Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Bahasa Madura” yang dibimbing
oleh Bapak Hasan Suaedi, Dr. S.Pd. M
Oleh
Lailatul Hasanah (1710221043)
Wanmuminah Wae-arle (1710221047)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan amal. Dan
berkat Rahmat dan Hidayah-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah Bahasa
Indonesia yang insyaallah tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas tanpa
adanya bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesematan ini
penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-bsarnya, khususnya kepada :
a. Bapak Hasan Suaedi, Dr. S.Pd. Mselaku dosen pembimbing mata kuliah Bahasa
Madura.
b. Teman Keompok 5 selaku Penulis dan pembuat Makalah ini. Dan untuk teman-
teman yang lain yang tergabung dalam kelas “Bahasa Madura B”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Akhirnya,
kritik, saran, dn masukan yang membangun sangat penulis butuhkan untuk dijadikan
pedoman dalam penulisan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna
dan brmanfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halamanjudul............................................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II Pembahasan.................................................................................................................3
2.1 Pengertian Prefiksasi.........................................................................................................3
2.2 Pengertian Sufiksasi........................................................................................................20
BAB III Penutup.....................................................................................................................27
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................27
3.2Saran...............................................................................................................................27
Daftar Pustaka........................................................................................................................28
iii
1.1 Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu alat
yang paling sering digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun
bahasa tulis. Tentunya manusia begitu dekat dengan bahasa, adapun beberapa bahasa yang
digunakan di Indonesia yakni bahasa daerah namun tetap bahasa utama bahasa Indonesia.
Sehingga manusia sangat perlu untuk mempelajari bahasa tersebut secara lebih jauh dan
mendalam. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif yang dilakukan antar manusia.
Dengan adanya bahasa, sangat memudahkan manusia untuk berkomunikasi di kalangan
masyarakat. Sejak kecil manusia tentunya sudah mempelajari bahasa dengan baik dan benar.
Pada umumnya, beberapa bahasa di dunia, dalam penggunaannya pasti mempunyai
kata dasar dan kata yang terbentuk melalui suatu proses. Kata dasar tersebut bisa disusun
menjadi kata bentukan melalui tiga macam proses, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi
(pengulangan) dan komposisi (pemajemukan). Pada proses pembentukan afiksasi telah
dikenal adanya imbuhan atau afiks yang didalamnya meliputi prefiks (awalan), sufiks
(akhiran) dan infiks (sisipan). Dari ketiga jenis imbuhan ini, pada umumnya sufiks (akhiran)
yang lebih banyak digunakan.
Afiks (imbuhan) yang dipakai untuk menurunkan verba empat macamnya yakni :
prefiks, sufiks, konfiks, dan yang tidak begitu produktif lagi infiks. Prefiks yang sering juga
dinamakan awalan, adalah afiks yang diletakkan dimuka dasar. Sufiks yang juga dinamakan
akhiran diletakkan dibelakang dasar. Konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang
mengapit dasar kata dan membentuk satu kesatuan. Infiks yang juga dinamakan sisipan
adalah bentuk afiks yang ditempatkan ditengah dasar kata
1
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari afiksasi
2. Untuk mengetahui penertian dari prefiksasi
3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis dari prefiksasi
4. Untuk mengetahui pengertian dari sufiksasi
5. Untuk mengetahui jenis-jenis dari sufiksasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
Afiksasi adalah proses pembentukankata dengan jalan menambahkan imbuhan pada
bentuk dasar. Afiksasi dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu (1) penambahan
awalan atau prefiksasi, (2) penambahan sisipan atau infiksasi, (3) penambahan akhiran atau
sufiksasi, dan (4) penambahan awalan dan akhiran secara bersama-sama atau konfiksasi.
Dalam bahasa Madura, prefiks disebut ter-ater; sufiks disebut panotèng; infiks disebut
sessellan; sedangkan konfiks disebut ter-ater bân panotèng. Secara morfologis pemberian
imbuhan pada bentuk dasar digunakan untuk mengubah makna gramatikal sebuah morfem
dan mengubah kategori sebuah morfem.
2.1 Prefiksasi
Prefiks atau ter-ater yang terdapat dalam bahasa Madura antara lain: N-, a-, ta-, ma-,
ka-, sa-,pa-, paN-, nga-, è-, èpa-,dan èka-. Fungsi dan makna gramatikal yang dikandung
oleh prefix tersebut dijelaskan sebagai berikut.
