Anda di halaman 1dari 10

Bahasa Indonesia

3
Bentuk Kata Bahasa Indonesia
A. Kata Asal
Istilah kata asal sering dikacaukan dengan istilah kata dasar. Kata asal sesungguhnya berhubungan dengan bentuk kata, sedang kata dasar berhubungan dengan fungsi kata tersebut dalam pembentukan kata turunan. Kata berpengetahuan terdiri atas bentuk kata asal tahu yang mendapatkan imbuhan ke an (konfiks) yang menjadi keta huan. Bentuk ini mendapat awalan pe sehingga menjadi pengetahuan (dengan mengalami persengauan). Bentuk pengetahuan mendapat awalan ber- sehingga menjadi berpengetahuan. Jadi, yang dimaksud dengan kata asal (yang biasa juga disebut bentuk asal) ialah bentuk terkecil yang menjadi asal dari kata turunan. Kata berpakaian terjadi dari kata dasar pakaian yang memperoleh awalan bersedangkan kata pakaian berasal dari kata dasar pakai yang memperoleh akhiran an. Kata berkepanjangan terjadi dari kata dasar kepanjangan yang memperoleh awalan ber- sedangkan kepanjangan terjadi dari kata dasar panjang yang memperoleh konfiks ke an. Jadi, yang dimaksud dengan istilah kata dasar (yang biasa juga disebut bentuk dasar) ialah bentuk kata asal maupun bentuk kata turunan yang dipakai sebagai dasar untuk membentuk kata turunan yang lain. Demikianlah pengertian istilah kata asal dan istilah kata dasar yang biasanya dianggap sama arti atau maknanya, sesungguhnya berbeda pengertiannya. Pembagian kata asal berdasarkan jumlah sukunya, kiranya bukan persoalan baru yang perlu dikemukakan di sini, kecuali terhadap pertanyaan mengapa kata-kata dalam bahasa Indonesia umumnya banyak terdiri dari dua suku kata. Hal ini sudah menjadi sifat bahasa Indonesia yang menurut irama ucapan, kata-kata dalam bahasa Indonesia (asli) selalu menghendaki tiap kata terdiri atas dua suku kata. Itulah yang
Bentuk Kata Bahasa Indonesia 17

Bahasa Indonesia

menyebabkan kata-kata bahasa Indonesia berkecenderungan bersuku dua, sehingga kata-kata yang bersuku satu cenderung berubah menjadi bersuku dua, seperti : mas emas lang elang stang setang tik ketik stir setir Tambahan bunyi e (pepet Jawa) dan ke tersebut, sesungguhnya untuk memudahkan pengucapan dan tidak mempengaruhi arti sama sekali. Kata asal yang bersuku tiga umumnya berasal dari bahasa asing, terutama setelah lama menjadi warga bahasa Indonesia tidak terasa lagi sebagai kata asing. Beberapa kata asal yang terdiri atas lebih dari tiga suku kata sebenarnya berupa kata majemuk namun karena arti tiap kata sudah tidak diketahui, kata majemuk dianggap sebagai kata asal, misalnya halilintar dan kelelawar.

B. Kata Turunan
Kata turunan dalam bahasa Indonesia dapat terjadi melalui beberapa proses, yaitu : (1) proses pengimbuhan, menghasilkan kata berimbuhan, (2) proses pengulangan, menghasilkan kata ulang, (3) proses pemajemukan, menghasilkan kata majemuk. 1. Kata Berimbuhan Kata berimbuhan terjadi karena penempelan awalan, sisipan, akhiran, ataupun gabungan awalan-akhiran (konfiks) pada kata asal maupun kata dasar. a. Awalan meDalam bahasa Indonesia pertemuan antara awalan me- dengan kata dasar umumnya menimbulkan peristiwa persengauan atau mengalami proses nasalisasi. Suara nasal / sengau itu adalah ng, m, n, dan ny. Untuk memperjelas uraian itu dapat diperhatikan peristiwa di bawah ini. (1) Yang mendapat suara sengau ng adalah : (a) me-vokal, misalnya : mengambil, mengutus, mengekor, mengejek. (b) me-g, misalnya : menggantung, menggali, menggambar. (c) me-k, misalnya : meng(k)arang, meng(k)ejar, meng(k)eruk. (d) me-h, misalnya : menghapus, menghakimi, menghambat. (e) me-kh, misalnya : mengkhususkan, mengkhawatirkan, mengkhianati. (f) me-kl, misalnya : mengklasifikasikan. (g) me-kr, misalnya : mengkritik. (2) Yang mendapat suara sengau m adalah : (a) me-be, misalnya : membeli, membuka, membayar, membakar. (b) me-p, misalnya : me(p)ukul, mem(p)ugar, mem(p)agar. (c) me-f, misalnya : memfokuskan, memfasilitaskan. (d) me-pr, misalnya : memprogram, mempraktikkan, memprioritaskan. (3) Yang mendapat suara sengau n adalah : (a) me-d, misalnya : menduga, mendobrak, mendapat(kan). (b) me-t, misalnya : men(t)ari, men(t)atap, men(t)awar. (4) Yang mendapat suara sengau ny adalah : (a) me-c, misalnya : mencintai, mencukur, mencuri.

