Anda di halaman 1dari 6

Kepercayaan Diri

Nama: Nisa Azkia


NIM: 2017.01.00.02.002
Prodi: Farmasi

Terdapat seorang anak yang bernama Bunga, ia berumur 16 tahun. Pada awal masuk
sekolah menengah atas, dia masih bersikap wajar seperti siswi pada umumnya. Namun seiring
berjalannya waktu, dia mulai menunjukkan sikap yang tidak biasanya, seperti malas belajar,
bolos kelas, tidak mengerjakan tugas dan lain sebagainya. Akan tetapi sekarang, dia malah tidak
masuk sekolah selama seminggu. Dan gurunya pun melaporkan hal tersebut kepada orang tua
Bunga. Orang tua Bunga berusaha membujuk Bunga untuk bercerita. Namun usaha kedua orang
tuanya pun gagal. Orang tua Bunga juga tidak banyak memiliki waktu untuk hal tersebut,
dikarenakan mereka sibuk bekerja dan sering membiarkan anaknya seorang diri dirumah. Oleh
karena itu, orang tuanya pun mendatangkan psikolog ke rumahnya untuk memecahkan masalah
tersebut.
Psikolog itu tampak muda tapi ternyata berumur 30 tahun. Bunga berpikir kalau Psikolog
ini datang untuk hanya karena uang saja. Bunga marah dan menolak Psikolog itu. Dia berusaha
mengusir pria itu. Dia mencoba mengambil semua barang ada di sekitarnya dan melemparnya ke
Psikolog itu. Orang tua Bunga sudah kewalahan mencoba menghentikan Bunga. Bahkan Bunga
sempat mengambil vas bunga kecil. Vas bunga itu terbuat dari kaca. Vas bunga itu hampir
terlempar ke wajahnya Ayah Bunga. Melihat perilaku Bunga, Ibu Bunga mulai hilang
kesabarannya dan membentak Bunga. Ibu Bunga menampar Bunga. Bunga terkejut dan terduduk
dilantai.
“Dasar anak tidak tau diri! Sudah capek – capek Ibu mencari dokter Psikologi ini dan kau
tidak mau! Ini juga demi kebaikan mu Bunga!”
Bunga mulai menangis dan berlari pergi ke kamarnya. Dari luar kamarnya saja sudah
terdengar jelas kalau Bunga menangis. Ayah Bunga hanya bisa menghela nafas dan mengajak
Psikolog tersebut duduk terlebih dahulu. Ayah Bunga menceritakan secara detil tentang perilaku
Bunga. “Kami tau, kami terlalu memanjakan Bunga.” Tambah sang Ayah. Akibat banyak benda
yang dilempar Bunga tadi, ada sedikit luka di tangan Psikolog itu. Ibu Bunga menyadari hal itu
dan mengambil peralatan medisnya. “Maafkan kami ya pak… kami juga tidak menyangka
sampai segitunya Bunga bereaksi” Ucap Ibu Bunga.
“Tidak apa – apa, buk, pak. Kalau Bapak dan Ibu tahu, sejak kapan Bunga mulai
berperilaku seperti ini pak?” Ucap Psikolog tersebut.
Orangtua Bunga terdiam sejenak. “Kira – kira sejak dia masuk kelas 5 SD, pak. Sebelum
itu dia ceria kok pak! Dia lebih banyak tersenyum… dulu. Sekarang dia jadi jarang tersenyum
pak. Diajak cerita pun Bunga tidak mau pak. Tapi saya melihatnya pak! Ada luka – luka
membiru di tubuhnya. Saya juga sudah melapor ke pihak sekolah pak, tapi banyak juga Guru
murid di sana tidak tau. Atau mungkin… lebih ‘tidak tahu menahu’ pak. Ketika beberapa hari
setelah saya melihat luka – luka di badannya pak, saya pergi ke pihak sekolah itu, dan saya lihat
keadaannya lumayan parah pak. Para Guru yang terlalu santai… tidak tahu – menahu, para murid
yang ada disana juga kelihatan… tidak baik pak. Saya sangat bingung mengenai hal ini pak.
Karena saya dan suami saya sibuk kerja, kami juga kewalahan memantau bagaimana keadaan
Bunga di sekolah… Jadi saya mohon pak, tolonglah kami, Pak. Saya mohon…” Ucap Ibu Bunga
panjang lebar. Ketika ia menceritakan itu, Ibu Bunga berkeringat dan gemetar ingin menangis.
Terdiam sejenak. Psikolog itu mengambil teh yang sudah tersedia di atas meja dan mulai
meminumnya secara perlahan. Psikolog itu mulai memproses kedaan yang telah terjadi dan
bagaimana solusi yang terbaik untuk bunga. Psikolog itu mulai berpikir. Bully, hal yang sering
terjadi --- selalu terjadi --- diantara murid sekolah, dimana pun itu. Bullying berasal dari
kata bully, yang dalam kamus Oxford diartikan sebagai ‘seseorang yang terbiasa berusaha untuk
menyakiti atau mengintimidasi mereka yang mereka anggap rentan’. Dapat diartikan juga
sebagai perilaku intimidasi. bullying biasanya didefinisikan sebagai perilaku berulang yang
dimaksudkan untuk melukai seseorang baik secara emosional maupun fisik, bully sering
ditujukan pada orang tertentu karena ras, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, penampilan,
hingga kondisi fisik seseorang.
Penyebab bullying pertama yang paling umum adalah akibat dari penampilan fisik.
Ketika seorang anak memiliki penampilan fisik yang dianggap berbeda dengan anak lain pada
umumnya, para bully dapat menjadikannya bahan untuk mengintimidasi anak tersebut.
Penampilan fisik berbeda dapat meliputi kelebihan atau kekurangan berat badan, menggunakan
kaca mata, menggunakan behel, menggunakan pakaian yang dianggap tidak keren seperti anak-
anak lainnya.

Perbedaan ras juga sering kali menyebabkan seorang anak terkena bully. Hal ini
umumnya terjadi ketika seorang anak dengan ras berbeda memasuki satu lingkungan dan
dianggap sebagai minoritas. Beberapa survey dan penelitian juga telah menunjukkan
bahwa bullying akibat ras yang berbeda memang cukup sering terjadi. Orientasi seksual
seseorang berbeda-beda dan umumnya seorang anak baru menyadari orientasi seksual yang
berbeda memasuki usia remaja. Bahkan di beberapa negara yang sudah tidak asing dengan isu
LGBT, seseorang yang teridentifikasi sebagai lesbian, gay, dan transgender sering kali
mendapatkan perilaku bully. Hal ini yang membuat seseorang cenderung menyembunyikan
orientasi seksualnya. Penyebab bullying lainnya adalah ketika seorang anak dianggap lebih
lemah dan terlihat tidak suka melawan. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya
bahwa bullying melibatkan ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan juga korban. Pelaku
tentunya merasa sebagai pihak yang lebih kuat dan dapat mendominasi korban yang lebih lemah.

Selain karena lemah, terlihat tidak mudah bergaul dan memiliki sedikit teman juga
menjadi salah satu penyebab menjadi korban bullying. Individu yang terlihat tidak mudah
bergaul dan memiliki sedikit teman juga dapat terlihat lebih lemah dan membuat bully berpikir
dapat mendominasi mereka. Sekelompok bully juga berpotensi melakukan bully pada kelompok
yang dianggap lebih lemah dari kelompok mereka. Meskipun karakteristik di atas dapat menjadi
penyebab bullying, tapi tentu tidak semua anak dengan karakteristik tersebut menjadi
korban bully. Kondisi tersebut hanyalah merupakan beberapa gambaran umum.
Psikolog itu menghela nafas setelah meminum tehnya, dan mulai berbicara. “Saya akan
bicara kepadanya.” Psikolog itu akan mencoba mengeluarkan Bunga dari kamarnya dan mulai
berbicara. Psikolog dan orangtua Bunga yang berdiri di belakang dokter itu ada di depan
kamarnya Bunga. Pintu kamar itu ada bertulisan “Kamar Bunga” yang di tulis di sebuah kertas
dan di tempel di pintu itu. Kertas itu di penuhi berbagai bunga buatan tangan dan kertas.
Psikolog itu memanggil Bunga dengan nada lembut. “Pergi!” Teriak Bunga dari dalam kamar
itu. Psikolog itu mengetuk pintu kamar Bunga secara pelan. Kedua Orangtua Bunga berdiri di
belakang dokter itu cemas, khawatir. “Bunga, ada hadiah untuk kamu lho.” Ucap Psikolog itu.
Bunga masih terdiam di dalam kamar. “Nintendo Switch! Beserta sudah ada game yang sangat
kamu suka di dalamnya, Animal Crossing: New Horizons!” kata dokter itu dengan nada ceria.
Bunga kaget dan mulai teriak kesenangan. Sebelum mendatangi kamar nya Bunga, sebenarnya
Ayah dan Ibu Bunga sudah membelikan Nintendo Switch, alat game yang sangat diinginkan
Bunga. Ternyata, esok hari adalah hari ulang tahun nya Bunga.