2.1.1 Prefiksasi (N-)
Prefiksasi (N-) pada bentuk dasar dapat mengubahkelas kata dan mengubah makna.
Fungsi dan makna gramatikal yang didukung oleh prefix (N-) adalah sebagai berikut
a) Bentuk dasar berupa kata kerja yang dilekati oleh prefix (N-) akan berubah
menjadi kata kerja transitif dengan makna ‘melakukan suatu perbuatan yang
disebut dalam kata dasar’ seperti pada
Polos > motos ‘memutuskan perkara’
Olok > ngolok ‘memanggil’
Kèrèm > ngèrèm ‘mengirim’
Cocco > nyocco ‘menusuk’
Tamen > namen ‘menanam’
Tobi’ > nobi’ ‘mencubit’
b) Bentuk dasar berupa kata kerja yang mendapat prefiks (N-) akan berubah menjadi
kata kerja intransif dengan arti melakukan suatu perbuatan yang disebut bentuk
dasa, seperti pada :
Elang > ngelang ‘menghilang’
Koca’ > ngoca’ ‘berkata’
Pandi > mandi ‘mandi’
Kerrok > ngerrok ‘mendengkur’
3
Pental > mental ‘terpental’
Tatta’ > matta’ ‘memotong’
c) Bentuk dasar berupa kata benda yang mendapat prefiks (N-) akan berubah
menjadi kata kerja intransitif, dengan arti sebagai berikut:
(i) Mengerjakan sesuatu sebagai pekerjaan, seperti pada:
Bârung > marung ‘berkedai’
Koli > ngoli ‘berkuli’
Tokang > nokang ‘bertukang’
Becak > mèca’ ‘bekerja sebagai tukang becak’
Kabulâ > ngabulâ ‘menjadi buruh’
d) Bentuk dasar berupa kata benda yang mendapat prefiks (N-) akan berubah
menjadi kata kerja transitif dengan arti mempergunakan atau bekerja dengan yang
disebut oleh bentuk dasar, seperti pada:
Arè > ngarè’ ‘menyabit’
Kapa’ > ngapa’ ‘mengapak’
Bâddhung > maddhung ‘mengapak’
Tokol > nokol ‘memalu’
Ghuntèng > nguntèng ‘menggunting’
Soroy > nyoroy ‘menyisir’
e) Bentuk dasar berupa kata benda yang mendapat prefiks (N-) akan berubah
menjadi sifat dengan arti memiliki seperti yan disebut oleh bentuk dasar, seperti
pada:
Beddhi > meddhi ‘bersifat seperti pasir’
Kaju > ngaju ‘mengeras seperti kayu’
Ban > ngebban ‘memantul seperti ban’
4
Kapal > ngapal ‘mengeras, keras seperti kapal’
f) Bentuk dasar berupa kata sifat yang mendapat prefiks (N-) akan berubah menjadi
kata kerja intransitif dengan arti melakukan perbuatan seperti yang disebut oleh
bentuk dasar, seperti pada:
Potè > mote ‘berbuat tidak makan lauk pauk’
Seppè > nyeppè ‘menyepi’
g) Bentuk dasar berupa kata tambah yang mendapat prefiks (N-) akan berubah
menjadi kata kerja intransitif dengan arti menuju ke arah, seperti pada:
Tengnga > nengga ‘menuju tengah’
Sèsè > nyèsè ‘menuju ke samping’
Pènggir > mèngghir ‘menuju ke pinggir’
h) Bentuk dasar berupa kata bilangan yang mendapat prefiks (N-) akan berubah
menjadi kata kerja intransitif dengan arti melakukan kegiatan seperti yang disebut
oleh kata bilangan tersebut, seperti pada:
Pèttong arè > mèttong arè ‘selamatan hari ke tujuh’
Satos arè > nyatos arè ‘selamatan hari ke seratus’
Saèbu arè > nyaèbu arè ‘kegiatan hari ke seribu’
5
pèlè > apèlè ‘mencalonkan diri’
cocco > acocco ‘menusuk diri’
(iii) melakukan perbuatan secara berbalasan atau menyatkan saling, seperti pada:
tokar > atokar ‘saling bertengkar’
kèkèt > akèkèt ‘salingbergulat’
padhu > apadhu ‘saling bertengkar mulut’
(iv) Sesuatu yang sudah berlangsung dan merupakan akibat atau hasil dari suatu
tindakan, seperti pada:
Bukka’ > abukka’ ‘sudah terbuka’
Lèrpek > alèrpek ‘dalam keadaan sudah terduduk’
Care > acarè ‘sudah dalam keadaan robek’
Ghusot > aghusot ‘sudah dalam keadaan tergosok’
Obbhâr > aobbhâr ‘sudah dalam keadaan terbakar’
b) Bentuk dasar berupa yang mendapat prefiks (a-) akan berubah menjadi kata kerja,
dengan arti sebagai berikut.
