Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PREFIKSASI DAN SUFIKSASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Bahasa Madura” yang dibimbing
oleh Bapak Hasan Suaedi, Dr. S.Pd. M

Oleh
Lailatul Hasanah (1710221043)
Wanmuminah Wae-arle (1710221047)

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan amal. Dan
berkat Rahmat dan Hidayah-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah Bahasa
Indonesia yang insyaallah tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas tanpa
adanya bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesematan ini
penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-bsarnya, khususnya kepada :
a. Bapak Hasan Suaedi, Dr. S.Pd. Mselaku dosen pembimbing mata kuliah Bahasa
Madura.
b. Teman Keompok 5 selaku Penulis dan pembuat Makalah ini. Dan untuk teman-
teman yang lain yang tergabung dalam kelas “Bahasa Madura B”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Akhirnya,
kritik, saran, dn masukan yang membangun sangat penulis butuhkan untuk dijadikan
pedoman dalam penulisan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna
dan brmanfaat bagi kita semua. Amin.

Jember, 15 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halamanjudul............................................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II Pembahasan.................................................................................................................3
2.1 Pengertian Prefiksasi.........................................................................................................3
2.2 Pengertian Sufiksasi........................................................................................................20
BAB III Penutup.....................................................................................................................27
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................27
3.2Saran...............................................................................................................................27
Daftar Pustaka........................................................................................................................28

iii
1.1 Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN

Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu alat
yang paling sering digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun
bahasa tulis. Tentunya manusia begitu dekat dengan bahasa, adapun beberapa bahasa yang
digunakan di Indonesia yakni bahasa daerah namun tetap bahasa utama bahasa Indonesia.
Sehingga manusia sangat perlu untuk mempelajari bahasa tersebut secara lebih jauh dan
mendalam. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif yang dilakukan antar manusia.
Dengan adanya bahasa, sangat memudahkan manusia untuk berkomunikasi di kalangan
masyarakat. Sejak kecil manusia tentunya sudah mempelajari bahasa dengan baik dan benar.
Pada umumnya, beberapa bahasa di dunia, dalam penggunaannya pasti mempunyai
kata dasar dan kata yang terbentuk melalui suatu proses. Kata dasar tersebut bisa disusun
menjadi kata bentukan melalui tiga macam proses, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi
(pengulangan) dan komposisi (pemajemukan). Pada proses pembentukan afiksasi telah
dikenal adanya imbuhan atau afiks yang didalamnya meliputi prefiks (awalan), sufiks
(akhiran) dan infiks (sisipan). Dari ketiga jenis imbuhan ini, pada umumnya sufiks (akhiran)
yang lebih banyak digunakan.
Afiks (imbuhan) yang dipakai untuk menurunkan verba empat macamnya yakni :
prefiks, sufiks, konfiks, dan yang tidak begitu produktif lagi infiks. Prefiks yang sering juga
dinamakan awalan, adalah afiks yang diletakkan dimuka dasar. Sufiks yang juga dinamakan
akhiran diletakkan dibelakang dasar. Konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang
mengapit dasar kata dan membentuk satu kesatuan. Infiks yang juga dinamakan sisipan
adalah bentuk afiks yang ditempatkan ditengah dasar kata

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari afiksasi?
2. Apa pengertian Prefiksasi?
3. Apa jenis-jenis dari prefiksasi?
4. Apa pengertian Sufiksasi?
5. Apa jenis-jenis sufiksasi?

1
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari afiksasi
2. Untuk mengetahui penertian dari prefiksasi
3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis dari prefiksasi
4. Untuk mengetahui pengertian dari sufiksasi
5. Untuk mengetahui jenis-jenis dari sufiksasi

2
BAB II
PEMBAHASAN
Afiksasi adalah proses pembentukankata dengan jalan menambahkan imbuhan pada
bentuk dasar. Afiksasi dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu (1) penambahan
awalan atau prefiksasi, (2) penambahan sisipan atau infiksasi, (3) penambahan akhiran atau
sufiksasi, dan (4) penambahan awalan dan akhiran secara bersama-sama atau konfiksasi.
Dalam bahasa Madura, prefiks disebut ter-ater; sufiks disebut panotèng; infiks disebut
sessellan; sedangkan konfiks disebut ter-ater bân panotèng. Secara morfologis pemberian
imbuhan pada bentuk dasar digunakan untuk mengubah makna gramatikal sebuah morfem
dan mengubah kategori sebuah morfem.
2.1 Prefiksasi
Prefiks atau ter-ater yang terdapat dalam bahasa Madura antara lain: N-, a-, ta-, ma-,
ka-, sa-,pa-, paN-, nga-, è-, èpa-,dan èka-. Fungsi dan makna gramatikal yang dikandung
oleh prefix tersebut dijelaskan sebagai berikut.
2.1.1 Prefiksasi (N-)
Prefiksasi (N-) pada bentuk dasar dapat mengubahkelas kata dan mengubah makna.
Fungsi dan makna gramatikal yang didukung oleh prefix (N-) adalah sebagai berikut
a) Bentuk dasar berupa kata kerja yang dilekati oleh prefix (N-) akan berubah
menjadi kata kerja transitif dengan makna ‘melakukan suatu perbuatan yang
disebut dalam kata dasar’ seperti pada
Polos > motos ‘memutuskan perkara’
Olok > ngolok ‘memanggil’
Kèrèm > ngèrèm ‘mengirim’
Cocco > nyocco ‘menusuk’
Tamen > namen ‘menanam’
Tobi’ > nobi’ ‘mencubit’

b) Bentuk dasar berupa kata kerja yang mendapat prefiks (N-) akan berubah menjadi
kata kerja intransif dengan arti melakukan suatu perbuatan yang disebut bentuk
dasa, seperti pada :
Elang > ngelang ‘menghilang’
Koca’ > ngoca’ ‘berkata’
Pandi > mandi ‘mandi’
Kerrok > ngerrok ‘mendengkur’

3
Pental > mental ‘terpental’
Tatta’ > matta’ ‘memotong’

c) Bentuk dasar berupa kata benda yang mendapat prefiks (N-) akan berubah
menjadi kata kerja intransitif, dengan arti sebagai berikut:
(i) Mengerjakan sesuatu sebagai pekerjaan, seperti pada:
Bârung > marung ‘berkedai’
Koli > ngoli ‘berkuli’
Tokang > nokang ‘bertukang’
Becak > mèca’ ‘bekerja sebagai tukang becak’
Kabulâ > ngabulâ ‘menjadi buruh’

