Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MORFOFONEMIS (JENIS MORFOFONEMIS)


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Bahasa Madura” yang dibimbing oleh Bapak
Dr. Hasan Suaedi

Oleh :

Rohikil Mahtumah (1810221039)

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan amal. Dan
berkat Rahmat dan Hidayah-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
Morfofonemis (jenis morfofoenmis) yang insyaallah tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas tanpa adanya
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya kepada :

a. Bapak Dr. Hasan Suaedi selaku dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Madura
b. Teman Kelompok 4 selaku penulis dan pembuat makalah ini. Dan untuk teman-teman
yang lain yang tergabung dalam kelas “Bahasa Madura 6b”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Akhirnya,
kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat penulis butuhkan untuk dijadikan pedoman
dalam penulisan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua. Amin.

Jember, 7 Maret 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................2

2.1 Jenis Morfofonemis................................................................................................2


2.2 Proses pembentukan morfofonemis dalam Bahasa Madura..............................2
1. Peluluhan fonem awal bentuk dasar.............................................................2
2. Peluluhan fonem awal dengan perubahan vokal..........................................3
3. Asimilasi progresif...........................................................................................4
4. Pemunculan bunyi pelancar dan glotal..........................................................5
5. geminasi atau perangkapan konsonan..........................................................8

BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................10

3.1 Kesimpulan............................................................................................................10

3.2 Saran.....................................................................................................................10

DAFTAR RUJUKAN.............................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Morfofonemik adalah cabang linguistik yang mempelajari perubahan bunyi diakibatkan
adanya pengelompokkan morfem. Proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang
terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem. Proses morfonemik dalam bahasa
Indonesia hanya terjadi dalam pertemuan realisasi morfem dasar (morfem) dengan realisasi
afiks (morfem), baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks (Kridalaksana, 2007:183).
Chaer berpendapat morfofonemik (disebut juga morfonologi atau morfofonologi) adalah
kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem akibat dari adanya proses
morfologis. Morfofonemik adalah gejala dalam afiksasi yang mengalami perubahan bunyi
atau perubahan morfem. Untuk hal yang sama, Tarigan (1988:27) mengatakan bahwa
“morfofonemik atau biasa disebut dengan morfofonologi adalah ilmu menelaah
morfofonem”. Proses morfofonemis juga terjadi akibat pemberian imbuhan pada suatu
bentuk dasar. Sebagai akibat dari proses tersebut kadang kadang terjadi perubahan
fonologis,yaitu perubahan atau pergatian fonem pada suatu morfem.
Istilah proses morfofonemis banyak dipergunakan untuk merujuk ke pengertian
perubahan fonemis akibat proses morfemis. Istilah pengertian itu digunakan oleh Kridaksana
(1989), dan Chaer (1994)
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis morfofonemis dalam bahasa madura?
2. Bagaimana proses pembentukan morfofonemis dalam bahasa madura?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui jenis-jenis morfofonemis dalam bahasa madura?


2. Untuk mengetahui proses pembentukan morfofonemis dalam bahasa madura?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Jenis- jenis Morfofonemis dalam Bahasa Madura


Dalam proses afiksasi, sebuah morfem dapat mengalami proses morfofonemis atau
perubahan bunyi, sehingga satu morfem ada yang mempunyai beberapa variasi bentuk.
Variasi-variasi bentuk morfem rersebut disebut alomorf. Dalam proses morfologis bahasa
madura morfofonemis yang terjadi antara lain berupa : (1) peluluhan fonem awal bentuk
dasar, (2) peluluhan fonem awal dengan perubahan vokal, (3) asimilasi progresif, (4)
pemunculan bunyi pelancar dan glotal, dan (5) geminasi atau perangkapan konsonan.
2.2. Proses pembentukan morfofonemis dalam Bahasa Madura
1. Peluluhan vonem awal bentuk dasar
Peluluhan fonem awal bentuk dasar terjadi sebagai akibat dari prefiksasi N-.
Contoh peluluhan fonem awal bentuk bentuk dasar yang terjadi sebagai akibat
penambahan prefix nasal antara lain sebagai berikut.
N- +kala’ >ngala’ ‘mengambil’
+kalè >ngalè ‘menggali’
+kerra’ >ngerra’ ‘mengiris’
N- +pèlè >mèlè ‘memilih’