(i) Mengerjakan suatu perbuatan, seperti pada:
Daftar > adaftar ‘mendaftar diri’
Ghuntèng > aghuntèng ‘menggunting’
Landu’ > alandu’ ‘mencangkul’
6
Copa > acopa ‘meludah’
Jhâil > ajhâil ‘berliur, mengeluarkan air liur’
7
Dhiddhâ’ > tadhiddhâ’ ‘terinjak’
Ghusot > taghusot ‘terhapus’
Buwâng > tabuwâng ‘terbuang’
b) Bentuk dasar berupa kata kerja yang mendapat prefiks (ta-) akan berubah menjadi
kata kerja pasif dengan arti dapat dilakukan, seperti pada:
Belli > tabelli ‘dapat dibeli’
Angka’ > ta’angka’ ‘dapat diangkat’
Bâca > tabâca ‘dapat dibaca’
Jhuwâl > tajhuwâl ‘dapat dijual’
Kakan > takakan ‘dapat dimakan’
c) Bentuk dasar berupa katabenda yang mendapat prefiks (ta-) akan berubah menjadi
kata kerja pasif dengan arti tidak sengaja dilakukan, seperti pada:
Tajhi > tatajhi ‘tertaji atau tertusuk taji’
Arè’ > taarè’ ‘terkena sabit’
Landu’ > talandu’ ‘terkena cangkul’
Bâddhung > tabâddhung ‘terkena gunting’
d) Bentuk dasar berupa kata sifat yang diikuti kata ghâllu yang mendapat prefiks (ta-
) akan menjadi kata sifat predikatif dengan arti tidak sengaja, seperti pada:
Potè ghâllu > tapotè ghâllu ‘tidak sengaja menjadikan terlalu putih’
Raja ghâllu > tarajâ ghâllu ‘tidak sengaja menjadikan terlalu besar’
Kènè ghâllu > takènè ghâllu ‘tidak sengaja menjadikan terlalu kecil’
Dâlem ghâllu > tadâlem ghâllu ‘tidak sengaja menjadikan terlalu
dalam’ Mabâ ghâllu > tamabâ ghâllu ‘tidak sengaja
menjadikan terlalu rendah’
8
Tèdung > matèdung ‘menidurkan’
Labu > malaba ‘menjatuhkan’
Jhâghâ > majhâghâ ‘membangunkan
b) Bentuk dasar berupa kata kerja yang mendapat prefiks (ma-) yang berkombinasi
dengan reduplikasi akan menjadi kata kerja transitif dengan arti purapura
melakukan pekerjaan seperti yang disebut oleh bentuk dasar, seperti pada:
Tèdung > dung-matèdung ‘pura-pura tidur’
Ngangsor > sor-mangangsor ‘purapura terengah-engah’
Tèngel > ngel-matèngel ‘pura-pura tidak mendengar’
Meddhem > dhem-mameddhem ‘purapura terpejam’
Labu > bu-malabu ‘pura-pura jatuh’
c) Bentuk dasar berupa kata kerja yang mendapat prefiks (ma-) akan menjadi kata
kerja dengan arti melaksanakan atau melakukan pekerjaan untuk orang lain,
seperti pada:
Aghellu’ > maghellu’ ‘membantu orang lain memeluk
sesuatu
Ngabâs > mengabâs ‘membantu orang lain melihat
sesuatu’
Nolès > menolès ‘membantu orang lain menulis’
Maca > mamaca ‘membantu orang lain membaca’
d) Bentuk dasar kata sifat yang mendapatkan prefiks (ma-) akan menjadi kata kerja
transitif dengan arti membuat menjadi seperti yang disebut oleh bentuk dasar,
seperti pada:
Ancor > maancor ‘menghancurkan’
Bhâghus > mabhâghus ‘membuat bagus’
Copè’ > macopè’ ‘membuat sempit’
Talpos > matalpos ‘merusak’
Seddhi > masedhi ‘membuat sedih’
Pèrak > mapèrak ‘menggembirakan’
9
e) Bentuk dasar berupa kata sifat yang mendapat prefiks (ma-) yang berkombinasi