(ii) Menghasilkan atau membuat sesuatu, seperti pada:


Karowèng > ngarowèng ‘berdengung’
Okos > ngokos ‘mengeluarkan asap’
Ota > ngota ‘muntah’
Karatap > ngaratap ‘bergemeretap’

d) Bentuk dasar berupa kata benda yang mendapat prefiks (N-) akan berubah
menjadi kata kerja transitif dengan arti mempergunakan atau bekerja dengan yang
disebut oleh bentuk dasar, seperti pada:
Arè > ngarè’ ‘menyabit’
Kapa’ > ngapa’ ‘mengapak’
Bâddhung > maddhung ‘mengapak’
Tokol > nokol ‘memalu’
Ghuntèng > nguntèng ‘menggunting’
Soroy > nyoroy ‘menyisir’

e) Bentuk dasar berupa kata benda yang mendapat prefiks (N-) akan berubah
menjadi sifat dengan arti memiliki seperti yan disebut oleh bentuk dasar, seperti
pada:
Beddhi > meddhi ‘bersifat seperti pasir’
Kaju > ngaju ‘mengeras seperti kayu’
Ban > ngebban ‘memantul seperti ban’

4
Kapal > ngapal ‘mengeras, keras seperti kapal’

f) Bentuk dasar berupa kata sifat yang mendapat prefiks (N-) akan berubah menjadi
kata kerja intransitif dengan arti melakukan perbuatan seperti yang disebut oleh
bentuk dasar, seperti pada:
Potè > mote ‘berbuat tidak makan lauk pauk’
Seppè > nyeppè ‘menyepi’
g) Bentuk dasar berupa kata tambah yang mendapat prefiks (N-) akan berubah
menjadi kata kerja intransitif dengan arti menuju ke arah, seperti pada:
Tengnga > nengga ‘menuju tengah’
Sèsè > nyèsè ‘menuju ke samping’
Pènggir > mèngghir ‘menuju ke pinggir’

h) Bentuk dasar berupa kata bilangan yang mendapat prefiks (N-) akan berubah
menjadi kata kerja intransitif dengan arti melakukan kegiatan seperti yang disebut
oleh kata bilangan tersebut, seperti pada:
Pèttong arè > mèttong arè ‘selamatan hari ke tujuh’
Satos arè > nyatos arè ‘selamatan hari ke seratus’
Saèbu arè > nyaèbu arè ‘kegiatan hari ke seribu’

2.1.2 Prefiksasi (a-)


a) Bentuk dasar berupa kata kerja yang mendapat prefiks (a-) akan berubah menjadi
kata kerja intransitive, dengan arti sebagai berikut.
(i) melakukan gerakan, seperti pada:
tari > Atari ‘menari’
rangka’ > arangka’ ‘merangkak’
lonca’ > alonca’ ‘meloncat’
bhâris > abhâris ‘berbaris’
bhiluk > abhiluk ‘berbelok’

(ii) melakukan perbuatan mengenai diri sendiri, seperti pada:


kemmor > akemmor ‘berkumur’
cokor > acokor ‘bercukur’
lèmbây > alèmbây ‘melembai’

5
pèlè > apèlè ‘mencalonkan diri’
cocco > acocco ‘menusuk diri’

(iii) melakukan perbuatan secara berbalasan atau menyatkan saling, seperti pada:
tokar > atokar ‘saling bertengkar’
kèkèt > akèkèt ‘salingbergulat’
padhu > apadhu ‘saling bertengkar mulut’

(iv) Sesuatu yang sudah berlangsung dan merupakan akibat atau hasil dari suatu
tindakan, seperti pada:
Bukka’ > abukka’ ‘sudah terbuka’
Lèrpek > alèrpek ‘dalam keadaan sudah terduduk’
Care > acarè ‘sudah dalam keadaan robek’
Ghusot > aghusot ‘sudah dalam keadaan tergosok’
Obbhâr > aobbhâr ‘sudah dalam keadaan terbakar’

b) Bentuk dasar berupa yang mendapat prefiks (a-) akan berubah menjadi kata kerja,
dengan arti sebagai berikut.
(i) Mengerjakan suatu perbuatan, seperti pada:
Daftar > adaftar ‘mendaftar diri’
Ghuntèng > aghuntèng ‘menggunting’
Landu’ > alandu’ ‘mencangkul’

(ii) Mempunyai atau memiliki, seperti pada:


Nyaman > anyaman ‘bernama’
Binè > abinè ‘beristri’
Èbhu > aèbhu ‘mempunyai ibu’
Èlmo > aèlmo ‘berilmu’
Lake > alakè ‘bersuami’

(iii) Memperoleh atau menghasilkan sesuatu, seperti pada:


Rembi’ > arembi’ ‘beranak’
Sèyol > asèyoi ‘beristri’
Sowara > asowara ‘bersuara’

6
Copa > acopa ‘meludah’
Jhâil > ajhâil ‘berliur, mengeluarkan air liur’

(iv) Menghasilkan atau membuat sesuatu,seperti pada:


Ghâung > aghâung ‘mengaum’
Derreng > aderreng ‘menggeram’
Tajhin > atajhin ‘membuat bubur’
Kolek > akolek ‘membuat kolak’
Dhumasa > adhumasa ‘membuat kolak, tajil’

(v) Mengerjakan sesuatu sebagai pekerjaan, seperti pada:


Sabâ > asabâ ‘bersawah’
Tanè > atanè ‘atane’
Jhâlâ > ajhâlâ ‘menjala ikan’
Bârung > abârung ‘membuka warung’

(vi) Memanggil atau menganggap seperti, seperti pada:


Towan > atowan ‘bertuan’
Eppa’ > aeppa’ ‘berbapak’
Embu’ > aembu’ ‘beribu’
Alè’ > a’alè’ ‘beradik’
Tarètan > atarètan ‘bersaudara’

(vii) Pergi,seperti pada:


Sakola > asakola ‘pergi ke sekolah’
Dhâghâng > adhâghâng ‘pergi berdagang’
Lajâr > alajâr ‘pergi berlayar’