Bunga membuka pintu kamar nya sedikit. Tampak wajah Bunga memerah melihat alat
Game itu berada di tangan Psikolog itu. Ibu Bunga menarik tangan Bunga dan membawa nya ke
ruang tamu kembali. Bunga hanya terlihat pasrah. Menyerah. “Bunga, sebaiknya kamu ceritakan
saja kepada kami. Semuanya. Tidak usah di rahasiakan. Beban – beban itu tidak usah kamu
pendam sendirian. Kami akan mendengarkan semuanya. Kami akan mencari jalan keluarnya.
Jadi berceritalah Bunga. Kami akan mendengarkan dan mencari solusinya bersama – sama.”
Ucap Psikolog itu tersenyum. Bunga menunduk, menatap kotak Nintendo Switch di tangannya.

“…Saat aku kecil aku merupakan anak yang ceria, suka bermain, bercanda dan sangat
percaya diri. Bisa dibilang tingkat kepercayaan diri saya lebih dibandingkan anak-anak
seumuranku. Seiring bertambahnya usia, ketika naik kelas 5 SD, personality saya berubah 90
derajat. Aku jadi anak yang menyendiri, tidak suka bergabung dan berbaur dengan anak-anak
yang lainnya. Aku terbiasa menjadi anak yang tidak dianggap oleh teman-teman sebaya aku dan
aku beradaptasi dengan itu. Ketika SD sering bertanya-tanya mengapa aku memiliki kehidupan
yang berbeda dengan anak-anak yang lainnya, dan aku tidak mempunyai orang yang bisa
dipercaya untuk berbagi cerita dan keluh kesah. Itu mengapa saya mencoba untuk meng-handle
semua kesulitan aku sendiri, menjadi anak yang tidak ketergantungan dengan siapapun dan
membentuk sifat yang individualis. Aku mengalami yang namanya di bully ketika SD, teman
mem-bully aku dengan membicarakan aku dari belakang dan menjelek - jelekkan aku.

Hal yang serupa juga terjadi ketika aku SMP. Ketika naik kelas 3 SMP ayah dan ibu
memutuskan untuk meng-homeschooling-kan aku kan? Disini asal mula semuanya terasa kelam.
Aku memang tidak suka bersosialisasi, bukan karena aku benci semua orang tetapi aku hanya
lelah being misunderstood by everyone. Apa yang terjadi ketika aku kecil sudah membentuk
mindset negatif aku kepada orang-orang, Aku sulit untuk percaya kepada orang-orang baru. Dari
kelas 3 SMP sampai sekarang aku tidak punya teman sama sekali, tidak ada tempat untuk
berbagi keluh kesah.

Selama depresi yang tidak berkesudahan itu berlangsung aku mulai melakukan self harm,
main game terus menerus, mengurung diri. Dan kadang aku berpikir kalau dunia ini bukan
tempat aku. Aku mencoba bertahan, percaya bahwa nanti semua akan berubah eventually tapi
aku nggak merasa adanya perubahan karena setiap aku coba cerita ke orang terdekat aku tidak
ada yang mengerti. Mereka mencoba memperbaiki ibadah saya, tapi tetap aku tidak merasa
dimengerti dan lama kelamaan seolah-olah mereka menyalahkan aku kalau apa yang terjadi
terhadap hidup aku ini karena aku tidak dekat kepada tuhan. Jujur itu sama sekali tidak
membantu. Tidak ada yang bisa mengerti aku sepenuhnya karena mereka semua tidak pernah ada
di posisi aku.

Aku hanya lelah dengan semua penderitaan yang tidak berkesudahan ini. Perasaan sedih
dan putus asa mendominasi diri aku akhir-akhir ini, tetapi kadang-kadang sesuatu yang sepele
dapat membuat saku bersemangat dan bahagia, orang2 berpendapat apa yang aku lakukan itu
berlebihan. Hal ini membuat saya tidak memahami personality asli aku. Aku sering membuat
diri saya down dengan pikiran-pikiran negatif yang susah payah aku singkirkan, dan
memikirkannya berulang-ulang. Pemicunya lebih sering dari dalam diri aku.”

Bunga mulai menangis lagi, tetapi ia berusaha menahannya. Ibu Bunga menangis,
memeluk Bunga.

“Begitu ya…  Betapa sepi dan menyakitkan tidak memiliki teman dan merasa tidak
pernah dimengerti oleh orang lain. Pengalaman pernah di-bully oleh teman-teman saat SD
sampai SMP pasti masih sangat membekas pada diri kamu ya, bahkan membuat kamu menjadi
sulit percaya pada orang lain. Pengalaman ini memang sangat buruk dan tidak mengherankan
jika menjadi suatu trauma tersendiri dalam berhubungan dengan orang lain. Manusia adalah
makhluk sosial, kita sudah sering mendengar istilah ini bukan? Tapi apa artinya sebenarnya?
Artinya manusia tidak bisa hidup jika tidak berhubungan sosial atau tidak memiliki hubungan
sosial yang baik. Banyak penelitian psikologi yang membuktikan semakin banyak hubungan
sosial yang dimiliki, semakin bahagia orang tersebut.

Pengalaman di-bully memang sangat menyakitkan. Bahkan kamu menjadi sudah terbiasa


tidak dipedulikan oleh teman-teman kamu. Terkadang kesendirian memang menyenangkan.
Tapi, pada akhirnya kesendirian itu akan terasa mencekik dan kita akan selalu merasa ada saja
yang kurang karena secara alami, manusia selalu membutuhkan hubungan sosial dengan manusia
lain. Jadi, meskipun mengalami banyak pengalaman buruk terkait dengan hubungan pertemanan,
sebaiknya kamu tidak pernah menyerah untuk mencoba.

Jika merasa tidak pernah dimengerti, maka cobalah untuk membuat orang lain mengerti.
Coba katakan pada orang-orang di sekitar kamu bagian mana dari Mbak yang ingin dimengerti
oleh orang lain. If you feel misunderstood then make them understand. Kondisi tidak akan
menjadi baik begitu saja, harus kita yang mengusahakannya untuk lebih baik. Jika orang yang
kamu ceritai tentang keadaan kamu jadi salah paham, katakan padanya bagian mana dari diri
kamu yang ingin untuk dipahami. Jika merasa tidak ada yang salah dengan ibadah/hubungan
dengan Tuhan, maka katakan pada mereka. Katakan apa yang kamu inginkan. Tidak semua
orang bisa melakukan sesuatu sesuai keinginan kita jika kita tidak mengatakannya.

Tidak ada kehidupan yang tidak berharga. Tidak ada kejadian apapun yang tidak ada
hikmah di baliknya. Semua pasti ada maknanya. Jadi, mari lah cari makna itu. Cobalah untuk
memiliki hubungan yang hangat dengan orang lain. Tidak bisa selalu menuntut untuk dipahami,
tetapi dalam hubungan sosial kita seringkali justru harus memahami orang lain. Cobalah untuk
kembali berteman. Membuka diri, mengungkapkan apa yang ada di pikiran/perasaan, dan pada
akhirnya belajar juga untuk menerima/memahami orang lain. If you want a life that worth living,
then make it happen. Struggle for it. Perubahan tidak akan terjadi jika kita hanya diam dan
menunggu.

Saya yakin kamu adalah orang yang kuat. Kehidupan menyiapkan kamu untuk menjadi
orang yang kuat agar kelak kamu bisa membantu banyak orang. Selain itu, orang-orang yang
pernah menjadi korban bully terkadang dapat bertumbuh menjadi orang yang penuh cinta kasih.
Saya yakin, jika kamu bisa memaafkan semua yang telah terjadi, kamu akan menjadi seseorang
yang amat kuat namun penuh kasih sayang. Sehingga kedepannya kamu bisa memahami dan
membantu banyak orang yang terluka.”

Orang tua Bunga, dan Bunga, kagum mendengar Psikolog itu. Wajah mereka lebih cerah.
“Membuka diri… aku tahu itu. Tapi… aku rasa itu agak sulit melakukannya.” Ucap Bunga
sambil menghapus air matanya.

“Coba saja Bunga. Kamu pasti bisa nak. Pasti bisa.” Ucap ibu Bunga.

Bunga tersenyum dan memeluk kedua orangtuanya. Ia merasa lega. Semua beban yang
telah ia pikul bertahun – tahun telah lepas. Hal yang terpenting adalah selalu yakinkan diri bahwa
kita tidak pantas untuk hidup dalam kegelapan. Kita tidak pantas stuck dalam masa-masa suram
terus-menerus. Kita berhak untuk merasakan kedamaian hidup seberapapun kita merasa diri ini
sudah hancur. Kita tetap pantas untuk berbahagia. Kita tetap pantas untuk bisa tersenyum dan
tertawa dengan tulus. Kita pantas merasa bahagia.

Dibutuhkan keberanian bagi seseorang untuk membuka bagian dari dirinya yang telah
terabaikan ataupun juga tertolak, demi memfasilitasi proses inidviduasi ini. Karena itu, tahap
pertama yang bisa kita lakukan adalah dengan mengenali shadow kita. Shadow kita ini
sebenarnya bergerak untuk mendapatkan cinta bagaimanapun caranya, dan hal ini bisa merusak
diri sekaligus kehidupan orang lain. Dengan mengenali sisi gelap kita yang seperti ini,
harapannya kita bisa mengontrolnya lebih baik agar penyalurannya tidak meledak-ledak dan
menghasilkan penyesalan. Penerimaan diri atas masa lalu ataupun juga atas kekurangan-
kekurangan dalam diri kita memang membutuhkan waktu. Sebagai respon naluriah pertama,
manusia akan lebih sering memilih melanjutkan hidup seolah masalah tersebut tidak pernah
terjadi. Tak jarang di masa depan ketika kita mengalami pengalaman yang mirip dengan memori
tersebut, kita bisa larut ke dalam emosi-emosi negatif yang sama dengan yang terjadi di masa
lalu. Sebenarnya, tidak pernah ada kata terlambat untuk mulai mengenali shadow atau sisi gelap
dalam diri kita. Oleh karena itu, kamu adalah orang yang hebat luar biasa karena sudah mau terus
mencoba untuk mengenali dan menerima hal itu setiap harinya.

Tentu bukan hal yang mudah, ketika kita merasa jauh dari orang yang ada di lingkungan
kita, terutama keluarga dan teman-teman. Akan ada perasaan tidak nyaman atau juga ada
perasaan merasa sendirian. Namun, saya sangat mengapresiasi kamu yang memiliki harapan
untuk bangkit dan tidak pantang menyerah dalam menjalani hidup. Pada dasarnya, setiap
peristiwa yang terjadi dalam hidup dapat menjadi sumber stres. Terutama hal-hal yang membuat
kita tertekan. Namun, kita pun dapat memilih, menjadikan hal tersebut sebagai hal yang
membuat kita bangkit dengan cara berdamai dengan stres tersebut, atau sebaliknya yaitu menjadi
terpuruk akibat peristiwa yang kita alami. Langkah awal untuk berdamai dengan stres adalah
dengan menerima setiap peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses kehidupan yang kita
alami. Menjalin pertemanan memang bukan hal yang mudah karena membutuhkan sebuah proses
di dalamnya. Membangun sebuah hubungan (pertemanan atau apapun) dapat dimulai dengan
melakukan komunikasi. Semua hal tentunya dapat menjadi topik pembicaraan, misalnya
mengenai cuaca, mengenai hobi, buku, maupun pertandingan olahraga.

Kita juga perlu menyadari bahwa ada banyak hal di luar diri kita yang tidak dapat kita
kontrol. Oleh karena itu, kita perlu berlatih untuk ikhlas menerima dan melepaskan – menerima
hal-hal yang tidak dapat kita ubah dan menerima hal-hal yang tidak sesuai dengan ekspektasi
kita, serta melepaskan ekspektasi kita.

Ikhlas menerima yaitu menerima pengalaman (pikiran dan perasaan) kita apa adanya
tanpa menilai. Pada umumnya, tanpa disadari, kita cenderung menahan atau menolak emosi
tertentu yang kita nilai negatif (misal: marah, khawatir, takut). Dengan latihan menyadari, kita
berlatih untuk mengistirahatkan pikiran kita dengan menerima emosi tersebut apa adanya, tidak
ada yang baik atau buruk, benar atau salah, positif atau negatif. Kita belajar untuk jujur pada diri
sendiri dengan mengakui bahwa saat ini ada emosi tertentu yang kita rasakan di dalam diri.
Setelah kita mengakui nya, akan lebih mudah untuk menerima ketidaknyamanan yang ada di
dalam diri saat ini.

Semoga hari baik untuk bisa berdamai dengan diri ini segera datang untuk kita semua.

Anda mungkin juga menyukai