dengan reduplikasi akan menjadi kata kerja intransitif dengan arti berpura-pura
atau berlagak dalam keadaan yang disebut oleh bentuk dasar, seperti pada:
Bhudhu > dhu-mabhudhu ‘pura-pura bodoh’
Pèrak > rak-mapèrak ‘pura-pura gembira’
Lesso > so-malesso ‘pura-pura payah’
Lemmes > mes-melemmes ‘pura-pura lemes’
Soghâ > ghâ-masoghâ ‘pura-pura kuat’
f) Bentuk dasar berupa kata sifat jika mendapat prefiks (ma-) akan berubah menjadi
kata kerja dengan arti menjadikan, seperti pada:
Tèngghi > matèngghi ‘menjadikan tinggi’
Rajâ > marajâ ‘menjadikan besar’
Kènè > makènè ‘menjadikan kecil’
Lèbâr > malèbâr ‘menjadikan lebar’
Copè’ > macopè’ ‘menjadikan sempit’
b) Bentuk dasar berupa kata benda jika mendapatkan prefiks (ka-) akan berubah
menjadi kata kerja imperatif dengan arti jadikan atau gunakan sebagai sesuatu
seperti yang disebut oleh bentuk dasar, seperti pada:
Sello’ > kasello’ ‘jadikanlah cincin’
Sabbhu’ > kasabbhu’ ‘jadikanlah ikat pinggang’
Tongket > katongket ‘jadikanlah tongkat’
Jhuko’ > kajhuko’ ‘jadikanlah lauk/ikan’
Bhântal > kabhântal ‘jadikanlah bantal’
1
c) Bentuk dasar berupa kata sifat jika mendapatkan prefiks (ka-) akan berubah
menjadi kata kerja pasif dengan arti menjadikan atau menyebabkan sesuatu
seperti yang disebut oleh bentuk dasar, seperti pada:
Seddhi > kaseddhi ‘menjadikan susah’
Potek > kapotek ‘menjadikan ruwet’
Lèbur > kalèbur ‘menjadi senang’
Palang > kapalang ‘menganggap musibah, rugi’
Berrâ’ > kaberrâ’ ‘menganggap berat’
d) Bentuk dasar berupa kata bilangan jika mendapat prefiks (ka-) akan berubah
menjadi kata kerja pasif dengan arti kelompok beranggota sejumlah orang seperti
yang disebut oleh bentuk dasar, seperti pada
Tello’ > katello ‘bertiga’
Empa’ > kaempa ‘berempat’
Lèma’ > kalèma ‘berlima’
Pètto’ > kapètto’ ‘bertujuh’
Bâllu’ > kabâllu ‘berdelapan’
Sanga’ > kasanga ‘bersembilan’
Sorang > kasaorang ‘sendirian’
b) Bentuk dasar berupa kata benda jika mendapatkan prefiks (sa-) tetap menjadi kata
benda dengan arti menyatakan bilangan, seperti pada:
Polo > sapolo ‘sepuluh’
Ratos > saratos ‘seratus’
1
Orèng > saorèng ‘satu orang’
Bighi > sabighi ‘satu biji’
Èbu > saèbu ‘seribu’
c) Bentuk dasar berupa kata benda jika mendapatkan prefiks (sa-) tetap menjadi kata
benda dengan arti sama dengan atau menyerupai, seperti pada:
Ghunong > saghunong ‘sama atau menyerupai gunung’
Sèngko’ > sasèngko’ ‘sama seperti saya’
Katès > sakatès ‘sama sepert/sebesar pepaya’
Cèthak > sacèthak ‘sama seperti/sebesar
kepala’ Poking > sapokang ‘sama
seperti/sebesar paha’
d) Bentuk dasar berupa kata benda bersufiks (-na )jika mendapat prefiks (sa-)
ditambah tetap menjadi kata benda dengan arti sama dengan atau menyerupai,
seperti pada:
Kaka’na > sakaka’na ‘sama dengan kakaknya’
Eppa’na > saeppa’na ‘sama seperti bapaknya’
Cèthagghâ > sacèthagghâ ‘sama seperti/sebesar kepala’