2.1.3 Prefiksasi (ta-)


a) Bentuk dasar berupa kata kerja yang mendapat prefiks (ta-) akan berubah menjadi
kata kerja pasif dengan arti tidak sengaja dilakukan, seperti pada:
Ghibâ > taghibâ ‘terbawa’
Pokol > tapokol ‘terpukul’
Tèmpak > tatèmpak ‘tersepak’

7
Dhiddhâ’ > tadhiddhâ’ ‘terinjak’
Ghusot > taghusot ‘terhapus’
Buwâng > tabuwâng ‘terbuang’

b) Bentuk dasar berupa kata kerja yang mendapat prefiks (ta-) akan berubah menjadi
kata kerja pasif dengan arti dapat dilakukan, seperti pada:
Belli > tabelli ‘dapat dibeli’
Angka’ > ta’angka’ ‘dapat diangkat’
Bâca > tabâca ‘dapat dibaca’
Jhuwâl > tajhuwâl ‘dapat dijual’
Kakan > takakan ‘dapat dimakan’

c) Bentuk dasar berupa katabenda yang mendapat prefiks (ta-) akan berubah menjadi
kata kerja pasif dengan arti tidak sengaja dilakukan, seperti pada:
Tajhi > tatajhi ‘tertaji atau tertusuk taji’
Arè’ > taarè’ ‘terkena sabit’
Landu’ > talandu’ ‘terkena cangkul’
Bâddhung > tabâddhung ‘terkena gunting’

d) Bentuk dasar berupa kata sifat yang diikuti kata ghâllu yang mendapat prefiks (ta-
) akan menjadi kata sifat predikatif dengan arti tidak sengaja, seperti pada:
Potè ghâllu > tapotè ghâllu ‘tidak sengaja menjadikan terlalu putih’
Raja ghâllu > tarajâ ghâllu ‘tidak sengaja menjadikan terlalu besar’
Kènè ghâllu > takènè ghâllu ‘tidak sengaja menjadikan terlalu kecil’
Dâlem ghâllu > tadâlem ghâllu ‘tidak sengaja menjadikan terlalu
dalam’ Mabâ ghâllu > tamabâ ghâllu ‘tidak sengaja
menjadikan terlalu rendah’

2.1.4 Prefiksasi (ma-)


a) Bentuk dasar berupa kata kerja mendapat prefiks (ma-) akan menjadi kata kerja
transitif dengan arti melaksanakan atau melakukan pekerjaan seperti yang disebut
oleh bentuk dasar, seperti pada:
Kèrèm > makèrèm ‘mengirimkan’
Pegghâ > mapegghâ ‘membuat putus’

8
Tèdung > matèdung ‘menidurkan’
Labu > malaba ‘menjatuhkan’
Jhâghâ > majhâghâ ‘membangunkan

b) Bentuk dasar berupa kata kerja yang mendapat prefiks (ma-) yang berkombinasi
dengan reduplikasi akan menjadi kata kerja transitif dengan arti purapura
melakukan pekerjaan seperti yang disebut oleh bentuk dasar, seperti pada:
Tèdung > dung-matèdung ‘pura-pura tidur’
Ngangsor > sor-mangangsor ‘purapura terengah-engah’
Tèngel > ngel-matèngel ‘pura-pura tidak mendengar’
Meddhem > dhem-mameddhem ‘purapura terpejam’
Labu > bu-malabu ‘pura-pura jatuh’

c) Bentuk dasar berupa kata kerja yang mendapat prefiks (ma-) akan menjadi kata
kerja dengan arti melaksanakan atau melakukan pekerjaan untuk orang lain,
seperti pada:
Aghellu’ > maghellu’ ‘membantu orang lain memeluk
sesuatu
Ngabâs > mengabâs ‘membantu orang lain melihat
sesuatu’
Nolès > menolès ‘membantu orang lain menulis’
Maca > mamaca ‘membantu orang lain membaca’

d) Bentuk dasar kata sifat yang mendapatkan prefiks (ma-) akan menjadi kata kerja
transitif dengan arti membuat menjadi seperti yang disebut oleh bentuk dasar,
seperti pada:
Ancor > maancor ‘menghancurkan’
Bhâghus > mabhâghus ‘membuat bagus’
Copè’ > macopè’ ‘membuat sempit’
Talpos > matalpos ‘merusak’
Seddhi > masedhi ‘membuat sedih’
Pèrak > mapèrak ‘menggembirakan’

9
e) Bentuk dasar berupa kata sifat yang mendapat prefiks (ma-) yang berkombinasi
dengan reduplikasi akan menjadi kata kerja intransitif dengan arti berpura-pura
atau berlagak dalam keadaan yang disebut oleh bentuk dasar, seperti pada:
Bhudhu > dhu-mabhudhu ‘pura-pura bodoh’
Pèrak > rak-mapèrak ‘pura-pura gembira’
Lesso > so-malesso ‘pura-pura payah’
Lemmes > mes-melemmes ‘pura-pura lemes’
Soghâ > ghâ-masoghâ ‘pura-pura kuat’

f) Bentuk dasar berupa kata sifat jika mendapat prefiks (ma-) akan berubah menjadi
kata kerja dengan arti menjadikan, seperti pada:
Tèngghi > matèngghi ‘menjadikan tinggi’
Rajâ > marajâ ‘menjadikan besar’
Kènè > makènè ‘menjadikan kecil’
Lèbâr > malèbâr ‘menjadikan lebar’
Copè’ > macopè’ ‘menjadikan sempit’

2.1.5 Prefiksasi (ka-)


a) Bentuk dasar berupa kata kerja jika mendapat prefiks (ka-) akan berubah menjadi
kata kerja pasif dengan arti dapat dikerjakan seperti yang disebut oleh bentuk
dasar, seperti pada:
Bâca > kabâca ‘dapat dibaca’
Olok > kaolok ‘dapat dipanggil’
Potos > kapotos ‘dapat diputus’
Angghuy > kaangghuy ‘dapat dibeli’

b) Bentuk dasar berupa kata benda jika mendapatkan prefiks (ka-) akan berubah
menjadi kata kerja imperatif dengan arti jadikan atau gunakan sebagai sesuatu
seperti yang disebut oleh bentuk dasar, seperti pada:
Sello’ > kasello’ ‘jadikanlah cincin’
Sabbhu’ > kasabbhu’ ‘jadikanlah ikat pinggang’
Tongket > katongket ‘jadikanlah tongkat’
Jhuko’ > kajhuko’ ‘jadikanlah lauk/ikan’
Bhântal > kabhântal ‘jadikanlah bantal’