Bentuk Kata Bahasa Indonesia

18

Bahasa Indonesia

(b) me-j, misalnya : menjaga, menjaring, menjual. (c) me-s, misalnya : meny(s)ikat, meny(s)usul, meny(s)atu. (d) me-sy, misalnya : mensyukuri, mensyaratkan. Apabila suku pertama kata dasarnya dimulai dengan konsonan keras k, p, t, dan s peristiwa persengauan itu menyebabkan peristiwa luluhnya konsonan tersebut yang digantikan dengan konsonan sengau yang sedasar ucapan, seperti kata-kata yang bertanda kurung di tengahnya di atas. Akan tetapi kata-kata yang suku pertamanya dimulai dengan semi vokal y dan w konsonan sengau m, n, ny, dan ng, konsonan lateral l dan konsonan getar r, maka pertemuan antara imbuhan awalan me- dengan kata dasarnya memerlukan persengauan, misalnya : me yakinkan meyakinkan me wakili mewakili me marahi memarahi me namai menamai me nyanyi menyanyi me ngigau mengigau me larikan melarikan me rasa merasa Kata-kata yang berasal dari bahasa asing yang dirasa betul-betul masih asing, segala hukum yang berlaku pada unsur-unsur bahasa Indonesia belum dapat diterapkan pada kata-kata tersebut, misalnya : mentargetkan, mempopulerkan, dan lain-lain. Itulah sebabnya tafsir, protes, dan sebagainya pada waktu memperoleh awalan imbuhan me- mengalami peristiwa luluh atau tidak bergantung kepada apakah kata-kata tersebut sudah dianggap sebagai kata Indonesia ataukah belum. Perhatikan kata-kata berikut, bagaimanakah bila kata-kata itu mendapat awalan me-, seperti konkret, konfrontasi, sortir, protes, sifat peng-Indonesiaan unsur/kata-kata asing akan bergantung pula pada sering atau tidaknya pemakaian kata-kata itu sehari-hari. Semakin sering kata-kata dipergunakan, semakin cepatlah pengakuan kata itu sebagai kata bahasa Indonesia. Namun ada beberapa kata dalam bahasa Indonesia yang mendapat awalan me- kata tersebut tidak luluh, seperti : kaji --- mengkaji ; khusus --- mengkhusus. Di samping itu, akibat kekurangcermatan pemakai bahasa Indonesia, masih ada pula bentuk-bentuk kata yang seharusnya tidak perlu digunakan masih saja digunakan, misalnya ubah bila mendapat awalan me- kata ini seharusnya menjadi mengubah. Akan tetapi orang sering menggunakan bentuk merubah atau merobah yang seakan kata dasarnya rubah atau robah ; bahkan sering ada orang yang mengucapkannya mengrobah. Jelas ini tidak dapat diterima. Bentuk-bentuk lain yang selalu menimbulkan keraguan misalnya : mencap, membank(kan) dan membom ataukah mengecap, mengebankkan, dan mengebom. Beberapa orang ada yang berpegang pada prinsip bahwa karena kata itu terdiri atas sebuah kata bersuku satu yang memperoleh awalan me-, bentuknya harus menjadi mencap, membank(kan), dan membom. Yang lain berpegang pada prinsip bahwa kata-kata bahasa Indonesia yang bersuku satu cenderung

Bentuk Kata Bahasa Indonesia

19

Bahasa Indonesia

menyesuaikan diri dengan irama ucapan, yang memerlukan tiap kata terdapat dua suku, sehingga terbentuk kata-kata : tik - ketik, dan setelah mendapat imbuhan awalan menjadi mengetik. stir - setir, dan setelah mendapat imbuhan awalan menjadi menyetir. las - elas, dan setelah mendapat imbuhan awalan menjadi mengelas. stop - setop, dan setelah mendapat imbuhan awalan menjadi menyetop. stip - setip, dan setelah mendapat imbuhan awalan menjadi menyetip. smes - semes, dan setelah mendapat imbuhan awalan menjadi menyemes. Demikianlah peristiwa bentukan kata dalam bahasa Indonesia yang bermunculan sehari-hari. Di samping itu, terdapat bentukan baru, misalnya kata melolakan di samping mengelolakan. Bentuk manakah yang betul di antara keduanya ? Kata tersebut dipakai untuk mengganti kata to manage (dalam arti mengurus), yang biasanya dipakai dalam hubungan kata management (=pengurusan), tetapi agaknya orang ingin menggunakan sinonim kata tersebut yaitu kelola (lihat Kamus Umum WJS Purwadarminta), yang berarti mengurus pula. Karena bentuk asalnya kelola bentukannya tentulah mengelola (peristiwa persengauan dan mengalami peristiwa luluh) jadi bukan melola. Adapaun kata bentuk me- yang kata dasarnya berupa kata turunan, awalan pada kata dasar itu tetap mengalami peristiwa persengauan, misalnya : me + ketahui menjadi mengetahui me + kesamping(kan) menjadi mengesampingkan me + ketengah(kan) menjadi mengetengahkan me + keluar(kan) menjadi mengeluarkan Bentuk kata menyolok mata, sebenarnya merupakan kata pungutan dari bahasa daerah, yaitu bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa bentuk kata nyolok terjadi dari kata colok, yang dalam proses pengatakerjaannya memerlukan persengauan dan peluluhan, seperti terdapat juga pada kata-kata : pacul bentuk kata kerjanya macul (mencangkul) tarik bentuk kata kerjanya narik (menarik) sapu bentuk kata kerjanya nyapu (menyapu) karang bentuk kata kerjanya ngarang (mengarang) Dengan demikian, bentukan yang benar adalah mencolok mata. b. Awalan berTerdapat persoalan bentuk ber- yang sejalan dengan bentuk me-, misalnya kata berobah. Seharusnya awalan ber- itu digabungkan dengan kata dasar ubah, bukan obah, sehingga bentuk yang betul berubah. Dari bentuk inilah timbul kata merubah seperti yang telah dibicarakan di depan. Bentuk ini diakibatkan oleh pemakai yang kurang memahami sifat-sifat bentukan ber-. Bentuk itu disamakan dengan bentuk berumah, berasa, berupa, sehingga berubah dianggap pula terdiri atas be- dan rubah. Perlu disebutkan di sini bahwa peristiwa melekatnya awalan ber- pada kata dasarnya dapat menimbulkan berbagai keadaan sebagai berikut : (1) Bila imbuhan awalan ber- dihubungkan dengan kata dasar yang suku pertamanya dimulai dengan konsonan r, konsonan r pada awalan itu ditiadakan.

Bentuk Kata Bahasa Indonesia

20

Bahasa Indonesia

Misalnya : ber + rumah berumah ber + rantai berantai (2) Bila awalan ber- dihubungkan dengan kata dasar yang suku pertamanya mengandung bunyi er, bunyi r pada awalan itu ditiadakan. Misalnya : ber + kerja bekerja ber + serta beserta ber + ternak beternak (3) Bila ber- dihubungkan dengan kata ajar, r pada awalan itu berubah menjadi l. Misalnya : ber + ajar belajar (4) Bila awalan ber- dibandingkan dengan selain golongan (1), (2), dan (3) di atas, awalan tersebut tidak berubah. Misalnya : ber + tamu bertamu ber + dandan berdandan ber + salah bersalah Menurut sifat pembentukan kata dalam bahasa Indonesia, apabila kata dasar (jenis kerja) bentuk ber- mendapat awalan me- atau di-, awalan ber- tersebut menjadi per-. Misalnya : me- + bersatu mempersatu(kan) me- + beristri memperistri me- + bersunting mempersunting me- + berjuang memperjuang(kan) me- + beraga memperaga(kan) me- + bertemu mempertemu(kan) me- + bertaruh mempertaruh(kan) di- + bersatu dipersatu(kan) di- + beristri diperistri di- + bersunting dipersunting di- + berjuang diperjuang(kan) di- + beraga diperaga(kan) di- + bertemu dipertemu(kan) di- + bertaruh dipertaruh(kan) di- + berjual beli diperjualbeli(kan) di- + berdagang diperdagang(kan) dan sebagainya. keculai bentuk berhenti, jika mendapat awalan me- atau di- menjadi memberhentikan atau diberhentikan. Di samping itu, kata memberhentikan ada pula bentukan yang hanya menggunakan kata dasar henti, sehingga timbullah bentukan menghentikan. Kedua bentuk itu merupakan bentuk yang sering dipakai. Akan tetapi bentukbentuk itu dipakai untuk mendukung arti yang agak kurang jelas perbedaannya atau bahkan kadang-kadang dipakai untuk maksud yang sama. Oleh karena itu agar pemakaian bahasa Indonesia betul-betul dapat lebih cermat, sebaiknya masing-masing itu diberi tugas tertentu, yaitu bentuk menghentikan dipakai untuk menyatakan arti yang sebenarnya, misalnya dalam kalimat :

Bentuk Kata Bahasa Indonesia

21

Bahasa Indonesia

(1) Petugas lalu-lintas itu menghentikan bus kilat Surabaya-Jakarta sekitar pukul 13.00. (2) Sopir taksi itu disuruh menghentikan kendaraannya di bawah pohon besar di pinggir sungai. Sebaliknya, bentuk memberhentikan dipakai untuk menyatakan makna kiasan, misalnya dalam kalimat : (3) Presiden Direktur PT Pancaniaga terpaksa memberhentikan Sucipto, selaku Kepala Bagian Perbekalan, karena kesalahan yang dilakukan oleh sekretaris pribadinya. (4) Pemerintah tidak jadi memberhentikan dengan hak pensiun penuh kepada semua pegawai yang terkena indikasi korupsi. Bentuk kata berangkat dan berlaku sering pula digunakan dalam hubungannya dengan awalan di, yaitu diberangkatkan dan diberlakukan, misalnya : (5) Rombongan itu diberangkatkan kira-kira dua jam yang lalu. (6) Jam malam diberlakukan sejak senja hari hingga fajar untuk ibukota Manila. c. Kata Kerja Bentuk Pasif Kata kerja pasif dalam bahasa Indonesia dibentuk dengan menambah awalan di- ataupun kata ganti orang kesatu atau kedua. Misalnya : ku- untuk pelaku orang pertama, kubaca kau- untuk pelaku orang kedua, kaubaca di- untuk pelaku orang ketiga, dibaca Bentuk ku-, kau-, dan di- dapat diganti dengan kata lain yang sejenis, misalnya : ku- diganti dengan saya, aku, kami, kita. kau- diganti dengan engkau, kamu, Saudara, Anda di- diganti dengan beliau, mereka Dalam bentuk tulis ku, kau, dan di selalu dirangkaikan dengan kata kerjanya, sedangkan yang lain tidak karena berbentuk kata. d. Akhiran kan dan i Akhiran kan dan i mempunyai arti yang berbeda tetapi mempunyai kesamaan fungsi, yaitu keduanya dapat dipakai untuk membentuk kata kerja transitif, kata kerja yang selalu memerlukan obyek. Misalnya : Ia memukuli meja Ia menulisi kertas Ia menanami sawah Ia memasukkan surat Ia melemparkan batu Dari contoh di atas dapat dibedakan bahwa akhiran i diikuti obyek yang tidak bergerak (dan biasanya) menyatakan tempat sedangkan akhiran kan diikuti obyek yang bergerak. Dalam kalimat Ia melempari mangga, mangga sebagai pelengkap tidak bergerak atau tidak berubah tempat, sebab justru merupakan tempat kearah perbuatan itu dikenakan, sedangkan kalimat Ia melemparkan mangga, mangga sebagai pelengkap benar-benar terasa bergerak dari suatu tempat ke tempat lain.

Bentuk Kata Bahasa Indonesia

22

Bahasa Indonesia

Oleh karena itu, perlu diperhatikan pemakaian bentuk-bentuk seperti di atas. Dalam kalimat Bapak Kepala Daerah Surabaya dipercayakan memegang jabatan Gubernur mulai pertengahan tahun 2005 ini, terdapat penggunaan bentuk kata berakhiran kan yang tidak tepat sebab bagian kalimat Bapak Kepala Daerah Surabaya merupakan tempat perbuatan atau pengertian (di-)percaya itu dikenakan. Hal ini sejalan dengan sawah ditanami jagung. Kata sawah menyatakan tempat perbuatan atau pengertian (di-)tanam. Oleh karena itu, akan sangat janggal rasanya apabila kalimat itu dikatakan sawah ditanamkan jagung. Dengan demikian, kalimat di atas seharusnya diubah menjadi Bapak Kepala Daerah Surabaya dipercaya memegang jabatan Gubernur mulai pertengahan tahun 2005. Sehubungan dengan hal itu, kalimat Mulai saat ini saya ditugaskan mengerjakan pembangunan itu seharusnya diubah bentuk predikatnya ditugaskan menjadi ditugasi sehingga menjadi Mulai saat ini saya ditugasi mengerjakan pembangunan itu. e. Akhiran an Akhiran an biasanya dipakai untuk membentuk kata benda. Akhiran ini dapat menyatakan berbagai makna. Bila kata dasarnya berupa kata kata kerja, akhiran an menyatakan makna hasil tindakan yang dinyatakan dengan kata kerja berawalan meng- atau menyatakan makna apa yang di .... Misalnya : temuan hasil menemukan / yang ditemukan simpulan hasil menyimpulkan / yang disimpulkan Disamping itu, akhiran an dapat menyatakan makna mengacu ke tempat. Misalnya : belokan tempat membelok atasan yang ditempatkan di atas / yang diataskan bawahan yang ditempatkan di bawah / yang dibawahkan Sehubungan dengan fungsinya membentuk kata benda, akhiran an kurang tepat digunakan berpadu dengan kata dasar kata benda. Kata sekolahan dan ruangan dalam kalimat berikut misalnya, tidak perlu diberi akhiran an. Sekolahan di tepi jalan raya itu terdiri atas tujuh ruangan. Dengan demikian, bentuk yang benar adalah : Sekolah di tepi jalan raya itu terdiri atas tujuh ruang. f. Imbuhan dari Unsur Bahasa Asing Ada beberapa imbuhan bahasa asing yang masuk menjadi imbuhan bahasa Indonesia, seperti terlihat di bawah ini. (1) -wan, -man, -wati sastrawan : banyak pengetahuan sastranya dermawan : banyak dermanya budiman : berbudi atau banyak budinya = bijaksana seniman : banyak pengetahuan seninya seniwati : banyak pengetahuan seninya ( jenis kelamin perempuan ) Ketiga akhiran itu yang paling produktif ialah wan, sedangkan wati agak kurang produktif dan akhiran man sama sekali tidak memperlihatkan produktivitasnya.

Bentuk Kata Bahasa Indonesia

23

Bahasa Indonesia

(2) -isme, -is Dalam bahasa Indonesia di samping terdapat bentuk sosialisme, komunisme terdapat juga bentuk daerahisme, sukuisme. Demikian juga adanya bentuk sosial, komunis di samping Pancasialis, Sukarnois. Akhirnya isme dan is tampak sudah benar-benar mampu melekat tidak hanya pada kata-kata yang seasal dengan akhiran itu, tetapi juga sudah sanggup melekat pada kata-kata Indonesia asli. Berhubungan dengan itu, maka afiks-afiks seperti : -in pada kata-kata : muslimin, mukminin -at pada kata-kata : muslimat, mukminat -if pada kata-kata : sportif, sensitif, efektif -us pada kata-kata : politikus, kritikus dalam perkembangan bahasa Indonesia dewasa ini juga dapat memperlihatkan produktivitas yang tinggi. (3) -si, -isasi Akhiran asing -(a)tie, -(a)tion itu masuk ke dalam bahasa Indonesia bersama-sama dengan kata-kata yang dilekatinya. Kemudian akhiran asing itu diadaptasikan menjadi asi, atau si yang mempunyai variasi isasi. standard standardization standardisasi inform information informasi transform transformation transformasi legalize legalization legalisasi 2. Kata Ulang Perulangan dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu : a. Perulangan Penuh Perulangan penuh ialah perulangan seluruh bentuk dasar, tanpa variasi fonem dan tidak berkombinasi dengan proses afiksasi. Misalnya : sepeda menjadi sepeda-sepeda buku menjadi buku-buku perguruan menjadi perguruan-perguruan kebaikan menjadi kebaikan-kebaikan b. Perulangan Sebagian Perulangan sebagian ialah perulangan sebagian dari bentuk dasar. Bentuk dasar dalam hal ini tidak diulang seluruhnya melainkan hanya sebagian. Hampir semua bentuk dasar dari golongan ini berupa bentuk kompleks. Yang berupa bentuk tunggal hanyalah : lelaki dari bentuk dasar laki, tetamu dari bentuk dasar tamu, beberapa dari bentuk dasar berapa, pertama-tama dari bentuk dasar pertama, segala-gala dari bentuk dasar segala. Apabila bentuk dasarnya berupa bentuk kompleks, kemungkinan-kemungkinan bentuknya sebagai berikut : (1) Bentuk me- : mengambil menjadi mengambil-ambil membaca menjadi membaca-baca mempertunjukkan menjadi mempertunjuk-tunjukkan mengemasi menjadi mengemas-ngemasi

Bentuk Kata Bahasa Indonesia

24

Bahasa Indonesia

(2) Bentuk di- : ditarik menjadi ditarik-tarik dikemasi menjadi dikemas-kemasi disodorkan menjadi disodor-sodorkan (3) Bentuk ber- : berjalan menjadi berjalan-jalan bertemu menjadi bertemu-temu (4) Bentuk ter- : terbatuk menjadi terbatuk-batuk tergoncang menjadi tergoncang-goncang (5) Bentuk an- : minuman menjadi minum-minuman tumbuhkan menjadi tumbuh-tumbuhkan (6) Bentuk ber an : berpukulan menjadi berpukul-pukulan berhamburan menjadi berhambur-hamburan c. Perulangan Kombinasi Perulangan berkombinasi dengan afikasasi yaitu proses perulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses afiksasi yang secara bersama-sama pula mendukung satu fungsi. Misalnya : orang menjadi orang-orangan hitam menjadi kehitam-hitaman luas menjadi seluas-luasnya d. Perulangan dengan Variasi Fonem Perulangan dengan variasi fonem yaitu perulangan bentuk dasar yang diikuti perubahan fonem vokal atau konsonan. Misalnya : gerak menjadi gerak-gerik serba menjadi serba-serbi lauk menjadi lauk-pauk ramah menjadi ramah-tamah Yang perlu mendapat perhatian dalam hal ini adalah pemakaian dalam kalimat berikut. (1) Film yang didukung oleh sebelas bintang-bintang film besar kemarin diputar oleh pengedarnya PT Prima Film di Gloria Theater. (2) Dikatannya bahwa pada saat ini terdapat 36 juta anak-anak yang berusia 6 sampai 9 tahun. Dari jumlah itu hanya 18 juta yang bisa bersekolah. (3) Indonesia sebenarnya memiliki cukup banyak pemain-pemain sepak bola yang baik mutunya, tetapi sayang .... (4) Tidak kurang dari 20 jago-jago bulu tangkis yang akan dilatih secara intensif untuk menghadapi kejuaraan tahun 2012. Urutan kata sebelas bintang-bintang film, 36 juta anak-anak, banyak pemainpemain, dan 20 jago-jago pada kalimat-kalimat di atas telah menyatakan makna jamak, demikian juga pengulangan kata bendanya. Oleh karena itu, kata bendanya tidak perlu diulang.

Bentuk Kata Bahasa Indonesia

25

Bahasa Indonesia

3. Kata Majemuk Kata majemuk merupakan gabungan kata yang menyatakan satu kesatuan. Misalnya : kamar tunggu ruang kuliah gelap gulita paduan suara sepak terjang hitam pekat kampung halaman yatim piatu tua muda hitam putih mata bola bibir sumur Imbuhan untuk kata majemuk berlaku untuk seluruhnya. Misalnya : hancur lebur menjadi menghancurleburkan suka rela menjadi kesukarelaan tanggung jawab menjadi mempertanggungjawabkan pertanggungjawaban anak tiri menjadi dianaktirikan jual beli menjadi berjual beli pukul rata menjadi dipukul rata kaki langit menjadi mengaki langit oleh karena itu bentuk kata pertanggungan jawab yang biasa terdapat dalam pemakaian sehari-hari tidak sesuai dengan peraturan tata bahasa Indonesia sebab kata tersebut sesungguhnya berkata dasar tanggung jawab, dan memperoleh imbuhan per-an. Jadi seharusnya berbentuk pertanggungjawaban. Untuk kata kewargaan negara, dahulu pernah digunakan bentuk kewarganegaraan untuk menggantikan kata civic. Akan tetapi berdasarkan pertimbangan para ahli dalam bidang ilmu civic tersebut bahwa sesungguhnya arti yang didukung oleh istilah itu bukan soal warga negara, melainkan soal warga, jadi kata yang tepat untuk itu bukan kewarganegaraan melainkan kewargaan negara.

Bentuk Kata Bahasa Indonesia

26

Anda mungkin juga menyukai