+pako >mako ‘memaku’


+pèntel >mèntel ‘memintal’
N- +tolès >nolès ‘menulis’
+totop >notop ‘menutup’
+tamen >namen ‘menanam’
N- +sarè >nyarè ‘mencari’

+saloy >nyaloy ‘menuang’


+campor >nyampor ‘mencampur’

Morfem N- dalam bahasa madura mempunyai empat yaitu alomorf : m-, n-, ny-,
dan ng-. Dari beberapa contoh yang telah dipaparkan dapat ditentukan bahwa morfem N-
berubah menjadi m- berangkai dengan bentuk dasar yang diawali oleh bunyi /p/, berubah

2
menjadi ny- jika berangkai dengan bentuk dasar berawal bunyi /s/ dan /c/, berubah
menjadi ng- jika berangkai dengan bentuk dasar berawal bunyi /a/, /c/, /o/, dan /k/.

2. Peluluhan fonem awal dengan perubahan vokal


Peluluhan fonem awal bentuk dasar yang disertai dengan perubahan vokal, terjadi
sebagai akibat dari prefiksasi N- dan kaidah fonologis bahasa madura. Perubahan vokal
yang terjadi, ada yang terjadi pada suku pertama, suku kedua, dan semua vokal yang
terdapat pada bentuk dasarnya. Perubahan vokal pada suku pertama, terjadi apabila vokal
pada suku pertama bentuk dasarnya berupa vokal atas (/i/ dan /u/) dan vokal bawah-
pusat ([â]) dan konsonan pada suku keduanya selain /y/, /w/, /l/ atau /r/.
Misalnya :
N- +bitta’ [bitta?] >mètta’[metta?] ‘menguak’
+budi [budi] >modi [mɔdi] ‘terlambat’
+bukka’ [bukka?] >mokka’ [mɔkka?] ‘membuka’
+bâbâ [bâbâ] >mabâ [mabâ] ‘agak kebawah’
+bâgi [bâgi] >magi [magi] ‘membagi’

Perubahan vokal pada suku kedua, terjadi apabila vokal pada suku pertama bentuk
dasarnya berupa vokal tengah-pusat (/e/ atau [ǝ]) dan konsonan pada suku keduanya: /y/,
/w/, /l/ atau /r/. misalnya :

N-+belli [bǝlli] >mellè [mǝllϵ] ‘membeli’

Perubahan yang terjadi pada semua vokal yang terdapat pada bentuk dasarnya,
terjadi apabila vokal pada suku pertama bentuk dasarnya berupa vokal atas (/i/ dan /u/)
atau vokal bawah-pusat ([â]) dan konsonan pada suku keduanya: /y/, /w/, /l/ atau /r/.
misalnya :

N- +bâlâi [bâlâi] >malaè [malaϵ] ‘memberi tahu’

+buwâ’[buwâ?] >mowa’[mɔwa?] ‘memuat’

+buwâng [buwâŋ] >mowang [mɔwaŋ] ‘membuang’