Pokangnga > sapokangnga ‘sama seperti pahanya’
Ghârighi’na > saghârighi’na ‘sama seperti/sebesar jarinya’
e) Bentuk dasar berupa kata benda berimbuhan (pa-an) mendapatkan prefiks (sa-)
akan tetap menjadi kata benda dengan arti sama dengan sukuran, seperti:
Patana’na > sapatana’na ‘sekali menanak nasi’
Paroko’na > saparoko’na ‘seukuran orang merokok’
Pajhânggoan > sapajhângngoan ‘seukuran jangkauan’
Padhidhâghân > sapadhidhâghân ‘seukuran langkah’
Palonca’an > sapalonca’an ‘seukuran loncatan’
f) Bentuk dasar berupa kata benda yang berimbuhan (paN-an) jika mendapat prefiks
(sa-) akan berubah menjadi kata keterangan dengan arti mampu mencapai atau
memperoleh keadaan seperti yang disebut oleh bentuk dasar dengan sekali
tindakan, seperti pada:
Pènta > sapamènta’an ‘dengan sekali minta’
1
Kakan > sapangakanan ‘sekali makan’
1
Kotep > sapangotebbhân ‘sejauh orang melempar’
Olok > sapangologhân ‘sejauh orang memanggil
Pangghâng > sapamangghângan ‘sejauh panggangan’
b) Bentuk dasar berupa kata sifat jika mendapatkan prefiks (pa-) akan berubah
menjadi kata kerja transitif, dengan arti memerintahkan mengerjakan sesuatu yang
disebut oleh bentuk dasar, seperti pada:
Madhâp > pamandhâp ‘rendahkanlah’
Rajâ > parajâ ‘besarkanlah’
Celleng > pacelleng ‘hitamkanlah’
Nyaman > panyaman ‘enakkanlah’
Loros > paloros ‘luruskanlah’
Lempo > palempo ‘gemukkanlah’
c) Bentuk dasar berupa kata bilangan jika mendapat prefiks (pa-) akan berubah
menjadi kata kerja dengan arti membagi atau membuat menjadi sesuatu yang
disebut oleh bentuk dasar, seperti pada:
Duwâ’ > paduwâ’ ‘bagi menjadi dua’
Tello’ > patella ‘bagi menjadi tiga’
lèma’ > palèma ‘bagi menjadi lima’
ennem > paennem ‘bagi menjadi enam’
sapolo > pasapolo ‘bagi menjadi sepuluh’
1
d) Prefiks (pa-) yang ditambah pada bentuk dasar berupa kata kerja yang berprefiks
(N-) akan berubah menjadi kata kerja transitif dengan arti perintah member
kesempatan untuk melakukan perbuatan seperti yang disebut oleh bentuk dasar,
seperti pada:
Ngala’ > pangala’ ‘berilah kesempatan mengambil’
Mèlè > pamèlè ‘berilah kesempatan memilih’
Ngosot > pangosot ‘berilah kesempatan menghapus’
Nolès > panolès ‘berilah kesempatan menulis’
Ngènom > pangenom ‘berilah kesempatan meminum’
Ngajhâr > pangajhâr ‘berilah kesempatan mengajar’
b) Prefik (paN-) yang ditambah padabentuk dasar berupa kata kerja akan berubah
menjadi kata benda dengan arti bekerja atau berperan sebagai. Seperti pada;
Maèn > pamaèn ‘pemain’
Toghu > patoghu ‘penunggu’
Rabât > pangrabât ‘perawat
Lako > panglako ‘pekerja, buruh’
Rassa > pangrassa ‘perasaan’
Jâgâ > panjâgâ ‘penjaga’
Jhâi’ > panjhâi’ penjahit’
Pèlè > pamèlè ‘pemilih’
Ambâ’ > pangambâ’ ‘tukang jemput nelayan’
1
c) Prefiks (paN-) yang ditambah pada bentuk dasar berupa kata kerja akan berubah
mernjadi kata dengan arti alat yang digunakan untuk, seperti pada;
Sapo > pasapo ‘penyapu’
Tokol > patokol ‘pemukul,palu’
Tatta’ > panatta’ ‘pemotong’
Tèttè > panèttè ‘penempa’
Polong > pamolong ’pemanen’
Pokol > pamokol ‘pemukul’
d) Prefiks pa(N-) yang ditambah pada bentuk dasar berupa kata sifat akan berubah
menjadi kata benda dengan arti berkedudukan atau berperan sebagai, seperti
pada:
Rajâ > pangrajâ ‘pembesar’
Èrèng > pangèrèng ‘pengiring’
Adâ > pangadâ ‘pemuka’
1
2.1.9 Prefiksasi (nga-)
a) Bentuk dasar berupa kata yang mendapat prefiks (nga-) berubah menjadi kata
kerja dengan arti:
(i) Melakukan pekerjaan seperti yang disebut oleh bentuk dasar, seperti pada:
Bhâktè > ngbhâktè ‘berbakti’
Sango > ngasango ‘berbekal’
b) Bentuk dasar berupa kata sifat yang mendapat prefiks (nga-) tetap menjadi kata
sifat dengan arti banyak terlihat, seperti pada:
Potè > ngapotè ‘banyak terlihat putih’
Mèrra > ngamèrra ‘benyak terlihat merah’
Celleng > ngacelleng ‘banyak terlihat hitam’
c) Bentuk dasar berupa kata tambah yang mendapat prefiks (nga-) tetap berupa kata
sifat, dengan arti agak, seperti pada:
Lao’ > ngalao’ ‘agak ke selatan’
Dâjâ > ngadâjâ ‘agak keutara’
Tèmor > ngatèmor ‘agak ke timur’
1
Kakan > ekakan ‘dimakan’
Olok > èolok ‘dipenggil’
ghellu’ > èghellu’ ‘dipeluk’
Pogher > èpogher ‘ditebang’
pèghâ’ > èpèghâ’ ‘ditangkap’
kèco’ > èkèco’ ‘dicuri’
(b) Bentuk dasar berupa kata benda yang mendapat prefiks {è} akan berubah
menjadi kata kerja pasif dengan arti dikensai oleh bentuk dasar, seperti pada:
Tajhi > ètajhi ‘dikenai tuji’
Gâji > ègâji ‘digaji’
Pancèng > èpancèng ‘di pancing’
Sikat > èsikal ‘disikat’
Tokol > ètokol ‘dipukul’
Tombhâk > ètombhâk ‘ditombak’
1
cè ‘santa ‘na > èpa cè ‘santa’na ‘dibuat sangat cepat’
cè ‘laonna > èpa cè laonna ‘dibuat sangat lambat’
alpo’ > èpaalpo’ ‘dijadikan tidat keras’
Potè > èpapotè ‘dijadikan putih’
dhâmmang > èpadhâmmang ‘dijadikan ringan’
c) Bentuk dasar berupa kata kerja berprefeks {N-} yang mendapat prefeks {èpa}
akan berubah menjadi kata kerja pasif dengan arti mengerjakan perbuatan
yang disebut bentuk dasar, seperti pada:
mèlè > èpamèlè ‘disuruh memilih’
mellè > èpamellè ‘disuruh membeli’
ngakan > èpangakan ‘disuruh memakan’
ngolok > èpangolok ‘disuruh memanggil’
nabbhu > èpanabbhu ‘disuruh menabuh’
d) Bentuk dasar berupa kata kerja yang dibentuk dari kata benda yang mendapat
prefiks
{èpa} akan berubah menjadi kata kerja pasif dengan arti disuruh
mengerjakan pekerjaan seperti yang disebut oleh bentuk dasar, seperti
pada:
1
menjadi kata kerja pasif dengan arti seperti makna bentuk dasar, seperti pada:
2
2.2 Sufiksasi
Sufik atau panotèng yang terdapat dalam bahasa Madura yang antara lain: -a, -na, -
ana, - an, -aghi, dan -è. Fungsi dan makna gramatikal yang dikandung oleh sufiks dalam
bahasa Madura adalah sebagai berikut.