1
c) Bentuk dasar berupa kata sifat jika mendapatkan prefiks (ka-) akan berubah
menjadi kata kerja pasif dengan arti menjadikan atau menyebabkan sesuatu
seperti yang disebut oleh bentuk dasar, seperti pada:
Seddhi > kaseddhi ‘menjadikan susah’
Potek > kapotek ‘menjadikan ruwet’
Lèbur > kalèbur ‘menjadi senang’
Palang > kapalang ‘menganggap musibah, rugi’
Berrâ’ > kaberrâ’ ‘menganggap berat’

d) Bentuk dasar berupa kata bilangan jika mendapat prefiks (ka-) akan berubah
menjadi kata kerja pasif dengan arti kelompok beranggota sejumlah orang seperti
yang disebut oleh bentuk dasar, seperti pada
Tello’ > katello ‘bertiga’
Empa’ > kaempa ‘berempat’
Lèma’ > kalèma ‘berlima’
Pètto’ > kapètto’ ‘bertujuh’
Bâllu’ > kabâllu ‘berdelapan’
Sanga’ > kasanga ‘bersembilan’
Sorang > kasaorang ‘sendirian’

2.1.6 Prefiksasi (sa-)


a) Bentuk dasar berupa benda jika mendapat prefiks (sa-) tetap menjadi kata benda
dengan arti arti seluruh atau satu, seperti pada:
Dhunnya > sadhunnya ‘seluruh alam’
Roma > saroma ‘seluruh rumah’
Kandhâng > sakandhâng ‘seluruh kandang’
Ettas > saettas ‘satu tas’
Tanèyan > satanèyan ‘sehalaman’

b) Bentuk dasar berupa kata benda jika mendapatkan prefiks (sa-) tetap menjadi kata
benda dengan arti menyatakan bilangan, seperti pada:
Polo > sapolo ‘sepuluh’
Ratos > saratos ‘seratus’

1
Orèng > saorèng ‘satu orang’
Bighi > sabighi ‘satu biji’
Èbu > saèbu ‘seribu’

c) Bentuk dasar berupa kata benda jika mendapatkan prefiks (sa-) tetap menjadi kata
benda dengan arti sama dengan atau menyerupai, seperti pada:
Ghunong > saghunong ‘sama atau menyerupai gunung’
Sèngko’ > sasèngko’ ‘sama seperti saya’
Katès > sakatès ‘sama sepert/sebesar pepaya’
Cèthak > sacèthak ‘sama seperti/sebesar
kepala’ Poking > sapokang ‘sama
seperti/sebesar paha’
d) Bentuk dasar berupa kata benda bersufiks (-na )jika mendapat prefiks (sa-)
ditambah tetap menjadi kata benda dengan arti sama dengan atau menyerupai,
seperti pada:
Kaka’na > sakaka’na ‘sama dengan kakaknya’
Eppa’na > saeppa’na ‘sama seperti bapaknya’
Cèthagghâ > sacèthagghâ ‘sama seperti/sebesar kepala’
Pokangnga > sapokangnga ‘sama seperti pahanya’
Ghârighi’na > saghârighi’na ‘sama seperti/sebesar jarinya’

e) Bentuk dasar berupa kata benda berimbuhan (pa-an) mendapatkan prefiks (sa-)
akan tetap menjadi kata benda dengan arti sama dengan sukuran, seperti:
Patana’na > sapatana’na ‘sekali menanak nasi’
Paroko’na > saparoko’na ‘seukuran orang merokok’
Pajhânggoan > sapajhângngoan ‘seukuran jangkauan’
Padhidhâghân > sapadhidhâghân ‘seukuran langkah’
Palonca’an > sapalonca’an ‘seukuran loncatan’

f) Bentuk dasar berupa kata benda yang berimbuhan (paN-an) jika mendapat prefiks
(sa-) akan berubah menjadi kata keterangan dengan arti mampu mencapai atau
memperoleh keadaan seperti yang disebut oleh bentuk dasar dengan sekali
tindakan, seperti pada:
Pènta > sapamènta’an ‘dengan sekali minta’

1
Kakan > sapangakanan ‘sekali makan’

1
Kotep > sapangotebbhân ‘sejauh orang melempar’
Olok > sapangologhân ‘sejauh orang memanggil
Pangghâng > sapamangghângan ‘sejauh panggangan’

2.1.7 Prefiksasi (pa-)


a) Bentuk dasar berupa kata kerja mendapat prefiks (pa-) akan berubah menjadi kata
kerja transitif, dengan arti memerintahkan mengerjakan sesuatu yang disebut oleh
bentuk dasar, seperti pada:
Kèrèm > pakèrèm ‘kirimkanlah’
Tèdung > patèdung ‘tidurkanlah’
Onga’ > paonga’ ‘tengadahkanlah
Jhâghâ > pajhâghâ ‘bangunkanlah’
Ghuli > paghuli ‘gerakanlah’

b) Bentuk dasar berupa kata sifat jika mendapatkan prefiks (pa-) akan berubah
menjadi kata kerja transitif, dengan arti memerintahkan mengerjakan sesuatu yang
disebut oleh bentuk dasar, seperti pada:
Madhâp > pamandhâp ‘rendahkanlah’
Rajâ > parajâ ‘besarkanlah’
Celleng > pacelleng ‘hitamkanlah’
Nyaman > panyaman ‘enakkanlah’
Loros > paloros ‘luruskanlah’
Lempo > palempo ‘gemukkanlah’

c) Bentuk dasar berupa kata bilangan jika mendapat prefiks (pa-) akan berubah
menjadi kata kerja dengan arti membagi atau membuat menjadi sesuatu yang
disebut oleh bentuk dasar, seperti pada:
Duwâ’ > paduwâ’ ‘bagi menjadi dua’
Tello’ > patella ‘bagi menjadi tiga’
lèma’ > palèma ‘bagi menjadi lima’
ennem > paennem ‘bagi menjadi enam’
sapolo > pasapolo ‘bagi menjadi sepuluh’

1
d) Prefiks (pa-) yang ditambah pada bentuk dasar berupa kata kerja yang berprefiks
(N-) akan berubah menjadi kata kerja transitif dengan arti perintah member
kesempatan untuk melakukan perbuatan seperti yang disebut oleh bentuk dasar,
seperti pada:
Ngala’ > pangala’ ‘berilah kesempatan mengambil’
Mèlè > pamèlè ‘berilah kesempatan memilih’
Ngosot > pangosot ‘berilah kesempatan menghapus’
Nolès > panolès ‘berilah kesempatan menulis’
Ngènom > pangenom ‘berilah kesempatan meminum’
Ngajhâr > pangajhâr ‘berilah kesempatan mengajar’

2.1.8 Prefiksasi (paN-)


a) Prefiks (paN-) yang ditambah pada benrtuk dasar berupa kata kerja akan berubah
menjadi kata benda arti sesuatu yang dikerjakan seperti disebut oleh bentuk dasar,
seperti pada :
Tolong > patolong ‘pertolongan, sumbangan’
Berri’ > paberri’ ‘pemberian’
Pènta > pamènta ‘permintaan’
Pangghi > pamangghi ‘penemuan, pendapat’
Pojhi > pamojhi ‘pengharapan, doa’

b) Prefik (paN-) yang ditambah padabentuk dasar berupa kata kerja akan berubah
menjadi kata benda dengan arti bekerja atau berperan sebagai. Seperti pada;
Maèn > pamaèn ‘pemain’
Toghu > patoghu ‘penunggu’
Rabât > pangrabât ‘perawat
Lako > panglako ‘pekerja, buruh’
Rassa > pangrassa ‘perasaan’
Jâgâ > panjâgâ ‘penjaga’
Jhâi’ > panjhâi’ penjahit’
Pèlè > pamèlè ‘pemilih’
Ambâ’ > pangambâ’ ‘tukang jemput nelayan’

1
c) Prefiks (paN-) yang ditambah pada bentuk dasar berupa kata kerja akan berubah
mernjadi kata dengan arti alat yang digunakan untuk, seperti pada;
Sapo > pasapo ‘penyapu’
Tokol > patokol ‘pemukul,palu’
Tatta’ > panatta’ ‘pemotong’
Tèttè > panèttè ‘penempa’
Polong > pamolong ’pemanen’
Pokol > pamokol ‘pemukul’

d) Prefiks pa(N-) yang ditambah pada bentuk dasar berupa kata sifat akan berubah
menjadi kata benda dengan arti berkedudukan atau berperan sebagai, seperti
pada:
Rajâ > pangrajâ ‘pembesar’
Èrèng > pangèrèng ‘pengiring’
Adâ > pangadâ ‘pemuka’

(8.a) prefiksasi (pè-)


Prefiks (pè-) merupakan variasi pengucapan dari prefiks (paN-).
Fungsi prefiks (pè-) mengubah kata kerja menjadi kata benda dengan arti
menyatakan sesuatu yang disebut seperti oleh bentuk dasar, seperti pada:
Todhu > pètodhu atau patodhu ‘petunjuk
Tolong > pètolong atau patolong ‘pertolong’

(8.b) Prefiks (par-) dan (pra-)


Prefiks (par-) dan (pra-) dalam BM juga tergolong sebagai prefiks yang
kurang produktif. Artinya, prefiks inijrang digunakan dalampercakapan. Dalam
konteks tertentu prefiks (par-) tidak mengubah jenis kata penggunaan prefiks ini
merupakan akibat pengaruh unsur leksikal bahasa Jawa dan bahasa Indonesia dan
merupakan varian dari prefiks (paN-). Prefiks ini berfungsi membentuk kata
benda, sedangkan maknanya sebagai berikut:
Tandhâ > partandhâ atau pratandhâ ‘sebagai tanda’

1
2.1.9 Prefiksasi (nga-)
a) Bentuk dasar berupa kata yang mendapat prefiks (nga-) berubah menjadi kata
kerja dengan arti:
(i) Melakukan pekerjaan seperti yang disebut oleh bentuk dasar, seperti pada:
Bhâktè > ngbhâktè ‘berbakti’
Sango > ngasango ‘berbekal’

(ii) Menghasilkan atau membuat sesuatu, seperti pada:


Rowèng > ngarowèng ‘mendengung’
Jâggur > ngajâggur ‘berdebur’
Roso > ngaroso ‘berdesau’
Cèreng > ngacèreng ‘berkilau’

(iii) Menjadikan, seperti pada:


Pathok > ngapthok ‘menjadikan patok’
Soko > ngasoko ‘menjadi kaki’
Pèkkèr > ngapèkkèr ‘menjadi pemikiran’

b) Bentuk dasar berupa kata sifat yang mendapat prefiks (nga-) tetap menjadi kata
sifat dengan arti banyak terlihat, seperti pada:
Potè > ngapotè ‘banyak terlihat putih’
Mèrra > ngamèrra ‘benyak terlihat merah’
Celleng > ngacelleng ‘banyak terlihat hitam’

c) Bentuk dasar berupa kata tambah yang mendapat prefiks (nga-) tetap berupa kata
sifat, dengan arti agak, seperti pada:
Lao’ > ngalao’ ‘agak ke selatan’
Dâjâ > ngadâjâ ‘agak keutara’
Tèmor > ngatèmor ‘agak ke timur’

2.1.10 prefikasasi {à}


(a) Bentuk dasar berupa kata kerja yang mendapat brefiks {à} akan menjadi kata kerja
pasif, tanpa mengubah makna bentuk dasar, seperti pada:

1
Kakan > ekakan ‘dimakan’
Olok > èolok ‘dipenggil’
ghellu’ > èghellu’ ‘dipeluk’
Pogher > èpogher ‘ditebang’
pèghâ’ > èpèghâ’ ‘ditangkap’
kèco’ > èkèco’ ‘dicuri’
(b) Bentuk dasar berupa kata benda yang mendapat prefiks {è} akan berubah
menjadi kata kerja pasif dengan arti dikensai oleh bentuk dasar, seperti pada:
Tajhi > ètajhi ‘dikenai tuji’
Gâji > ègâji ‘digaji’
Pancèng > èpancèng ‘di pancing’
Sikat > èsikal ‘disikat’
Tokol > ètokol ‘dipukul’
Tombhâk > ètombhâk ‘ditombak’

2.1.11 Prefiks {èpa-}


a) Bentuk dasar berupa kata kerja yang mendapat prefiks {èpa-} akan berubah
menjadi kata kerja pasif dengan arti seperti makna bentuk dasar, seperti pada:

Kakan > èpakakan ‘dimakankan’


ghellu’ > èpaghellu’ ‘dibuat memeluk’
Tèdung > èpatèdung ‘ditidurkan’
Lupu > èpalabu ‘dujatuhkan’
mangkat > èpamangkat ‘diberangkatkan’
b) Bentuk dasar berupa kata kerja yang mendapat prsfiks {èpa-} akan berubah
menjadi kata kerja pasif dengan arti dijadikan seperti disebut oleh bentuk dasar,
seperti pada:
ajhi > èpaajhi ‘dijadikan berharga’
larang > èpalarang dijadikan mahal’
cè ‘nyamanna > èpa cè ‘nyamanna ‘dibuat sangat enak’
cè ‘mandhâbbhâ > èpa cè ‘mandhâbbhâ ‘dibuat sangat rendah’

1
cè ‘santa ‘na > èpa cè ‘santa’na ‘dibuat sangat cepat’
cè ‘laonna > èpa cè laonna ‘dibuat sangat lambat’
alpo’ > èpaalpo’ ‘dijadikan tidat keras’
Potè > èpapotè ‘dijadikan putih’
dhâmmang > èpadhâmmang ‘dijadikan ringan’

c) Bentuk dasar berupa kata kerja berprefeks {N-} yang mendapat prefeks {èpa}
akan berubah menjadi kata kerja pasif dengan arti mengerjakan perbuatan
yang disebut bentuk dasar, seperti pada:
mèlè > èpamèlè ‘disuruh memilih’
mellè > èpamellè ‘disuruh membeli’
ngakan > èpangakan ‘disuruh memakan’
ngolok > èpangolok ‘disuruh memanggil’
nabbhu > èpanabbhu ‘disuruh menabuh’

d) Bentuk dasar berupa kata kerja yang dibentuk dari kata benda yang mendapat
prefiks
{èpa} akan berubah menjadi kata kerja pasif dengan arti disuruh
mengerjakan pekerjaan seperti yang disebut oleh bentuk dasar, seperti
pada:

ngaca > èpangaca ‘disuruh mengaca’


ngarè > èpangarè ‘disuruh menyabit’
soroy > èpanyaroy ‘disuruh menyisir’
pancèng > èpamancèng ‘disuruh memancing’
bâddhung > èpamaddhung ‘disuruh mengapak’
e) bentuk dasar berupa kata sifar yang berimbuhan {cè-na} mendapat prefiks
{èpa-}, akan berubah menjadi kata kerja pasif dengan arti dibuat sangat,
seperti pada:
cè ‘potèna > èpa cè potèna ‘dibuat sangat putih’
cè ‘kokona > èpa cè kokona ‘dibuat sangat kuat’

2.1.12 Prefikasi {èka-}


a) Bentuk dasar berupa kata kerja yang mendapat prefiks {èka-} akan berubah

1
menjadi kata kerja pasif dengan arti seperti makna bentuk dasar, seperti pada:

sebbhut > èkasebbhut ‘disebutkan’


oca’ > èkaoca’ ‘dikatakan’
ghâbây > èkaghâbây ‘digunakan’
jhâi’ > èkajhâi’ ‘dibuat untuk menjahit’
belli > èkabelli ‘dibuat untuk membeli’
b) Bentuk dasar berupa kata benda yang mendapat prefiks {èka-} akan berubah
menjadi kata kerja pasif dengan arti dijadikan sebagai, seperti pada:
patthok > èkapatthok ‘dijadikan tiang pancang’
kalimbhi > èkakalambhi ‘dijadikan baju’
kaca > èkakaca ‘dijadikan kaca’
soroy > èkasoroy ‘dijadikan sisir’
ghuntèng > èkaghuntèng ‘dijadikan gunting’
langghân > èkalangghân ‘dijadikan alas’
c) Bentuk dasar berupa kata sifat yang mendapat prefiks {èka-} akan berubah menjadi
kata kerja dengan arti subjek dijadikan seperti disebutkan bentuk dasar, seperti
pada:
kènè’ > èkakènè’ ‘menjadikan kecil’
raja > èkarajâ ‘menjadikan besar’
pènter > èkapènter ‘menjadikan pandai’
bhudhu > èkabhudhu ‘menjadikan bodoh’
soghi > èkasoghi ‘menjadikan kaja’
mèskèn > èkamèskèn ‘menjadikan miskin

2
2.2 Sufiksasi
Sufik atau panotèng yang terdapat dalam bahasa Madura yang antara lain: -a, -na, -
ana, - an, -aghi, dan -è. Fungsi dan makna gramatikal yang dikandung oleh sufiks dalam
bahasa Madura adalah sebagai berikut.
2.2.1 Sufiksasi (-a)
(a) Bentuk dasar berupa kerja yang mendapat sufiks {-a} tetap menjadi kata kerja,
dengan arti akan mengerjakan pekerjaan seperti yang disebut oleh bentuk
dasar, seperti pada:
maso’ > masa’a ‘akan masuk’
terros > terrosa ‘akan terus’
manjheng > manjhengnga ‘akan berdiri’
molè > molèa ‘akan pulang’
jhâghâ > jhâghââ ‘akan bangun’
mandi > mandiâ ‘akan mandi’
ghujur > ghujurâ ‘akan roboh’
toron > torona ‘akan turun’
mangkat > mangkadhâ ‘akan berangkat’
berka’ > berka’a ‘akan lari’
(b) Bentuk dasar berupa kata sifat yang mendapat sufiks {-a} tetap menjadi
kata sifat, dengan arti akan bersifat seperti yang disebut oleh nemtuk dasar,
seperti pada:
celleng > cellengnga ‘akan menjadi hitam’
tèngghi > tèngghiâ ‘akan tinggi’
pèrak > pèraghâ ‘akan menjadi senang’
alpo’ > alpo’a ‘akan lapuk’
ancor > ancora ‘akan hancur’
(c) Bentuk dasar berupa kata kerja yang berprefiks {N-} apabila mendapat sufiks {-
a} tetap menjadi kata kerja, dengan arti akan mengerjakan sesuatu terhadap
suatu objek yang menyebabkan objek itu bergerak, seperti pada:
cobbur > nyabbhurâ ‘akan menceburkan’
kotep > ngotebbhâ ‘akan melempari’
pèghâ’ > mèghâ’â ‘akan mengangkap’

2
belli > mellèa ‘akan membeli’
buwâng > mowanga ‘akan membuang’

2.2.2 Sufiksasi (-na)

(a) Bentuk dasar berupa kata benda yang mendapat sufiks {-na} tetap menjadi kata
benda, dengan arti sebagai berikut:

(i) menyatakan milik, seperti pada:


tegghâl > tegghâllâ ‘ladangnya’
kanca > kancana ‘temannya’
rassa > rassana ‘rasanya’

(ii) menerangkan sesuatu seperti pada:


hasèl > hasèlla ‘hasilnya’
paju > pajuna ‘lakunya’
bhungka > bhungkana ‘pohonnya’

(iii) menyatakan hal tertentu seperti pada:


kapal > kapalla ‘kapalnya’
motor > motorra ‘motornya’
roma > romana ‘rumahnya’

(b) Bentuk dasar berupa kata kerja yang mendapat sufiks {-na} akan berupa menjadi
kata benda dengan arti menyatakan terjadi hal seperti yang disebut oleh bentuk
dasar, seperti pada:
robbhu > robbhuna ‘hal robohnya’
maso’ > masa’na ‘hal masuknya’
kalowar > kalowarra ‘hal keluarnya’
tombu > tombuna ‘hal tumbuhnya’
(c) Bentuk dasar berupa kata sifat yang mendapat sufiks {-na} akan berubah
menjadi kata benda dengan arti menyatakan keadaan seperti yang disebut oleh

2
2
bentuk dasar, seperti pada:
abid > abiddhâ ‘hal lamanya’
laju > lajuna ‘hal usangnya’
senddhi > seddhina ‘hal susahnya’
semma’ > semaa’na ‘hal dekatnya’
pèrak > pèragghâ ‘hal gembiranya’
(a) Bentuk dasar beruba keterangan apabila mendapat sufiks {-na} tidak
mengalami perubahan jenis kata, seperti pada:
mola > molana ‘karena itu’
mare > marèna ‘sesudah itu’
sabellu > sebellunna ‘sebelum itu’
(b) Bentuk dasar berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata tembahan yang
mendapat sufiks {-na} tidak mengalami perubahan jenis kata dan tidak
menyatakan arti yang jelas, seperti pada:
enjâ’ > enjâ’na
‘tidaknya’ burung >
burungnga ‘gagalnya’ pèlak >
pèlaggahâ ‘tampilnya’
perhatiannya’
(c) Bentuk dasar berupa kata benda yang berimbuhan {ka-an} jika mendapat sufiks {-
na} tetap menjadi kata benda dengan arti hasil dari keadaan seperti yang disebut
oleh bentuk dasar, yang dikerjakan oleh seseorang, seperti pada:
kapotosan > kapotosanna
‘keputus
annya’ kalakoan > kalakoanna
‘pekerja
annya’ kabelliân > kabelli(ân)na
‘harga
belinya’
(d) Bentuk dasar berupa kata sifat yang berimbuhan {ka-an} jika mendapat {-na}
berubah menjadi kata benda dengan arti keadaan seperti yang disebut oleh
bentuk dasar yang dialami oleh seseorang,seperti pada:
pèrak > kepèraghânna ‘kesenangannya’
sossa > kasossa’anna ‘kesusahannya’

2
repot > karèpodhânna ‘kerepotannya’
senneng > kasennengnganna ‘kesenangannya’
bhudhu > kabhudhuânna ‘kebodohannya’

2.2.3 Sufiksasi (-ana)


Sufiks {-ana} dalam bahasa Madura tidak dapat dilekatkan pada benruk dasar
yang berupa bentuk tunggal. Dengan demikian, sufiks ini hanya akan melekat pada
bentuk dasar jika bentuk dasar tersebut berupa bentuk komolaks. Fungsi dan makna
sufiks {-ana} dalam bahasa Madura adalah sebagai berikut.
Bentuk kata kerja yang berprefiks {N-} jika ditambah sufiks {-ana} akan
menyatakan arti
akan mengerjakan sesuatu terhadap objek yang tidak bergerak, seperti pada:

ngotep > ngotebbhâna ‘akan melempari’


mathok > mathoghâna ‘akan memukali’
ngèrèm > ngèrèmana ‘akan mengirimi’
sèram > nyèramana ‘akan menyirami’
Ngala’ >ngala’ana ‘akan mengambili’

2.2.4 Sufiksasi (-aa)


(a) Bentuk dasar berupa kata denda yang mendapat sufiks {-an} berubah
menjadi kata tembahan, yang berarti waktu, seperti pada:
gâji > gâjiân ‘waktu menerima
gaji’ pasar > pasaran ‘waktu diadaknya
pasar’ prai > praiân ‘waktu libur’
bulân > bulânan ‘waktu sebulan’
(b) Bentuk dasar berupa kata kerja yang mendapat sufiks {-an} berubah menjadi kata
benda, yang berarti hasil, seperti pada:
belli > belliân ‘hasil pembelian’
tolèsan > tolèsan ‘tulisan’

2
jhâi’ > jhâi’ân ‘hasil menjahit’
bâlâ > bâlâân ‘hasil pemberitahuan, didikan’
(c) Bentuk dasar berupakata kerja yang mendapat sufiks {-an} tidak mengalami
perubahan , dan mengandung arti sering mengalami keadaan seperti yang disebut
oleh bentuk dasar , seperti pada:
robbhu > robbhuân ‘mudah roboh’
èntar > èntaran ‘sering pergi’
mole > molèan ‘sering pulang’
ngèkkè’ > ngèkkè’an ‘sering menggigit’
mandi > mandiân ‘sering mandi’
nangès > nangèsan ‘sering menangis’
(d) Bentuk dasar berupa kata sifat yang mendapat sufiks {-an} tidak mengalami
perubahan, dan mengandung arti sering mengalami keadaan atau melakukan
pekerjaan seperti yang disebut oleh bentuk dasar, seperti pada:
dhuson > dhusonan ‘suka emosi’
seddhi > sedhiân ‘suka sedih’
lècèk > lècèghân ‘suka bohong’
rosak > rosaghân ‘mudah / sering rusak’
(e) Bentuk dasar berupa kata kerja mendapat sufiks {-an} berubah menjadi kata
benda dengan arti tempat atau alat, seperti pada:
kobhur > kobhurân ‘tempat mengubur orang mati’
ghângsè > ghângsèan ‘tempat mengasah pisau’
tegghu’ > tegghu’ân ‘pegangan’
(f) Bentuk dasar berupa kata kerja mendapat sufiks {-an} berubah menjadi kata
benda, dengan arti sesuatu yang di …, seperti pada:
bâca > bâca’an ‘sesuatu yang dibaca’
kèrèm > kèrèman ‘sesuatu yang dikirim’
pèlè > pèlèan ‘pilihan’
(g) Bentuk dasar berupa kata kerja mendapat sufiks {-an} berubah menjadi kata
benda dengan arti sesuatu yang me …, seperti pada:
alang > alangan ‘sesuatu yang menghalangi’
ghânjhel > ghanjhellân ‘sesuatu ayang mengganjal’
bhânto > bhântoan ‘sesuatu yang membantu’
(h) Bentuk dasar berupa kata kerja mendapat sufiks {-an} berubah menjadi kata

2
benda, dengan arti sesuatu yang di …, seperti pada:
kenneng > kennengngan ‘sesuatu yang ditempati’
tompa’ > tompa’an ‘sesuatu yang dinaiki’
kakan > kakanan ‘sesuatu yang dimakan’
ènom > ènoman ‘sesuatu yang diminum’

2.2.5 Sufiksasi (-è)


(a) Bentuk dasar berupa kata benda yang mendapat sufiks {-è} berubah
menjadi kata kerja, dengan arti berilah sesuatu yang disebut oleh bentuk
dasar, seperti pada:
tora > toraè ‘berilah tanda’
kaca > kacaè ‘berilah kaca’
labâng > labângè ‘berilah pintu’
paghâr > paghâri ‘berilah pagar’
ghulâi > ghlâi ‘berilah gula’
(b) Bentuk dasar berupa kata kerja yang mendapat sufiks {-è} tidak mengalami
perubahan jenis kata, dengan arti perintah untuk mengejakan sesuatu yang
disebut oleh bentuk dasar, seperti pada:
kala’ > kala’è ‘ambila’
kakan > kakanè ‘silakan dimakan terus’
pènta’ > pènta’è ‘mintailah’
ambu > ambui ‘hampirilah’
èmbu > èmbui ‘tambahi, beri bonus’
lakon > lakonè ‘kerjakanlah’
(c) Bentuk dasar berupa kata kerja yang berprsfiks {èpa-} apabila mendapat
sufiks {-è} akan tetap menjadi kata kerja pasif dengan arti dibuat lebih,
seperti pada:
Dâlem > èpadâlemmè ‘dibuat lebih dalam’
Raja > èparajâi ‘dibuat lebih besar’
Potè > èpapotè’è ‘dibuat lebih putih’
Celleng > èpacellengnè ‘dibuat lebih hitam’
Bhâghus > èpebhâghusi ‘dibuat lebih bagus’

2
2.2.6 Sufiksasi (-aghi)
(a) Bentuk dasar berupa kata benda yang mebdapat sufiks {-aghi} berubah
menjadi kata kerja, dengan arti pemakaiankenlah, sperti pada:
sapo’ > sapo’aghi ‘selimutkanlah’
sarong > sarongngaghi ‘sarungkanlah’
(b) Bentuk dasar beruba kata kerja yang mendapat sufiks {-aghi} tidak
mengalami perubahan jenis kata, dengan arti mintalah tolong pada
orang kain untuk mengajarkan pekerjaan yang disebut oleh bentuk
dasar, seperti pada:
bâca > bâca’aghi ‘bacakanlah’
pèlè > pèlèaghi ‘pilihkan’
olok > ologghâghi ‘panggilkan’
(c) Bentuk dasar berupa kata sifat yang mendapat sufiks {-aghi} berubah
menjadi kata kerja, dengan arti memintak pada orang lain agar bersifat
seperti tersebut pada bentuk dasar, seperti pada:
sala > salaaghi ‘salahkan’
bhender > bhenderrâghi ‘benarka’

2
BAB III
PENUTU
P
A. Kesimpulan
Afiksasi adalah proses pembentukankata dengan jalan menambahkan imbuhan pada
bentuk dasar. Afiksasi dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu (1) penambahan
awalan atau prefiksasi, (2) penambahan sisipan atau infiksasi, (3) penambahan akhiran atau
sufiksasi, dan (4) penambahan awalan dan akhiran secara bersama-sama atau konfiksasi.
Dalam bahasa Madura, prefiks disebut ter-ater; sufiks disebut panotèng.
Prefiks atau ter-ater yang terdapat dalam bahasa Madura antara lain: N-, a-, ta-, ma-,
ka-, sa-,pa-, paN-, nga-, è-, èpa-,dan èka-. Fungsi dan makna gramatikal yang dikandung
oleh prefix tersebut.
Sufik atau panotèng yang terdapat dalam bahasa Madura yang antara lain: -a, -na, -
ana, - an, -aghi, dan -è. Fungsi dan makna gramatikal yang dikandung oleh sufiks dalam
bahasa Madura.
B. Saran
Adapun yang dapat penulis sarankan agar kita bisa memahami tentang pengertian
afiksai, pengertian tentang prefiksasi dan jenis-jenis dari prefiksasi, serta pengertian dan
jenis-jenis dari sufiksasi. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumbersumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanyakan.

2
DAFTAR PUSTKA
Sofyan, Akhmad. 2015. “Bahasa Madura”. Yogyakarta : Jogja Bangkit Publisher.
Pawira, Adrian. 2009 “Kamus Bahasa Madura”. Jakarta : PT Dian Rakyat.

Anda mungkin juga menyukai