3
3. Asimilasi progresif
Morfofonemis yang berupa asimilasi progresif terjadi pada sufiksasi –na.
misalnya : bhântal ‘bantal’ menjadi bhântalla ‘bantalnya’, ettas ‘tas’ menjadi ettassa
‘tasnya’, lajâr ‘layar’ menjadi lajârrâ ‘layarnya’, dan pangkeng ‘kamar’ menjadi
pangkèngnga ‘kamarnya’. Untuk bentuk dasar yang berfonem akhir vokal atau bunyi
glotal, dalam dialek sumenep tetap [na], sedangkan dalam dialek pamekasan menjadi
[ǝn]. Untuk bentuk dasar yang berfonem akhir velar ([k]), dalam dialek sumenep –na
akan berubah menjadi [gʰâ] dan [k] akan berubah menjadi [g], sedangkan dalam dialek
pamekasan na- akan berubah menjadi [ka] dan fonem [k] tetap [k].
Dalam bahasa madura, asimilasi progresif secara konsisten terjadi pada: konsonan
/n/ pada sufiks {-na} dan vokal /a/. konsonan /n/ pada sufiks {-na} selalu berasimilasi
dengan konsonan yang menjadi akhir kata yang dilekatinya. Vokal /a/ dalam bahasa
madura selalu berasimilasi dengan konsonan yang dilekatinya, sedangkan vokal /a/ yang
melekat pada semi-vokal selalu berasimilasi dengan bunyi pada silabe sebelumnya.
Contoh-contoh asimilasi progresif yang terjadi pada konsonan /n/ pada sufiks [-
na] antara lain tampak sebagai berikut.
Bhântal +-na >bhântalla ‘bantalnya’
Kandhel >kandhellâ ‘tebalnya’
Ettas >ettassa ‘tasnya’
Bherrâs >bherrâssâ ‘berasnya’
Apoy >apoyya ‘apinya’
Lajâr >lajârrâ ‘layarnya’
Pangkèng >pangkèngnga ‘kamarnya’
Dalam contoh tersebut tampak bahwa kata Bhântal +-na tidak menjadi bhântalna
melainkan menjadi bhântalla. Demikian pula, kata Kandhel+-na tidak menjadi
Kandhelna melainkan menjadi Kandhellâ, kata Ettas berubah menjadi Ettassa, kata
Bherrâs menjadi Bherrâssâ, kata Apoy menjadi Apoyya bukan Apoyna, kata Lajâr
menjadi Lajârrâ, dan kata Pangkèng berubah menjadi Pangkèngnga bukan Pangkèngna.

4
4. Pemunculan bunyi pelancar dan glotal
Bunyi pelancar yang terdapat dalam bahasa madura antara lain: [w], [y], dan [?].
bunyi pelancar [w] muncul apabila bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /o/ atau /u/
dilekati oleh sufiks {-a}, {-è}, atau {-i}. bunyi pelancar [y] mucul apabila bentuk dasar
yang berkahir dengan vokal /è/ atau /i/ dilekati oleh sufiks {-a}. Bunyi pelancar [?]
muncul apabila bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /u/, /o/, /e/, /i/, dilekati oleh
sufiks {-a}, {-aghi}, {-an}, dan {-ana}. Misalnya, tampak pada contoh berikut.
[w]
Ambu +-a >ambuwâ ‘akan berhenti’
Sapo +-è >sapowè ‘sapulah’
Pèso +-è >pèsowè ‘umpatlah’
Ambu +-è >ambuwi ‘hampirilah’
Susu +-è >susuwi ‘susilah’
Alako +-a >alakowa ‘akan bekerja’
Ako +-aghi >akowaghi ‘tolong diakui’
Labu +-a >labuwâ ‘akan jatuh’
Todhu +N-ana >nodhuwâna ‘akan ditunjukkan’

[y]
Kalè +-aghi >kalèyaghi ‘galikan’
Èkalè +-a >èkalèya ‘akan digali’
Mole +-a >molèya ‘akan pulang’
Pèssè +è-ana >epèssèyana ‘akan diganti (dengan)uang’
Èpabèli +-a >èpabliyâ ‘akan dikembalikan’
Pabâli +-aghi >pabâliyâghi ‘tolong kembalikan’
Kalè +-aghi >kalèyaghi ‘tolong galikan’
Molè +-a >molèya ‘akan pulang’

[?]
Nyapa
+-a >nyapa?a ‘akan menyapa’

5
Kala +-a >kala?a ‘akan kalah’
Èkala +-aghi >èkala?aghi ‘dianggap kalah’

Selain terjadi pemunculan bunyi pelancar, juga terjadi perubahan bunyi vokal
pada afiks, yakni : (a) sufiks {-è} akan mempunyai dua buah alomorf, yakni è dan i; (b)
vokal /a/ pada sufiks {-a}, {-aghi}, {-an}, dan {-ana} dapat terealisasi sebagai [a] atau [â]
bergantung pada vokal pada suku akhir bentuk dasarnya. Jika vokal pada suku akhir
bentuk dasarnya berupa vokal [], [ɔɛ], dan [a], sufiks –è akan terealisasi è dan vokal [a]
pada sufiks-sufiks tersebut akan terealisasi atau berbunyi [a]. jika vokal pada suku akhir
bentuk dasarnya [i], [u], [â], dan [ǝ] dan konsonan terakhirnya berupa konsonan bersuara,
sufiks –è akan terealisasi i dan vokal [a] pada sufiks-sufiks tersebut akan terealisasi [â]
sehingga menjadi [â], [âghi], [ân], dan [âna], sedangkan kalau konsonan terakhirnya
berupa konsonan tak bersuara atau berupa semi-vokal dan bersuku tertutup, akan
terealisasi [a]. sebagai contoh dapat dilihat pada proses afiksasi berikut.

