Oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan amal. Dan
berkat Rahmat dan Hidayah-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
Morfofonemis (jenis morfofoenmis) yang insyaallah tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas tanpa adanya
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya kepada :
a. Bapak Dr. Hasan Suaedi selaku dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Madura
b. Teman Kelompok 4 selaku penulis dan pembuat makalah ini. Dan untuk teman-teman
yang lain yang tergabung dalam kelas “Bahasa Madura 6b”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Akhirnya,
kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat penulis butuhkan untuk dijadikan pedoman
dalam penulisan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................2
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan............................................................................................................10
3.2 Saran.....................................................................................................................10
DAFTAR RUJUKAN.............................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Morfem N- dalam bahasa madura mempunyai empat yaitu alomorf : m-, n-, ny-,
dan ng-. Dari beberapa contoh yang telah dipaparkan dapat ditentukan bahwa morfem N-
berubah menjadi m- berangkai dengan bentuk dasar yang diawali oleh bunyi /p/, berubah
2
menjadi ny- jika berangkai dengan bentuk dasar berawal bunyi /s/ dan /c/, berubah
menjadi ng- jika berangkai dengan bentuk dasar berawal bunyi /a/, /c/, /o/, dan /k/.
Perubahan vokal pada suku kedua, terjadi apabila vokal pada suku pertama bentuk
dasarnya berupa vokal tengah-pusat (/e/ atau [ǝ]) dan konsonan pada suku keduanya: /y/,
/w/, /l/ atau /r/. misalnya :
Perubahan yang terjadi pada semua vokal yang terdapat pada bentuk dasarnya,
terjadi apabila vokal pada suku pertama bentuk dasarnya berupa vokal atas (/i/ dan /u/)
atau vokal bawah-pusat ([â]) dan konsonan pada suku keduanya: /y/, /w/, /l/ atau /r/.
misalnya :
3
3. Asimilasi progresif
Morfofonemis yang berupa asimilasi progresif terjadi pada sufiksasi –na.
misalnya : bhântal ‘bantal’ menjadi bhântalla ‘bantalnya’, ettas ‘tas’ menjadi ettassa
‘tasnya’, lajâr ‘layar’ menjadi lajârrâ ‘layarnya’, dan pangkeng ‘kamar’ menjadi
pangkèngnga ‘kamarnya’. Untuk bentuk dasar yang berfonem akhir vokal atau bunyi
glotal, dalam dialek sumenep tetap [na], sedangkan dalam dialek pamekasan menjadi
[ǝn]. Untuk bentuk dasar yang berfonem akhir velar ([k]), dalam dialek sumenep –na
akan berubah menjadi [gʰâ] dan [k] akan berubah menjadi [g], sedangkan dalam dialek
pamekasan na- akan berubah menjadi [ka] dan fonem [k] tetap [k].
Dalam bahasa madura, asimilasi progresif secara konsisten terjadi pada: konsonan
/n/ pada sufiks {-na} dan vokal /a/. konsonan /n/ pada sufiks {-na} selalu berasimilasi
dengan konsonan yang menjadi akhir kata yang dilekatinya. Vokal /a/ dalam bahasa
madura selalu berasimilasi dengan konsonan yang dilekatinya, sedangkan vokal /a/ yang
melekat pada semi-vokal selalu berasimilasi dengan bunyi pada silabe sebelumnya.
Contoh-contoh asimilasi progresif yang terjadi pada konsonan /n/ pada sufiks [-
na] antara lain tampak sebagai berikut.
Bhântal +-na >bhântalla ‘bantalnya’
Kandhel >kandhellâ ‘tebalnya’
Ettas >ettassa ‘tasnya’
Bherrâs >bherrâssâ ‘berasnya’
Apoy >apoyya ‘apinya’
Lajâr >lajârrâ ‘layarnya’
Pangkèng >pangkèngnga ‘kamarnya’
Dalam contoh tersebut tampak bahwa kata Bhântal +-na tidak menjadi bhântalna
melainkan menjadi bhântalla. Demikian pula, kata Kandhel+-na tidak menjadi
Kandhelna melainkan menjadi Kandhellâ, kata Ettas berubah menjadi Ettassa, kata
Bherrâs menjadi Bherrâssâ, kata Apoy menjadi Apoyya bukan Apoyna, kata Lajâr
menjadi Lajârrâ, dan kata Pangkèng berubah menjadi Pangkèngnga bukan Pangkèngna.
4
4. Pemunculan bunyi pelancar dan glotal
Bunyi pelancar yang terdapat dalam bahasa madura antara lain: [w], [y], dan [?].
bunyi pelancar [w] muncul apabila bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /o/ atau /u/
dilekati oleh sufiks {-a}, {-è}, atau {-i}. bunyi pelancar [y] mucul apabila bentuk dasar
yang berkahir dengan vokal /è/ atau /i/ dilekati oleh sufiks {-a}. Bunyi pelancar [?]
muncul apabila bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /u/, /o/, /e/, /i/, dilekati oleh
sufiks {-a}, {-aghi}, {-an}, dan {-ana}. Misalnya, tampak pada contoh berikut.
[w]
Ambu +-a >ambuwâ ‘akan berhenti’
Sapo +-è >sapowè ‘sapulah’
Pèso +-è >pèsowè ‘umpatlah’
Ambu +-è >ambuwi ‘hampirilah’
Susu +-è >susuwi ‘susilah’
Alako +-a >alakowa ‘akan bekerja’
Ako +-aghi >akowaghi ‘tolong diakui’
Labu +-a >labuwâ ‘akan jatuh’
Todhu +N-ana >nodhuwâna ‘akan ditunjukkan’
[y]
Kalè +-aghi >kalèyaghi ‘galikan’
Èkalè +-a >èkalèya ‘akan digali’
Mole +-a >molèya ‘akan pulang’
Pèssè +è-ana >epèssèyana ‘akan diganti (dengan)uang’
Èpabèli +-a >èpabliyâ ‘akan dikembalikan’
Pabâli +-aghi >pabâliyâghi ‘tolong kembalikan’
Kalè +-aghi >kalèyaghi ‘tolong galikan’
Molè +-a >molèya ‘akan pulang’
[?]
Nyapa
+-a >nyapa?a ‘akan menyapa’
5
Kala +-a >kala?a ‘akan kalah’
Èkala +-aghi >èkala?aghi ‘dianggap kalah’
Selain terjadi pemunculan bunyi pelancar, juga terjadi perubahan bunyi vokal
pada afiks, yakni : (a) sufiks {-è} akan mempunyai dua buah alomorf, yakni è dan i; (b)
vokal /a/ pada sufiks {-a}, {-aghi}, {-an}, dan {-ana} dapat terealisasi sebagai [a] atau [â]
bergantung pada vokal pada suku akhir bentuk dasarnya. Jika vokal pada suku akhir
bentuk dasarnya berupa vokal [], [ɔɛ], dan [a], sufiks –è akan terealisasi è dan vokal [a]
pada sufiks-sufiks tersebut akan terealisasi atau berbunyi [a]. jika vokal pada suku akhir
bentuk dasarnya [i], [u], [â], dan [ǝ] dan konsonan terakhirnya berupa konsonan bersuara,
sufiks –è akan terealisasi i dan vokal [a] pada sufiks-sufiks tersebut akan terealisasi [â]
sehingga menjadi [â], [âghi], [ân], dan [âna], sedangkan kalau konsonan terakhirnya
berupa konsonan tak bersuara atau berupa semi-vokal dan bersuku tertutup, akan
terealisasi [a]. sebagai contoh dapat dilihat pada proses afiksasi berikut.
6
Polo + -an > polowan ‘puluhan’
Molè + -an > molèyan ‘sering pulang’
Ngala’ + -an > ngala’an ‘sering mengambil’
7
Labu + -an>labuwân ‘sering jatuh’
8
La bhusen + -a>la bhusenna ‘sudah akan bosan’
Burung + pa-aghi>paburungngaghi ‘akan gagal’
Ghuring + -aghi>aghuringngaghi ‘akan menggoreng’
Serrop + -aghi>serroppaghi ‘tiupkan’
Pokol + -aghi>pokollaghi ‘(tolong) pukulkan’
Èkobel + -a>èkobellâ ‘akan dicubit’
Èpakandhel + -a>èpakandhellâ ‘akan ditebalkan’
Ècekkel + -a>ècekkellâ ‘akan dicekik’
Toghel + -a>toghellâ ‘akan putus’
Motel + -a>motella ‘akan mematahkan’
Ghânjhel + -aghi>ghânjhellâghi ‘ganjalkan’
Èpakandhel + -è>èpakandhelli ‘dipertebal’
Toghel + -an>toghellân ‘mudah/sering patah’
Ghâbây + -aghi>ghâbâyyâghi ‘buatkan’
Keppay + -aghi>keppayyaghi ‘(tolong) kipaskan’
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Morfofonemis dalam bahasa madura antara lain : (1) peluluhan fonem awal bentuk dasar,
(2) peluluhan fonem awal bentuk dasar yang disertai dengan perubahan vokal, (3) asimilasi
progresif, (4) pemunculan bunyi pelancar dan glotal, dan (5) geminasi atau perangkapan
konsonan. Peluluhan fonem awal bentuk dasar terjadi sebagai akibat dari prefiksasi N-.
Peluluhan fonem awal bentuk dasar ang disertai dengan perubahan vokal, terjadi sebagai akibat
dari prefiksasi N- dan kaidah fonologis bahasa madura. Perubahan vokal yang terjadi, ada yang
terjadi pada suku pertama, suku kedua, dan semua vokal yang terdapat pada bentuk dasarnya.
Morfofonemis yang berupa asimilasi progresif terjadi pada sufiksasi –na. Bunyi pelancar
[w] muncul apabila bentuk dasar yang berkahir dengan vokal /o/ atau /u/ dilekati oleh sufiks {-
a}, {-è}, atau {-i}. bunyi pelancar [y] muncul apabila bentuk dasar yang berakhir dengan vokal
/è/ atau /i/ dilekati oleh sufiks {-a}. Bunyi pelancar [?] muncul apabila bentuk dasar yang
berakhir dengan vokal /u/, /o/, /e/, /i/ dilekati oleh sufiks {-a}, {-aghi}, {-an}, dan {-ana}.
Geminasi atau perangkapan fonem akhir bentuk dasar terjadi apabila: (a) bentuk dasar yang
berfonem akhir konsonan atau semi-vokal dilekati oleh sufiks {-aghi} dan (b) bentuk dasar yang
sku terakhirna bervokal /e/ ([ǝ]) serta berupa suku tertutup dilekati oleh sufiks yang berawal
dengan vokal (-a, -ana, -è, dan –aghi).
3.2. Saran
1) Untuk para pembaca yang membaca makalah ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai
referensi pembelajaran selanjutnya. Bila ada yang mengembangkan makalah ini lebih
lanjut, dimohon untuk dapat menambahkan lagi materi-materi yang belum sempurna
sehingga bermanfaat bagi para pembaca.
2) Dimohon juga mengajukan kritik dan saran kepada penulis demi peningkatan
makalah yang penulis buat kedepannya, semoga makalah ini bermanfaat.
1
Daftar Pustaka
Jakarta