dan jenis kemasan, jumlah, dan
keterangan. Diberi nomor urut cetak dan tanggal penulisan yang
jelas.
e. Pencatatan Faktur Datang
Faktur ini berupa bukti transaksi penjualan yang dilakukan
secara kredit dan biasanya dibuat rangkap. Faktur juga
merupakan sebuah perincian pengiriman barang yang mencatat
daftar barang, harga, dan hal-hal lain yang biasanya terkait
dengan pembayaran biasanya faktur dibuat rangkap tiga, salinan
pertama berwarna putih diserahkan kepada pihak rumah sakit.
Salinan kedua disimpan oleh PBF setelah ditandatangani
apoteker/tenaga teknis kefarmasian dan diberi stampel rumah
sakit yang kemudian akan dijadikan lampiran saat penagihan
dikemudian hari. Sedangkan salinan ketiga disimpan ke dalam
buku faktur yang oleh penjual/PBF disebut salinan faktur
pembelian.
Dalam faktur tercantum dokumen yang ditertibkan oleh
penjual kepada pembeli yang mencatumkan tanggal pengeluaran
faktur, tanggal pengiriman barang, uraian barang (berat,
ukuran), harga, biaya-biaya lain, total yang harus dibayar
pembeli, syarat penyerahan barang, syarat pembayaran, dan
lain-lain.

B. Pelaporan
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika di RSU Puri Raharja
dilakukan secara berkala, dilakukan secara online melalui situs
resmi kementrian kesehatan republik indonesia yaitu SIPNAP
kemkes.go.id, dalam laporan tersebut dicantumkan: nama obat
narkotika dan psikotropika, jenis akhir bulan. Selanjutnya pihak
administrator akan mengirimkan tanda terima pelaporan melalui
email rumah sakit.
Pelaporan perbekalan farmasi di RSU Puri Raharja juga
dilakukan menggunakan surat yang dilaporkan kepada pihak
dinas kesehatan provinsi/kota Denpasar terdiri dari:

a. Laporan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika


Pelaporan narkotika dan psikotropika dilakukan setiap satu
bulan dimana dalam laporan tersebut di cantumkan.
1. Nama-nama obat narkotika dan psikotropika
2. Jenis sediaan
3. Persediaan awal bulan
4. Jumlah pemasukan
5. Jumlah pemakaian
6. Sisa sediaan akhir bulan.
7. Dan disertai surat pengantar yang ditanda tangani oleh Ka. IFRS

Laporan pemakaian Narkotika dan Psikotropika tersebut


ditujukan kepada kepala dinas kesehatan kota denpasar dengan
tembusan yang disampaikan kepada:

1. Kepala dinas kesehatan provinsi bali


2. Kepala balai besar pengawas obat dan makanan provinsi bali
3. Arsip
4. Laporan penggunaan obat
Contoh pelaporan Narkotika dan Psikotropikan yang
dilaksanakan RSU. Puri Raharja dapat dilihat pada (Lampiran
VIII).

Laporan penggunaan obat dilakukan setiap satu bulan


dimana dalam laporan tersebut dicantumkan:

1. Nama rumah sakit, tipe/kelas rumah sakit, kabupaten dan


provinsi rumah sakit
2. Nama obat, kelas terapi, bentuk sediaan, penjamin (JKN/ non
JKN), kesesuaian dengan fornas, dan dengan jumlah
penggunaan (pasien rawat inap dan rawat jalan serta total)
3. Ditanda tangani oleh direktur medik, keperawatan dan
marketing, serta kepala instalasi farmasi RSU Puri Raharja.
2.1.7. Pemusnahan Resep dan Perbekalan Farmasi
A. Pemusnahan Resep
Pemusnahan resep adalah kegiatan menghancurkan fisik
dan informasi resep yang sudah tidak memiliki nilai guna lagi
bagi kepentingan rumah sakit, dilakukan pada resep yang telah
disimpan selama 3 tahun lebih. Tujuannya agar tdak terjadi
penumpukan resep serta mencegah terjadinya penyalahgunaan
resep, dilakukan bersamaan dengan pemusnahan perbekalan
farmasi yang dilakukan satu tahun sekali. Bertempat di RSU
Puri Raharja Denpasar. Adapun prosedur pemusnahan resep
yaitu :
1. Menyiapkan administrasi (berupa laporan dan berita acara
pemusnahan)
2. Menetapkan jadwal dan metode pemusanahan
3. Menyiapkan tempat pemusnahan
4. Tata cara pemusnahan :
a. Resep narkotika dan psikotropika dihitung jumlahnya
b. Resep lain ditimbang
c. Resep dihancurkan, dibakar, dan dikubur
5. membuat laporan pemusnahan resep yang sekurang – kurangnya
memuat
a. Waktu dan tempat pemusnahan resep
b. Jumlah resep narkotika dan psikotropika yang dimusnahkan
c. Nama dan tanda tangan apoteker pelaksana pemusnahan resep
d. Nama dan tanda tangan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan
resep
B. Pemusnahan Perbekalan Farmasi
Pemusnahan perbekalan farmasi yang kadaluarsa di RSU
Puri Raharja dilakukan setiap satu tahun sekali.
Prosedur pemusnahan perbekalan farmasi:
1. Melakukan inventarisasi sediaan farmasi dan alat kesehatan
yang akan dimusnahkan.
2. Menyiapkan administrasi (berupa laporan dan berita acara
pemusnahan sediaan farmasi/alkes).
3. Menetapkan jadwal, metode dan tempat pemusnahan.
4. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk
sediaan.
5. Membuat laporan pemusnahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang sekurang – kurangnya memuat:
a. Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan
alat kesehatan.
b. Nama dan jumlah sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
dimusnahkan.
c. Nama apoteker pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan.
d. Nama saksi (sekurang – kurangnya dua saksi) dalam
pelaksanaan pemusnahan (berita acara terlampir).
6. Membuat laporan pemusnahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang ditanda tangani oleh apoteker dan saksi dalam
pelaksanaan pemusnahan (berita acara terlampir).
7. Membuat laporan tebusan untuk Dinas Kesehatan dan BPOM.
Berita acara pemusnahan dibuat oleh kepala instalasi farmasi
yang disaksikan oleh satu.
2.2. Pelayanan Kefarmasian di RSU Puri Raharja
2.2.1 Pelayanan Resep Rawat Jalan di RSU Puri Raharja

Permintaan perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan


diberikan berdasarkan resep individu dapat berasal dari
poliklinik, resep dari UGD, dan pasien rawat inap yang pulang.
Adapun prosedur yang dilakukan ketika melayani resep rawat
jalan :

a. Apoteker/tenaga teknis kefarmasian menerima resep yang dibuat


rangkap dua : asli untuk apotek dan tembusan untuk arsip.
b. Apoteker melakukan pengkajian resep ( administratif,
farmasetik, dan klinik)
Pengkajian resep meliputi :
1. Keabsahan resep ( kop resep, nama dokter, paraf atau tanda
tangan)
2. Tanggal penulisan resep
3. Nama pasien, umur, alamat pasien
4. Nama dan jumlah obat
5. Bentuk sediaan
6. Kekuatan sediaan
7. Dosis dan aturan pakai
8. Potensi interaksi obat dan masalah terkait obat lainnya.
c. Melayani obat/alkes sesuai dengan status cara bayar pasien
(umum, JKN, BPJS, JKBM, pasien PKS).
d. Melakukan klasifikasi kepada dokter penulis resep atau perawat
bila ada keraguan atau hal-hal yang perlu mendapat penjelasan
lanjutan (penulisan tidak jelas dan kurang lengkap, kesalahan
dosis, aturan pakai dan lain-lain). Klasifikasi dapat dilakukan
dengan menemui dokter secara langsung atau menghubungi
dokter melalui telepon.
e. Petugas farmasi segera menginput resep obat pemakaian ke
komputer.
f. Menyiapkan obat dan memberikan etiket pada masing – masing
obat, yang meliputi tanggal pengerjaan resep, nama pasien,
aturan pakai obat, dan indikasi masing – masing obat sesuai
dengan yang tertera pada resep.
g. Apabila obat yang diresepkan tidak tersedia di unit farmasi,
maka :
1. Petugas farmasi akan menghubungi dokter yang meresepkan
apakah dapat obat yang tidak ada dapat diganti dengan obat lain
yang mempunyai kandungan zat aktif sama.
2. Apabila tidak ada penggantinya, petugas farmasi membuat
salinan resep untuk obat yang tidak ada (untuk dicarikan
ditempat lain atau diluar rumah sakit).
h. Resep yang sudah dilayani, dibuatkan nota pembelian dan
diserahkan pada bagian kasir.
i. Setelah pasien menyelesaikan administrasi, kemudian obat
diserahkan ke pasien disertai dengan pemberian Komunikasi
Informasi dan Edukasi (KIE) mengenai obat dan jika resep
tersebut dari UGD maka obat diserahkan ke petugas UGD.
2.2.2. Pelayanan Resep Bagi Pasien Rawat Inap di RSU Puri
Raharja
Permintaan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap
menggunakan CPO (Catatan Pemberian Obat) disertai resep asli
rangkap dua. Adapun prosedur yang dilakukan ketika melayani
CPO rawat inap :
a. Peresepan perbekalan farmasi oleh dokter ditulis pada CPO atau
ditulis oleh perawat dengan acc dokter jaga.
b. Dalam pengamprahan obat atau alkes untuk pasien CPO
diserahkan oleh perawat kepada petugas apotek yang sedang
bertugas.
c. Melakukan pengkajian resep/CPO (administratif, farmasetik,
dan klinik)
d. Menginput pada komputer nama dan jumlah perbekalan farmasi
yang akan diberikan kepada perawat. Melayani obat/alkes sesuai
dengan status cara bayar pasien (umum, JKN, BPJS, JKBM,
pasien PKS).
e. Petugas apotek segera menyiapkan obat/alkes dan memberikan
etiket pada masing – masing obat.
f. Apabila obat/alkes yang diresepkan tidak tersedia atau ditulis
diluar formularium, maka diambil langkah – langkah :
1. Petugas apotek segera menelepon dokter penulis resep dan
memberikan solusi untuk mengganti obat tersebut dengan obat
yang mempunyai fungsi dan zat aktif sama serta tercantum
dalam formularium, namun bila obat tidak ada, petugas apotek
mencarikan obat/alkes ke apotek lain dalam tempo tidak lebih
dari satu kali shif jaga kecuali CPO di serahkan menjelang
pertukaran shif jaga
2. Apabila diapotek lain tidak tersedia, maka petugas apotek segera
menghubungi dokter yang merawat.

g. CPO yang sudah dilayani, dibuatkan nota pembelian rangkap


tiga.
h. CPO yang sudah dilayani dan administrasinya sudah lengkap
diserahkan kepada perawat dengan mencatatnya pada buku
ekspedisi.
i. Setiap melakukan serah terima obat atau alkes oleh perawat
kepada pasien termasuk obat kembali, disertai dengan tanda
tangan dan nama terang pasien atau keluarga pada nota
pembelian dan CPO. Obat kembali (sisa) ditulis pada CPO dan
dikembalikan ke apotek bersama dengan list pasien pulang
kecuali pasien rawat inap lebih dari seminggu, sisa obat atau
alkes dapat di kembalikan lebih awal.
j. Rincian obat untuk pasein pulang rawat inap dibuat oleh petugas
apotek berdasarkan data komputer yang dicocokan dengan data
pada CPO dan arsip nota pada list pasien.
2.2.3. Pelayanan Resep Obat Narkotika dan Psikotropika
Menurut UU No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika disebutkan
bahwa :
1. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan dan
ilmu pengetahuan.
2. Narkotika hanya dapat diserahkan pada pasien untuk pengobatan
penyakit berdasarkan resep dokter.
3. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar
salinan resep dokter.
Selain itu berdasarkan surat edaran Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan (sekarang Badan POM) No.
336/E/SE/1997 disebutkan :

1. Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat 2 UU No.9 tahun 1976 tentang


narkotika, apotek dilarang melayani salinan resep dari apotek
lain yang mengandung narkotika, walaupun resep tersebut baru
dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali.
2. Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat 2 UU No.9 tahun 1976 tentang
narkotika, apotek dilarang melayani salinan resep dari apotek
lain yang mengandung narkotika, walaupun resep tersebut baru
dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali.
3. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum
sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan
resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang
menyimpan resep asli.
4. Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh
dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh
menambahkan tulisan “iter” pada resep yang mengandung
narkotika (Anonim, 2013).

Pelayanan Resep Obat Narkotika dan Psikotropika di RSU Puri


Raharja dilakukan di apotek utara (poliklinik) dan apotek selatan
dengan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Resep yang mengandung obat narkotika dan psikotropika
diterima oleh petugas farmasi.
2. Petugas farmasi memeriksa keabsahan resep, meliputi :
a. Resep tersebut merupakan resep pasien RSU Puri Raharja.
b. Identitas pasien ditulis dengan lengkap, meliputi : nama, umur,
berat badan, dan alamat pasien.
c. Ada tanda tangan dan nama terang dari dokter yang menulis
resep.
3. Petugas farmasi segera menyiapkan obat yang di resepkan.
4. Obat narkotika dan psikotropika diambilkan dari lemari
penyimpanan dan mencatat pengeluaran obat pada kartu stok,
meliputi : tanggal resep, no.RM (Rekam Medis), jumlah obat
yang di keluarkan sisa stok, dan paraf petugas yang mengambil
obat tersebut.
5. Obat yang sudah tersedia segera dibuatkan etiket.
6. Resep yang sudah selesai dilayani dibuatkan nota penjualan dan
diserahkan kepada pasien (rawat jalan) atau petugas (untuk
pasien rawat inap).
7. Resep yang sudah selesai dilayani, diarsipkan dan disimpan
dengan baik
8. Semua obat narkotika dan psikotropika dibuatkan buku
pencatatan penggunaan obat.
9. Berdasakan buku catatan tersebut, dibuatkan laporan
penggunaan obat narkotika dan psikotropika setiap bulan yang
di tunjukan kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dan
tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Balai
Besar Pengawasan Obat dan Makanan.
2.2.4. Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Didalam distribusi pelayanan farmasi untuk pasien jaminan
kesehatan nasional petugas berpedoman pada FORNAS
(Formularium Nasional).Fornas merupakan pedoman dalam
penyediaan dan pemberian obat-obatan bagi peserta JKN untuk
pelayanan tingkat satu di dokter keluarga dan pelayanan tingkat
selanjutnya, naik rawat jalan maupun rawat inap di rumah sakit.
Untuk pelaksanaan klaim JKN pasien harus memenuhi
prosedur sebagai berikut :
a. Setiap pasien JKN yang di rawat di RSU Puri Raharja harus
mengikuti prosedur pelayanan pasien kerja sama.
b. Untuk administrasi pasien JKN seperti : Catatan Pemesanan
Obat (CPO), resep, dan data pendukung lain yang diisi dengan
benar dan lengkap oleh petugas terkait (perawat, depo BPJS, dan
petugas BPJS).
c. Pasien JKN yang sudah diperbolehkan pulang oleh dokter
sebelum dirinci oleh bagian kasir wajib dilakukan pengecekan
terhadap rincian biaya obat obatan oleh bagian apotek.
d. Biaya perawatan pasien JKN dirinci atau dikerjakan kasir harus
sesuai dengan tarif kesepakatan antara pemerintah dan Puri
Raharja.
e. Setelah dirinci oleh kasir, perincian biaya JKN diserahkan ke
bagian klaim untuk dilakukan verifikasi apakah ada selisih
pembayaran kasir wajib meminta langsung kepada pasien
bersangkutan.
f. Untuk biaya obat - obatan baik obat umum maupun obat khusus
apotek wajib memberikan data yang benar dan lengkap ke
bagian pengklaiman, untuk obat khusus harus disertai dengan
buku ekspedisi.
g. Sebelum dilakukan verifikasi biaya obat-obatan oleh petugas
JKN bagian klaim wajib melakukan crosscheck ke depo JKN
terhadap biaya yang sudah diinput program JKN.
h. Setelah dilakukan crosscheck yang diperoleh data yang sesuai
atau cocok baru dilakukan verifikasi oleh petugas JKN.

2.2.5. JKBM (Jaminan Kesehatan Bali Mandara)


Jaminan kesehatan Bali Mandara (JKBM) adalah jaminan
kesehatan yang diberikan kepada seluruh masyarakat Bali yang
belum memiliki jaminan kesehatan seperti JKN, Jamsostek,
Asabri atau jaminan kesehatan lainnya. JKBM ditunjukan bagi
pasien rawat inap yang memiliki kartu tanda penduduk (KTP)
Bali dan surat keterangan tidak memiliki jaminan kesehatan dari
Kepala Desa / Lurah. Bagi masyarakat yang berumur dibawah
17 tahun menggunakan Kartu Keluarga (KK) dan membawa
KTP orang tuanya. Pelayanan yang diberikan berupa pelayanan
kelas 3 dan perbekalan farmasi yang disesuaikan dengan
pedoman login JKBM. Apabila ada pemakaian obat pasien
diluar tanggungan JKBM dibuatkan resep untuk sendiri oleh
pasien.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Organisasi dalam rumah sakit dikepalai oleh seorang
Direktur dengan memiliki wakil direktur dari tiap bagian dan
sub bagian. Dimana Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang
dikepalai oleh seorang apoteker untuk mengkoordinir
bawahannya.
Tugas dan fungsi rumah sakit yaitu, pelayanan kesehatan
yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit memiliki tugas mengelola mulai
dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan,
peracikan, pelayanan langsung kepada penderita sampai
pengendalian perbekalan farmasi dengan fungsi klinik dan non
klinik.
Cara pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan
dilakukan secara langsung berinteraksi pada pasien sedangkan
untuk pasien rawat inap dilakukan oleh perawat dan untuk
pasien IRD dengan palayanan kepada perawat atau anggota
keluarga.
Cara pengolahan perbekalan farmasi dirumah sakit yang
meliputi perencanaan yang disesuaikan dengan kebutuhan yang
diperlukan, pengadaan yang dilakukan dengan cara tender dan
pemesanan langsung, penerimaan dengan cara rekanan
mengirim atau menyerahkan barang farmasi kepada panitia
pemeriksaan dan penerimaan barang berdasarkan surat pesanan
atau Surat Perintah Kerja (SPK), penyimpanan dengan cara
penyusunan abjad dan FIFO serta penyimpanan obat disesuaikan
dengan suhu yang seharusnya dan pendistribusian dilakukan
secara merata pada apotek dan depo.
3.2 Saran
1. Saran Kepada Pihak Sekolah :
a. Sebaiknya pembekalan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan PKL lebih diperbanyak dan diperluas sehingga siswa
dan siswi dapat lebih mantap lagi dalam melaksanakan PKL.
b. Dan perlu adanya bimbingan kepada siswa –siswi yang akan
PKL bagaimana cara membuat laporan PKL.
2. Saran Untuk Rumah Sakit :
a. Meningkatkan ketersediaan perbekalan farmasi.
b. Meningkatkan kuantitas tenaga kefarmasian agar
mengoptimalkan pelayanan kefarmasian di RSU. Puri Raharja.
3. Saran untuk Siswa / Siswi yang akan melaksanakan PKL:
a. Sebaiknya siswa / siswi yang hendak melaksanakan PKL
kiranya bisa menguasai pelajaran kefarmasian khususnya
sinonim, mengetahui nama-nama obat baik generik maupun
paten serta pengetahuan mengenai tata cara pemakaian
komputer.
b. Hendaknya siswa / siswi PKL dapat lebih disiplin, menjaga
sikap dan mengikuti segala aturan yang telah ditetapkan oleh
instansi yang menjadi tempat PKL.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013 (Online)


http://yuliasdw.blogspot.co.id/2013/03/rumah-
sakit.html?m=1(dikutip pada tanggal 16 Juli 2016).
Anonim. 2013 (Online) https://nisdishahih24.wordpress.com/dunia-
farmasi/artikel-farmasi/mengelola-obat-golongan-narkotika-di-
apotek/(dikutip pada tanggal 16 Juli 2016).
Departemen Kesehatan RI. 2008 (Online)
http://mahasiswafarmasibicara.blogspot.co.id/20
14/10/bab-i-pendahuluan-1.html(dikutip pada tanggal 16 Juli
2016).
Departemen Kesehatan RI. 2009 (Online)
https://www.academia.edu/9789388/Makalah_P
engertian_Kesehatan_Hukum_Kesehatan_Tenaga_Kesehatan_d
an_Sarana_Kesehatan (dikutip pada tanggal 16 Juli 2016).
Menteri Kesehatan RI. 2007 (Online)
http://www.pdpersi.co.id/peraturan/kepmenkes/kmk1
1972004.pdf(dikutip pada tanggal 16 Juli 2016).

LAMPIRAN

Lampiran 1 (Gambar Surat Pesanan Obat)

Lampiran 2 (Gambar Faktur)


Lampiran 3 (Gambar Buku Stok)

Lampiran 4 (Gambar Surat Amprahan)

Lampiran 5 (Gambar Surat Pesanan Obat Ethical)


Lampiran 6 (Gambar Surat Pesanan Obat Narkotika)

Lampiran 7 (Gambar Surat Pesanan Obat Psikotropika)


Lampiran 8 (Gambar Pelaporan Obat Narkotika dan Psikotropika)

Anda mungkin juga menyukai