a. Alomorf morfem {-è}


Sapo’ +-è >sapo’è ‘selimut’
Topo +è >topowè ‘tutupilah’
Kora +è >koraè ‘cucilah’
Ambu +è >ambuwi ‘hampirilah’
Lajâr +è >lajâri ‘pasanglah layar’
Cabbhi +è >cabbhi’i ‘berilah lombok’
b. Vokal [a] pada {-a}, {-aghi}, {-an}, dan {-ana} pada bentuk dasar yang vokal
terakhirnya [ɔ], [ɛ], dan [a]
Alako + -a > alako wa ‘akan bekerja’
Molè + -a > molèya ‘akan pulang’
Ngakan + -a > ngakana ‘akan makan’

Ako + -aghi> akowaghi ‘tolong diakui’


Kalè + -aghi> kalèyaghi ‘tolong galikan’
Tatta’ + -aghi> tatta’aghi ‘tolong potongkan dengan parang’

6
Polo + -an > polowan ‘puluhan’
Molè + -an > molèyan ‘sering pulang’
Ngala’ + -an > ngala’an ‘sering mengambil’

Sapo’ + è-ana> èsapo’ana ‘akan diselimuti’


Kala’ + N-ana> ngala’ana ‘akan mengambil’
c. Vokal [a] pada {-a}, {-aghi}, {-an}, dan {-ana} pada bentuk dasar yang vokal
terakhirnya [i], [u], [â], dan [-ǝ]

Akalambhi + -a >akalambhiyâ ‘akan memakai baju’

Aghuring + -a >aghuringa ‘akan menggoreng’

Labu + -a >labuwâ ‘akan jatuh’

Burung + -a >burunga ‘akan gagal’

Ghâgghâr + -a >ghâgghârâ ‘akan jatuh’

Toghel + -a >toghellâ ‘akan putus’

Motel + -a >motella ‘akan mematahkan’

Sambi + -aghi>sambiyâghi ‘bawakan’

Ghuring + -aghi>aghuringngaghi ‘akan menggorengkan’

Tabbhu + -aghi>tabbhuwâghi ‘tabuhkan’

Burung + pa-aghi>paburungngaghi ‘akan gagal’

Ghâbây + -aghi>ghâbâyyâghi ‘buatkan’

Ghânjhel + -aghi>ghânjhellâghi ‘ganjalkan’

Ater + -aghi>aterraghi ‘antarkan’

Aghuli + -an>aghuliyân ‘banyak gerak’

7
Labu + -an>labuwân ‘sering jatuh’

Burung + -an>burungan ‘sering gagal’

Bâjâr + -an>bâjârân ‘bayaran’

Berri’ + è-ana>èberri’âna ‘akan diberi’

Jhâring + è-ana>èjhâringana ‘akan dipasangi jaring’

Todhu + N-ana>nodhuwâna ‘akan ditunjukkan’

Bârung + a-ana>abârungana ‘akan membuka warung’

Salebbâr + a-ana>asalebbârâna ‘akan memakai celana’

Andhel + N-ana>ngandhellâna ‘akan mengandalkan’

Sepper + è-ana>èsepperrana ‘akan dihampiri’

5. Geminasi atau perangkapan konsonan


Geminasi atau perangkapan fonem akhir bentuk dasar terjadi apabila: (a) bentuk
dasar yang berfonem akhir konsonan atau semi-vokal dilekati oleh sufiks {-aghi} dan (b)
bentuk dasar yang suku berkahirnya bervokal /e/ ([ǝ]) serta berupa suku tertutup dilekati
oleh sufiks yang berawal dengan vokal (-a, -ana, -è, dan –aghi). Dalam bahsa madura
dialek pamekasan, {-ana} biasa diucapkan [ǝnna]. Contoh-contohnya adalah sebagai
berikut.
Antor + -aghi>antorraghi ‘tabrakan’
Ngabbher + -a>ngabbherrâ ‘akan terbang’
Èpogher + -a>èpogherrâ ‘akan ditebang’
Ater + -aghi>aterraghi ‘antarkan’
Ghentos + -aghi>ghentossaghi ‘benturkan (kepalanya)’
Ngèrrem + -è>ngèrremmè ‘mengerami’
Bhendem + -aghi>bhendemmaghi ‘pendamkan’
Sèllem + -aghi>sèllemmaghi ‘tenggelamkan’
Messen + -a>messenna ‘akan memesan’

