Anda di halaman 1dari 4

Nama: Nisa Azkia

NIM: 2017.01.00.02.002

Kesimpulan Pelayanan Informasi Obat

1. Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit pada dasarnya adalah untuk menjamin dan
memastikan penyediaan dan penggunaan obat yang rasional, yakni sesuai dengan
kebutuhan, efektif, aman dan nyaman bagi pasien. Pelayanan kefarmasian tersebut
memerlukan informasi yang lengkap, objektif, berkelanjutan dan selalu baru ( up to date )
2. Untuk Itu diperlukan upaya penyediaan dan pemberian informasi sebagai berikut:
1) Informasi yang lengkap, yang dapat menunjukkan kebutuhan semua pihak, sesuai dgn
lingkungan masing-masing RS.
2) Memiliki data cost-effective obat, informasi yang diberikan tidak bias komersial
3) Disediakan secara berkelanjutan oleh institusi dan lembaga
4) Disajikan selalu baru sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
farmasi dan kesehatan
3. Dasar hokum;
1) Undang-undang No 23 tahun 1992 tentang kesehatan
2) Keputusan MenKes RI No 983/MENKES/SK/XI/1992, tentang pedoman organisasi
Rumah Sakit Umum
3) Keputusan MenKes RI No 436/MENKES/SK/VI/1993, tentang berlakunya Standar
Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis di Rumah Sakit
4) Keputusan MenKes RI No1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit
5) Keputusan Menkes RI No 1277/MENKES/SK/XI/2001, tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementrian Kesehatan
4. Pelayan informasi obat adalah kegiatan individu yang dilatih secara khusus untuk
memberikan informasi dan kosultasi secara akurat, tidak bias dan factual bagi dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lain dan pasien beserta keluarganya.
5. Tujuan pemberian informasi obat yaitu meningkatkan kepatuhan pasien terhadap regimen
terapi, tujuan terapi dapat diacapi dengan maksimal, dan efektifitas dan efisiensi biaya
pengobatan
6. Cara pemberian informasi obat;
1) Langsung pada saat penyerahan obat
2) Penyuluhan melalui PKMRS
3) Melalui telfon (untuk dokter)
4) Perorangan untuk pasien yang membutuhkan
5) Leaflet
6) Bulletin, billboard, dan lain-lain
7. Syarat informasi; informasi obat yang diberikan harus berdasarkan; literature yang valid,
terpecaya dan dievaluasi serta up to date. Valid adalah ditulis atau dikeluarkan oleh badan
yang idependen / berwenang, terpecaya adalah otentik atau telah dikaji ulang, telah
dievaluasi adalah oleh ali, pengkaji atau spesialis dibidangnya, dan up to date adalah
selalu berupaya merujuk pada literature yang terbaru
8. Sasaran informasi obat;
1) Pasien dan keluarganya
2) Perawat, bidan
3) Dokter / dokter gigi
4) Apoteker / asisten apoteker
5) Profesi lain yang membutuhkan
9. Prioritas pasien yang diberikan PIO ialah pasien; yang kurang patuh, dengan penyakit
kronis, mendapat obat tertentu, dan geriatric / pediatric
10. Persyaratan SDM;
1) Mempunyai kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
2) Menunjukan kompetensi professional dalam penelusuran, penyeleksian dan evaluasi
sumber informasi
3) Mengetahui fasilitas perpustakan di dalam dan di luar rumah sakit, metodologi
penggunaan data elektronik
4) Memiliki latar belakang pengetahuan tentang terapi obat
5) Memiliki kemampuan komunikasi yang baik secara lisan maupun tulisan
11. Metode pelayanan informasi obat (DIS)
 Pelayanan informasi obat (DIS) dilayani oleh apoteker selama 24 jam atau on call,
disesuaikan dengan kondisi rumah sakit
 Pelayanan informasi obat (DIS) dilayani oleh apoteker pada jam kerja, di luar jam
kerja dilayani oleh apoteker instalasi farmasi yang sedang bertugas (petugas jaga)
 Pelayanan informasi obat (DIS) dilayani oleh apoteker pada jam kerja, diluar jam
kerja tidak ada pelayanan informasi obat
 Tidak ada petugas khusus untuk DIS. Pelayanan informasi obat (DIS) dilayani
oleh semua apoteker di instalasi farmasi, baik dalam jam kerja maupun di luar jam
kerja
 Tidak ada apoteker khusus untuk DIS. Pelayanan informasi obat (DIS) dilayani
oleh semua apoteker di instalasi farmasi pada jam kerja, di luar jam kerja tidak
ada pelayanan informasi obat
12. Sarana dan prasarana disesuaikan dengan kondisi rumah sakit. Jenis dan jumlah
perlengkapan bervariasi, tergantung pada ketersediaan dan perkiraan kebutuhan
perlengkapan dalam pelaksanaan informasi obat.
13. Sarana ideal untuk pelayanan informasi obat sebaiknya disediakan sarana fisik seperti;
ruang kantor, ruang rapat, perpustakan, computer, telepon dan faximile, jaringan internet,
dan in house data base. Jika tidak ada sarana khusus, pelaksanaan pelayanan informasi
obat dapat menggunakan ruangan instalasi farmasi disertai perangkat pendukungnya
14. Rujukan informasi;
1) Perpustakaan dasar
2) Pusat informasi obat
3) Industry farmasi
15. Sumber informasi;
1) Dokumen; mencakup pustaka farmasi dan pustaka kedokteran. Pustaka farmasi dan
kedokteran itu seperti majalah ilmiah, buku – buku teks, dan laporan penelitian
2) Fasilitas; yaitu informasi obat terkomputerisasi dan perpustakaan
3) Pertemuan; yaitu seminar, symposium dan lokakarya
4) Lembaga; yaitu industry farmasi, lembaga penelitian, pendidikan tinggi farmasi,
badan POM, organisasi profesi kesehatan, dan berbagai perustakaan acuan medis
5) Orang / perorangan; yaitu narasumber yang mencakup; apoteker, dokter, dokter gigi,
perawat, dan professional kesehatan lain di RS
16. Kategori kepustakaan / literature;
1) Pustaka primer, yang termasuk pustaka primer adalah; hasil penelitian, laporan kasus,
studi evaluative, penelitian deskriptif
2) Pustaka sekunder, yang termasuk pustaka sekunder adalah; clinical pharmacy,
formularium rumah sakit, the medical letter dan farmakoterapi
3) Pustaka tersier, yang termasuk pustaka tersier adalah mencakup buku teks seperti
artikel kaji ulang, pedoma – pedoman, dll.

Sumber informasi yang tidak termasuk kategori sumber pustaka adalah; komunikasi
dengan tenaga ahli, brosur (informasi tentang produk), dan farmakologi, farmakokinetik

4) Efek klinis
5) Dosis, prosedur pemberian, syarat penyimpanan, stabilitas
6) Industry farmasi (monografi zat aktif)
17. Informasi untuk pasien; penyalahgunaan obat, kesalahgunaan obat, bahaya bahan – bahan
racun, pengobatan sendiri, cara penyimpanan obat yang baik dan benar, dan cara
menggunakan obat yang tepat
18. Tipe pertanyaan; ESO, harga, obat pada kehamilan dan ibu menyusui, dosis dan cara
penggunaan, bioavaibilitas, interaksi obat, stabilitas dan penyimpanan, keracunan obat,
formulasi, identifikasi / analisa farmasi, dan UU Farmasi
19. Mengapa perlu PIO dan konseling; yaitu;
1) Resep polifarmasi
2) Kompleksitas obat
3) Banyaknya sumber informasi obat di masyarakat
4) Mortalitas dan mordibitas akiba DRP
5) Medication error
6) Interaksi
20. Yang harus dikonsultasikan kepada apoteker;
1) Resep polifarmasi
2) Kompleksitas obat
3) Medication error
4) Interaksi
5) Kepatuhan pasien
6) Efek samping obat (ADR)
21. Yang harus dikonsultasikan kepada dokter;
1) Obat tidak diperlukan
2) Obat salah
3) Dosis terlalu rendah
4) Dosis terlalu tinggi
5) Kepatuhan pasien
6) Efek samping obat ( ADR )
22. Tujuan umum;
1) Meningkatkan keberhasilan terapi
2) Memaksimalkan efek terapi
3) Meminimalkan resiko efek samping obat
4) Meningkatkan cost effectiveness
5) Menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi
23. Tujuan khusus;
1) Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien
2) Menunjukkan perhatian dan kepedulian terhadap pasien
3) Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan obat dengan penyakitnya
4) Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan
5) Mencegah dan meminimalkan timbulnya masalah dalam pengobatan ( DRP )

Anda mungkin juga menyukai