2.2.1 Sufiksasi (-a)
(a) Bentuk dasar berupa kerja yang mendapat sufiks {-a} tetap menjadi kata kerja,
dengan arti akan mengerjakan pekerjaan seperti yang disebut oleh bentuk
dasar, seperti pada:
maso’ > masa’a ‘akan masuk’
terros > terrosa ‘akan terus’
manjheng > manjhengnga ‘akan berdiri’
molè > molèa ‘akan pulang’
jhâghâ > jhâghââ ‘akan bangun’
mandi > mandiâ ‘akan mandi’
ghujur > ghujurâ ‘akan roboh’
toron > torona ‘akan turun’
mangkat > mangkadhâ ‘akan berangkat’
berka’ > berka’a ‘akan lari’
(b) Bentuk dasar berupa kata sifat yang mendapat sufiks {-a} tetap menjadi
kata sifat, dengan arti akan bersifat seperti yang disebut oleh nemtuk dasar,
seperti pada:
celleng > cellengnga ‘akan menjadi hitam’
tèngghi > tèngghiâ ‘akan tinggi’
pèrak > pèraghâ ‘akan menjadi senang’
alpo’ > alpo’a ‘akan lapuk’
ancor > ancora ‘akan hancur’
(c) Bentuk dasar berupa kata kerja yang berprefiks {N-} apabila mendapat sufiks {-
a} tetap menjadi kata kerja, dengan arti akan mengerjakan sesuatu terhadap
suatu objek yang menyebabkan objek itu bergerak, seperti pada:
cobbur > nyabbhurâ ‘akan menceburkan’
kotep > ngotebbhâ ‘akan melempari’
pèghâ’ > mèghâ’â ‘akan mengangkap’
2
belli > mellèa ‘akan membeli’
buwâng > mowanga ‘akan membuang’
(a) Bentuk dasar berupa kata benda yang mendapat sufiks {-na} tetap menjadi kata
benda, dengan arti sebagai berikut:
(b) Bentuk dasar berupa kata kerja yang mendapat sufiks {-na} akan berupa menjadi
kata benda dengan arti menyatakan terjadi hal seperti yang disebut oleh bentuk
dasar, seperti pada:
robbhu > robbhuna ‘hal robohnya’
maso’ > masa’na ‘hal masuknya’
kalowar > kalowarra ‘hal keluarnya’
tombu > tombuna ‘hal tumbuhnya’
(c) Bentuk dasar berupa kata sifat yang mendapat sufiks {-na} akan berubah
menjadi kata benda dengan arti menyatakan keadaan seperti yang disebut oleh
2
2
bentuk dasar, seperti pada:
abid > abiddhâ ‘hal lamanya’
laju > lajuna ‘hal usangnya’
senddhi > seddhina ‘hal susahnya’
semma’ > semaa’na ‘hal dekatnya’
pèrak > pèragghâ ‘hal gembiranya’
(a) Bentuk dasar beruba keterangan apabila mendapat sufiks {-na} tidak
mengalami perubahan jenis kata, seperti pada:
mola > molana ‘karena itu’
mare > marèna ‘sesudah itu’
sabellu > sebellunna ‘sebelum itu’
(b) Bentuk dasar berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata tembahan yang
mendapat sufiks {-na} tidak mengalami perubahan jenis kata dan tidak
menyatakan arti yang jelas, seperti pada:
enjâ’ > enjâ’na
‘tidaknya’ burung >
burungnga ‘gagalnya’ pèlak >
pèlaggahâ ‘tampilnya’
perhatiannya’
(c) Bentuk dasar berupa kata benda yang berimbuhan {ka-an} jika mendapat sufiks {-
na} tetap menjadi kata benda dengan arti hasil dari keadaan seperti yang disebut
oleh bentuk dasar, yang dikerjakan oleh seseorang, seperti pada:
kapotosan > kapotosanna
‘keputus
annya’ kalakoan > kalakoanna
‘pekerja
annya’ kabelliân > kabelli(ân)na
‘harga
belinya’
(d) Bentuk dasar berupa kata sifat yang berimbuhan {ka-an} jika mendapat {-na}
berubah menjadi kata benda dengan arti keadaan seperti yang disebut oleh
bentuk dasar yang dialami oleh seseorang,seperti pada:
pèrak > kepèraghânna ‘kesenangannya’
sossa > kasossa’anna ‘kesusahannya’
2
repot > karèpodhânna ‘kerepotannya’
senneng > kasennengnganna ‘kesenangannya’
bhudhu > kabhudhuânna ‘kebodohannya’
2
jhâi’ > jhâi’ân ‘hasil menjahit’
bâlâ > bâlâân ‘hasil pemberitahuan, didikan’
(c) Bentuk dasar berupakata kerja yang mendapat sufiks {-an} tidak mengalami
perubahan , dan mengandung arti sering mengalami keadaan seperti yang disebut
oleh bentuk dasar , seperti pada:
robbhu > robbhuân ‘mudah roboh’
èntar > èntaran ‘sering pergi’
mole > molèan ‘sering pulang’
ngèkkè’ > ngèkkè’an ‘sering menggigit’
mandi > mandiân ‘sering mandi’
nangès > nangèsan ‘sering menangis’
(d) Bentuk dasar berupa kata sifat yang mendapat sufiks {-an} tidak mengalami
perubahan, dan mengandung arti sering mengalami keadaan atau melakukan
pekerjaan seperti yang disebut oleh bentuk dasar, seperti pada:
dhuson > dhusonan ‘suka emosi’
seddhi > sedhiân ‘suka sedih’
lècèk > lècèghân ‘suka bohong’
rosak > rosaghân ‘mudah / sering rusak’
(e) Bentuk dasar berupa kata kerja mendapat sufiks {-an} berubah menjadi kata
benda dengan arti tempat atau alat, seperti pada:
kobhur > kobhurân ‘tempat mengubur orang mati’
ghângsè > ghângsèan ‘tempat mengasah pisau’
tegghu’ > tegghu’ân ‘pegangan’
(f) Bentuk dasar berupa kata kerja mendapat sufiks {-an} berubah menjadi kata
benda, dengan arti sesuatu yang di …, seperti pada:
bâca > bâca’an ‘sesuatu yang dibaca’
kèrèm > kèrèman ‘sesuatu yang dikirim’
pèlè > pèlèan ‘pilihan’
(g) Bentuk dasar berupa kata kerja mendapat sufiks {-an} berubah menjadi kata
benda dengan arti sesuatu yang me …, seperti pada:
alang > alangan ‘sesuatu yang menghalangi’
ghânjhel > ghanjhellân ‘sesuatu ayang mengganjal’
bhânto > bhântoan ‘sesuatu yang membantu’
(h) Bentuk dasar berupa kata kerja mendapat sufiks {-an} berubah menjadi kata
2
benda, dengan arti sesuatu yang di …, seperti pada:
kenneng > kennengngan ‘sesuatu yang ditempati’
tompa’ > tompa’an ‘sesuatu yang dinaiki’
kakan > kakanan ‘sesuatu yang dimakan’
ènom > ènoman ‘sesuatu yang diminum’
2
2.2.6 Sufiksasi (-aghi)
(a) Bentuk dasar berupa kata benda yang mebdapat sufiks {-aghi} berubah
menjadi kata kerja, dengan arti pemakaiankenlah, sperti pada:
sapo’ > sapo’aghi ‘selimutkanlah’
sarong > sarongngaghi ‘sarungkanlah’
(b) Bentuk dasar beruba kata kerja yang mendapat sufiks {-aghi} tidak
mengalami perubahan jenis kata, dengan arti mintalah tolong pada
orang kain untuk mengajarkan pekerjaan yang disebut oleh bentuk
dasar, seperti pada:
bâca > bâca’aghi ‘bacakanlah’
pèlè > pèlèaghi ‘pilihkan’
olok > ologghâghi ‘panggilkan’
(c) Bentuk dasar berupa kata sifat yang mendapat sufiks {-aghi} berubah
menjadi kata kerja, dengan arti memintak pada orang lain agar bersifat
seperti tersebut pada bentuk dasar, seperti pada:
sala > salaaghi ‘salahkan’
bhender > bhenderrâghi ‘benarka’
2
BAB III
PENUTU
P
A. Kesimpulan
Afiksasi adalah proses pembentukankata dengan jalan menambahkan imbuhan pada
bentuk dasar. Afiksasi dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu (1) penambahan
awalan atau prefiksasi, (2) penambahan sisipan atau infiksasi, (3) penambahan akhiran atau
sufiksasi, dan (4) penambahan awalan dan akhiran secara bersama-sama atau konfiksasi.
Dalam bahasa Madura, prefiks disebut ter-ater; sufiks disebut panotèng.
Prefiks atau ter-ater yang terdapat dalam bahasa Madura antara lain: N-, a-, ta-, ma-,
ka-, sa-,pa-, paN-, nga-, è-, èpa-,dan èka-. Fungsi dan makna gramatikal yang dikandung
oleh prefix tersebut.
Sufik atau panotèng yang terdapat dalam bahasa Madura yang antara lain: -a, -na, -
ana, - an, -aghi, dan -è. Fungsi dan makna gramatikal yang dikandung oleh sufiks dalam
bahasa Madura.
B. Saran
Adapun yang dapat penulis sarankan agar kita bisa memahami tentang pengertian
afiksai, pengertian tentang prefiksasi dan jenis-jenis dari prefiksasi, serta pengertian dan
jenis-jenis dari sufiksasi. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumbersumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanyakan.
2
DAFTAR PUSTKA
Sofyan, Akhmad. 2015. “Bahasa Madura”. Yogyakarta : Jogja Bangkit Publisher.
Pawira, Adrian. 2009 “Kamus Bahasa Madura”. Jakarta : PT Dian Rakyat.