8
La bhusen + -a>la bhusenna ‘sudah akan bosan’
Burung + pa-aghi>paburungngaghi ‘akan gagal’
Ghuring + -aghi>aghuringngaghi ‘akan menggoreng’
Serrop + -aghi>serroppaghi ‘tiupkan’
Pokol + -aghi>pokollaghi ‘(tolong) pukulkan’
Èkobel + -a>èkobellâ ‘akan dicubit’
Èpakandhel + -a>èpakandhellâ ‘akan ditebalkan’
Ècekkel + -a>ècekkellâ ‘akan dicekik’
Toghel + -a>toghellâ ‘akan putus’
Motel + -a>motella ‘akan mematahkan’
Ghânjhel + -aghi>ghânjhellâghi ‘ganjalkan’
Èpakandhel + -è>èpakandhelli ‘dipertebal’
Toghel + -an>toghellân ‘mudah/sering patah’
Ghâbây + -aghi>ghâbâyyâghi ‘buatkan’
Keppay + -aghi>keppayyaghi ‘(tolong) kipaskan’

9
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Morfofonemis dalam bahasa madura antara lain : (1) peluluhan fonem awal bentuk dasar,
(2) peluluhan fonem awal bentuk dasar yang disertai dengan perubahan vokal, (3) asimilasi
progresif, (4) pemunculan bunyi pelancar dan glotal, dan (5) geminasi atau perangkapan
konsonan. Peluluhan fonem awal bentuk dasar terjadi sebagai akibat dari prefiksasi N-.
Peluluhan fonem awal bentuk dasar ang disertai dengan perubahan vokal, terjadi sebagai akibat
dari prefiksasi N- dan kaidah fonologis bahasa madura. Perubahan vokal yang terjadi, ada yang
terjadi pada suku pertama, suku kedua, dan semua vokal yang terdapat pada bentuk dasarnya.

Morfofonemis yang berupa asimilasi progresif terjadi pada sufiksasi –na. Bunyi pelancar
[w] muncul apabila bentuk dasar yang berkahir dengan vokal /o/ atau /u/ dilekati oleh sufiks {-
a}, {-è}, atau {-i}. bunyi pelancar [y] muncul apabila bentuk dasar yang berakhir dengan vokal
/è/ atau /i/ dilekati oleh sufiks {-a}. Bunyi pelancar [?] muncul apabila bentuk dasar yang
berakhir dengan vokal /u/, /o/, /e/, /i/ dilekati oleh sufiks {-a}, {-aghi}, {-an}, dan {-ana}.
Geminasi atau perangkapan fonem akhir bentuk dasar terjadi apabila: (a) bentuk dasar yang
berfonem akhir konsonan atau semi-vokal dilekati oleh sufiks {-aghi} dan (b) bentuk dasar yang
sku terakhirna bervokal /e/ ([ǝ]) serta berupa suku tertutup dilekati oleh sufiks yang berawal
dengan vokal (-a, -ana, -è, dan –aghi).

3.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan penulis merekomendasikan berupa saran – saran sebagai


berikut:

1) Untuk para pembaca yang membaca makalah ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai
referensi pembelajaran selanjutnya. Bila ada yang mengembangkan makalah ini lebih
lanjut, dimohon untuk dapat menambahkan lagi materi-materi yang belum sempurna
sehingga bermanfaat bagi para pembaca.
2) Dimohon juga mengajukan kritik dan saran kepada penulis demi peningkatan
makalah yang penulis buat kedepannya, semoga makalah ini bermanfaat.

1
Daftar Pustaka

Pawitra, Ardian. 2009. Kamus Standard Bahasa Madura-Indonesia. PT DIAN RAKYAT

Jakarta

Sofyan, Akhmad.2016. Bahasa Madura. Fakultas sastra. Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai